PENDAHULUAN
1
Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al-Qur’an Penyejuk Kehidupan (Jakarta : PT. Qaf, 2017), hlm
90
2
Ahsin Sakho Muhammad, Renungan Kalam Langit (Jakarta : PT. Qaf, 2017), hlm 40
1
dan bimbang. Bahkan hanya dengan beberapa ayat al-Qur’an mampu mengubah
sikap seseorang menjadi lebih baik. Inilah energi spiritual al-Qur’an.3
Pada peradaban Islam, seni membaca Al-Qur’an dengan suara yang indah
ini sering disebut juga dengan nagham. Nagham al-Qur’an merupakan salah satu
bentuk ekspresi seni dalam agama Islam.4 Dalam nagham al-Qur’an , terdapat 7 jenis
lagu ( Maqamat Syarqiyyah) yang telah disepakati dan telah masyhur digunakan oleh
Qari-Qari’ah di seluruh penjuru dunia , yakni : 1) Bayyati, 2) Shaba, 3) Hijaz, 4)
Nahawand, 5) Rost, 6) Sika’, 7) Jiharkah.
Berkaitan dengan ini nagham menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
keseluruhan dimensi kehidupan umat Islam dalam hal membaca al-Qur’an. Namun
dalam kalangan masyarakat, nagham al-Qur’an lebih dikenal dengan istilah
Tilawah al-Qur’an. Salah satu model interaksi masyarakat dengan al-Qur’an
dapat tergambar dalam kegiatan Haflah Tilawah Al-Qur’an.
Ditinjau dari segi bahasa haflah artinya perayaan, upacara atau acara.
Kemudian dirangkai dengan tilawah al-Qur’an yang berarti pembacaan al-Qur’an
dengan menggunakan seni baca al-Qur’an.
Pada HTQ yang dilaksanakan oleh Qari-Qari’ah Kota Palangka Raya ini
terdapat proses di mana setelah seorang qari’ melantunakan ayat suci dengan
tilawah al-Qur’an secara bergiliran, ketika seorang qari’-qari’ah selesai
melantunkan ayat-ayat al-Qur’an, qari’-qari’ah yang lainnya membacakan
sholawat qur’aniyyah, kemudian dilanjutkan oleh qari’-qari’ah berikutnya untuk
memulai melantunkan ayat berikutnya, begitu seterusnya hingga semua qari’-
qari’ah yang berkumpul mendapatkan giliran melantunkan ayat suci al-Qur’an.
3
Ahsin Sakho Muhammad, Pencerah Kehidupan (Jakarta : PT. Qaf, 2018), hlm 44
4
Muh. Ibnan Syarif, Ketika Mushaf menjadi Indah (semarang : Aini, 2003) hlm.1
2
Pada proses ini tidak hanya melibatkan qari’-qari’ah saja, namun juga melibatkan
masyarakat setempat sebagai pendengar.
HTQ ini menjadi salah satu pengingat bagi kita semua akan pentingnya
memahami isi al-Qur’an dan mencintai al-Qur’an. Dengan adanya HTQ ini juga
menjadi momentum bagi kita untuk memperbaiki diri menjadi insan yang mulia di
hadapan Allah. Pada hal ini HTQ tidak hanya menjadi tradisi yang bersifat
seremonial, akan tetapi memberikan dampak positif terhadap masyarakat Kota
Palangka Raya dalam melakukan aktivitas sosial. Dan juga haflah merupakan salah
satu bentuk resepsi masyarakat islam terhadap al-Qur’an. Makna kegiatan HTQ ini
bagi Qari-Qari’ah hadir sebagai sebuah tradisi yang melahirkan respon masyarakat
yang beragam dari berbagai kalangan, tidak terkecuali oleh para qari’-qari’ah.
Pada kehidupan masyarakat Kota Palangka Raya tidak lepas dengan nilai-
nilai keagamaan serta budaya turun temurun, sehingga Haflah al-Qur’an ini
merupakan salah satu tradisi qari-qari’ah Kota Palangka Raya. Pada hal ini qari-
qari’ah Kota Palangka Raya dinaungi oleh Lembaga Masjid Ar-Rasyid yang
merupakan suatu persekutuan yang dibentuk oleh Masjid Ar-Rasyid Kota
Palangka Raya. Ar-Rasyid Smart memiliki legalitas pada tanggal 26 April 2022,
yang disahkan oleh Win Aditya Aribawa, SH., M.Kn. Masjid Ar-Rasyid
merupakan suatu wadah perkumpulan qari’-qar’iah di wilayah Kota Palangka
Raya guna untuk meningkatkan kualitas para qari’ qari’ah agar mampu bersaing
dalam event-event regional bahkan Nasional.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan Haflah Tilawah al-Qur’an pada komunitas Qari’-
Qari’ah Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya?
2. Bagaimana dampak Tradisi Haflah Tilawah Al-Qur’an Terhadap Qari-
Qari’ah Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya?
3. Bagaimana dampak Tradisi Haflah Tilawah Al-Qur’an Terhadap Masyarakat
sekitar Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan Tradisi Haflah Tilawah al-
Qur’an pada komunitas Qari’-Qari’ah Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka
Raya.
2. Untuk mengetahui dan memahami dampak pelaksanaan Tradisi Haflah
Tilawah al-Qur’an terhadap Qari’- Qari’ah Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka
Raya.
3. Untuk mengetahui dan memahami dampak pelaksanaan Tradisi Haflah
Tilawah al-Qur’an terhadap Masyarakat Sekitar Masjid Ar-Rasyid Kota
Palangka Raya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan manfaat
untuk pengembangan khazanah keilmuan serta sebagai bahan masukan, dan
tambahan pustaka bagi perpustakaan IAIN Palangka Raya. Selain itu,
diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi peneliti lain untuk mengkaji
hal tersebut dengan lebih mendalam lagi.
2. Manfaat Praktis
4
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi
masyarakat luas pada umumnya, agar mereka dapat mengambil sebuah
pelajaran tentang pelaksanaan Haflah Tilawah al-Qur’an (Studi Living Qur’an
Pada Komunitas Qari’-Qari’ah Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya).
E. Definisi Operasional
a. Haflah
b. Tilawah
Tilawah secara bahasa berasal dari bahasa Arab تالوة- يتلو- تلyang berarti
ق__راءةdengan makna bacaan.6 Adapun tilawah secara istilah membaca al-
Qur’an dengan bacaan yang menampakkan huruf-hurufnya dan berhati-hati
dalam melafazkannya, agar lebih mudah untuk memahami makna-makna
yang terkandung didalamnya.7 Dalam konteks tilawah al-Qur’an berarti
membaca al-Qur’an dengan tilawah (nagham) atau seni bacaan al-Qur’an
dengan lagu-lagu yang indah dan sesuai dengan karakter suaranya masing-
masing. Istilah diindonesia ini bicara tentang tilawah (nagham ) sama halnya
dengan membaca al-Qur’an dengan lagu dan suara yang indah. Artinya
bahwa membaca al-Qur’an itu sangat perlu dilagukan karena bisa jadi
melunakan dan memukau pendengar yang mendengarnya sehingga lahirlah
rasa ketenangan dalam hatinya.
5
Jurnal Muhammad Aminullah, Haflah tilawah Al-Qur’an (vol 5; nomor 1, 2015), h.164
6
Yulia Rahmi, Eksisitensi Nask Tilawah (Cet. I; Yogyakarta: Deepublish, 2015), h.24.
7
Lihat Hisyam bin Mahrus Ali Al-Makky, Bimbingan Tahsin Tilawah Al-Qur’an (Cet.I;
Solo: ZamZam, 2013), h. 45.
5
c. Al-Qur’an
Al-Qur’an secara etimologi diambil dari kata وقرأنا- ق_رأءة- يقرأ-قرأyang
berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini menyiratkan anjuran kepada umat Islam
untuk membaca al-Qur’an. Al-Qur’an juga bentuk masdhar dari القراءةyang
berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab al-
Qur’an menghimpun beberapa huruf, kata, kalimat secara tertib sehingga
tersusun rapi dan benar.8
M. Quraish Shihab dan Anshori, mengatakan bahwa al-Qur’an secara
harfiyah berarti bacaan sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah
yang sungguh tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal
tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi al-Qur’an, bacaan
sempurna lagi mulia.9
F. Tinjauan Pustaka
Peneliti meneliti terkait penelitian Tradisi Haflah al-Qur’an pada
Komunitas Qari-Qariah Ar-Rasyid Smart Kota Palangka raya hingga saat ini
pencarian yang telah dilakukan baik artikel, ulasan, tesis, ulasan penyerta
maupun versi online tidak ditentukan. Penelitian yang telah dilakukan
penelitian-penelitian sebelumnya berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Haizir Rizki Amiruddin dalam
Skripsinya yang berjudul “Tradisi Haflah Al-Qur’an dalam
Pembangunan Masyarakat Qur’ani di Kecamatan Langsa Kota Kota
Langsa Aceh” Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam , Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, Medan Tahun 2018. Penelitian ini
terfokusnya dalam melihat dan memahami tentang tradisi haflah al-
Qur’an yang dilaksanakan oleh masyarakat di kecamatan Langsa
Kota. Dan juga ingin mengetahui bentuk kegiatan Haflah al-Qur’an
ini sehingga menjadi tradisi kecamatan langsa kota. , proses
pelaksanaan dan juga hikmah dari acara Tradisi Haflah Al-Qur’an
dalam Pembangunan Masyarakat Qur’ani di Kecamatan Langsa Kota
Kota Langsa Aceh. Dimana dalam penelitian ini adalah suatu
serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif,
8
Ansori Lal, Ulumul Qur’an;Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan (Cet: III; Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2016), h. 17.
9
Ansori Lal, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, h. 17.
6
terinci dan mendalam tentang suatu peristiwa dan aktivitas baik
pada tingakat perorangan ataupun kelompok untuk memperoleh
pengetahuan mendalam tentang kegiatan tersebut. Penelitian ini
bersifat kualitatif.10
Peran pemerintah kecamatan kota langsa dalam membangun
masyarakat qur’ani melalui praktik-praktik keagamaan yang dilakukan
setiap peringatan Hari Besar Islam (PHBI). Kemudian pemerintah
kecamatan kota langsa ini berkerja sama dengan ikatan Qari’-
Qari’ah dan Hafidz-hafidzah (IPQOH) dlam menyelenggarakan
kegiatan haflah al-Qur’an dalam seminggu sekali di setiap masjid-
masjid. Sehingga menjadikan haflah al-Qur’an sebagai tradisi di
wilayah kecamatan langsa kota , aceh. Kemudian dengan adanya
haflah al-Qur’an ini menjadikan dampak positif terhadap
masyarakat. Dan mempererat tali silaturrahmi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zaki dalam Tesisnya yang
berjudul “Dampak Spiritual Budaya Haflah Al-Qur’an (Studi Resepsi
pada Ikatan Persaudaraan Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah Kota
Langsa). Program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir , Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta 2022. Penelitian ini terfokusnya
dalam melihat dan memahami tentang dampak spiritual dan budaya
haflah al-Qur’an yang diselenggarakan oleh ikatan Persaudaraan
Qari-Qari’ah (IPQAH) di kota Langsa. Organisasi ini bergerak guna
memberantas buta huruf dan kesalahan baca Al-Qur’an dikalangan
masyarakat kota Langsa.
Tesis ini menyimpulkan bahwa tradisi haflah tilawah al-qur’an dikota
langsa aceh ini terdapat nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung
di dalamnya. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan
pendekatan fenomenologis dengan menggunakan teori resepsi dan
teori Malinowski dan Karl Menheim. 11
10
Hazir Rizki Amiruddin,Tradisi Haflah al-Qur’an dalam pembangunan masyarakat
Qur’ani di kecamatan Langsa Kota, Kota Aceh. Skripsi,2018 hal. 69
11
Ahmad Zaki,,Dampak Spritual Budaya Haflah Al-Qur’an (Studi Resepsi pada ikatan
Persaudaraan qari’-Qari’ah Hafidz-Hafodzah Kota Langsa ). Tesis,2022 hal. 1
7
3. Penelitian yang dilakukan oleh Adistian, pada jurnalnya yang
berjudul “ Tradisi Haflah Tilawah Al-Qur’an pada masyarakat
Tambe Kecamatan Bolo Kabupaten Bima : Prespektif pendidikan
islam. Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar .2019.
Fokus penelitian pada jurnal ini mendeskripsikan pendidikan islam
dalam tradisi Haflah Al-Qur’an yang dilaksanakan di kecamatan bolo
kabupaten bima. Tradisi disini adalah kebiasaan yang dilakukan
masyarakat islam dalam rangka berinteraksi dengan al-Qur’an.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan islam ini adalah suatu
proses pembentukan kepribadian seseorang agar membuatnya
menjadi insan kamil. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggambarkan tradisi tilawah al-Qur’an pada masyarakat Tambe
kecamatan Bolo Kabupaten Bima : Prespektif pendidikan islam,
mendekripsikan nilai nilai pendidikan islam yang terjadinpada
masyarakat tambe kecamatan bolo kabupaten bima. Jenis penelitian
disni menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis dan menggunakan pendekatan Multidisipliner,
pedadogis, psikologis, teologi normative. Implikasi pada penelitian
ini adalah bentuk kegiatan yang berdampak positif terhadap nilai-
nilai pendidikan masyarakat islam di tambe kecamatan bolo
kabupaten bima.12
4. Penelitian yang dilakukan oleh Triyani Kuniawati pada Jurnalnya
yang berjudul “ Nagham dan Living Qur’an di Tanah Kalimantan :
Studi Kasus Resepsi Estetis Haflah Al-Qur’an Ar-Rasyid Smart di
Mewsjid Ar-Rasyid Palangka Raya” IAIN Palangka Raya , 2022
Pada penelitian nya Fenomena interakasi dengan masyarakat muslim
terhadap Al-Quran dalam ranah sosial ternyata sangat variatif dan
dinamis. Sebagai bentuk resepsi sosio-kultural, apresiasi dan respon
umat Islam terhadap Al-Quran memang sangat dipengaruhi oleh cara
berpikir dan kondisi sosial serta konteks yang ada dalam kehidupan
12
Adistian, “ Tradisi Haflah Tilawah Al-Qur’an pada masyarakat Tambe Kecamatan Bolo
Kabupaten Bima : Prespektif pendidikan islam. Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar .2019.
8
masyarakat muslim. Berbagai bentuk dan model praktek resepsi dan
respon masyarakat dalam memperlakukan Al-Quran tersebut
dinamakan dengan Living Quran (Al-Quran yang hidup) di tengah
masyarakat. Salah-satu contohnya adalah kegiatan “Haflah Al-Quran
Ar-Rasyid Smart” yang berlangsung tiap akhir bulan di Masjid Ar-
Rasyid Palangkaraya. Kegiatan tersebut diisi oleh para qori-qoriah
Palangkaraya yang bertujuan untuk menghidupkan Al-Quran dengan
lantunan suara yang indah dan merdu menggunakan nagham atau
lagu Tilawah Al-Quran13
5. Penelitian Muhammad Aminullah pada Jurnalnya yang berjudul
“Haflah Tilawat Al-Qur’an dalam Tradisi Masyarakat Kota Bima”
Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an, Bima, 2015. Pada penelitian ini
terfokus pada hadirnya haflah tilawah qur’an ini bagian dari tradisi
masyarakat kota bima khususnya dalam tradisi pernikahan dan
khitanan. Menjadikan haflah Tilawat al-Qur’an senagai respon
masyarakat terhadap al-Qur’an . Tujuan yang terselip dibalik
penyelenggaraan kegiatan ini adalah mencintai al-Qur’an dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.14
Tabel 1.1 Tinjauan Pustaka
Nama
Perbedaan Persamaan
No. Peneliti / Judul Penelitian
Penelitian Penelitian
Tahun
1. Hazir Rizki, Tradisi Haflah Al- Focus pada Dampak
2018 Qur’an Pada penelitian ini positif haflah
Skripsi Pembangunan adalah untuk al-Qur’an
Masyarakat mengtahui peran terhadap
Qur’ani di pemerintah masyarakat,
13
Triyani Kuniawati “ Nagham dan Living Qur’an di Tanah Kalimantan : Studi Kasus
Resepsi Estetis Haflah Al-Qur’an Ar-Rasyid Smart di Mewsjid Ar-Rasyid Palangka Raya” IAIN
Palangka Raya , 2022
14
Muhammad Aminullah, “Haflah Tilawat Al-Qur’an dalam Tradisi MAsyarakat Kota
Bima” Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an, Bima 2015 hal. 177
9
dan juga
kecamatan langsa
Kecamatan Langsa menggunakan
kota dalam
Kota , Kota Studi Living
membangun
Langsa, Aceh Qur’an dan
masyarakat qur’ani
Tradisi
Fokus penelitian
Dampak Spiritual disini adalah menggunakan
Budaya Haflah Al- memberantas Studi Living
Qur’an (Studi huruf dan bacaan Qur’an dan
Ahmad Zaki,
Resepsi Pada Al-Qur’an Tradisi
2. 2022
Ikatan Qari- dikalangan terhadap
Tesis
Qari’ah Hafidz- Msyarakat baik Fenomena
Hafidzah Kota Pemuda maupun yang
Langsa) Orang Tua di berlangsung
derah Kota Langsa
Persamaan
Tradisi Haflah sama sama
Focus penelitian
Tilawah Al- menggunakan
disini adalah
Qur’an pada Studi Living
Adistian, mendeskripsikan
masyarakat Tambe Qur’an dan
3. 2019 pendidikan Islam
Kecamatan Bolo Tradisi
Jurnal dalam Tradisi
Kabupaten Bima : terhadap
Haflah Tilawah
Perspektif Fenomena
Al-Qur’an
Pendidikan Islam yang
berlangsung
4. Triyani Nagham dan Focus penelitian Persamaan
Kurniawati, Living Al-Qur’an ini terhadap penelitian
2022 di tanah kegiataan dan teori Studi Living
Jurnal Kalimantan : Studi yang digunakan Qur’an dan
Kasus Resepsi Tradisi
haflah Al-Qur’an terhadap
Ar-Rasyid Smart Fenomena
di Mesjid Ar- yang
10
Rasyid Palangka
berlangsung
Raya
Sama sama
Focus penelitian menggunakan
ini pada tradisi Studi Living
Muhammad Haflah Tilawat Al-
haflah Al-Qur’an Qur’an dan
Aminullah, Qur’an dalam
5. yang dilaksanakan Tradisi
2015 tradisi Masyarakat
ketika pada acara terhadap
Jurnal Kota Bima
pernikahan , Fenomena
khitanan. yang
berlangsung
11
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari bagian awal,
bagian utama dan bagian akhir yang akan dijabarkan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Bab I yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, Kegunaan Penelitian dan Sistematika Penulisan
BAB II : Landasan Teori
Bab II yang menjelaskan teori, kerangka berfikir dan Hipotesis
penelitian
BAB III: Metodologi Penelitian
Bab III yang menjelaskan desain penelitian, populasi sampel
penelitian, definisi operasional variable, teknik pengumpulan data,
instrument penelitian dan teknik analisis data.
BAB IV: Hasil dan Pembahasan
Bab IV akan mendeskripsikan dan menganalisis hasil dari peran
arrasyid smart dalam pelaksanaan tradisi haflah alquran terhadap
qori qoriah kota palangka raya dan hasil dari faktor pendorong dan
penghambat Ar-Rasyid Smart dalam pelaksanaan tradisi haflah
alquran terhadap qori qoriah kota palangka raya
BAB V: Penutup
12
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Living Qur’an
Definisi living Qur’an yaitu kata living Qur’an merupakan gabungan
dari dua kata yang berbeda, yaitu living berarti hidup dan Qur’an yaitu kitab
suci umat Islam. Adapun kata living merupakan term yang berasal dari
bahasa inggris “live” yang berarti hidup, aktif dan yang hidup. Kata kerja
yang berarti hidup tersebut mendapatkan bubuhan –ing diujungnya (pola
verb-ing) yang dalam gramatika bahasa inggris disebut dengan present
participle. Kata kerja “live” yang mendapatkan akhiran –ing yang berfugsi
sebagai adjektif dalam bentuk present participle in terjadi pada term “The
Living Qur’an” (al-Qur’an yang hidup).
13
Kajian di bidang Living Qur`an memberikan sumbangsih yang cukup
penting dan berarti untuk pengembangan wilayah objek kajian al- Qur`an.
Sebagai paradigma baru bagi pengembangan kajian qur’an dewasa ini, sehingga
studi qur`an tidak hanya berkutat pada wilayah kajian teks saja.17 Abdul
Mustaqim dalam bukunya Metode Penelitian al-Qur`an dan Tafsir menyebutkan:
“Jika selama ini ada kesan bahwa tafsir dipahami harus berupa teks
grafis (kitab atau buku), maka makna tafsir sebenarnya bisa diperluas.
Tafsir dapat berupa respon atau praktik perilaku suatu masyarakat yang
diinspirasi oleh kehadiran al-Qur`an.”18
Kemudian di sisi lain, kajian Living Qur`an juga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan dakwah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat dapat
lebih maksimal dalam mengapresiasi al- Qur`an.
Peran dari adanya kajian Living Qur`an yang selanjutnya yakni menurut
pandangan masyarakat yang sedang diteliti, kajian atau riset Living Qur`an
dimaksudkan untuk memahami cara berpikir dan tingkah laku mereka. Mencari
jawaban dari apa sebenarnya yang mendorong mereka me-resepsi (baca: respon
dan apresiasi) al-Qur`an seperti itu, dan apa makna yang terkandung bagi mereka
dalam kehidupan. Dan yang terpenting, peneliti dapat mencari dan menemukan
relasi antara teks (baik ayat, hadits, atau maqolah) yang menjadi dasar dari
model resepsi mereka terhadap al-Qur`an. Yang tentunya dalam hal ini terdapat
proses “penafsiran kreatif” masyarakat, yang bisa jadi sebagian orang akan
menilainya sebagai penyimpangan atau “bid’ah”, tetapi bagi sosiolog,
antropolog, maupun masyarakat yang menjunjung tinggi budaya setempat akan
menilai praktik tersebut merupakan proses kreatif dalam merespon dan
mengapresiasi kehadiran al-Qur`an.19
17
Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living Qur’an” dalam Sahiron Syamsuddin
(ed.), Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2007), 70.
18
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press
Yogyakarta, 2017), cet. ke-3, 107.
19
14
hanya pada wilayah kajian teks. Pada wilayah Living Qur`an, kajian tafsir akan
lebih banyak mengapresiasi respon dan tindakan masyarakat terhadap kehadiran
al-Qur`an.20 Ruang Lingkup al-Qur’an yang hidup sejalan dengan Fenomena
yang peneliti teliti yaitu Tradisi Haflah Tilawatil Qur’an yang dilaksanakan oleh
qari-qori’ah Mesjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya.
1. Resepsi Eksegesis
2. Resepsi Estetis
20
21
Ahmad Rafiq, Living Qur’an teks praktik dan iedealis dalam performasi al-Qur’an,
Yogyakarta, Asosiasi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir se-Indonesia dan Ladang Kata h.44-45
15
Qur’an dan pembaca menunjukkan adanya fenomena. Fenomena yang
mengarah pada kegiatan mental yang berupa sikap, perasaan, kebutuhan
dan kamauan. Menurut Ahmad Rafiq al-Qur’an dituangkan menjadi
syair-syair, dan estetika retoriknya hingga membuat keberhasialan
islam dengan pesona yang begitu kuat dari al-Qur’an. Musikalitas al-
Qur’an merupakan sebuah fenomena penerimaan al-Qur’an yang
berhubungan dengan nilai-nilai estetisnya. Al-Qur’an sebagai teks
representasi estetis yang menghasilkan aktivitas fisik menjadi penanda
adanya interaksi antara al-Qur’an dan Tradisi masyarakat.22
3. Resepsi Fungsional
Dalam resepsi fungsional ini al-Qur’an diposisikan sebagai
kitab yang ditunjukan kepada manusia untuk dipergunakan demi tujuan
tertentu. Maksudnya kitab al-Qur’an adalah manusia, baik kerana
merespon suatu kejadian atau karena mengarahkan manusia untuk
melakukan sesuatu. Dari kitab al-Qur’an ini pun manusia sering kali
menggunakannya demi tujuan tertentu, baik tujuan normatif maupun
praktis. Kemudian dari tujuan resepsi ini lahirlah sebuah dorongan untuk
melahirkan sikap dan perilaku.
Resepsi fungsional terhadap al-Qur’an dapat mewujudkan
sebuah fenomena sosial budaya di masyarakat dengan dibaca, disuarakan,
diperdengarkan, ditulis, dipakai, atau bahkan ditempatkan. Ekspresi
dan tampilannya bisa berbentuk praktik komunal atau individual, rutin
atau insidental, sehingga mewujudkan dalam system social, adat, hokum,
maupun politik.23
Dari ketiga teori tersebut Teori Estetika dan Teori Fungsional
yang relevan untuk digunakan dalam penelitian Living Qur’an pada
penelitian ini , karena penelitian ini untuk mengkaji Tradisi Haflah
22
Ahmad Rafiq, Living Qur’an teks praktik dan idealis dalam performasi al-Qur’an,
Yogyakarta, Asosiasi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir se-Indonesia dan Ladang Kata h.44-45
23
Akhmad Roja Bdrus Zamanm, Tipokogi dan Simbolisasi Resepsi al-Qur’an di
Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas, Journal of islam and Plurality, Vol. 5.
No. 2, Desember 2020. h. 214-215.
16
Tilawah al-Qur’an yang dilaksanakan oleh Qari-Qariah Ar-Rasyid Smart
di Mesjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah cara yang sistematis dan terstruktur
untuk melihat dan memecahkan masalah atau situasi tertentu.
Kerangka berpikir juga dapat membantu dalam proses pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, dan perencanaan tindakan dengan cara
menidentifikasi informasi yang relevan, mengorganisir data, dan membuat
kesimpulan atau rekomendasi berdasarkan hasil analisis penelitian. Adapun
kerangka pikir yang peneliti buat meliputi penjelasan yang terkait dengan
pembahasan tentang Tradisi. Adapun skestsa penelitan sebagai sebagai
berikut:
Tradisi Haflah
Tilawatil Qur’an
Hasil Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
17
ilmiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan berupa kajian
living Qur’an24. Adapun motede yang digunakan pada penelitian ini yaitu
penelitian living Qur’an.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang perlu dilakukan sesuai masalah yang ingin diteliti
secara kualitatif. Penelitian kualitatif sifatnya deskritif, karena data
yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika
ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala-gejala
yang diamati yang tidak selalu harus berbentuk angka-angka atau
25
koefisien antara variabel. Bertujuan untuk menggali sejumlah
pemahaman terkait Tradisi yang dilaksanakan oleh Qari-Qari’ah Ar-
Rasyid Smart di Mesjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian kajian living Qur’an penelitian
menggunakan pendekatan fenomenologi. Adapun pendekatan ini
membantu mengarah keilmuan yakni pendekatan Multidisipliner
diantaranya pendkatan paedadogis, pendekatan psikologis , dan
pendekatan teologi normatif. Pendekatan ini dianggap penting bagi
kajian living Qur’an karena pokok kajian yang peneliti kaji sangat erat
kaitannya dengan realitas sosial yang ada di masyarakat, mengungkap
dan memahami fenomena yang terjadi di masyarakat secara turun
temurun dan masih berlangsung hingga saat ini.
Pendekatan fenomenologi ini merupakan pendekatan yang
meneliti tentang fenomena alam dan fenomena yang diteliti. Perspektif
dari berbagai prespektif subjektif dan objektif serta pandangan ideologis
yang menekankan pengalaman yang ada di masyarakat.
24
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cv Jejak, (Jawa
Barat, Oktober 2018), h. 8.
25
M. Subana, Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, (Bandung,
November, 2011), h. 17.
18
Penentuan informan dalam penelitian fenomenologi bergantung
pada kapabilitas orang yang akan diwawancarai untuk mengartikan
pengalaman hidupnya. Sedangkan lokasi penelitian bisa di suatu
tempat tertentu atau tersebar, dengan memperhatikan individu yang
akan dijadikan informan. 26
26
Farid Hamid, Pendekatan Fenomenologi (suatu ranah penelitian kualitatif), (Al-
Tadzzkiyah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 10, No. 1), 2019
27
Suryadi, Libas Skripsi dalam 30 hari , (Yogyakarta: DIVA Press) 2013, h. 64
19
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data penunjang yang dapat memperkaya
1. Observasi
Observasi adalah salah satu dasar fundamental dari semua motede
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, khususnya menyangkut ilmu
sosial dan perilaku manusia. Observasi juga merupakan proses
pengamatan sistematis dari aktivitas manusia dan pengaturan fisik
28
Suyadi, Libas Skripsi Dalam 30 Hari, ... h. 65
20
dimana kegiatan tersebut berlangsung secara terus menerus dari lokasi
aktivitas bersifat alami untuk menghasilkan fakta. Oleh karena itu
observasi merupakan bagian intergral dari cakupan penelitian lapangan 29
dalam penelitian ini.
Teknik pengumpulan data yang pertama yaitu observasi dengan
tujuan untuk memperoleh data terkait pelaksanaan tentang Tradisi Haflah
Tilawah al-Qur’an . Adapun data hasil pengamatan tokoh agama dan
masyarakat di Sekitaran Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya. Observasi
ini dilakukan dengan cara mengamati Pelaksanaan Haflah Tilawah
Qur’an dan mewawancarai masyarakat sekitar terhadap Tradisi Haflah
Tilawah al-Qur’an Peneliti akan mempersiapkan lembar observasi.
Instrumen yang digunakan untuk observasi yaitu buku tulis, kamera, alat
tulis dan lembar panduan wawancara.
2. Wawancara
Wawancara adalah peran situsi tatap muka interpesonal di mana
satu orang bertanya kepada satu orang yang diwawancarai, beberapa
pertanyaan yang dibuat untuk mendapatkan jawaban yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Wawancara merupakan salah satu teknik
utama yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Dengan adanya teknik wawancara ini peneliti melakukan
pembelajaran pendahuluan untuk memperoleh permasalahan yang diteliti
29
Hasyim Hasanah, Teknik – teknik Observasi ( sebuah Alternatuf Metode Pengumpulan
Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial), (Jurnal At-Taqaddum, Vol 8 No. 1 Juli @016) h. 16
30
Fadhallah, Wawancara, (Jakarta Timur, UNJ Press, Januari), 2021
21
Metode Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Hasil dari
observasi dan wawancara akan lebih baik jika ada dokumentasi dari objek
yang di teliti. Dalam penelitian dokumentasi harus menjadi suatu
penguat bukti kepenelitian, karena sebuah dokumen berfungsi untuk
membentuk sebuah peristiwa atau fenomena yang merupakan bagian
penelitian. Dokumentasi ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah data
yang terkait denga pelaksanaan Tradisi Haflah Tilawatil Qur’an di
Mesjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya.
22
Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan, seperti komputer, notebook,
dan lain sebagainya.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan
yang akan diacapai. Tujuan penelitian utama dari peneliti kualitatif adalah
temuan, oleh karena itu apabila peneliti dalam melakukan penelitian
menemukan segala sesuatu yang dipandang asung. Tidak dikenal. Belum
memiliki pola, justru itula yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam
melakukan reduksi data.
2. Display Data (Penyajian Data)
Setelah data direduksu, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Dalam penelitian kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan
menggunakan tabel, grafik, pictogram, dan sebagainya. Melalui
penyajian data, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
Beda halnya dalam penelitian kualitatif, dimana penyakian data
dilakukan dalan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan
sejenisnya. Dengan adanya penyajian data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencakan
penelitian selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif
yaitu adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami
perubahan apabila tidak ditemukan bukt-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
23
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu ibjek yang sebelumnya masih
remang-remang atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kasual atau interaktif, maupun
hipotesis atau teori.31
31
Umarti, Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif, Teori Konsep DalamPenelitian
Pendidikan, (makassar, 2020), h. 85.
24
Kesimpulan Sementara
1. Dengan hadirnya haflah tilawah al-Qur’an ini yang dilaksanakan oleh qari-
qari’ah Masjid Ar-Rasyid ini merupakan bagian dari respon masyarakat cinta
terhadap al-Qur’an, sehingga mampu membaca dan memahami serta
mengamalkannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dampak positif yang bagi qari-qari’ah Masjid Ar-Rasyid dan juga
masyarakat pada Haflah Al-Qur’an qari-qari’ah Masjid Ar-Rasyid ini adalah
sebagai syiar Islam yang digaungkan oleh qari-qari’ah Masjid Ar-Rasyid
yang dilaksanakan dalam sebulan sekali pada akhir bulan, dan juga makna
keberkahan makna spiritual, inteketual serta memeperkuat silaturahmi antar
sesama umat muslim terkhusus pada masyarakat setempat.
25
Daftar Pustaka Sementara
Buku :
Ahsin Sakho Muhammad, Renungan Kalam Langit (Jakarta : PT. Qaf, 2017),
hlm 40
Ahsin Sakho Muhammad, Pencerah Kehidupan (Jakarta : PT. Qaf, 2018), hlm
44
Muh. Ibnan Syarif, Ketika Mushaf menjadi Indah (semarang : Aini, 2003) hlm.1
Choiril Fuad, Tradisi Sekolah dan Mutu pendidikan (Cet I ; Jakarta :PT Pena
Cita Satria, 2008), h. 14
Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret dari Cirebon
(Ciputat: Pt. Logos Wacana Ilmu, 2001), h.11.
Lihat Hisyam bin Mahrus Ali Al-Makky, Bimbingan Tahsin Tilawah Al-
Qur’an (Cet.I; Solo: ZamZam, 2013), h. 45.
26
M. Subana, Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia,
(Bandung, November, 2011), h. 17.
Jurnal :
Jurnal Muhammad Aminullah, Haflah tilawah Al-Qur’an (vol 5; nomor 1,
2015), h.164
27
Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living Qur’an” dalam Sahiron
Syamsuddin (ed.), Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:
Teras, 2007), 70.
Ahmad Rafiq, Living Qur’an teks praktik dan iedealis dalam performasi al-
Qur’an, Yogyakarta, Asosiasi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir se-Indonesia dan Ladang
Kata h.44-45
Ahmad Rafiq, Living Qur’an teks praktik dan idealis dalam performasi al-
Qur’an, Yogyakarta, Asosiasi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir se-Indonesia dan Ladang
Kata h.44-45
28