Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi seluruh umat manusia. Salah satu
kemukjizatan al-Qur’an adalah dengan bahasanya yang indah, untaian dan tutur
katanya yang sangat begitu indah, nasihatnya indah, bahkan janji dan
peringatannya pun begitu indah, karena berasal dari Yang Maha Indah (Al-
Jamil).1
Allah SWT menganjurkan kepada hamba-Nya agar membaca al-Qur’an
dihiasi dengan suara dan nada yang indah. Karena keindahan al-Qur’an akan
terasa lebih menakjubkan tatkala seseorang yang membacanya dengan
menggunakan suara yang merdu, menggunakan irama yang teratur, dan disertai
dengan hukum tajwid yang sempurna.
Adapun menurut Ahsin Sakho Muhammad, salah satu cara berbuat baik
terhadap al-Qur’an adalah membacanya dengan fasih, tartil, memperhatikan
tempat dan waqaf ibtida’, berusaha agar suara dan lagunya merdu untuk
menghayati ayat yang dibaca.2. dalam salah satu hadist diriwayatkan oleh Imam
An-Nasa’I Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda :
ْ ْ‫رواه النسائ زَ يِّنُو‬
( (‫االقُرْ انَ بِاَصْ َواتِ ُكم‬

Artinya : “Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kalian”

Hadist di atas menjelaskan tentang anjuran kepada umat-Nya untuk


menghiasi Al-Qur’an dengan suara yang indah, dengan kata lain alangkah
baiknya membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, disertai suara dan alunan
irama yang indah. Karena al-Qur’an memiliki energi spiritual yang luar biasa,
mampu melunakkan hati yang keras, menggugah kesadaran orang yang sedang

1
Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al-Qur’an Penyejuk Kehidupan (Jakarta : PT. Qaf, 2017), hlm
90
2
Ahsin Sakho Muhammad, Renungan Kalam Langit (Jakarta : PT. Qaf, 2017), hlm 40

1
gundah dan bimbang. Bahkan hanya dengan beberapa ayat al-Qur’an mampu
mengubah sikap seseorang menjadi lebih baik. Inilah energi spiritual al-Qur’an.3

Dalam sejarah, membaca adalah aktivitas interaksi kaum muslim paling


awal dengan al-Qurán, hingga sekarang. Salah satu aktivitas membaca al-Qurán
yang menarik adalah ia dibaca disertai bunyi nada dan irama. Seni membaca al-
Qurán yang disertai dengan lagu atau langgam (nagham) merupakan salah satu
bentuk kebudayaan Islam yang mempresentasikan bagaimana al-Qurán
ditransformasikan dalam bentuk lisan melalui lagu. Sebagai bagian dari seni,
seni baca al-Qurán bukan hanya bentuk suara dan bacaan indah, namun lebih
dari itu, ia memiliki dimensi berupa lagu pokok dan dan variasi
pengembangannya.4

Pada peradaban Islam, seni membaca Al-Qur’an dengan suara yang indah
ini sering disebut juga dengan nagham. Nagham al-Qur’an merupakan salah satu
bentuk ekspresi seni dalam agama Islam.5 Dalam nagham al-Qur’an , terdapat 7
jenis lagu ( Maqamat Syarqiyyah) yang telah disepakati dan telah masyhur
digunakan oleh Qari-Qari’ah di seluruh penjuru dunia , yakni : 1) Bayyati, 2) Shaba,
3) Hijaz, 4) Nahawand, 5) Rost, 6) Sika’, 7) Jiharkah.

Berkaitan dengan ini nagham menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
keseluruhan dimensi kehidupan umat Islam dalam hal membaca al-Qur’an.
Namun dalam kalangan masyarakat, nagham al-Qur’an lebih dikenal dengan
istilah Tilawah al-Qur’an. Salah satu model interaksi masyarakat dengan al-
Qur’an dapat tergambar dalam kegiatan Haflah Tilawah Al-Qur’an.

Ditinjau dari segi bahasa haflah artinya perayaan, upacara atau acara.
Sedangkan tilawah al-Qur’an yang berarti pembacaan al-Qur’an dengan
menggunakan seni baca al-Qur’an. Maka dapat disimpulkan bahwa Haflah
Tilawah al-Qurán adalah kegiatan membaca al-Qurán oleh umat Islam dengan
irama yang sudah ditentukan guna mentradisikan seni baca al-Qurán.

3
Ahsin Sakho Muhammad, Pencerah Kehidupan (Jakarta : PT. Qaf, 2018), hlm 44
4
Ainatu Masrurin, Resepsi Al-Qur‟an dalam tradisi Pesantren di Indonesia (Studi kajian
Nagham Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Tarbiyatul Quran Ngadiluweh Kediri), Jurnal Studi
Al-Qur‟an dan Tafsir 3, desember 2018, h 102
5
Muh. Ibnan Syarif, Ketika Mushaf menjadi Indah (semarang : Aini, 2003) hlm.1

2
Haflah Tilawah al-Qurán ini menjadi salah satu pengingat bagi kita semua
akan pentingnya memahami isi al-Qur’an dan mencintai al-Qur’an. Dengan
adanya Haflah Tilawah al-Qurán ini juga menjadi momentum bagi kita untuk
memperbaiki diri menjadi insan yang mulia di hadapan Allah. Pada hal ini Haflah
Tilawah al-Qurán tidak hanya menjadi tradisi yang bersifat seremonial, akan
tetapi memberikan dampak positif terhadap masyarakat dalam melakukan
aktivitas sosial.

Mengkaji fenomena sosial keagamaan berarti mempelajari perilaku


manusia dalam kehidupan beragama, sedangkan fenomena keagamaan itu sendiri
merupakan perwujudan sikap dan tingkah laku manusia yang berkaitan dengan
hal-hal yang dipandang suci. Kemudian bagaimana prinsip-prinsip Islam tentang
sosial keagamaan mampu dikembangkan serta konsep kebudayaan Islam,
pemahaman bentuk kegiatannya sendiri dan hal-hal yang bersangkutan dengan
kegiatan tersebut, misalnya kegiatan yang berkaitan dengan respon umat terhadap
kehadiran al-Qurán.6

Pengamalan seseorang terhadap al-Qurán dilakukan karena mereka


mempunyai keyakinan bahwa berinteraksi dengan al-Qurán secara maksimal
akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Fenomena praktik interaksi
berbagai bentuk dan model praktik, dan berinteraksi dengan al-Quran disebut
dengan Study Living Qurán (al-Qurán yang hidup) di dalam masyarakat.7

Study Living Qurán yang sebenarnya bermula dari fenomena Qurán in


Everyday Life, yakni makna dan fungsi al-Qurán yang benar-benar dipahami
dan alami masyarakat Muslim, belum menjadi objek studi bagi ilmu-ilmu al-
Qurán konvensional. Adapaun bahwa fenomena sudah ada embrionya sejak
masa yang paling dini dalam sejarah Islam adalah benar adanya, tetapi bagi
dunia Muslim yang saat itu belum terkontaminasi oleh berbagai pendekatan
ilmu sosial yang notabene produk dunia barat, dimensi sosial kultur yang

6
Iah Sofiah, Tradisi seaman dan Tilawah Al-Qur‟an (Studi Living Quran di Ponpes Al-Qur‟an
Cijantung Ciamis). Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung , 2019, h. 1
7
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur‟an (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2014), h
103-104

3
membayang-bayangi kehadiran al-Qurán tampak tidak mendapat porsi sebagai
objek studi.8

Salah satu kegiatan keagamaan pada masyarakat adalah Haflah Tilawah al-
Qurán, dengan tujuan mensyiarkan ajaran agama Islam, banyak dari kalangan
masyarakat muslim yang belum mengenal bahkan tida mengetahui Haflah
Tilawah al-Qurán. Namun di beberapa daerah Haflah Tilawah al-Qurán tersebut
sudah menjadi budaya yang berkelanjutan dari masa ke masa. Salah satu
penelitian yang berkenaan dengan Haflah Tilawah al-Qurán adalah karya Haizir
Rizki Amiruddin yang meneliti tentang pembangunan masyarakat Quráni di
Kecamatan Langsa Kota Aceh, menghasilkan penelitian bahwa Tradisi Haflah
al-Qurán berdampak positif terhadap masyarakat dan mempererat tali
silaturahmi.

Kota Palangka Raya juga menjadi daerah yang masyarakat Muslimnya


mengembangkan tradisi Haflah Tilawah al-Qurán, salah satunya yakni yang
dilakukan oleh qari’-qariáh Kota Palangka Raya di Masjid Ar-Rasyid. Kegiatan
haflah ini dilaksanakan setiap satu bulan sekali yang diikuti oleh lebih kurang
20 sampai 22 qari’-qariáh dengan melantunkan ayat-ayat suci al-Qurán secara
bergantian berurutan. Kegiatan ini juga menggunakan pengeras suara Masjid
Ar-rasyid yang secara otomatis masyarakat sekitar bisa ikut hadir di Masjid
ataupun sekedar mengikuti dengan cara mendengarkan dari rumah masing-
masing.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memiliki ketertarikan membahas


Tradisi Haflah al-Qur’an yang dilaksanakan oleh Pengurus Masjid Ar-Rasyid
ini yang dihimpun dalam naungan Ar-Rasyid Smart. Maka dengan itu peneliti
akan mengkaji lebih dalam dengan judul “Haflah Tilawah al-Qur’an (Studi
Living Qur’an Pada Komunitas Qari-Qari’ah Masjid Ar-Rasyid Kota
Palangka Raya)”.

8
Hamdani, Ahmad Yusuf, Manfaat membaca dan menghafal Al-Qur‟an: Studi Living Qur‟an
terhadap manfaat membaca dan mengahafal Al-Qur‟an pada anggota unit kegiatan santri ponpes
Al Ihsan, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung , 2019, h.1

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pelaksanaan Haflah Tilawah al-Qur’an Pada Komunitas Qari’-
Qari’ah Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya?
2. Bagaimana Dampak Haflah Tilawah Al-Qur’an Terhadap Qari-Qari’ah
Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya?
3. Bagaimana Dampak Haflah Tilawah Al-Qur’an Terhadap Masyarakat Sekitar
Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan Haflah Tilawah al-Qur’an
pada komunitas Qari’-Qari’ah Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya.
2. Untuk mengetahui dan memahami dampak pelaksanaan Haflah Tilawah al-
Qur’an terhadap Qari’- Qari’ah Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya.
3. Untuk mengetahui dan memahami dampak pelaksanaan Haflah Tilawah al-
Qur’an terhadap Masyarakat Sekitar Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan manfaat
untuk pengembangan khazanah keilmuan serta sebagai bahan masukan, dan
tambahan pustaka bagi perpustakaan IAIN Palangka Raya. Selain itu,
diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi peneliti lain untuk mengkaji
hal tersebut dengan lebih mendalam lagi.
2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi


masyarakat luas pada umumnya, agar mereka dapat mengambil sebuah

5
pelajaran tentang pelaksanaan Haflah Tilawah al-Qur’an (Studi Living Qur’an
Pada Komunitas Qari’-Qari’ah Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya).

Dengan adanya kajian ini diharapkan mampu memberikan manfaat


bagi peneliti sebagai petunjuk atau arahan, acuan serta bahan pertimbangan
bagi seorang peneliti yang akan mengkaji selanjutnya.

E. Definisi Operasional

a. Haflah

Haflah artinya perayaan, upacara atau acara yang dirangkai dengan


tilawah al-Qur’an menggunakan seni baca al-Qur’an. Haflah tilawah al-Qurán
merupakan salah satu bentuk kecintaan umat Islam terhadap al-Qurán dengan
melantunkan menggunakan seni baca al-Qurán. Haflah Tilawah al-Qurán
merupakan salah satu bentuk resepsi masyarakat Islam terhadap al-Qurán,
yaitu acara para qari’-qariáh berkumpul untuk melantunkan ayat-ayat al-
Qurán dengan menggunakan seni baca al-Qurán. Dalam prakteknya Haflah
Tilawah al-Qurán ini tidak hanya melibatkan para qari-qariáh saja namun
masyarakat muslim yang lain juga sebagai pendengar.9

b. Tilawah

Tilawah secara bahasa berasal dari bahasa Arab ‫ تالوة‬-‫ يتلو‬-‫ تل‬yang berarti
‫راءة‬dd‫ ق‬dengan makna bacaan.10 Adapun tilawah secara istilah membaca al-
Qur’an dengan bacaan yang menampakkan huruf-hurufnya dan berhati-hati
dalam melafadzkannya, agar lebih mudah untuk memahami makna-makna
yang terkandung didalamnya.11 Dalam konteks tilawah al-Qur’an berarti
membaca al-Qur’an dengan tilawah (nagham) atau seni bacaan al-Qur’an
dengan lagu-lagu yang indah dan sesuai dengan karakter suara masing-
masing.

Di Indonesia lebih dikenal dengan tilawah yang sama halnya dengan


membaca al-Qurán dengan irama dan suara yang indah. Artinya bahwa
membaca al-Qurán itu sangat perlu menggunakan irama karena bisa
9
Jurnal Muhammad Aminullah, Haflah tilawah Al-Qur’an (vol 5; nomor 1, 2015), h.164
10
Yulia Rahmi, Eksisitensi Nask Tilawah (Cet. I; Yogyakarta: Deepublish, 2015), h.24.
11
Lihat Hisyam bin Mahrus Ali Al-Makky, Bimbingan Tahsin Tilawah Al-Qur’an
(Cet.I; Solo: ZamZam, 2013), h. 45.

6
melunakkan dan memukau orang yang mendengarnya sehingga lahirlah rasa
tenang dalam hatinya.

c. Al-Qur’an
Al-Qur’an secara etimologi diambil dari kata ‫ وقرأنا‬- ‫رأءة‬dd‫ ق‬-‫ يقرأ‬-‫قرأ‬yang
berarti sesuatu yang dibaca. Arti menyiratkan anjuran kepada umat Islam
untuk membaca al-Qur’an. Al-Qur’an juga bentuk masdhar dari ‫ القراءة‬yang
berarti menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab al-
Qur’an menghimpun beberapa huruf, kata, kalimat secara tertib sehingga
tersusun rapi dan benar.12
M. Quraish Shihab dan Anshori mengatakan bahwa al-Qur’an secara
harfiyah berarti bacaan sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah
yang sungguh tepat, karena tiada suatu bacaanpun sejak manusia mengenal
tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi al-Qur’an, bacaan
sempurna lagi mulia.13
d. Study Living Qurán
Study Living Qurán sebagai sebuah pendekatan baru dalam kajian al-
Qurán. Living Qurán adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai
peristiwa sosial terkait dengan kehadiran al-Qurán atau keberadaan al-Qurán
di sebuah komunitas muslim tertentu. Living Qurán juga bisa dimaknai
sebagai “teks al-Qurán yang hidup dalam masyarkat.” Pendekatan ini
berusaha memotret proses interaksi masyarakat terhadap al-Qurán, yang
tidak sebatas pada pemaknaan teks, tetapi lebih ditekankan pada aspek
penerapan teks-teks al-Qurán dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.14
F. Tinjauan Pustaka
Peneliti meneliti terkait penelitian Tradisi Haflah al-Qur’an pada
Komunitas Qari-Qariah Ar-Rasyid Smart Kota Palangka raya hingga saat ini
pencarian yang telah dilakukan baik artikel, ulasan, tesis, ulasan penyerta
maupun versi online tidak ditentukan. Penelitian yang telah dilakukan
penelitian-penelitian sebelumnya berikut :
12
Ansori Lal, Ulumul Qur’an;Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan (Cet: III;
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), h. 17.
13
Ansori Lal, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, h. 17.
14
Didi Junaedi Living Qurán: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’a>n (Studi
Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon, 2015)
h. 1

7
1. Penelitian yang dilakukan oleh Haizir Rizki Amiruddin dalam
Skripsinya yang berjudul “Tradisi Haflah Al-Qur’an dalam
Pembangunan Masyarakat Qur’ani di Kecamatan Langsa Kota Kota
Langsa Aceh” Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam , Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, Medan Tahun 2018. Penelitian ini
terfokusnya dalam melihat dan memahami tentang tradisi haflah al-
Qur’an yang dilaksanakan oleh masyarakat di kecamatan Langsa
Kota. Dan juga ingin mengetahui bentuk kegiatan Haflah al-Qur’an
ini sehingga menjadi tradisi kecamatan langsa kota. , proses
pelaksanaan dan juga hikmah dari acara Tradisi Haflah Al-Qur’an
dalam Pembangunan Masyarakat Qur’ani di Kecamatan Langsa Kota
Kota Langsa Aceh. Dimana dalam penelitian ini adalah suatu
serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif,
terinci dan mendalam tentang suatu peristiwa dan aktivitas baik
pada tingakat perorangan ataupun kelompok untuk memperoleh
pengetahuan mendalam tentang kegiatan tersebut. Penelitian ini
bersifat kualitatif.15
Peran pemerintah kecamatan kota langsa dalam membangun
masyarakat qur’ani melalui praktik-praktik keagamaan yang dilakukan
setiap peringatan Hari Besar Islam (PHBI). Kemudian pemerintah
kecamatan kota langsa ini berkerja sama dengan ikatan Qari’-
Qari’ah dan Hafidz-hafidzah (IPQOH) dalam menyelenggarakan
kegiatan haflah al-Qur’an dalam seminggu sekali di setiap masjid-
masjid. Sehingga menjadikan haflah al-Qur’an sebagai tradisi di
wilayah kecamatan langsa kota , aceh. Kemudian dengan adanya
haflah al-Qur’an ini menjadikan dampak positif terhadap
masyarakat. Dan mempererat tali silaturrahmi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zaki dalam Tesisnya yang
berjudul “Dampak Spiritual Budaya Haflah Al-Qur’an (Studi Resepsi
pada Ikatan Persaudaraan Qari-Qari’ah dan Hafidz-Hafidzah Kota
Langsa). Program studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir , Pascasarjana

15
Hazir Rizki Amiruddin,Tradisi Haflah al-Qur’an dalam pembangunan masyarakat
Qur’ani di kecamatan Langsa Kota, Kota Aceh. Skripsi,2018 hal. 69

8
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta 2022. Penelitian ini terfokusnya
dalam melihat dan memahami tentang dampak spiritual dan budaya
haflah al-Qur’an yang diselenggarakan oleh ikatan Persaudaraan
Qari-Qari’ah (IPQAH) di kota Langsa. Organisasi ini bergerak guna
memberantas buta huruf dan kesalahan baca Al-Qur’an dikalangan
masyarakat kota Langsa.
Tesis ini menyimpulkan bahwa tradisi haflah tilawah al-qur’an dikota
langsa aceh ini terdapat nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung
di dalamnya. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan
pendekatan fenomenologis dengan menggunakan teori resepsi dan
teori Malinowski dan Karl Menheim. 16
3. Penelitian yang dilakukan oleh Adistian, pada jurnalnya yang
berjudul “ Tradisi Haflah Tilawah Al-Qur’an pada masyarakat
Tambe Kecamatan Bolo Kabupaten Bima : Prespektif pendidikan
islam. Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar .2019.
Fokus penelitian pada jurnal ini mendeskripsikan pendidikan islam
dalam tradisi Haflah Al-Qur’an yang dilaksanakan di kecamatan bolo
kabupaten bima. Tradisi disini adalah kebiasaan yang dilakukan
masyarakat islam dalam rangka berinteraksi dengan al-Qur’an.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan islam ini adalah suatu
proses pembentukan kepribadian seseorang agar membuatnya
menjadi insan kamil. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menggambarkan tradisi tilawah al-Qur’an pada masyarakat Tambe
kecamatan Bolo Kabupaten Bima : Prespektif pendidikan islam,
mendekripsikan nilai nilai pendidikan islam yang terjadinpada
masyarakat tambe kecamatan bolo kabupaten bima. Jenis penelitian
disni menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis dan menggunakan pendekatan Multidisipliner,
pedadogis, psikologis, teologi normative. Implikasi pada penelitian
ini adalah bentuk kegiatan yang berdampak positif terhadap nilai-

16
Ahmad Zaki,,Dampak Spritual Budaya Haflah Al-Qur’an (Studi Resepsi pada ikatan
Persaudaraan qari’-Qari’ah Hafidz-Hafodzah Kota Langsa ). Tesis,2022 hal. 1

9
nilai pendidikan masyarakat islam di tambe kecamatan bolo
kabupaten bima.17
4. Penelitian yang dilakukan oleh Triyani Kuniawati pada Jurnalnya
yang berjudul “ Nagham dan Living Qur’an di Tanah Kalimantan :
Studi Kasus Resepsi Estetis Haflah Al-Qur’an Ar-Rasyid Smart di
Mewsjid Ar-Rasyid Palangka Raya” IAIN Palangka Raya , 2022
Pada penelitian nya Fenomena interakasi dengan masyarakat muslim
terhadap Al-Quran dalam ranah sosial ternyata sangat variatif dan
dinamis. Sebagai bentuk resepsi sosio-kultural, apresiasi dan respon
umat Islam terhadap Al-Quran memang sangat dipengaruhi oleh cara
berpikir dan kondisi sosial serta konteks yang ada dalam kehidupan
masyarakat muslim. Berbagai bentuk dan model praktek resepsi dan
respon masyarakat dalam memperlakukan Al-Quran tersebut
dinamakan dengan Living Quran (Al-Quran yang hidup) di tengah
masyarakat. Salah-satu contohnya adalah kegiatan “Haflah Al-Quran
Ar-Rasyid Smart” yang berlangsung tiap akhir bulan di Masjid Ar-
Rasyid Palangkaraya. Kegiatan tersebut diisi oleh para qori-qoriah
Palangkaraya yang bertujuan untuk menghidupkan Al-Quran dengan
lantunan suara yang indah dan merdu menggunakan nagham atau
lagu Tilawah Al-Quran18
5. Penelitian Muhammad Aminullah pada Jurnalnya yang berjudul
“Haflah Tilawat Al-Qur’an dalam Tradisi Masyarakat Kota Bima”
Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an, Bima, 2015. Pada penelitian ini
terfokus pada hadirnya haflah tilawah qur’an ini bagian dari tradisi
masyarakat kota bima khususnya dalam tradisi pernikahan dan
khitanan. Menjadikan haflah Tilawat al-Qur’an senagai respon
masyarakat terhadap al-Qur’an . Tujuan yang terselip dibalik

17
Adistian, “ Tradisi Haflah Tilawah Al-Qur’an pada masyarakat Tambe Kecamatan Bolo
Kabupaten Bima : Prespektif pendidikan islam. Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar .2019.

18
Triyani Kuniawati “ Nagham dan Living Qur’an di Tanah Kalimantan : Studi Kasus
Resepsi Estetis Haflah Al-Qur’an Ar-Rasyid Smart di Mewsjid Ar-Rasyid Palangka Raya” IAIN
Palangka Raya , 2022

10
penyelenggaraan kegiatan ini adalah mencintai al-Qur’an dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.19
Tabel 1.1 Tinjauan Pustaka

Nama
Perbedaan Persamaan
No. Peneliti / Judul Penelitian
Penelitian Penelitian
Tahun
Dampak
Focus pada
Tradisi Haflah Al- positif haflah
penelitian ini
Qur’an Pada al-Qur’an
adalah untuk
Pembangunan terhadap
Hazir Rizki, mengtahui peran
Masyarakat masyarakat,
1. 2018 pemerintah
Qur’ani di dan juga
Skripsi kecamatan langsa
Kecamatan Langsa menggunakan
kota dalam
Kota , Kota Studi Living
membangun
Langsa, Aceh Qur’an dan
masyarakat qur’ani
Tradisi
2. Ahmad Zaki, Dampak Spiritual Fokus penelitian menggunakan
2022 Budaya Haflah Al- disini adalah Studi Living
Tesis Qur’an (Studi memberantas Qur’an dan
Resepsi Pada huruf dan bacaan Tradisi
Ikatan Qari- Al-Qur’an terhadap
Qari’ah Hafidz- dikalangan Fenomena
Hafidzah Kota Msyarakat baik yang
Langsa) Pemuda maupun berlangsung
Orang Tua di
derah Kota Langsa
3. Adistian, Tradisi Haflah Focus penelitian Persamaan
2019 Tilawah Al- disini adalah sama sama
Jurnal Qur’an pada mendeskripsikan menggunakan
masyarakat Tambe pendidikan Islam Studi Living
Kecamatan Bolo dalam Tradisi Qur’an dan
19
Muhammad Aminullah, “Haflah Tilawat Al-Qur’an dalam Tradisi MAsyarakat Kota
Bima” Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an, Bima 2015 hal. 177

11
Tradisi
Kabupaten Bima : terhadap
Haflah Tilawah
Perspektif Fenomena
Al-Qur’an
Pendidikan Islam yang
berlangsung
Nagham dan
Persamaan
Living Al-Qur’an
penelitian
di tanah
Studi Living
Triyani Kalimantan : Studi Focus penelitian
Qur’an dan
Kurniawati, Kasus Resepsi ini terhadap
4. Tradisi
2022 haflah Al-Qur’an kegiataan dan teori
terhadap
Jurnal Ar-Rasyid Smart yang digunakan
Fenomena
di Mesjid Ar-
yang
Rasyid Palangka
berlangsung
Raya
Sama sama
Focus penelitian menggunakan
ini pada tradisi Studi Living
Muhammad Haflah Tilawat Al-
haflah Al-Qur’an Qur’an dan
Aminullah, Qur’an dalam
5. yang dilaksanakan Tradisi
2015 tradisi Masyarakat
ketika pada acara terhadap
Jurnal Kota Bima
pernikahan , Fenomena
khitanan. yang
berlangsung

12
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari bagian awal,
bagian utama dan bagian akhir yang akan dijabarkan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Bab I yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, Kegunaan Penelitian dan Sistematika Penulisan
BAB II : Landasan Teori
Bab II yang menjelaskan teori, kerangka berfikir dan Hipotesis
penelitian
BAB III: Metodologi Penelitian
Bab III yang menjelaskan desain penelitian, populasi sampel
penelitian, definisi operasional variable, teknik pengumpulan data,
instrument penelitian dan teknik analisis data.
BAB IV: Hasil dan Pembahasan
Bab IV akan mendeskripsikan dan menganalisis hasil dari peran
arrasyid smart dalam pelaksanaan tradisi haflah alquran terhadap
qori qoriah kota palangka raya dan hasil dari faktor pendorong dan
penghambat Ar-Rasyid Smart dalam pelaksanaan tradisi haflah
alquran terhadap qori qoriah kota palangka raya

BAB V: Penutup

Bab V berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.

13
BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Living Qur’an
Definisi living Qur’an yaitu kata living Qur’an merupakan gabungan
dari dua kata yang berbeda, yaitu living berarti hidup dan Qur’an yaitu kitab
suci umat Islam. Adapun kata living merupakan term yang berasal dari
bahasa inggris “live” yang berarti hidup, aktif dan yang hidup. Kata kerja
yang berarti hidup tersebut mendapatkan bubuhan –ing diujungnya (pola
verb-ing) yang dalam gramatika bahasa inggris disebut dengan present
participle. Kata kerja “live” yang mendapatkan akhiran –ing yang berfugsi
sebagai adjektif dalam bentuk present participle in terjadi pada term “The
Living Qur’an” (al-Qur’an yang hidup).

Muhammad Mansur berpendapat bahwa pengertian Living Qur`an


sebenarnya bermula dari fenomena Qur`an in Everyday Life, yang tidak lain
adalah “makna dan fungsi al-Qur`an yang riil dipahami dan dialami
masyarakat muslim”.20 Dengan kata lain, memfungsikan al-Qur`an dalam
kehidupan praksis di luar kondisi tekstualnya. Pemfungsian al-Qur`an
seperti ini muncul karena adanya praktik pemaknaan al-Qur`an yang tidak
mengacu pada pemahaman atas pesan tekstualnya,tetapi berlandaskan anggapan
adanya “fadhilah” dari bagian atau surat tertentu pada al-Qur`an bagi
kepentingan praktis kehidupan keseharian umat. Umumnya komunitas
muslim mempunyai keyakinan bahwa berinteraksi dengan al-Qur‟an secara
maksimal akan memperoleh kebahagiaan tersendiri.

Penelitian ilmiah tentang Livimg Qur`an dirasa perlu dikemukakan untuk


menghindari dimasukkannya tendensi keagamaan yang tentu dengan tendensi ini
berbagai peristiwa tersebut akan dilihat dengan kacamata ortodoksi yang ujung-
ujungnya berupa vonis hitam – putih, sunnah – bid’ah, syari’ah – ghairu syari’ah
atau yang lainnya.21
20
M. Mansur, “Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur’an “dalam syahiron
Syamsuddin (ed), Metodologi Penelitian Qur’an dan Hadist, (Yogyakarta: Teras, 2007), 5
21
M. Mansur, “Living Qur‟an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur‟an “, dalam Syahiron
Syamsuddin (ed.), Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2007),8

14
Kajian di bidang Living Qur`an memberikan sumbangsih yang cukup
penting dan berarti untuk pengembangan wilayah objek kajian al- Qur`an.
Sebagai paradigma baru bagi pengembangan kajian qur’an dewasa ini, sehingga
studi qur`an tidak hanya berkutat pada wilayah kajian teks saja.22 Abdul
Mustaqim dalam bukunya Metode Penelitian al-Qur`an dan Tafsir menyebutkan:

“Jika selama ini ada kesan bahwa tafsir dipahami harus berupa teks
grafis (kitab atau buku), maka makna tafsir sebenarnya bisa diperluas.
Tafsir dapat berupa respon atau praktik perilaku suatu masyarakat yang
diinspirasi oleh kehadiran al-Qur`an.”23

Kemudian di sisi lain, kajian Living Qur`an juga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan dakwah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat dapat
lebih maksimal dalam mengapresiasi al- Qur`an.

Peran dari adanya kajian Living Qur`an yang selanjutnya yakni menurut
pandangan masyarakat yang sedang diteliti, kajian atau riset Living Qur`an
dimaksudkan untuk memahami cara berpikir dan tingkah laku mereka. Mencari
jawaban dari apa sebenarnya yang mendorong mereka me-resepsi (baca: respon
dan apresiasi) al-Qur`an seperti itu, dan apa makna yang terkandung bagi mereka
dalam kehidupan. Dan yang terpenting, peneliti dapat mencari dan menemukan
relasi antara teks (baik ayat, hadits, atau maqolah) yang menjadi dasar dari
model resepsi mereka terhadap al-Qur`an. Yang tentunya dalam hal ini terdapat
proses “penafsiran kreatif” masyarakat, yang bisa jadi sebagian orang akan
menilainya sebagai penyimpangan atau “bid’ah”, tetapi bagi sosiolog,
antropolog, maupun masyarakat yang menjunjung tinggi budaya setempat akan
menilai praktik tersebut merupakan proses kreatif dalam merespon dan
mengapresiasi kehadiran al-Qur`an.24

Berikutnya, arti penting kajian Living Qur`an adalah sebagai paradigma


baru bagi pengembangan kajian qur`an kontemporer, sehingga studi Qur`an tidak

22
Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living Qur’an” dalam Sahiron Syamsuddin
(ed.), Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2007), 70.
23
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press
Yogyakarta, 2017), cet. ke-3, 107.
24

15
hanya pada wilayah kajian teks. Pada wilayah Living Qur`an, kajian tafsir akan
lebih banyak mengapresiasi respon dan tindakan masyarakat terhadap kehadiran
al-Qur`an.25 Ruang Lingkup al-Qur’an yang hidup sejalan dengan Fenomena
yang peneliti teliti yaitu Tradisi Haflah Tilawatil Qur’an yang dilaksanakan oleh
qari-qori’ah Mesjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya.

B. Teori Living Qur’an

Di dalam penelitian living Qur’an ini penulis menggunakan teori


living Qur’an yang digunakan oleh Ahmad Rafiq yang dikenal dengan
Resepsi al-Qur’an. Adapun resepsi Ahmad Rafiq terdiri dari tiga teori
yaitu sebagai berikut:

1. Resepsi Eksegesis

Resepsis eksegesis yaitu pemosisian al-Qur’an oleh masyarakat


sebagai sebuah teks yang berbahasa arab dan memiliki makna sebagai
sebuah bahasa. Resepsi eksegesis mewujudkan dalam bentuk penafsiran al-
Qur’an baik bi al-lisaan dan ditulis bi al-qalam. Bi al- lisaan artinya al-
Qur’an ditafsirkan melalui pengajian kitab-kitab tafsir al-Qur’an semisal
kitab tafsir jalalain, kitab tafsir Ibnu Katsir, dan kitab tafsir lainnya.
Sedangkan bi al-qalam artinya al-Quran ditafsirkan dalam bentuk karya-
karya tafsir.26

2. Resepsi Estetis

Resepsi Estetis , dalam resepsi ini al-Qur’an diposisikan sebagai teks


yang bernilai atas keindahan nya (estetis) serta diterima dan direspon
dengan cara yang estetis pula. Estetis merupakan kata kunci dari estetika.
Pengaruh estetis yaitu proses penerimaan pembacaan terhadap karya sastra.
Menurut Ahmad Rafiq , resepsi ini konsumen berusaha menunjukkan
keindahan inheren al-Qur’an seperti melalui kajian yang puitik atau
melodik yang terkandung dalam bahasa al-Qur’an. Hubungan antara al-

25

26
Ahmad Rafiq, Living Qur’an teks praktik dan iedealis dalam performasi al-Qur’an,
Yogyakarta, Asosiasi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir se-Indonesia dan Ladang Kata h.44-45

16
Qur’an dan pembaca menunjukkan adanya fenomena. Fenomena yang
mengarah pada kegiatan mental yang berupa sikap, perasaan, kebutuhan
dan kamauan. Menurut Ahmad Rafiq al-Qur’an dituangkan menjadi
syair-syair, dan estetika retoriknya hingga membuat keberhasialan
islam dengan pesona yang begitu kuat dari al-Qur’an. Musikalitas al-
Qur’an merupakan sebuah fenomena penerimaan al-Qur’an yang
berhubungan dengan nilai-nilai estetisnya. Al-Qur’an sebagai teks
representasi estetis yang menghasilkan aktivitas fisik menjadi penanda
adanya interaksi antara al-Qur’an dan Tradisi masyarakat.27

3. Resepsi Fungsional
Dalam resepsi fungsional ini al-Qur’an diposisikan sebagai
kitab yang ditunjukan kepada manusia untuk dipergunakan demi tujuan
tertentu. Maksudnya kitab al-Qur’an adalah manusia, baik kerana
merespon suatu kejadian atau karena mengarahkan manusia untuk
melakukan sesuatu. Dari kitab al-Qur’an ini pun manusia sering kali
menggunakannya demi tujuan tertentu, baik tujuan normatif maupun
praktis. Kemudian dari tujuan resepsi ini lahirlah sebuah dorongan untuk
melahirkan sikap dan perilaku.
Resepsi fungsional terhadap al-Qur’an dapat mewujudkan
sebuah fenomena sosial budaya di masyarakat dengan dibaca, disuarakan,
diperdengarkan, ditulis, dipakai, atau bahkan ditempatkan. Ekspresi
dan tampilannya bisa berbentuk praktik komunal atau individual, rutin
atau insidental, sehingga mewujudkan dalam system social, adat, hokum,
maupun politik.28
Dari ketiga teori tersebut Teori Estetika dan Teori Fungsional
yang relevan untuk digunakan dalam penelitian Living Qur’an pada
penelitian ini , karena penelitian ini untuk mengkaji Tradisi Haflah

27
Ahmad Rafiq, Living Qur’an teks praktik dan idealis dalam performasi al-Qur’an,
Yogyakarta, Asosiasi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir se-Indonesia dan Ladang Kata h.44-45
28
Akhmad Roja Bdrus Zamanm, Tipokogi dan Simbolisasi Resepsi al-Qur’an di
Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas, Journal of islam and Plurality, Vol. 5.
No. 2, Desember 2020. h. 214-215.

17
Tilawah al-Qur’an yang dilaksanakan oleh Qari-Qariah Ar-Rasyid Smart
di Mesjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah cara yang sistematis dan terstruktur
untuk melihat dan memecahkan masalah atau situasi tertentu.
Kerangka berpikir juga dapat membantu dalam proses pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, dan perencanaan tindakan dengan cara
menidentifikasi informasi yang relevan, mengorganisir data, dan membuat
kesimpulan atau rekomendasi berdasarkan hasil analisis penelitian. Adapun
kerangka pikir yang peneliti buat meliputi penjelasan yang terkait dengan
pembahasan tentang Tradisi. Adapun skestsa penelitan sebagai sebagai
berikut:

Haflah Tilawah al-


Qurán

Teori Resepsi
(Ahmad Rafiq)

Pelaksanaan Haflah Qari’-Qariáh Masyarakat Sekitar

Hasil Penelitian

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang mengumpulkan data pada suatu latar belakang

18
ilmiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan berupa kajian

living Qur’an29. Adapun motede yang digunakan pada penelitian ini yaitu
penelitian living Qur’an.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang perlu dilakukan sesuai masalah yang ingin diteliti
secara kualitatif. Penelitian kualitatif sifatnya deskritif, karena data
yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika
ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskripsi dari gejala-gejala
yang diamati yang tidak selalu harus berbentuk angka-angka atau
30
koefisien antara variabel. Bertujuan untuk menggali sejumlah
pemahaman terkait Tradisi yang dilaksanakan oleh Qari-Qari’ah Ar-
Rasyid Smart di Mesjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian kajian living Qur’an penelitian
menggunakan pendekatan fenomenologi. Adapun pendekatan ini
membantu mengarah keilmuan yakni pendekatan Multidisipliner
diantaranya pendkatan paedadogis, pendekatan psikologis , dan
pendekatan teologi normatif. Pendekatan ini dianggap penting bagi
kajian living Qur’an karena pokok kajian yang peneliti kaji sangat erat
kaitannya dengan realitas sosial yang ada di masyarakat, mengungkap
dan memahami fenomena yang terjadi di masyarakat secara turun
temurun dan masih berlangsung hingga saat ini.
Pendekatan fenomenologi ini merupakan pendekatan yang
meneliti tentang fenomena alam dan fenomena yang diteliti. Perspektif
dari berbagai prespektif subjektif dan objektif serta pandangan ideologis
yang menekankan pengalaman yang ada di masyarakat.

29
Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cv Jejak, (Jawa
Barat, Oktober 2018), h. 8.
30
M. Subana, Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia, (Bandung,
November, 2011), h. 17.

19
Penentuan informan dalam penelitian fenomenologi bergantung
pada kapabilitas orang yang akan diwawancarai untuk mengartikan
pengalaman hidupnya. Sedangkan lokasi penelitian bisa di suatu
tempat tertentu atau tersebar, dengan memperhatikan individu yang
akan dijadikan informan. 31

Pada hal ini peneliti memiliki langkah-langkah yang harus


ditelaah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peneliti menentukan tema yang akan dibahas dalam penelitian
b. Peneliti menentukan tema (Tradisi Haflah Tilawah al-Qur’an Studi
Living Qur’an pada Komunitas Qari’-Qari’ah Ar-Rasyid Smart di
Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka raya)
c. Peneliti mengumpulkan data dengan wawancara, dokumentasi dan
observasi.
d. Setelah itu peneliti melakukan deskripsi data yang telah di seleksi ,
kemudian menganalisis data ,menggunakan teori fungsional dan teori
estetika dengan pendekatan fenomenologis.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana proses penelitian digunakan
untuk mencapai solusi atas masalah penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan
di Masjid Ar-Rasyid jalan G.Obos XVIII Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah
C. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti membagi data menjadi dua yaitu.
sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer yaitu data pokok yang digunakan sebagai bahan
utama dalam penelitian dari sumber asli atau dikumpulkan dari lapangan
yang di dapat dalam penelitian.32 Dalam penelitian ini data yang
berkaitan langsung dalam objek penelitian yaitu Tradisi Haflah Tilawah al-
Qur’an pada Komunitas Qari’-Qari’ah di Mesjid Ar-Rasyid Kota Palangka
Raya.

31
Farid Hamid, Pendekatan Fenomenologi (suatu ranah penelitian kualitatif), (Al-
Tadzzkiyah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 10, No. 1), 2019
32
Suryadi, Libas Skripsi dalam 30 hari , (Yogyakarta: DIVA Press) 2013, h. 64

20
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data penunjang yang dapat memperkaya

penelitian. Dalam penelitian ini data yang digunakan yaitu, buku,


jurnal artikel, skripsi, tesis, wawancara, observasi atau referensi lainnya
yang mendukung penelitian ini.33
D. Subjek dan Objek
1. Subjek
Subjek penelitian ini yaitu sumber penelitian utama yang ada
dalam penelitian atau pelaku dalam penelitian. Dalam penelitian ini subjek
penelitian ini yaitu Qari-Qari’ah yang hadir pada Haflah Tilawah Al-
Qur’an di Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya yang dilaksanakan
dengan jumlah kurang lebih 10 orang dalam sebulan sekali pertemuan
di Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya.
2. Objek
Objek penelitian ini yaitu tentang Tradisi Haflah Tilawatil Qur’an
yang dilaksanakan oleh Qori-Qoriah Kota Palangka Raya di Mesjid Ar-
Rasyid Kota Palangka Raya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis penelitian kualitatif dan jenis data yg dipakai, maka
teknik pengumpulan data yg dipakai pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi adalah salah satu dasar fundamental dari semua motede
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, khususnya menyangkut ilmu
sosial dan perilaku manusia. Observasi juga merupakan proses
pengamatan sistematis dari aktivitas manusia dan pengaturan fisik
dimana kegiatan tersebut berlangsung secara terus menerus dari lokasi
aktivitas bersifat alami untuk menghasilkan fakta. Oleh karena itu
observasi merupakan bagian intergral dari cakupan penelitian lapangan 34
dalam penelitian ini.
33
Suyadi, Libas Skripsi Dalam 30 Hari, ... h. 65
34
Hasyim Hasanah, Teknik – teknik Observasi ( sebuah Alternatuf Metode Pengumpulan
Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial), (Jurnal At-Taqaddum, Vol 8 No. 1 Juli @016) h. 16

21
Teknik pengumpulan data yang pertama yaitu observasi dengan
tujuan untuk memperoleh data terkait pelaksanaan tentang Tradisi Haflah
Tilawah al-Qur’an . Adapun data hasil pengamatan tokoh agama dan
masyarakat di Sekitaran Masjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya. Observasi
ini dilakukan dengan cara mengamati Pelaksanaan Haflah Tilawah
Qur’an dan mewawancarai masyarakat sekitar terhadap Tradisi Haflah
Tilawah al-Qur’an Peneliti akan mempersiapkan lembar observasi.
Instrumen yang digunakan untuk observasi yaitu buku tulis, kamera, alat
tulis dan lembar panduan wawancara.
2. Wawancara
Wawancara adalah peran situsi tatap muka interpesonal di mana
satu orang bertanya kepada satu orang yang diwawancarai, beberapa
pertanyaan yang dibuat untuk mendapatkan jawaban yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Wawancara merupakan salah satu teknik
utama yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Dengan adanya teknik wawancara ini peneliti melakukan
pembelajaran pendahuluan untuk memperoleh permasalahan yang diteliti

dan hal-hal berkaitan dengan penelitian ini35. Adapun yang menjadi


subjek wawancara dalam penelitian ini yaitu Qari-Qari’ah Ar-Rasyid
Smart ,kemudian tokoh masyarakat dan tokoh agama. Hal ini dilakukan
untuk memperoleh informasi terkait living Qur’an pada Tradisi Haflah
Tilawah Al-Qur’an Pada Komunitas Qari-Qari’ah Ar-RAsyid Smart di
Kota Palangka Raya.

3. Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data


kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek. Hasil dari
observasi dan wawancara akan lebih baik jika ada dokumentasi dari objek
35
Fadhallah, Wawancara, (Jakarta Timur, UNJ Press, Januari), 2021

22
yang di teliti. Dalam penelitian dokumentasi harus menjadi suatu
penguat bukti kepenelitian, karena sebuah dokumen berfungsi untuk
membentuk sebuah peristiwa atau fenomena yang merupakan bagian
penelitian. Dokumentasi ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah data
yang terkait denga pelaksanaan Tradisi Haflah Tilawatil Qur’an di
Mesjid Ar-Rasyid Kota Palangka Raya.

F. Teknik Analisis Data


Kegiatan analisis data penelitian dilakukan setelah pengumpulan data
selesai. Pada penelitian dan pengembangan jumlah kegiatan analisis data akan
tergantung pada level penelitian, jenis dan jumlah rumusan masalah, serta
jumlah rumusan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbahai sumber, yaitu satu cara pengamatan yang sudah
ditulis dalam catatan lapangan, dokumen resmi, fambar atau foto dan
sebagainya. Analisis data kualitatif adalah induktif yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan pola hubungan
tertentu atau menjadi hotesis.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data,
display data, dan kesimpulan dan verifikasi.
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan
sebelumnya, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data
yang diperoleh akan semakin banyak, kompleks, dan rumit, untuk itu perlu
segera dilakukana analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data
berarti merangkum, memlilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, serta mencari tema dan polanya. Dengaan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan, seperti komputer, notebook,
dan lain sebagainya.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan
yang akan diacapai. Tujuan penelitian utama dari peneliti kualitatif adalah

23
temuan, oleh karena itu apabila peneliti dalam melakukan penelitian
menemukan segala sesuatu yang dipandang asung. Tidak dikenal. Belum
memiliki pola, justru itula yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam
melakukan reduksi data.
2. Display Data (Penyajian Data)
Setelah data direduksu, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Dalam penelitian kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan
menggunakan tabel, grafik, pictogram, dan sebagainya. Melalui
penyajian data, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
Beda halnya dalam penelitian kualitatif, dimana penyakian data
dilakukan dalan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan
sejenisnya. Dengan adanya penyajian data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencakan
penelitian selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif
yaitu adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami
perubahan apabila tidak ditemukan bukt-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif


mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,
tetapi mungkin juga tidak. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu ibjek yang sebelumnya masih
remang-remang atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

24
Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kasual atau interaktif, maupun
hipotesis atau teori.36

36
Umarti, Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif, Teori Konsep DalamPenelitian
Pendidikan, (makassar, 2020), h. 85.

25
Kesimpulan Sementara

Berdasarkan analisis, pengolahan data dan hasil penelitian sementara maka


peneliti menyimpulkan bahwa Tradisi Haflah Tilawah Al-Qur’an ini adalah :

1. Dengan hadirnya haflah tilawah al-Qur’an ini yang dilaksanakan oleh qari-
qari’ah Masjid Ar-Rasyid ini merupakan bagian dari respon masyarakat cinta
terhadap al-Qur’an, sehingga mampu membaca dan memahami serta
mengamalkannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dampak positif yang bagi qari-qari’ah Masjid Ar-Rasyid dan juga
masyarakat pada Haflah Al-Qur’an qari-qari’ah Masjid Ar-Rasyid ini adalah
sebagai syiar Islam yang digaungkan oleh qari-qari’ah Masjid Ar-Rasyid
yang dilaksanakan dalam sebulan sekali pada akhir bulan, dan juga makna
keberkahan makna spiritual, inteketual serta memeperkuat silaturahmi antar
sesama umat muslim terkhusus pada masyarakat setempat.

26
Daftar Pustaka Sementara

Buku :

Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al-Qur’an Penyejuk Kehidupan (Jakarta : PT.


Qaf, 2017), hlm 90

Ahsin Sakho Muhammad, Renungan Kalam Langit (Jakarta : PT. Qaf, 2017),
hlm 40

Ahsin Sakho Muhammad, Pencerah Kehidupan (Jakarta : PT. Qaf, 2018), hlm
44
Muh. Ibnan Syarif, Ketika Mushaf menjadi Indah (semarang : Aini, 2003) hlm.1

Departemen pendidikan Ketradisian, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. III;


Jakarta: PT Balai Pustaka, 2002), h. 169.

Choiril Fuad, Tradisi Sekolah dan Mutu pendidikan (Cet I ; Jakarta :PT Pena
Cita Satria, 2008), h. 14

Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal: Potret dari Cirebon
(Ciputat: Pt. Logos Wacana Ilmu, 2001), h.11.

Yulia Rahmi, Eksisitensi Nask Tilawah (Cet. I; Yogyakarta: Deepublish,


2015), h.24.

Lihat Hisyam bin Mahrus Ali Al-Makky, Bimbingan Tahsin Tilawah Al-
Qur’an (Cet.I; Solo: ZamZam, 2013), h. 45.

Ansori Lal, Ulumul Qur’an;Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan (Cet: III;


Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016), h. 17.

Ansori Lal, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, h. 17.


Albi Anggito dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cv
Jejak, (Jawa Barat, Oktober 2018), h. 8.

27
M. Subana, Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Pustaka Setia,
(Bandung, November, 2011), h. 17.

Farid Hamid, Pendekatan Fenomenologi (suatu ranah penelitian kualitatif), (Al-


Tadzzkiyah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 10, No. 1), 2019

Jurnal :
Jurnal Muhammad Aminullah, Haflah tilawah Al-Qur’an (vol 5; nomor 1,
2015), h.164

Hazir Rizki Amiruddin,Tradisi Haflah al-Qur’an dalam pembangunan


masyarakat Qur’ani di kecamatan Langsa Kota, Kota Aceh. Skripsi,2018 hal. 69

Ahmad Zaki,,Dampak Spritual Budaya Haflah Al-Qur’an (Studi Resepsi pada


ikatan Persaudaraan qari’-Qari’ah Hafidz-Hafodzah Kota Langsa ). Tesis,2022 hal. 1

Adistian, “ Tradisi Haflah Tilawah Al-Qur’an pada masyarakat Tambe


Kecamatan Bolo Kabupaten Bima : Prespektif pendidikan islam. Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin Makassar .2019.

Triyani Kuniawati “ Nagham dan Living Qur’an di Tanah Kalimantan : Studi


Kasus Resepsi Estetis Haflah Al-Qur’an Ar-Rasyid Smart di Mewsjid Ar-Rasyid
Palangka Raya” IAIN Palangka Raya , 2022
Muhammad Aminullah, “Haflah Tilawat Al-Qur’an dalam Tradisi MAsyarakat
Kota Bima” Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an, Bima 2015 hal. 177

. M. Mansur, “Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur’an “dalam


syahiron Syamsuddin (ed), Metodologi Penelitian Qur’an dan Hadist, (Yogyakarta:
Teras, 2007), 5

M. Mansur, “Living Qur‟an dalam Lintasan Sejarah Studi Qur‟an “, dalam


Syahiron Syamsuddin (ed.), Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis,
(Yogyakarta: Teras, 2007),8

28
Abdul Mustaqim, “Metode Penelitian Living Qur’an” dalam Sahiron
Syamsuddin (ed.), Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, (Yogyakarta:
Teras, 2007), 70.

Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur`an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea


Press Yogyakarta, 2017), cet. ke-3, 107.

Ahmad Rafiq, Living Qur’an teks praktik dan iedealis dalam performasi al-
Qur’an, Yogyakarta, Asosiasi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir se-Indonesia dan Ladang
Kata h.44-45

Ahmad Rafiq, Living Qur’an teks praktik dan idealis dalam performasi al-
Qur’an, Yogyakarta, Asosiasi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir se-Indonesia dan Ladang
Kata h.44-45

Akhmad Roja Bdrus Zamanm, Tipokogi dan Simbolisasi Resepsi al-Qur’an di


Pondok Pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas, Journal of islam and Plurality,
Vol. 5. No. 2, Desember 2020. h. 214-215.

Suryadi, Libas Skripsi dalam 30 hari , (Yogyakarta: DIVA Press) 2013, h. 64


Suyadi, Libas Skripsi Dalam 30 Hari, ... h. 65

Hasyim Hasanah, Teknik – teknik Observasi ( sebuah Alternatuf Metode


Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial), (Jurnal At-Taqaddum, Vol 8 No. 1
Juli @016) h. 16
Fadhallah, Wawancara, (Jakarta Timur, UNJ Press, Januari), 2021

29

Anda mungkin juga menyukai