Anda di halaman 1dari 9

I.

Apa dan Mengapa Pengorganisiran

Kata pengorganisiran kadang-kadang membuat kita bingung, apa sebenarnya yang


kita maksudkan dengan pengorganisiran. Kebanyakan orang menganggap bahwa
pengorganisiran adalah kerja seorang individu untuk membuat sebuah organisasi
yang tidak baik dan tidak berjalan, menjadi baik dan bisa berjalan secara disiplin.
Ada juga yang melihat bahwa pengorganisiran adalah memberi kursus-kursus
politik kepada rakyat, dan setelah itu pergi meninggalkan rakyat tersebut, seperti
yang selama ini dilakukan oleh LSM. Sebagian yang lain juga menganggap bahwa
pengorganisiran adalah bagaimana mengajak rakyat untuk turun ke jalan-jalan
melakukan demonstrasi menuntut keadilan sosial misalnya.

Sebenarnya pengertian yang benar tentang pengorganisiran itu apa


sih? Pengorganisiran adalah sebuah kerja politik untuk memberikan
kesadaran politik kepada rakyat tentang persoalan apa yang dia hadapi. Kalau
dia sudah sadar tentang persoalan yang dia hadapi, maka tugas pengorganisiran
adalah memberikan kesadaran tentang penyebab utama dari persoalan yang dia
hadapi. Katakanlah dalam melihat kemiskinan, banyak rakyat yang sadar akan
kemiskinannya, tapi banyak juga rakyat yang melihat bahwa kemiskinan yang dia
hadapi disebabkan oleh takdir Tuhan, atau nasib. Tugas pengorganisiran adalah
memberikan kesadaran bahwa rakyat menjadi miskin, bukan karena takdir Tuhan,
tetapi karena penguasa yang tidak pernah memberikan pelayanan berupa lapangan
kerja ke rakyat.

Bila dia sudah sadar tentang penyebab persoalan yang dia hadapi, maka tugas
pengorganisiran selanjutnya adalah memberikan penyadaran tentang
bagaimana menyelesaikan persoalan tersebut. Sampai di sini, tugas
pengorganisiran adalah adalah menyadarkan rakyat tentang pentingnya
membentuk organisasi, dan berjuang merubah nasib secara bersama-sama,
tentu menggunakan organisasi. Sekaligus secara jangka panjang kita juga harus
memberikan kesadaran tentang sistem yang ideal yang dapat menyelesaikan
persoalan yang mereka hadapi. Katakanlah tentang sistem demokrasi
kerkayatan, harus ada penjelasan tentang maksud dari sistem tersebut

Artinya pengoraganisiran yang kita maksudkan di sini, tidak terbatas semata ketika
persoalan rakyat yang dihadapi oleh sekelompok rakyat terselesaikan. Harus ada
kesadaran yang kita suntikkkan ke rakyat, bahwa tanpa merubah aturan atau sistem
yang lebih besar, persoalan tersebut bisa saja muncul kembali. Bahkan harus
mengajak mereka untuk juga ikut memperjuangkan nasib orang lain.
II. Bagaimana Melakukan Pengorganisiran?

Untuk mencapai hasil yang maksimal, organiser (orang yang mengorgnisir harus
menguasai berbagai teknik pengorganisiran). Tanpa keahlian atau profesionalitas
dalam mengorganisir, cukup sulit bagi kita untuk mewujudkan cita-cita
pengorganisiran. Karena itu, berikut akan dijelaskan sepuluh teknik
pengorganisiran.

Langkah Pertama: Integrasi (Penyatuan)

Langkah pertama dan utama dalam pengorganisiran rakyat adalah integrasi atau
menyatu dengan rakyat miskin atau masyarakat yang mengalami persoalan sosial.
“Organiser” (organisasi atau individu yang melakukan penyadaran politik ke
rakyat untuk melakukan perlawanan politik terhadap berbagai problem struktural
yang dihadapi secara terpimpin dan terorganisir) harus berusaha melebur dirinya
dalam masyarakat yang miskin untuk mengetahui budaya, ekonomi, pemimpin,
sejarah, irama dan gaya kehidupan dari masyarakat tersebut. Mereka mengunjungi
orang-orang, terlibat dalam pembicaraan-pembicaraan kecil, mengambil bagian
dalam kegiatan mereka (umpamanya menumbuk padi), ikut terlibat dalam diskusi-
diskusi kelompok tidak resmi, tinggal bersama mereka dan merasakan apa yang
mereka makan, apa yang jadi hiburan mereka dan ikut dalam pertemuan-pertemuan
mereka.

Ini bukanlah hal yang gampang. Ujar seorang organiser, “Selama empat bulan saya
tidak mampu merasakan makanan mereka atau baunya. Lalu saya mulai
menyesuaikan diri dan mata saya terbuka. Saya melihat keadaan yang sebenarnya
dari pergumulan mereka bagaimana rasanya menjadi miskin yang dari hari ke hari
berjuang untuk hidup, dan apa artinya memperjuangkan tanah dan kemenangan-
kemenangan yang mereka peroleh dan frustasi-frustasi mereka seperti yang mereka
sendiri lihat. Saya melihat kehidupan kaum miskin seperti apa yang mereka sendiri
lihat, sejauh yang bisa dilakukan oleh orang luar. Saya belajar mempergunakan
bahasa mereka yang sederhana. Saya mempelajari sampai yang terkecil dari
kehidupan mereka yang menyebabkan persoalannya menjadi hidup”.

Dalam proses integrasi ini, beberapa hal akan dialami oleh seorang organiser:

Ia harus mulai menghargai rakyat dan melihat aspek pembebasan dari budaya
mereka yang mampu memberikan mereka kekuatan berjuangan. Apa yang
dinamakan “kebudayaan bisu” (culture of silence) cuma abstraksi dari para
sosiolog. Kaum miskin sesungguhnya ulet, tekun dan penuh dengan itikad baik.
Mereka juga memiliki seluruh kelemahan seperti manusia yang lain.
Organiser harus melihat bagaimana analisa sosial yang mungkin ia lakukan
mengenai situasi nasional, bisa menyatu dalam kehidupan rakyat. Ia harus bisa
melihat seberapa jauh analisa sosial tersebut benar atau tidak. Ia harus bisa belajar
dari kenyataan bahwa juga analisa sosial cuma sebuah abstraksi (gambaran besar).
Kenyataan jauh lebih padat dan rumit.

Ia harus berusaha melihat atau merasakan tindakan Allah diantara mereka yang
miskin, lantaran kaum miskin mendapat tempat istimewa dalam pekerjaan Allah
masa kini, sesuai dengan ajaran agama.

Pada akhirnya ia harus bisa diterima sebagai warga dari masyarakat tersebut.

Akhirnya nilai-nilai serta gaya hidup sang organiser harus berubah. Ia harus
menjadi lebih berpengertian dan toleran, lebih penuh penyerahan diri, lebih
realistis dan menjadi miskin sebisanya.

Untuk berintegrasi dengan baik, para organiser sedikitnya pada permulaan latihan,
mereka harus hidup dilingkungan masyarakat desa atau kota yang miskin selama
enam bulan di rumah yang biasa dan makan apa yang dimakan oleh rakyat miskin.
Integrasi memberikan jaminan bahwa keprihatinan seseorang untuk merubah
sebuah masyarakat, sesuai dengan apa yang diinginkan rakyat mengenai sebuah
perubahan dan bukan menurut contoh-contoh teoritis atau ideologi (paham) atau
agama. Integrasi merupakan dasar dari langkah-langkah yang lain. Jikalau para
organiser tidak menyatu dengan rakyat, mereka tidak akan pernah mempelajari
dimensi yang sesungguhnya dari persoalan rakyat atau bagaimana merangsang
mereka untuk berubah.

Langkah Kedua: Penyelidikan Sosial

Penyidikan sosial adalah sebuah proses yang sistematis mencari masalah-masalah,


di sekitar masyarakat yang diorganisir. Sang organiser larut dalam masyarakat,
mencari permasalahan-permasalahan yang sangat dirasakan rakyat untuk
diperkembangkan sehingga mereka mau bertindak.

Ia mencari soal-soal yang kongkrit, seperti masalah air dan kakus yang memang
merupakan masalah obyektif (yang tak pelak lagi untuk rakyat setempat maupun
pendatang) dan yang dirasakan sebagai masalah oleh rakyat. Kedua hal ini tidak
selamanya sama.

Bagaimana melakukan penyidikan sosial? Secara umum, ada tiga cara:


Yang pertama, mempelajari catatan dan laporan yang membicaraka masalah
rakyat. Cara kedua, adalah belajar dari rakyat itu sendiri bagaimana mereka
merasakan sebuah permasalahan, bagaimana mereka melihat rincian sebuah
permasalahan, komplikasi (kaitan) serta maknanya. Cara yang ketiga adalah
mempelajari sebuah permasalahan sebagaimana yang ditentukan oleh bangunan
kekuasaan dari masyarakat tersebut, seperti mempelajari bagaimana para pimpinan
masyarakat terikat pada sebuah permasalahan.

Misalnya, tukang riba: seorang organisir bisa membaca seberapa jauh urusan lintah
darat ini merupakan hal yang umum dalam sebuah daerah kumuh. Ia bisa melihat
sendiri dan mempelajari dari rakyat bagaimana urusan ini adalah hal yang umum
dan lajim dan betapa berartinya riba bagi penduduk. Ia juga bisa melihat
bagaimana kegiatan ini bisa membantu beberapa kebutuhan tertentu dari rakyat
yang justru tidak dilayani oleh pemerintah atau lembaga lainnya dan bagaimana
para pemimpin setempat seringkali justru bertindak sebagai lintah darat utama.
Keterangan yang terakhir ini memberikan peringatan bagi si oraganisir bahwa
tidakan melawan tukan riba akan memperoleh perlawanan dari pemimpin
masyarakat dan kawan-kawannya.

Di daerah Bicol, Filipina, rakyat menolak mendukung sebuah rencana menanam


pipa-pipa bensin ke bawah tanah, biarpun pipa itu mudah terbakar. Kanapa?
Ternyata banyak oeang termasuk pemipimpin masyarakat mencuri minyak dari
pipa itu. Di Bombay, air selok jalan dipergunakan untuk membuat minuman keras
gelap yang dikendalikan oleh kelompok penjahat. Adalah salah dan berbahaya,
untuk berpikir bahwa memberisihkan selokan ini adalah sekedar masalah
kebersihan semata.

Langkah Ketiga: Program Percobaan Sementara

Organisir tidak boleh mempunyai gagasan yang sudah direka sebelumnya tentang
masalah apa yang dianggap benar untuk digarap. Ia senantiasa harus waspada dan
berusaha menemukan tahapan-tahapan dasar dari kerumitan dalam permasalahan.
Dan akhirnya, ia harus betapun memilih salah satu saja persoalan yang ditangani
(ini yang kita sebut sebagai prioritas). Beberapa organisir terus menerus
mempelajari permasalahan-permasalah dan tidak pernah menangani sebuah
persoalanpun. Pada beberapa titik, kita harus memulai dan percaya bahwa sebagai
akibat dari aksi, kita akan memperoleh informasi lebih lanjut. Persoalan yang harus
ditanggulangi haruslah:
Mempengaruhi banyak orang atau yang dialami oleh bagian besar massa rakyat di
daerah pengorgansiran. Merupakan hal pokok dalam pengorganisiran untuk
melibatkan jumlah orang yang banyak.

Orang-orang harus cukup terlibat dengan persoalan yang diajukan, misalnya


mereka harus mengajukan keberatan atas persoalan tersebut dalam beberapa hal
kepada organisir, atau memberikan pertanda bahwa persoalan tersebut
mengganggu mereka.

Haruslah sesuatu yang bisa dimenangkan, yaitu bahwa rakyat harus memiliki
peluang untuk memperoleh apa yang mereka inginkan secepatnya. Pada pihak lain,
ia tidak boleh menjadi perjuangan yang sia-sia, seperti misalnya rencana untuk
menghapuskan perusahan-perusahan multinasional.

Tindakan yang diambil atas sebuah persoalan harus bisa menarik minat orang lain
untuk ikut bergabung. Sekutu sangat diperlukan pada setiap tahapan kerja
organisir.

Jikalau mungkin, persoalan dipilih yang menarik dan dramatis. Hal ini bisa
mencipatakan daya tarik yang lebih luas dalam pengorganisiran.

Persoalan yang dipilih harus bisa berkembang ke persoalan yang lebih jauh lagi,
misalnya seorang organisir harus bisa melihat bahwa aksi mengenai air kran akan
berkembang menjadi kelompok pemakai kecil yang kemudian akan melawan
pimpinan tradisional mereka yang jadi boneka penguasa. Dan bahkan pada jangka
panjang isu tersebut akan meningkat menjadi isu politik yang bersifat nasional.

Langkah Keempat: Landasan Kerja

Landasan kerja berarti berjalan berkeliling dan menggerakan rakyat berdasarkan


hubungan orang perorang untuk melakukan sesuatu terhadap pesoalan air kran atau
persoalan apa saja yang dipilih. Paling bagus jika menggunakan selebaran. Cara ini
yang kita disebut agitasi. Agitasi adalah menjelaskan ke rakyat untuk tentang akar
permasalahan yang dia hadapi, sekaligus mengajak dia untuk terlibat dalam
menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. Berbagai segi dari rangsangan
(motivasi) atau agitasi ini yang bisa dipergunakan adalah kepentingan pribadi,
moralitas, hak-hak, kehormatan atau rasa malu dan amarah. Sebagai contoh:

1. Secara ekonomis jauh lebih baik anda memperoleh air kran umum. Uang
yang lebih bisa dipakai untuk membeli beras.
2. Kau membayar pajak. Adalah hakmu untuk memperoleh air.
3. Ini memang hak anda. Hukum mengatakan anda harus memperoleh air kran.
4. Tuhan menghendaki anda berjuang untuk memperolehnya. Adalah kenginan
Tuhan bahwa anda memenuhi kebutuhan keluaga anda dengan layak,
terutama anak-anak anda yang butuh mandi dan minum..
5. Anda itu manusia atau kambing?
6. Pemerintah membuatnya (air kran) untuk orang kaya? Kenapa tidak untuk
anda juga?
7. Pemerintah tidak menghormati hak anda. Itulah sebabnya anda tidak diberi
air kran.
8. Kaum perempuan banting tulang untuk memperoleh air. Kalau kalian
memang laki-laki, seharusnya kalian melakukan sesuatu.

Ketika berkeliling, para organiser harus juga mulai membicarakan tentang sebuah
pertemuan umum di mana lebih banyak orang akan hadir untuk pembahasan dan
aksi lebih lanjut. Mereka, misalnya dapat menganjurkan sebuah pertemuan yang
akan membahas kemungkinan rakyat beramai-ramai ke balai kota untuk menuntut
air kran. Dengan orang-orang yang ia temui, seorang organisier hendaknya
membahas pendapat yang setuju dan tidak terhadap aksi ini. Ia harus mampu
membuat orang-orang mau melakukan sesuatu, dan bersiap-siap menghadiri
sebuah pertemuan pada waktu tertentu, serta menyepakati bentuk-bentuk kegiatan
tertentu.

Terkadang dalam usaha agitasi, kita mempergunakan pokok-pokok yang akrab


dengan budaya dan agama dalam masyarakat tersebut. Kita tidak boleh
mempergunakan apa saja dari budaya dan agama dalam hal agitasi ini yang kita
sendiri tidak yakini atau hormati, sedikitnya pada tingkat yang lebih dalam. Kita
harus percaya bahwa tak ada satupun dalam kebudayaan yang memang benar-
benar baik, yang dengan begitu bertentangan dengan rakyat. Kalau kita tidak
percaya pada hal-hal yang kita pergunakan dalam agitasi kita, berarti kita
memanipulasi rakyat dan seakan-akan telah melakukan hal-hal yang suci ini adalah
puncak dari keangkuhan.

Langkah Kelima: Rapat Dan Diskusi

Pada rapat umum rakyat mengesahkan secara bersama-sama apa yang sudah
mereka putuskan sendiri-sendiri secara perseorangan. Sampai kini segala sesuatu
masih bersifat perseorangan. Pertemuan memberikan rasa kekuatan dan
kepercayaan bersama-sama. Hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian.
Mereka belajar satu sama lain mengenai keyakinan dan motivasi. Seperti orang-
orang Kristen melakukan kesaksian pribadi. Pertemuan tersebut juga merinci
kapan pergi ke balai kota, berapa banyak yang ikut. Rencana di sini juga membuat
pembagian tugas, seperti misalnya siapa membuat poster, siapa mengurus ijin,
siapa yang menjadi notulensi. Gerakan haruslah direncanakan secara terinci.

Bilamana landasan kerja digarap baik, pertemuan akan berjalan lancar. Sebagai
contoh, ada seseorang berbicara dalam pertemuan tersebut. “Kenapa kita tidak
menuntut kepala desa menyelesaikan persoalan ini”, maka orang-orang yang hadir
dalam pertemuan akan menjawab: TIDAK, karena kita telah memutuskan
menangani sendiri persoalan ini. Kepala Desa sudah diberi waktu bertahun-tahun
untuk melakukan sesuatu. Seandainya polisi atau aparat keamanan datang, maka
rakyat bisa mempertahan hak mereka mengadakan pertemuan semacm itu.

Langkah Keenam: Bermain Peran

Bermain peran berarti memerankan suatu pertemuan yang mungkin terjadi antara
pimpinan rakyat dan wakil pemerintah. Para pemimpin memerankan peranan
mereka sendiri sementara beberapa orang bertindak seakan orang pemerintah, lalu
menjawab sebagaimana yang mereka pikirkan, bagaimana orang pemerintah akan
menjawab. Ini merupakan cara melatih orang-orang untuk bersiap-siap
menghadapi apa yang bakal terjadi dan melengkapi diri mereka. Permainan ini
akan lucu dan sangat menyenangkan bagamana rakyat miskin meniru tingkah laku
mereka yang berkuasa. Permainan peran merupakan metode memperkembangkan
suatu kesadaran/naluri bereaksi langsung di tempat. Organiser bisa melibatkan diri
dengan memberikan petunjuk-petunjuk dari waktu ke waktu.

Keuntungan utama dari bermain peran dibandingkan dengan metode persiapan


yang lain ialah, karena sifatnya sendiri, metode ini melibatkan emosi rakyat seperti
juga pemikiran mereka, dan mereka bisa melibatkan diri dengan penuh semangat.
Tidak begitu sukar melakukannya, jadi bisa merupakan cara yang menyenangkan
untuk meninjau persoalan dan aspek-aspek permasalahan.

Bermain peran memungkinkan terciptanya suasana perlawanan yang rakyat harus


dibiasakan merasakannya.

Langkah Ketujuh: Mobilisasi Atau Aksi Massa

Mobilisasi atau aksi merupakan pengalaman sesungguhnya dari rakyat menghadapi


yang berkuasa dan merupakan penampilan yang sunggguh-sungguh dari kekuatan
rakyat.
Bentuk perlawanan dari mobilisasi amat dibutuhkan. Rasa percaya diri dan harga
diri rakyat terbenam dalam penindasan yang berabad-abad. Perlawanan atau
konfrontasi merupakan cara yang baik untuk menerobos keadaaan ini.
Argumentasi yang baik secara menakjubkan bisa membangun rasa persamaan hak
dan rakyat.

Bentuk-bentuk aksi yang bagaimana? Beberapa hal yang menarik dari


berorganisasi terletak pada taktik ini. Taktik haruslah berada di dalam jangkauan
pengalaman rakyat, tetapi diluar pengalaman penguasa.

Sebuah pabrik di India mencemarkan sebuah lingkungan, misalnya rakyat


memutuskan mendatangi pejabat yang bertanggung jawab sehari-hari dengan
membawakan kantong-kantong kotoran pabrik yang mencemarkan rumah mereka
dan meletakkan di atasa mejanya.

Langkah Kedelapan: Evaluasi

Sesudah aksi, rakyat berkumpul dan membuat penilaian apa yang terjadi baik atau
buruk. Ini sesungguhnya merupakan peninjauan atas langkah-langkah 1-7.

Aksi merupakan bahan mentah untuk penilaian. Beberapa dari pertanyaan yang
harus dijawab, adalah:

Apakah persiapan kita cukup matang? Apakah kita bertemu dengan orang yang
tepat? Apakah kita memiliki ijin yang diperlukan untuk bergerak? Apakah kita
tepat pada waktunya? Apakah gerakan kita tertib? Apakah pimpinan kita siap
untuk berbicara? Apakah tuntutan kita jelas dan masuk akal (bisakah dipenuhi
secara wajar?). Apakah kita cukup memiliki orang-orang? Apakah kita menilai
kekuatan kita secara berlebihan?

Apa yang kita pelajari? Apakah kita pelajari segala sesuatu tentang bagaimana
sistem yang ada bekerja? Tentang nilai kekuatan rakyat? Tentang kelemahan kita
sendiri?

Langkah Kesembilan: Refleksi

Secara teoritis, refleksi bisa merupakan bagian dari evaluasi, tetapi dalam
pelaksanaannya adalah lebih baik dipisahkan, karena menyangkut keprihatinan-
keprihatinan yang sedang berlangsung secara lebih dalam dan mungkin
memerlukan suasana yang lebih tenang. Refleksi merupakan saat untuk melihat
nilai-nilai positif yang sedang kita upayakan dibangun dalam organisasi. Ia
bersangkut-paut dengan soal pengorbanan, pembangunan masyarakat, peranan
pemimpin dan kekuasaan, harkat kemerdekaan dan demokrasi. Seringkali sangat
berguna bila mempergunakan kitab-kitab suci dari berbagai agama yang berbeda
dalam diskusi-diskusi ini.

Ini juga merupakan waktu mengadakan analisa sosial apa pun yang mungkin
diperlukan rakyat untuk mengerti pengalaman yang baru mereka lewati. Analisa
sosila haruslah didasarkan pada pengalaman rakyat dalam menjawab pertanyaan
mereka. Adalah penting bahwa sang organiser bisa mempergunakan metode tanya
jawab (pedagogi kaum tertindas) untuk mengelakkan persamaannya dengan cara
cuci otak.

Sebagai contoh, sang organiser bisa bertanya kepada rakyat, kenapa pejabat
pemerintah begitu sombong. Jawaban rakyat mungkin akan merupakan sesuatu
seperti: “Ia menyangka kami jahat” atau “Ia melihat bahwa kami cuma
gelandangan miskin”. Organiser dengan bertanya lebih jauh bisa membantu rakyat
melihat betapa dalam benak kaum penguasa, nilai dari manusia dikaitkan dengan
uang, dan menunjukan betapa hal ini merupakan kesimpulan yang wajar di dalam
masyarakat atau budaya dimana mengejar keuntungan memperoleh prioritas
tertinggi. Dengan begitu ia bisa membantu mereka melihat potensi merendahkan
martabat manusia pada kapitalisme. Lebih jauh ia bisa membantu rakyat
mendiskusikan alternatif skala nilai dalam mempertimbangkan nilai rakyat.

Dalam refleksi ini kita juga diharuskan untuk melahirkan teori-teori baru yang kita
dapatkan dari selama kita melakukan pengorganisiran.

Langkah Kesepuluh: Laporan Dan Catatan Harian

Yang paling penting dari sebuah kerja pengorganisiran adalah membuat laporan
dan cataan harian pengorganisiran. Laporan dimaksud untuk memudahkan kita
dalam melihat situasi secara keseluruhan, tentu untuk merumuskan strategi taktik
berikutnya. Sedangkan catatan harian pengorganisiran sebenarnya sangat berguna
bagi si organizer untuk membaca perkembangan secara kualitatif dan kuantitif
terhadap rakyat yang diorga nisir. Kedua hal sangat penting, walaupun memang
sering disepelekan oleh banyak orang

Anda mungkin juga menyukai