Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Interaksi social adalah istilah yang dikenal oleh para ahli sosiologi secara

umum sebagai aspek inti bagi berlangsungnya kehidupan bersama. Interaksi

social berarti suatu kehidupan bersama yang menunjukkan dinamikanya, tanpa itu

masyarakat akan kurang atau bahkan tidak mengalami perkembangan. 1 Kalau

interaksi social berjalan dengan baik, masyarakat dapat hidup dengan tenang.

Sebaliknya, jika interaksi social tidak berjalan dengan baik, maka terjadilah

permasalahan-permasalahan social di masyarakat.

Contohnya adalah tawuran yang merupakan salah satu contoh perilaku

menyimpang di kalangan masyarakat khususnya remaja, yang selain dikarenakan

oleh kurangnya pendidikan yang efektif, juga disebabkan oleh Interaksi Sosial

yang tidak baik di kalangan itu sendiri.

Tawuran merupakan penyimpangan hukum yang sudah tidak asing lagi di

telinga kita. Banyaknya tawuran yang terjadi di kota-kota maupun kampung-

kampung di Indonesia merupakan fenomena yang menarik untuk dibahas.

Perilaku masyarakat maupun remaja yang anarkis berasal dari banyak factor yang

mempengaruhi baik factor internal maupun eksternal. Tawuran bukan hanya

merugikan dari kalangan pelaku tawuran, namun juga dapat membahayakan

1
Prof. Dr. H. Zainudidin Ali, M.A ,Sosiologi Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006), hlm.17
nyawa orang lain. Di mata mereka nyawa tidak ada harganya, bahkan

mereka merasa bangga jika membunuh orang lain yang mereka anggap musuh

mereka. Kekerasan dianggap sebagai solusi yang paling tepat untuk

menyelesaikan suatu masalah tanpa memikirkan akibat-akibat buruk yang

ditimbulkan. Seperti salah satu daerah di Manado, Sulawesi Utara yaitu kelurahan

Tumumpa, yang memiliki cukup banyak kasus Tawuran remaja.

Tumumpa berasal dari kata Tumumpa (bahasa Sangihe), yang artinya turun

dari perahu sambil melompat atau tumumpa’ (bahasa Bantik), yang artinya

mendarat atau berlabuh dengan perahu, atau turun dari suatu ketinggian tertentu.

Tumumpa merupakan salah satu kelurahan yang termasuk dalam kecamatan

Tuminting, 1terletak ditepi pantai kota Manado. Ada dua kelurahan Tumumpa,

yaitu kelurahan Tumumpa Satu dan Tumumpa Dua.

Berdasarkan data BPS kota manado tahun 2015, kelurahan Tumumpa Satu

memiliki luas 0.21 km persegi dan jumlah penduduk 2641 orang; kelurahan

Tumumpa dua memiliki luas sama dengan Tumumpa Satu, yaitu 0.21 km persegi

dan jumlah penduduk 3379 orang.

Permasalahan Interaksi social di daerah ini yang cukup banyak terjadi yaitu

Tawuran yang pelakunya banyak dari kalangan remaja, mengundang banyak

pertanyaan-pertanyaan yang dapat kita bahas dalam penelitian Ilmiah dalam

bidang social, maupun bidang hukum.


1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah dalam jurnal penelitian Tawuran Remaja di

Daerah Tumumpa ini, yaitu :

1. Bagaimana kondisi remaja di daerah Tumumpa ?

2. Apakah factor penyebab terjadinya tawuran yang merupakan

penyimpangan hukum di daerah Tumumpa?

3. Bagaimana penerapan hukum untuk masalah Tawuran di Daerah

Tumumpa?

4. Apa upaya Sosiologi Hukum yang dapat dilakukan untuk menanggulangi

masalah tawuran antar-remaja kampung di daerah Tumumpa?

5. Apa dan bagaimana pandangan masyarakat mengenai permasalahan

banyaknya kasus tawuran remaja di Tumumpa?


1.3 Tujuan penelitian

1. Berbagi informasi mengenai tawuran, khususnya yang terjadi di daerah

Tumumpa

2. Memberikan gambaran tentang faktor-faktor penyebab tawuran yang bisa

terjadi di daerah-daerah di Indonesia.

3. Mengetahui dampak hukum serta penerapannya bagi pelaku tawuran

4. Mengetahui pendekatan-pendekatan social dan hukum mengenai

penyimpangan hukum yang dilakukan oleh kalangan remaja khususnya

tawuran.

5. Mengetahui peran social masyarakat dalam menanggulangi maupun hanya

sebagai pandangan atau saran terhadap masalah tawuran.


BAB II

KAJIAN TEORI

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat terjadi

karena sebab dari masyarakat itu sendiri dan sebab di luar masyarakat. Sebab-sebab

intern misalnya bertambah atau berkurangnya penduduk, penemuan baru,

pertentangan, atau mungkin karena revolusi. Sedangkan sebab ekstern berasal dari

lingkungan alam fisik, pengaruh kebudayaan masyarakat lain, peperangan atau

lainnya.

Di dalam proses perubahan hukum (terutama yang tertulis) pada umumnya

dikenal adanya tiga badan yang dapat mengubah hukum, yaitu badan-badan

pembentuk hukum, badan-badan penegak hukum, dan badan-badan pelaksana hukum.

Pada masyarakat sederhana, ketiga fungsi tadi mungkin berada di tangan satu badan

tertentu atau diserahkan pada unit-unit terpenting dalam masyarakat. Akan tetapi,

baik pada masyarakat modern maupun sederhana ketiga fungsi tersebut dijalankan

dan merupakan saluran-saluran melalui mana hukum mengalami perubahan-

perubahan.

Perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan hukum tidak selalu

berlangsung bersama-sama. Artinya pada keadaan-keadaan tertentu perkembangan

hukum mungkin tertinggal oleh perkembangan unsur-unsur lainnya dari masyarakat

serta kebudayaannya atau mungkin hal yang sebaliknya yang terjadi. Apabila hal
demikian terjadi maka terjadi ketidakseimbangan yang mengakibatkan kepincangan-

kepincangan. Hal ini terjadi karena hukum pada hakikatnya disusun atau disahkan

oleh bagian kecil dari masyarakat yang pada suatu ketika mempunyai kekuasaan dan

wewenang. Oleh karena itu perbedaan kaidah hukum di satu pihak dengan kaidah

sosial lainnya merupakan ciri yang tak dapat dihindarkan dalam masyarakat.

Kemungkinan, kesulitan-kesulitan di atas dapat diatasi dengan terlebih dahulu

menganalisa peranan hukum dalam mendorong terjadinya perubahan-perubahan

sosial dengan membedakan aspek-aspek hukum secara tidak langsung. Hukum

mempunyai pengaruh yang tidak langsung dalam mendorong terjadinya perubahan

sosial dengan membentuk lembaga-lembaga kemasyarakatan tertentu yang

berpengaruh langsung terhadap masyarakat. Sebaliknya apabila hukum membentuk

atau mengubah lembaga dasar dalam masyarakat maka terjadi pengaruh langsung.

Perubahan hukum yang berubah dapat juga dilihat dari perubahan social yang terjadi

pada interaksi social yang kurang baik . contohnya perkelahian .

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja

digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency).

Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis

delikuensi yaitu situasional dan sistematik.


1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang

“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat

adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.

2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di

dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan

tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota,

tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh

kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja

akan cenderung membuat sebuah geng yang mana dari pembentukan genk inilah

para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang

harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.

Tawuran antar pelajar juga bisa dimasukkan dalam beberapa kategori, antara

lain: perilaku agresif, penyimpangan, kenakalan remaja, dan perkelahian massal.

A. Perilaku agresif

Secara sepintas setiap perilaku yang merugikan atau menimbulkan korban

pada pihak orang lain dapat disebut sebagai perilaku agresif. Peran kognisi sangat

besar dalam menentukan apakah suatu perbuatan dianggap agresif (jika diberi

atribusi internal) atau tidak agresif (dalam hal atribusi eksternal). Dengan atribusi

internal yang dimaksud adalah adanya niat, intensi, motif, atau kesengajaan untuk

menyakiti atau merugikan orang lain. Dalam atribusi eksternal, perbuatan


dilakukan karena desakan situasi, tidak ada pilihan lain, atau tidak disengaja

(Sartono, 2002).

Pengaruh kelompok terhadap perilaku agresif, antara lain adalah

menurunkan hambatan dari kendali moral. Selain karena faktor ikut terpengaruh,

juga karena ada perancuan tanggung jawab (tidak merasa ikut bertanggung jawab

karena dikerjakan beramai-ramai), ada desakan kelompok dan identitas kelompok

(kalau tidak ikut dianggap bukan anggota kelompok), dan ada deindividuasi

(identitas sebagai individu tidak akan dikenal) (Staub dalam Kartono, 1986).

Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-

teman sebaya sebagai kelompok maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh

teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku

lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 1980).

B. Penyimpangan

Deviasi/penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang

dari tendensi sentral/ciri-ciri karakteristik rata-rata populasi. Konsep deviasi hanya

berarti apabila ada deskripsi dan pembahasan yang tepat mengenai norma sosial.

Sedangkan norma sendiri berati kaidah aturan pokok, ukuran, kadar atau patokan

yang diterima secara utuh oleh masyarakat guna mengatur kehidupan dan tingkah

laku sehari-hari agar hidup terasa aman dan menyenangkan. Norma sosial adalah

batas-batas dari variasi tingkah laku yang secara eksplisit dan implisit dimiliki dan

dikenal secara retrospektif oleh anggota suatu kelompok.


C. Kenakalan remaja

Istilah kenakalan remaja (juvenile deliquency) mengacu kepada rentang

suatu perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara

sosial (seperti bertindak berlebihan di sekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri

dari rumah), hingga tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri). Demi tujuan-

tujuan hukum, dibuat suatu perbedaan antara pelanggaran-pelanggaran indeks

(index offenses) dan pelanggaran-pelanggaran status (status offenses).

Pelanggaran-pelanggaran indeks adalah tindakan kriminal, baik yang dilakukan

oleh remaja maupun orang dewasa. Tindakan-tindakan itu meliputi perampokan,

penyerangan dengan kekerasan, pemerkosaan, pelacuran, dan pembunuhan.

Pelanggaran-pelanggaran status adalah tindakan-tindakan yang tidak terlalu serius

seperti lari dari rumah, bolos dari sekolah, dan ketidakmampuan mengendalikan

diri.

D. Perkelahian massal

Inti dari pengaruh kelompok terhadap agresivitas pelajar di kota besar seperti

Jakarta atau terhadap agresivitas antar etnik di Bosnia Herzegovina adalah sama,

yaitu identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif

dan mengeksklusifkan kelompok lain (Indrakusuma dan Denich dalam Kartono,

1886). Faktor-faktor yang mempengaruhi kegemaran berkelahi secara massal

dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh
remaja dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar.

Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap

lingkungan sekitar. Sedangkan faktor eksternal atau faktor eksogen dikenal pula

sebagai pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah semua

perangsang atau pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada

remaja. Faktor eksternal terdiri atas: faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan

miliu.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ilmiah faktor metodologi memegang peranan penting guna

mendapatkan data yang obyektif, valid dan selanjutnya digunakan untuk

memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan. Pengertian Metode adalah cara

yang telah teratur dan telah berfikir secara baik-baik yang digunakan untuk

mencapai tujuan (W.J.S Poerwodarminto 1987 :649).

Jadi pengertian metode adalah salah satu cara yang digunakan ketika

mencapai suatu tujuan dengan menggunkan tehnik tertentu untuk memperoleh

suatu keberhasilan dalam penelitian maka harus dilaksanakan dengan menggunkan

metodologi yang tepat, istimewa dan tujuan mengadakan penelitian berdasarkan

fakta – fakta yang ada untuk menguji kebenaran sesuatu secara ilmiah.

Dalam metodelogi telah dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan penelitian

mempunyai kebebasan untuk memiliki metode guna memperoleh suatu data. Hal

ini senada dengan yang diungkapkan oleh sutrisno Hadi, Yaitu : “Baik buruknya

suatu research sebagian tergantung dari pengumpulan data research ilmiah

bermaksud memperoleh bahan – bahan yang relevan, aktual dan variabel, maka

untuk memperoleh data seperti itu pekerjaan research menggunakan tehnik –

tehnik, prosedur, alat – alat serta kegiatan yang diandilkan.


3.1 Setting Penelitian

3.1.1 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kelurahan Tumumpa kecamatan Tuminting .

Manado, Sulawesi Utara

3.1.2 Waktu penelitian

Penelitian diadakan pada tanggal 21 Januari 2017

3.1.3 Subjek Penelitian

Remaja di daerah Tumumpa yang seringkali melakukan tawuran.


3.1.4 Sumber data

Kepala lingkungan daerah Tumumpa lingkungan II

3.2 Metode yang digunakan serta alat pengumpulan data

3.1 Rancangan Penelitian

Fenomenologi merupakan suatu tatanan berpikir secara filosofi terhadap obyek

yang diteliti (Endraswara, 2003:38

Berdasarkan landasan pemikiran dengan dasar filosofi dalam fenomenologi sosial

maka peneliti menyusun rancangan penelitian ini dengan menggunakan metode

observasi dan metode kualitatif. Menurut Moleong (2007:6) penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan

lain-lain; secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah. Penelitian kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan fenomena

sosial yang terdapat dalam subjek penelitian ini, yang membahas mengenai

pengalaman pribadi individu dalam lingkungan sosial yang tercermin dalam suatu

karya ilmiah yang membahas masalah sosial. Subjek penelitian ini adalah

permasalahan-permasalahan social di kalangan masyarakat, khususnya remaja.


Dalam penelitian ini digunakan beberapa metode yang ada kaitannya dengan

objek yang diteliti antara lain:

3.2.1 Metode Observasi

Pengertian Metode Observasi Definisi Menurut Para Ahli Dalam Penelitian -

Pengertian Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat

kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104).

Metode observasi juga berarti pengamatan yang dilakukan secara sistematis

terhadap obyek yang diteliti. Alasan penulis menggunakan metode observasi:

 Untuk mengetahui secara langsung keadaaan remaja di daerah

Tumumpa kecamatan Tuminting

 Untuk mengetahui secara langsung aktivitas-aktivitas social di daerah

Tumumpa, kecamatan Tuminting

Instrumen-instrumen yang digunakan penulis dalam metode observasi adalah

sebagai berikut:

Kamera: digunakan penulis untuk mendokumentasi obyek secara jelas.

Buku pencatatan dan alat tulis: Digunakan penulis untuk menulis hal-hal

penting saat melakukan observasi.


3.2.2 Metode Wawancara

Metode wawancara adalah pengamatan yang dilakukan melalui tanya jawab

yang dilakukan seseorang dengan narasumber untuk memperoleh data atau

informasi, tentang permasalahan yang dibahas.

Alasan penulis menggunakan metode wawancara:

Untuk mengetahui secara langsung dari narasumber di daerah Tumumpa

tentang aktivitas social dan penyimpangan remaja khususnya tawuran. Serta

menanyakan saran-saran untuk perkembangan interaksi social masyarakat

khususnya remaja di daerah tersebut.

Instrumen-instrumen yang digunakan penulis dalam metode wawancara

adalah sebagai berikut:

 Tape recorder: Digunakan penulis untuk merekam pembicaraan penulis dan

narasumber selama wawancara.

 Buku pencatatan dan alat tulis: digunakan penulis untuk mencatat hal-hal

penting saat melakukan wawancara.

 Kamera: Digunakan penulis untuk mendokumentasi.


Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi remaja di daerah Tumumpa?

2. Apa saja penyebab masalah terjadinya tawuran di kalangan remaja di

daerah Tumumpa?

3. Bagaimana penerapan hukum dalam permasalahan tawuran tersebut di

daerah Tumumpa?

4. Bagaimana tanggapan masyarakat lokal tentang kebiasaan

penyimpangan hukum remaja di daerah Tumumpa?

5. Apakah ada perbedaan antara penerapan hukum dari masyarakat local

dan juga penerapan hukum dari aparat kepolisian dalam masalah tawuran

remaja?

6. Apakah ada solusi tersendiri dari narasumber untuk mengurangi tindakan

tawuran antar kampong yang sering dilakukan remaja?


3.3 Analisis data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder

1. Data primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian

dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber

informasi yang dicari. Data primer ini disebut juga dengan Data Tangan Pertama.

Data primer dari penelitian ini adalah meliputi hasil wawancara yang

dilakukan, beserta hasil dokumentasi berupa foto-foto daerah yang didatangi serta

dilengkapi dengan penjelasan-penjelasan konkrit dari peneliti.

2. Data sekunder

Pengertian Data Sekunder atau Definisi Data Sekunder adalah data yang

diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek

penelitiannya. Data sekunder ini disebut juga dengan Data Tangan Kedua. Data

Sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah

tersedia

Di dalam penelitian ini kami menggunakan data sekunder kualitatif berupa

berita-berita daerah dan peta daerah.


3.3.1 Hasil analisis data

Hasil observasi permasalahan yaitu :

1. Terjadi nya Tawuran di kalangan remaja di daerah Tumumpa yang

berulang-ulang

2. Faktor penyebab Tawuran yang terjadi seringkali hanya masalah sepele

3. Turun tangan aparat kepolisian serta kebijaksanaan pemerintah maupun

masyarakat sekitar tentang tawuran di daerah Tumumpa

4. Penanggulangan masalah Tawuran yang terjadi di daerah Tumumpa

5. Bukti-bukti konkrit terjadi nya penanggulangan Tawuran di daerah

Tumumpa
3.3.2 Lampiran data

 Berita setempat

Menurut berita dari Manado Line,

MANADO – Tawuran antar kampung Maasing dan Tumumpa kembali

memanas. Kejadian tersebut terjadi sekira pukul 15.30 Wita, Selasa(25/08)di

boulevard Maasing dan Tumumpa.

Diduga tawuran tersebut terjadi karena faktor balas dendam yang terjadi sabtu

malam di wilayah Susuge.

Kapolsek Tuminting John Bawonte menegaskan akan memaksimalkan keamanan

yang ketat di wilayah tersebut. “Kami akan memaksimalkan keamanan yang ketat di

wilayah perbatasan maasing dan tumumpa, dan tadi kami sudah meminta bantuan

kepada tim paniki dan baraccuda untuk membantu kami,”tegas Bawonte.

 Hasil Wawancara

Hasil wawncara yang dilakukan oleh peneliti dengan kepala lingkungan

daerah Tumumpa lingkungan II.

1. Pertanyaan : Bagaimana kondisi remaja di daerah Tumumpa?


Jawabn : pada saat ini kondisi remaja di daerah Tumumpa sudah aman .

dibandingkan pada saat masih maraknya tawuran di daerah ini.

2. Pertanyaan : apa faktor penyebab terjadinya tawuran di daerah ini ?

Jawaban : pada awalnya, hanya kesalahpahaman antar-individu yang

berasal dari kampong sebelah, yang kemudian terus berlanjut saling

sindir-menyindir di media social facebook. Yang akhirnya diprovokasi

dan jadilah tawuran tersebut.

3. Pertanyaan : bagaimana penerapan hukum pada pelaku tawuran ?

Jawaban : pada awalnya para masyarakat dan aparat mencari faktor

penyebab terjadinya tawuran secara jelas kemudian di bubarkan. Namun,

tawuran masih terjadi sehingga aparat kepolisian bertindak lanjut dengan

cara menginterogasi profokator-profokator yang menjadi penyebab

terjadinya tawuran di daerah tersebut kemudian mencatat nama mereka

dan membuat kesepakatan jika terjadi kembali tawuran maka mereka akan

ditindak lanjuti.

4. Pertanyaan : Bagaimana tanggapan masyarakat lokal tentang kebiasaan

penyimpangan hukum remaja di daerah Tumumpa?

Jawaban : masyarakat sangat tidak nyaman dengan adanya tawuran ,

bahkan ada beberapa yang merasa trauma dan masyarakat merasa

terganggu apalagi tawuran tersebut menyebabkan kerugian berupa


hancurnya rumah-rumah warga berupa pecahnya kaca, dan hancurnya

atap rumah.

5. Pertanyaan : Apakah ada perbedaan antara penerapan hukum dari

masyarakat local dan juga penerapan hukum dari aparat kepolisian dalam

masalah tawuran remaja?

Jawaban : masyarakat menyerahkan segala upaya hukum untuk

menanggulangi tawuran tersebut kepada aparat kepolisian. Jadi sama saja

penerapan hukumnya.

6. Pertanyaan : Apakah ada solusi tersendiri dari narasumber untuk

mengurangi tindakan tawuran antar kampung yang sering dilakukan

remaja?

Jawaban : saya menghimbau kepada warga sekitar agar melakukan

beberapa upaya yaitu menjaga anak-anak mereka, mendidik, serta

menasehati mereka agar berperilaku baik dan tidak ikut-ikutan dalam

hal-hal negative. Kemudian menghimbau agar melakukan sosialisasi

melalui kegiatan agama bagi pemeluknya, seperti membangun kembali

efektifitas perkumpulan remaja masjid, bagi pemeluk agama Islam serta

himbauan melakukan Ibadah bagi pemeluk agama Kristen.


 Dokumentasi

 Data Dokumentasi Foto I

Foto Kantor Kepala Lingkungan Kelurahan Tumumpa II ,

Kecematan Tuminting Kota Manado .


 Data Dokumentasi Foto II

Foto Bersama Kepala Lingkungan Daerah Tumumpa II , Setelah

Wawancara.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Definisi Tawuran

Dalam kamus Bahasa Indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai

perkelahian yang meliputi banyak orang.Sedangkan “Pelajar” adalah seorang

manusia yang belajar.Sehingga Pengertian Tawuran Pelajar adalah Perkelahian yang

dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh

orang yang sedang belajar. Jadi Tawuran secara luas adalah tindakan

agresi(perkelahian) yang dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompo lainnya

yang dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan/menyakiti orang lain bahkan

merusak.

Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya masih remaja sangat

merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau

setidaknya mengurangi. Perkembangan teknologi yang terpusat pada kota-kota

besar mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatnya perilaku agresif yang

dilakukan oleh remaja kota.Di jaman yang serba instan ini menyebabkan

kesenjangan antara kaya dan miskin semakin jelas bedanya, bisa saja seorang

pelajar melampiaskan kekesalannya karena tidak mempunyai sesuatu dengan

mencuri atau merampas atau dengan cara yang lain.


Di beberapa tahun ini kecenderungan tersebut meningkat dari hanya sebatas

personal menjadi identitas kelompok yang berakibatmaraknya tawuran, kerusuhan,

dan lain sebagainya. Karena mungkin adanya keinginan yang tak terpenuhi,

sehingga beberapa pelajar cenderung bertindak anarkis. Mereka biasanya

melakukan tawuran hanya dikarenakan alasan alasan yang sepele seperti saling

mengejek, rebutan suatu barang, rebutan pacar, dan lain sebagainnya.

4.2 Faktor penyebab tawuran

Perilaku tawuran yang dilakukan oleh generasi muda tidak mungkin terjadi

secara tiba-tiba pasti ada akar permasalahan

Menurut penelitian yang kami lakukan bahwa perilaku agresi yang

dilakukan generasi muda sangat berhubungan dengan kebiasaannya dalam

menonton tayangan televisi dan juga media social. Kalau berdasarkan penelitian

yang ada maka sudah sangat wajar kalau banyak remaja yang melakukan tawuran

karena ini berbanding dengan banyaknya tayangan televisi yang menayangkan

tindakan kekerasan (tawuran).Fakta yang terjadi bahwa generasi muda disajikan

dengan tontonan tentang kekerasan sehingga bisa saja timbul pemikiran untuk

meniru dan juga timbul pemikiran bahwa siapa yang kuat dia yang menang.

Buruknya Lingkungan sosial sangat mempengaruhi tingkah laku seseorang .

Sehingga apabila seseorang tinggal dilingkungan yang sehat maka tingkah lakunya
pun akan baik sebaliknya apabila lingkungannya tidak mendukung dan banyak

pelaku penyimpangan maka secara tidak langsung akan mempengaruhi

perkembangan tingkah laku individu ataupun kelompok.

Salah satu sumber utama konflik kekerasan di berbagai daerah adalah

kondisi penegak hukum di Indonesia yang sangat lemah. Ditambah lagi dengan

berbagai bentuk diskriminasi dan marganilisasi dalam pengaturan social-ekonomi,

dan pemanfaatan sumber daya alam bahkan kehidupan berbudaya berbagai perasaan

ketidakadilan dan ketidakpuasan umum pun berkecamuk dan meledak menjadi

tragedy kemanusiaan yang sangat memilukan dan mengerikan.

Penduduk yang mendiami wilayah Negara republic Indonesia harus

mengatakan bahwa pelaksanaan hukum di negeri ini menjadi sumber utama yang

menyebabkan timbulnya berbagai konflik dan kekerasan di Indonesia. Periode

otoritarian yang intens selama empat dasawarsa pada masa Orde lama dan Orde

baru telah menghasilkan system hukum represif yang tidak saja dirasakan akibatnya

secara langsung oleh masyarakat, tetapi secara tidak langsung telah membentuk

kesadaran, perilaku, dan struktur social yang bersendikan pada kekerasan sebagai

norma utama.2 Oleh karena itu, peneliti harus mengatakan wajah hukum diindonesia

adalah biografi kekerasan yang kita lakukan selama bertahun-tahun.

2
Prof. Dr. H. Zainudidin Ali, M.A ,Sosiologi Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006), hlm.73-74
4.2.1 Faktor Eksternal

Adapun faktor-faktor penyebab tawuran yang terjadi di daerah Tumumpa

adalah :

1. Social media

MEDIA SOSIAL (Social Media) adalah saluran atau sarana pergaulan

sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) media

sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi

(sharing), dan membangun jaringan (networking).

Jika kita mencari definisi media sosial di mesin pencari Google, dengan

mengetikkan kata kunci "social media meaning", maka Google

menampilkan pengertian media sosial sebagai "websites and applications

used for social networking" --website dan aplikasi yang digunakan untuk

jejaring sosial.

Menurut Wikipedia, media sosial adalah sebuah media online, dengan

para penggunanya (users) bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan

menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia

virtual.
Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang

paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial

sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di

atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan

penciptaan dan pertukaran user-generated content" (Kaplan, Andreas M.;

Michael Haenlein [2010] "Users of the world, unite! The challenges and

opportunities of Social Media". Business Horizons 53(1): 59–68).

Karakteristik Media Sosial

Gamble, Teri, dan Michael dalam Communication Works sebagaimana

dikutip Wikipedia menyebutkan, media sosial mempunyai ciri - ciri sebagai berikut

 Pesan yang di sampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa

keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet

 Pesan yang di sampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper

 Pesan yang di sampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya

 Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi


Salah satu media yang sering digunakan oleh remaja pada zaman sekarang adalah

Facebok, facebook saat ini salah satu jejaring sosial yang banyak digemari di

beberapa negara salah satunya di indonesia. Mulai dari anak-anak, dewasa bahkan

yang tua sekalipun. Indonesia sendiri saat ini telah menempati di urutan ke tiga

pengguna facebook terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan India. Dalam

perkembangannya tentunya setiap teknologi mempunyai efek baik dan buruk, untuk

itu bagi si user harus mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu teknologi itu

sendiri.

 Dampak Postif Facebook

1. Mempererat Hubungan Silaturahmi

Dengan facebook kita dapat bertemu kembali dengan saudara, family atau pun

teman lama dan dengan mudah kita bisa berkomunikasi jarak jauh bersama mereka.

2. Sebagai Media Promosi

Facebook sangat potensial untuk mempromosikan sebuah produk, jasa,

intansi dan lain sebagainya.


3. Tempat Sarana Diskusi

Dengan facebook kita bisa bertukar pikiran ataupun berbagi informasi dengan

membuat sebuah group atau organisasi.

4. Tempat Curhat

Facebook juga dapat digunakan sebagai tempat curhat apabila kita

menghadapi suatu masalah. Dengan mengupdate status sebagai curahan hati

setidaknya sudah bisa meringankan apa yang selalu membebani pikiran, apalagi

setelah mendapat komentar dari teman, baik itu hanya sekedar memberikan humor

atau semangat yang membuat suasana hati menjadi tenang dan terhindar dari stress.

5. Tempat Penyimpanan Data Pribadi

Koleksi atau album pribadi dapat di simpan di facebook, tentu saja album

yang di maksud merupakan koleksi pribadi yang bisa di bagikan kepada teman

sehingga mereka bisa ikut melihat album tersebut.

6. Berbagi Informasi

Dengan facebook kita bisa saling memberikan atau berbagi informasi

mengenai apa saja yang kita miliki yang tentunya saja bermanfaat, sehingga teman

kita mendapat informasi yang mungkin saja sedang mereka butuhkan.


 Dampak Negatif Facebook

1. Mengganggu Pekerjaan

Banyak karyawan, dosen dan mahasiswa yang curi-curi waktu bermain

facebook saat bekerja yang tentunya akan mengurangi hasil kerja dan dapat

merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

2. Batasan Ranah Pribadi yang Menjadi Kabur

Dalam facebook kita bebas menulis apa saja dan seringkali tanpa sadar

kita menuliskan hal yang seharusnya tidak disampaikan melalui jejaring sosial,

maka tak jarang pengguna facebook terkadang tak sadar menuliskan aib dirinya

sendiri pada wall facebook nya.

3. Interaksi Sosial Berkurang

Banyak orang memilih menyendiri dirumah atau warnet ketimbang

bergaul dengan

teman-teman atau anggota keluarganya.

4. Dapat Menimbulkan Kesalahpahaman Antar Pengguna Facebook

Facebook merupakan jejaring sosial yang sifatnya terbuka. Haruslah

disadari menulis status di wall facebook dan mengomentari status teman


adalah sama hal nya seperti obrolan di kehidupan nyata bahkan efeknya

mungkin lebih parah karena bahasa tulisan terkadang meimbulkan salah tafsir

yang dapat menimbulkan masalah antar sesama pengguna facebook.

5. Penipuan

Seperti media online lainnya, facebook juga rentan dimanfaatkan

untuk tujuan penipuan sampai kasus pembunuhan.

Salah satu dampak negative facebook adalah merupakan sarana

provokasi antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Seperti yang telah

terjadi di daerah penelitian yaitu daerah Tumumpa, melalui hasil wawancara,

peneliti mendapatkan bahwa faktor penyebab tawuran adalah selain karena

faktor pendidikan, namun juga dikarenakan oleh media social yang memicu

adanya profokasi antar remaja yang berawal dari saling jawab menjawab

status dengan kata-kata yang menyindir, dan juga profokasi yang terjadi lewat

status.
6. Mengganggu Kesehatan

Facebook membuat orang berlama-lama di duduk depan komputer, padahal

duduk berlama-lama didepan komputer sangat mengganggu kesehatan seperti

kekurangan vitamin D yang akibatnya bisa membuat tulang mudah rapuh.

7. Lupa Waktu

Update status, upload foto, mengobrol atau melihat dinding teman facebook

sangat mengasikkan dan yang akhirnya bisa membuat lupa waktu.

8. Pencurian Identitas

Mencantumkan identitas pribadi secara lengkap seperti nomor telepomn,

alamat rumah dan lain-lain, dapat digunakan orang-orang yang tidak bertanggung

jawab dengan tujuan hal-hal negative.

Dalam proses penelitian, peneliti menemukan fakta bahwa social media dapat

menjadi penyebab terjadi nya provokasi dalam lingkungan masyarakat

khususnya remaja. Contohnya tawuran di daerah kelurahan Tumumpa,

kecamatan Tuminting. Yang penyebab awalnya adalah saling menyindir di


social media. Sehingga terjadinya kegagalan dalam berinteraksi

social yang baik sehingga terjadi penyimpangan social dalam kehidupan

remaja di daerah Tumumpa.

3. pengaruh kelompok (pergaulan)

Inti dari pengaruh kelompok terhadap agresivitas pelajar di kota besar seperti

Jakarta atau terhadap agresivitas antar etnik di Bosnia Herzegovina adalah sama,

yaitu identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif

dan mengeksklusifkan kelompok lain (Indrakusuma dan Denich dalam Kartono,

1886). Faktor-faktor yang mempengaruhi kegemaran berkelahi secara massal dibagi

menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor

yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam

menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku merupakan

reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.

Sedangkan faktor eksternal atau faktor eksogen dikenal pula sebagai pengaruh alam

sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah semua perangsang atau pengaruh

luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada remaja. Faktor eksternal terdiri

atas: faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan miliu.


4.2.2 faktor internal

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja

digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency).

Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis

delikuensi yaitu situasional dan sistematik.

1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang

“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat

adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.

2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di

dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan

tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota,

tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh

kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja

akan cenderung membuat sebuah geng yang mana dari pembentukan genk inilah

para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang

harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.

Tawuran antar pelajar juga bisa dimasukkan dalam beberapa kategori, antara

lain: perilaku agresif, penyimpangan, kenakalan remaja, dan perkelahian massal.


A. Perilaku agresif

Secara sepintas setiap perilaku yang merugikan atau menimbulkan korban

pada pihak orang lain dapat disebut sebagai perilaku agresif. Peran kognisi sangat

besar dalam menentukan apakah suatu perbuatan dianggap agresif (jika diberi atribusi

internal) atau tidak agresif (dalam hal atribusi eksternal). Dengan atribusi internal

yang dimaksud adalah adanya niat, intensi, motif, atau kesengajaan untuk menyakiti

atau merugikan orang lain.

4.3 Penerapan hukum bagi pelaku tawuran

Contoh pola penerapan hukum untuk para pelajar yang terlibat tawuran seperti

di daerah Jakarta, yang diberlakukan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja

Purnama (Ahok). Memberikan sanksi tegas bagi para pelajar yang terlibat tawuran.

Yaitu sesuai dengan keinginan Basuki yaitu para pelajar pelaku tawuran yang

bersekolah disekolah negeri akan dikeluarkan dan hanya boleh bersekolah disekolah

swasta. Apabila di sekolah swasta masih melakukan tawuran, lasro menegaskan

pelajar tersebut akan dikeluarkan dan tidak boleh lagi bersekolah diwilayah DKI

Jakarta.
Seperti itulah contoh penerapan hukum di daerah Jakarta. Lain halnya dengan

di daerah Tumumpa. Karen pelaku tawuran banyak juga yang bukan berasal dari

kalangan pelajar, maka kepala lingkungan daerah setempatlah yang bertanggung

jawab atas terjadinya kenakalan remaja berupa tawuran antar kampong tersebut.

- Adapun pasal-pasal KUHP bagi pelaku Tawuran

 Pasal 187 KUHP ( Mendantangkan bahaya bagi keamaan umum/ membakar

peladekan)

Unsur yang di persyaratkan .

A. Mendatangkan bahaya umum , bahyaya maut atau ada orang yang mati

B. Dengan sengaja ancaman hukum

C. Bahaya bagi orang maksimum 12 (dua belas) tahun

D. Bahaya maut orang maksimum 13 (tiga belas) tahun

E. Bahaya maut dan orang mati maksimum seumur hidup ataun 20 (dua

puluh) tahun

 Pasal 170 KUHP ( Pengeroyokan dan Pengrusakan)

Unsur yang di persyaratkan

A. Bersama-sama melakukan kekerasan

B. Terhadap orang atau barang

C. Di muka umum
Ancaman hukuman maksimum

- Menyebabkan luka maksimum 7 (tujuh) tahun

- Menyebabkan luka berat maksimum 7 (tujuh) tahun

- Menyebabkan mati maksimum 12 (dua belas) tahun

Awal terjadi nya tawuran yang disebabkan oleh saling sindir-menyindir di

media social yang kemudian berkembang menjadi permasalahan kelompok yang

bersaing, menyebabkan pecahnya tawuran pertama yang langsung di tindak oleh

kepolisian. Namun, kepolisian belum dapat menangkap para pelaku tawuran yang

berlarian dan berhamburan kerumah warga untuk mencari perlindungan dan

bersembunyi. Jadi, penindakan pada aksi pertama tawuran tersebut hanyalah berupa

nasehat-nasehat. Kemudia mereka melakukan perkelahian selanjutnya yang

menyebabkan turunnya aparat yang menangkap beberapa pelaku tawuran dan

mencatat nama-nama mereka.

Pencatatan nama tersebut bertujuan untuk mengancam para pelaku tawuran

agar tidak mengulangi aksi mereka lagi dan jika berulang, ,maka orang yang telah

dicatat namanya oleh polisi dan diberi peringatan, akan bertanggung jawab atas

tawuran selanjutnya .
Namun, para remaja tersebut tetap melakukan profokasi yang mengakibatkan

terjadinya perkelahian-perkelahian selanjutnya sehingga membuat warga sekitar dan

juga kepala lingkungan daerah setempat kewalahan dalam menghadapi masalah ini.

Sehingga aparat menegaskan aturan tangkap tangan bagi para provokator pelaku

tawuran, yang menyebabkan pulihnya keamanan di daerah Tumumpa dan kampong

lawan.

Seperti penjelasan permasalahan diatas, para pelaku di beri tiga kali

peringatan sebelum ditangkap. Yang pertama adalah peringatan untuk tidak

mengulangi , yang kedua adalah perjanjian, dan karena tidak diindahkan, tangkap

tangan adalah jalan terakhir untuk mengubah permasalahan social melalui hukum

sebagai alat untuk mengubah masyarakat.

Hukum sebagai social engineering berkaitan dengan fungsi dan keberadaan

hukum sebagai pengatur dan penggerak perubahan masyarakat, maka

interpretasi analogi Roscoe Pound mengemukakan “hak” yang bagaimanakah

seharusnya diatur oleh hukum dan “hak-hak” yang bagaimanakah yang

dituntut oleh individu dalam hidup bermasyarakat. Pound mengemukakan

bahwa yang merupakan “hak” itu adalah kepentingan atau tuntutan-tuntutan

yang diakui, diharuskan, dan dibolehkan secara hukum, sehingga tercapai


suatu keseimbangan dan terwujudnya apa yang dimaksud dengan ketertiban

umum.3

Maka aparat kepolisian yang merupakan Badan hukum telah memberikan

“hak” namun hukum tetap dilanggar sehingga kepentingan atau tuntutan-tuntutan

yang diakui, diharuskan, dan dibolehkan tidak seimbang. Maka badan hukum

(kepolisian) harus bertindak tegas sesuai hukum yang berlaku sehingga kembalinya

kepentingan atau tuntutan-tuntutan yang diakui, diharuskan, dan dibolehkan

seimbang kembali dan mewujudkan apa yang dimaksud dengan kepentingan umum

tersebut.

4.4 Pandangan Sosiologi Hukum tentang Tawuran

Setiap masyarakat, selama hidupnya pasti pernah mengalami

perubahan-perubahan. Ada perubahan-perubahan yang tidak

menarik perhatian orang, ada yang pengaruhnya luas, ada yang

terjadi dengan lambat, ada yang berjalan dengan sangat cepat,

ada pula yang direncanakan, dan seterusnya. Bagi seseorang

yang sempat melakukan penelitian terhadap susunan dan

kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan

membandingkannya dengan susunan serta kehidupan

3
Prof. Dr. H. Zainudidin Ali, M.A ,Sosiologi Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006),hlm.26
masyarakat tersebut pada waktu yang lampau, akan tampak

perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.4

Sebagai sarana social engineering, hukum merupakan suatu sarana

yang ditujukan untuk mengubah perikelakuan warga-warga masyarakat,

sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu

masalah yang dihadapi di dalam bidang ini adalah apabila terjadi apa yang

dinamakan oleh Gunar Myrdal sebagai softdevelopment (Gunnar Myrdal

1968: chapter 2 dan 18) , dimana hukum-hukum tertentu yang dibentuk dan

diterapkan, ternyata tidak efektif. Gejala-gejala semacam itu akan timbul,

apabila ada faktor-faktor tertentu yang menjadi halangan. Faktor-faktor

tersebut dapat berasal dari pembentuk hukum, penegak hukum, para

pencari keadilan (justitiabelen), maupun golongan-golongan lain di dalam

masyarakat. Faktor-faktor itulah yang harus diidentifikasikan, oleh karena

merupakan suatu kelemahan yang terjadi

kalau hanya tujuan-tujuan yang dirumuskan, tanpa mempertimbangkan

sarana-sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Kalau hukum

merupakan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut maka proses-

prosesnya tidak hanya berhenti pada pemilihan hukum sebagai sarana saja.

Kecuali pengetahuan yang mantap tentang sifat hakikat hukum, juga perlu

diketahui adalah batas-batas didalam penggunaan hukum sebagai sarana

4
DR.Soejono Soekanto SH.,MA,Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 1997),hlm.16
(untuk mengubah ataupun mengatur perikelakuan wargaa-warga

masyarakat). Sebab sarana yang ada membatasi pencapaian tujuan

sedangkan tujuan menentukan sarana-sarana apakah yang tepat untuk

dipergunakan. 5

Sosiologi hukum melakukan pendekatan-pendekatan social untuk

meneliti bagaimana hukum dapat diterapkan dalam masyarakat. Contohnya

adalah pendekatan-pendekatan terhadap remaja yang melakukan tawuran

melalui pendekatan social berupa nasehat dan himbauan kemudian

berkembang menjadi kepastian hukum yang dilakukan untuk mencegah

penyimpangan-penyimpangan yang berlanjut di kalangan social

masyarakat remaja di daerah Tumumpa.

5
DR.Soejono Soekanto SH.,MA,Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 1997),hlm.146-147
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tawuran” dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang.

Sedangkan “Pelajar” adalah seorang manusia yang belajar.Sehingga Pengertian

Tawuran Pelajar adalah Perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang

mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar. Jadi

Tawuran secara luas adalah tindakan agresi (perkelahian) yang dilakukan oleh

suatu kelompok terhadap kelompok lainnya yang dimaksudkan untuk

menyebabkan penderitaan/menyakiti orang lain bahkan merusak.

Menurut penelitian yang kami lakukan bahwa perilaku agresi yang dilakukan

generasi muda sangat berhubungan dengan kebiasaannya dalam menonton

tayangan televisi dan juga media social. Kalau berdasarkan penelitian yang ada

maka sudah sangat wajar kalau banyak remaja yang melakukan tawuran karena

ini berbanding dengan banyaknya tayangan televisi yang menayangkan tindakan

kekerasan (tawuran).
Faktor Eksternal

1. Social media

MEDIA SOSIAL (Social Media) adalah saluran atau sarana pergaulan

sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) media

sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi

(sharing), dan membangun jaringan (networking). Jika kita mencari

definisi media sosial di mesin pencari Google, dengan mengetikkan kata

kunci "social media meaning", maka Google menampilkan pengertian

media sosial sebagai "websites and applications used for social

networking" --website dan aplikasi yang digunakan untuk jejaring social

Faktor internal

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja

digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency).

Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis

delikuensi yaitu situasional dan sistematik.

1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang

“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul

akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.


2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam

suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu

yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh

kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.

Perilaku agresif Secara sepintas setiap perilaku yang merugikan atau

menimbulkan korban pada pihak orang lain dapat disebut sebagai perilaku agresif.

Adapun pasal-pasal KUHP bagi pelaku Tawuran.

 Pasal 187 KUHP ( Mendantangkan bahaya bagi keamaan umum/ membakar

peladekan)

Unsur yang di persyaratkan .

F. Mendatangkan bahaya umum , bahyaya maut atau ada orang yang mati

G. Dengan sengaja ancaman hukum

H. Bahaya bagi orang maksimum 12 (dua belas) tahun

I. Bahaya maut orang maksimum 13 (tiga belas) tahun

J. Bahaya maut dan orang mati maksimum seumur hidup ataun 20 (dua

puluh) tahun
 Pasal 170 KUHP ( Pengeroyokan dan Pengrusakan)

Unsur yang di persyaratkan

D. Bersama-sama melakukan kekerasan

E. Terhadap orang atau barang

F. Di muka umum

Ancaman hukuman maksimum

- Menyebabkan luka maksimum 7 (tujuh) tahun

- Menyebabkan luka berat maksimum 7 (tujuh) tahun

- Menyebabkan mati maksimum 12 (dua belas) tahun

Tawuran antar kampung merupakan bentuk kenakalan

r e m a j a , T a w u r a n a n t a r k a m p u n g d i Tumumpa & Maasing bukanlah

berasal dari masalah yang berada di kampung melainkan masalah yang berada pada

antar individu , dan menyebar menjadi masalah antar kampung , Penyebab Nya

Tawuran antar kampung di Tumumpa Berasal d a r i m a s a l a h s e p e l e s e p e r t i

saling mengejek di jejaring sosial media facebook dan berlanjut

sampai saling membela teman mengatasnamakan persahabatan

dan solidaritas teman kampung dari situlah awal mula nya terjadi

Tawuran antar kampung .


5.2 Saran

P e l a j a r ya n g s e j a t i n ya d i h a r a p k a n s e b a g a i g e n e r a s i

penerus Bangsa ya n g dapat menjadi tumpuan

perkembangan nasib bangsa sudah saat n ya harus

merubah karakter-karakter ya n g “membenarkan yang

biasa” dengan “membiasakan yang benar” Tawuran sebagai

contoh yang t i d a k b e n a r t e t a p i k a r e n a t e l a h t e r b i a s a

d i l a k u k a n m a k a j a d i l a h i a s e b a g a i s u a t u b u d a ya ya n g

K i n i Membiasakan sikap cinta damai maka akan tercipta kehidupan

yang nyaman dan aman


DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Zainudidin Ali, M.A ,Sosiologi Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006), hlm.17

Prof. Dr. H. Zainudidin Ali, M.A ,Sosiologi Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006), hlm.73

Prof. Dr. H. Zainudidin Ali, M.A ,Sosiologi Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika, 2006),hlm.26

DR.Soejono Soekanto SH.,MA,Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta, Raja Grafindo


Persada, 1997),hlm.16

DR.Soejono Soekanto SH.,MA,Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta, Raja Grafindo

Persada, 1997),hlm.146-147

Anda mungkin juga menyukai