Anda di halaman 1dari 21

MODUL 3

PROSES SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL

I. PENDAHULUAN
1.1. Deskripsi Singkat
Para sosiolog memandang betapa pentingnya pengetahuan tentang proses sosial,
mengingat bahwa pengetahuan perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk memperoleh
gambaran yang nyata mengenai kehidupan bersama manusia. Bahkan Tamotsu Shibutani
menyatakan bahwa sosiologi mempelajari transaksi-transaksi sosial yang mencakup usaha-usaha
bekerja sama antara para fihak, karena semua kegiatan-kegiatan manusia didasarkan pada
gotong-royong.
Pengetahuan tentang proses-proses sosial memungkinkan seseorang untuk memperoleh
pengertian mengenai segi yang dinamis dari masyarakat atau gerak masyarakat. Dahulu banyak
sarjana sosiologi yang menyamakan perubahan sosial dengan proses sosial, karena ingin
melepaskan diri dari titik berat pandangan para sarjana sosiologi klasik yang lebih
menitikberatkan pada struktur daripada masyarakat.
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.
Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok, ada
pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula
perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat.
Perubahan-perubahan hanya akan dapat diketemukan oleh seseorang yang sempat meneliti
susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan
susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Seseorang yang tidak
sempat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di Indonesia misalnya, akan
berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis, tidak maju dan tidak berubah. Pernyataan
demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang mendalam dan kurang
teliti. Karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang
masa. Orang-orang desa sudah mengenal perdagangan, alat-alat transpor modern, bahkan dapat
mengikuli brrita-berita mengenai daerah lain melalui radio, televisi, dan sebagainya yang
kesemuanya belum dikenal sebelumnya.

1
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial,
pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.

1.2. Kompetensi Umum


Setelah mengikuti perkuliahan Mahasiswa dapat memahami pengertian proses sosial dan
perubahan-perubahan sosial.

1.3. Kompetensi Khusus


Setelah selesai mengikuti kuliah, Mahasiswa diharapakan dapat :

1. Menjelaskan pengertian dari proses sosial


2. Menjelaskan konsep interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial
3. Menjelaskan syarat-syarat terjadinya interakasi sosial
4. Menjelaskan bentuk-bentuk interkasi sosial yang bersifat asosiatif dan disosiatif.
5. Menjelaskan batasan perubahan sosial.
6. Menjelaskan beberapa bentuk perubahan sosial dan kebudayaan
7. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan

II. PENYAJIAN

Kegiatan Belajar 1. Proses Sosial

1. Batasan Proses Sosial


Dewasa ini, para sosiolog memperhatikan kedua segi masyarakat itu, yaitu segi statisnya
atau struktur masyarakat serta segi dinamis atau fungsi masyarakat. Terdapat aspek-aspek
struktural dan prosesual.
Memang tidak dapat disangkal bahwa masyarakat mempunyai bentuk-bentuk strukturalnya
seperti, kelompok-kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi dan kekuasaan, akan
tetapi kesemuanya itu mempunyai suatu derajat dinamika tertentu yang menyebabkan pola-pola
perilaku yang berbeda, tergantung dari masing-masing situasi yang dihadapi. Perubahan dan
perkembangan masyarakat yang mewujudkan segi dinamiknya, disebabkan karena para warganya

2
mengadakan hubungan satu dengan lainnya, baik dalam bentuk orang perorangan maupun
kelompok sosial. Sebelum hubungan-hubungan tersebut mempunyai bentuk yang kongkrit,
terlebih dahulu akan dialami suatu proses ke arah bentuk kongkrit yang sesuai dengan nilai-nilai
sosial dan budaya dalam masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses sosial
adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan dan kelompok-
kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan
tersebut, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan
goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Dengan perkataan lain proses sosial diartikan
sebagai pengaruh timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya, pengaruh-
mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dan hukum,
dan seterusnya.
Pembahasan mengenai proses sosial yang mencakup ruang lingkup yang luas merupakan
serangkaian studi sosiologi pada tingkat lanjutan. Untuk keperluan matapelajaran Sosiologi
Pertanian, pembahasan akan dibatasi hanya pada bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu bentuk-
bentuk yang tampak apabila orang-orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia
mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan mengetengahkan kelompok serta lapisan
sosial sebagai unsur pokok struktur sosial. Dengan cara itu diharapkan akan diperoleh baik aspek
dinamis maupun statis dari masyarakat. Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna di
dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat. Umpamanya di Indonesia
dapat dibahas mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung antara pelbagai suku-
bangsa atau antara golongan terpelajar dengan golongan agama. Dengan mengetahui dan
memahami perihal kondisi-kondisi apa yang dapat menimbulkan serta mempengaruhi bentuk-
bentuk interaksi sosial tertentu, maka pengetahuan kita dapat pula disumbangkan pada usaha
bersama yang dinamakan pembinaan bangsa dan masyarakat.
Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial,
tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka
tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup
semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia
bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan
persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah
dasar proses sosial, pengertian mana menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.

3
2. Interkasi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, oleh karena interaksi sosial merupakan syarat
utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan
bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-
kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua
orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan,
saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan
bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling
berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, oleh karena
masing-masing sadar akan adanya fihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam
perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau
keringat, minyak wangi suara berjalan dan sebagainya. Kesemuanya itu menimbulkan kesan di
dalam fikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut
sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Suatu contoh
dapat dikemukakan dari Perang Dunia kedua yang lalu sebagaimana dilukiskan oleh Gillin dan
Gillin. Pada tanggal 7 Desember 1939, suatu patroli Perancis telah berhasil menawan tiga orang
prajurit Jerman; salah seorang tawanan menderita luka-luka pada tangannya sewaktu terjadi
pertempuran. Para tawanan dibawa ke garis belakang. Di tempat yang agak terang, tawanan yang
luka-luka dan prajurit Perancis yang telah menembaknya, saling mengenal dan saling memeluk.
Rupa-rupanya sebelum perang, keduanya adalah sahabat yang selalu bersaing pada setiap
perlombaan balap sepeda bayaran. Mereka bukan musuh secara pribadi, akan tetapi kelompoknya
masing-masing (yaitu negara Jerman dan Perancis) yang bermusuhan. Interaksi sosial antara
kelompok-kelompok sosial tersebut tidak bersifat pribadi.
Berlangsungnya suatu interaksi sosial dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu faktor
imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor imitasi memiliki peranan penting dalam proses
interaksi sosial karena dengan proses imitasi seseorang dapat memenuhi kaidah-kaidal atau nilai-

4
nilai yang berlaku. Proses imitasi juga bisa bernilai negative bila yang ditiru adalah tindakan-
tindakan yang menyimpang.
Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap
yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh fihak lain. Jadi proses ini sebenarnya
hampir sama dengan imitasi akan tetapi titik-tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat
terjadi karena fihak yang menerima dilanda oleh emosi, hal mana menghambat daya berfikirnya
secara rasional.
Mungkin proses sugesti terjadi apabila orang yang memberikan pandangan adalah orang
yang berwibawa atau mungkin karena sifatnya yang otoriter. Kiranya mungkin pula bahwa
sugesti terjadi oleh sebab yang memberikan pandangan atau sikap merupakan bagian terbesar
dari kelompok yang bersangkutan, atau masyarakat.

Identifikasi adalah merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan fihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam dari imitasi karena
kepribadian seseorang dapat terbentuk karena proses ini. Dalam proses identifikasi orang yang
beridentifikasi mengenal dengan baik fihak yang diidentifikasi.

Proses simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan fihak lain. Di
dalam proses ini perasaan memegang peranan yang penting, di mana dorongan utama pada
proses simpati adalah keinginan untuk memahami dan bekerja sama dengan fihak lain.

3. Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua

syarat, yaitu:

1. adanya kontak sosial (sosial-contact),


2. adanya komunikasi.

Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango
(yang artinya menyentuh), jadi artinya secara harafiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara
fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, sebagai gejala sosial itu tidak

5
perlu berarti suatu hubungan badaniah, oleh karena orang dapat mengadakan hubungan dengan
fihak lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan fihak lain
tersebut. Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan
satu dengan lainnya melalui telepon, telegrap, radio, surat dan seterusnya, yang tidak
memerlukan suatu hubungan badaniah. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah
tidak perlu menjadi syarat utarna terjadinya kontak. Kontak sosial dapat berlangsung dalam
tiga bentuk yaitu:
1. antara orang-perorangan, misalnya apabila anak kecil mempelajari kebiasaan-
kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi (sosialization),
yaitu suatu proses, di mana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan
nilai-nilai masyarakat di mana dia menjadi anggota.

2. antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya apabila
seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan. dengan norma-norma
masyarakat atau apabila suatu partai politik memaksa anggota-anggotanya untuk menyesuaikan
diri dengan ideologi dan programnya.

3. antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Umpamanya, dua partai
politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan partai politik yang ketiga di dalam
pemilihan umum. Atau apabila dua buah perusahaan bangunan mengadakan suatu kontrak
untuk membuat jalan raya, jembatan dan seterusnya di suatu wilayah yang baru dibuka.

Perlu dicatat bahwa terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung pada tindakan
(aksi), akan tetapi juga tanggapan (reaksi) terhadap tindakan tersebut. Seseorang dapat saja
bersalaman dengan sebuah patung atau main mata dengan seorang buta sampai berjam-jam
lamanya, tanpa menghasilkan suatu kontak. Kontak sosial tersebut dapat bersifat positif atau
negatif. Yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif
mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi
sosial. Apabila seorang pedagang sayur misalnya, menawarkan dagangannya kepada seorang
nyonya rumah serta diterima dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya jual-beli, maka
kontak social yang bersifat positif terjadi.

6
Arti penting komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain
(yang berwujud pembicaraan, gerak badan dan sikap) dan memberikan reaksi pada perilaku orang
lain tersebut. Dengan adanya proses komunikasi, maka sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu
kelompok manusia atau orang perorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lain.
Komunikasi dapat menghasilkan kerja sama dan juga bias menghasilkan pertentangan.

4. Bentuk-bentuk interaksi sosial


1. Proses Sosial yang asosiatif (Processes of association)
 Kerja sama (Cooperation)
 Akomodasi (Accomodation)
 Asimilasi (Assimilation)
2. Proses sosial yang disosiatif (Oppositional Processes)
 Persaingan (Competition)
 Kontravensi (Contravention)
 Pertentangan/Pertikaian (Conflict) :

I. Proses Sosial Yang Asosiatif


Kerjasama dimaksudkan sebagai sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Ada lima
bentuk kerjasam yaitu :
1. Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong.
2. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa.
3. Ko-optasi (Co-optation), yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi.
4. Koalisi (coalition), yakni bergabungnya dua atau lebih organisasi karena memiliki tujuan
yang sama.
5. Join-venture, yaitu kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu.

Akomodasi menunjuk pada dua arti yaitu sebagai suatu keadaan dan menunjuk pada suatu proses.
Sebagai suatu keadaan, akomodasi menunjuk pada suatu keadaan keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi
antara orang perorangan atau kelompok-kelompok sosial dalam kaitannya dengan norma-norma sosial yang

7
berlaku. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu
pertentangan, yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.

Akomodasi sebagai suatu proses mempunyai beberapa bentuk, yaitu:


I) Coercion, adalah suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya
paksaan. Coercion merupakan bentuk akomodasi, di mana salah-satu fihak bcrada dalam keadaan
yang lemah bila dibandingkan dengan fihak lawan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik
(yaitu sccara langsung), maupun sccara psikologis (yaitu secara tidak langsung). Misalnya
pcrbudakan adalah suatu coercion, di mana interaksi sosialnya didasarkan pada penguasaan majikan
atas budak-budaknya, di mana yang terakhir dianggap sama sekali tidak mempunyai hak-hak apa
pun juga. Pada negara-negara totaliter, coercion juga dijalankan, manakala suatu kelompok minoritas
yang berada di dalam masyarakat memegang kekuasaan. Hal ini sama sekali tidak berarti bahwa
dengan coercion tak akan dapat dicapai hasil-hasil yang baik bagi masyarakat.
II) Compromise, adalah suatu bentuk akomodasi di mana fihak-fihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar untuk
dapat melaksanakan compromise adalah bahwa salah-satu fihak bersedia untuk merasakan dan
memahami keadaan fihak lainnya dan begitu pula sebaliknya (empathy). Misalnya traktat antara
beberapa negara, akomodasi antara beberapa partai politik, karena sadar bahwa kekuatan masing-
masing adalah sama dalam suatu pemilihan umum, dan seterusnya.
III) Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai compromise apabila fihak-fihak yang
berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh fihak ketiga yang
dipilih oleh kedua belah fihak atau oleh suatu badan yang berkedudukan lebih tinggi dari fihak-fihak
yang bertentangan, seperti terlihat dalam penyelesaian masalah perselisihan perburuhan, misalnya.
IV) Mediation hampir menyerupai arbitration. Pada mediation diundanglah fihak ketiga yang
netral dalam soal perselisihan yang ada. Fihak ketiga tersebut memiliki tugas untuk utamanya
mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan fihak ketiga hanyalah sebagai
penasihat belaka; dia tak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian
perselisihan tersebut.
V) Conciliation, adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari fihak-fihak
yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. Conciliation bersifat lebih lunak
daripada coercion dan membuka kesempatan bagi fihak-fihak yang bersangkutan untuk

8
mengadakan asimilasi. Suatu contoh dari conciliation adalah, adanya panitia-panitia tetap di
Indonesia yang khusus bertugas untuk menyelesaikan persoalan-persoalan perburuhan, di mana
duduk wakil-wakil perusahaan, wakil-wakil buruh, wakil-wakil Departemen Tenaga Kerja dan
seterusnya khusus bertugas menyelesaikan persoalan-persoalan jam kerja, upah, hari-hari libur dan
lain sebagainya.
VI) Tolerantion, juga sering dinamakan tolerant-participation. Ini merupakan suatu bentuk
akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang tolerantion timbul secara
tidak sadar dan tanpa direncanakan, hal mana disebabkan karena adanya watak orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari suatu perselisihan.
Dari sejarah dikenal bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang toleran yang sedapat
mungkin menghindarkan diri dari perselisihan-perselisihan.
VII) Stalemate, merupakan suatu akomodasi, di mana fihak-fihak yang bertentangan karena
mempunyai kekuatan yang seimbang, berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya. Hal ini disebabkan oleh karena bagi kedua belah fihak sudah tidak ada
kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur. Stalemate tersebut, misalnya, terjadi
antara Amerika Serikat dengan Soviet Rusia di bidang nuklir.
VIII) Adjudication, yaitu penyelesaian perkara di pengadilan.
Walaupun tersedia bermacam-macam bentuk akomodasi seperti diuraikan di atas dan telah banyak
ketegangan-ketegangan yang teratasi, namun masih saja ada unsur-unsur pertentangan latent yang
belum dapat diatasi secara sempurna. Bagaimanapun juga akomodasi tetap perlu, apalagi dalam keadaan
dunia dewasa ini yang penuh ketegangan. Selama orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia
masih mempunyai kepentingan-kepentingan yang tidak bisa diselaraskan antara satu dengan lainnya,
akomodasi tetap diperlukan.
Asimilasi terjadi bila dua kelompok manusia meleburkan diri menjadi satu kelompok , di mana batas
antara kelompok-kelompok itu akan hilang.

II. Proses Sosial Yang Disosiatif


Persaingan (competition) yaitu suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia
yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi
pusat perhatian umum, dengan cara menarik perhatian umum, atau dengan mempertajam prasangka-
prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

9
Kontravensi (contravention), yaitu suatu bentuk proses social yang berada antara persaingan dan
pertentangan. Kontravensi terutama ditandai oleh adanya gejala-gejala ketidak pastian mengenai diri
seseorang atau suatu rencana, dan perasaan tidak suka yang disembunyikan.
Pertentangan (conflict), yaitu suatu proses social, di mana individu atau kelompok berusaha untuk
memenuhi tujuannya dengan cara menantang fihak lain yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.

Kegiatan Belajar 2. Perubahan Sosial

1. Batasan perubahan sosial


Para sosiolog maupun antropolog telah banyak mempersoalkan mengenai pembatasan
pengertian perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. Supaya tidak timbul kekaburan,
pembicaraan akan dibatasi lebih dahulu pada perubahan-perubahan sosial. Dengan demikian
diinventarisasi rumusan-rumusan adalah seperti di bawah ini.

William F. Ogburn berusaha memberikan sesuatu pengertian tertentu, walau tidak memberi
definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup perubahan-
perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial,
yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur
immaterial. Kingsle Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang
terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya timbulnya pengorganisasian buruh dalam
masyarakat kapitalis telah. menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh
dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi
dan politik.
Mac Iver lebih suka membedakan antara utilitarian elements dengan cultural elements yang
didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua kegiatan
dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam ke dua kategori tersebut di atas. Sebuah
mesin ketik, alat pencetak, atau sistem keuangan, merupakan utilitarian elements, karena benda-
benda tersebut tidak langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. tetapi dapat dipakai
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Utilitarian elements disebutnya civilization. Artinya,
semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasai kondisi-kondisi
kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-sistem organisasi sosial, teknik dan alat-alat material.

10
Pesawat telepon, jalan kereta api, sekolah, hukum dan seterusnya dimasukkan ke dalam golongan
tersebut.
Culture menurut Mac Iver adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan
berfikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan. agama, rekreasi dan hiburan. Sebuah potret, novel,
drama, film, permainan, filsafat dan sebagainya, termasuk culture, karena hal-hal itu secara
langsung memenuhi kebutuhan manusia. Dengan pernyataannya itu, Mac Iver mengeluarkan
unsur material dari ruang lingkup culture. Perubahan-perubahan sosial dikatakannya sebagai
perubahan-perubahan dalam hubungan sosial (sosial relationships) atau sebagai perubahan
terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
Gillin dan Gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-
cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan
material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koenig mengatakan bahwa perubahan
sosial menunjuk pada rnodifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Modifikasi-modifikasi mana terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstern.

Definisi lain adalah dari Selo Soemardjan. Rumusannya adalah segala perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di
antara ke!ompok-kelompok dalam masyarakat. Tekanan pada definisi tersebut terletak pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan pokok manusia, perubahan-perubahan
mana kemudian mempengaruhi kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

2. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan.

Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu: kesenian, ilmu
pengetahuan. teknologi, filsafat dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk
serta aturan-aturan organisasi sosial.

Sebagai contoh dikemukakannya perubahan pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari
induknya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya.
Perubahan-perubahan tersebut lebih rnerupakan perubahan kebudayaan ketimbang perubahan

11
sosial. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas. Sudah barang tentu ada unsur-unsur
kebudayaan yang dapat dipisahkan dari masyarakat, tetapi perubahan-perubahan dalam
kebudayaan tidak perlu mempengaruhi sistem sosial. Seorang sosiolog akan lebih
memperhatikan perubahan kebudayaan yang bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial,
serta mempengaruhinya. Pendapat tersebut dapat dikembalikan pada pengertian sosiolog
tersebut tentang masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat, menurut Kingsley Davis, adalah
sistem hubungan dalam arti hubungan antara organisasi-organisasi, dan bukan hubungan antara
sel-sel. Kebudayaan dikatakannya mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah-laku, yang
timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah fikiran secara
simbolis dan bukan oleh karena warisan yang berdasarkan keturunan. Apabila diambil defmisi
kebudayaan dari Tylor — yang mengatakan bahwa kebudayaan adalah suatu kompleks yang
mencakup pengetahuan. kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat-istiadat dan setiap
kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan-perubahan
kebudayaan adalah setiap pcrubahan dari unsur-unsur tersebut.

Sebenarnya di dalam kehidupan sehari-hari, acapkali tidak mudah untuk menentukan letak
garis pemisah antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Karena tidak ada masyarakat
yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan yang tidak
terjelma dalam suatu masyarakat. Sehingga. walaupun secara teoritis dan analitis pemisahan
antara pcngertian- pengertian tersebut dapat dirumuskan, namun di dalam kehidupan nyata, garis
pemisah tersebut sukar dapat dipcrtahankan. Yang jelas perubahan-perubahan sosial dan
kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama yaitu kedua-duanya bersangkut-paut dengan
suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat
memenuhi kebutuhan-kcbutuhannya. Penjelasan ini lebih menegaskan lagi akan tapi kesukaran
kita meletakkan garis pemisah antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Apalagi kalau
dilihat contoh berikut bahwa perubahan kebudayaan tidak menyebabkan terjadinya perubahan
sosial. Misalnya perubahan-perubahan dalam model pakaian; dalam kesenian; dapat terjadi tanpa
mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan atau sistem sosial. Namun sebaliknya, sukar
pula dibayangkan terjadinya perubahan-perubahan sosial tanpa didahului oleh suatu perubahan
kebudayaan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti keluarga, perkawinan, hak milik,
perguruan tinggi atau negara tak akan mengalami perubahan apa pun bila tak didahului oleh
suatu perubahan fundamental di dalam kebudayaan. Suatu perubahan sosial dalam bidang

12
kehidupan tertentu tidak mungkin berhenti pada satu titik, karena perubahan di bidang lain akan
segera mengikutinya. Ini disebabkan karena struktur lembaga-lembaga kemasyarakatan sifatnya
jalin-berjalin. Apabila suatu negara mengubah undang-undang dasarnya atau bentuk
pemerintahannya, maka perubahan yang kemudian terjadi tidak hanya terbatas pada lembaga-
lembaga politik saja.

3. Beberapa bentuk perubahan sosial dan kebudayaan

Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu:

1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat

Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-rentetan perubahan kecil


yang saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan
sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan dan kondisi-
kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.

Rentetan perubahan-perubahan tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan reristiwa-


peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. Ada bermacam-macam teori tentang
evolusi, pada umumnya dapat digolong-golongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:

a. Unilinear theories of evolution. Teori ini pada pokoknya berpendapat bahwa manusia dan
masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-
tahapan tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana, kemudian bentuk yang kompleks
sampai pada tahap yang sempurna. Pelopor-pelopor teori tersebut antara lain August Comte,
Herbert Spencer dan lain-lain.
Suatu variasi dari teori tersebut adalah Cyclical theories, yang dipelopori Vilfredo Pareto,
yang berpendapat bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap perkembangan
yang merupakan lingkaran, di mana suatu tahap tertentu dapat dilalui berulang-ulang.
Termasuk pendukung teori ini adalah Pitirim A. Sorokin yang pernah pula mengemukakan
teori dinamika sosial dan kebudayaan. Sorokin menyatakan bahwa masyarakat berkembang

13
melalui tahap-tahap yang masing-masing didasarkan pada suatu sistem kebenaran. Dalam
tahap pertama dasarnya kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indra manusia, dan tahap
terakhir dasarnya adalah kebenaran.

b. Universal theory of evolution, menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu


melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Teori ini mengemukakan bahwa kebudayaan
manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu. Prinsip-prinsip teori ini diuraikan
oleh Herbert Spencer yang antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil
perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen baik sifat maupun
susunannya.

c. Multilined theories of evolution. Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian


terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat, misalnya,
mengadakan penelitian perihal pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu
ke pertanian, terhadap sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan
seterusnya.

Sementara itu perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung dengan cepat
dan menyangkut dasar-dasar atau sendi- sendi pokok kehidupan masyarakat (yaitu
lembaga-lembaga kemasyarakatan) lazimnya dinamakan "Revolusi". Secara sosiologis, agar suatu
revolusi dapat terjadi, maka harus dipenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain:

a. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan. Di dalam


masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan
untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
b. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu
memimpin masyarakat tersebut.
c. Pemimpin mana dapat menampung keinginan-keinginan masyarakat untuk kemudian
merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas tadi mcnjadi program dan arah gcrakan.
d. Pemimpin tersebut harus dapat mcnunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah
bahwa tujuan tersebut terutama sifatnya kongkrit dan dapat dilihat olch masyarakat. Di samping
itu diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak, misalnya. perumusan sesuatu ideologi tertentu.

14
e. Harus ada "momentum", yaitu saat di mana segala keadaan dan faktor sudah tepat dan baik
untuk memulai suatu gerakan. Apabila "momentum" keliru, maka revolusi dapat gagal.

Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan contoh suatu
revolusi yang tepat "momentum"nya. Pada waktu itu, perasaan tidak puas di kalangan bangsa
Indonesia telah mencapai puncaknya dan ada pcmimpin-pemimpin yang mampu menampung
keinginan-keinginan tersebut serta sckaligus merumuskan tujuannya. Saatnya adalah bcrtepatan
dengan kekalahan kerajaan Jcpang yang menjajah Indonesia, sehingga saatnya adalah sangat
tepat untuk memulai suatu revolusi yang diawali dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia
menjadi suatu negara yang merdeka dan berdaulat pcnuh.

2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Agak sulit untuk merumuskan masing-masing pcngertian tersebut di atas, karcna batas-
batas pembedaannya sangat relatif. Sebagai pegangan dapatlah dikatakan bahwa perubahan-
perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang
tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.

Perubahan mode pakaian, misalnya, tak akan membawa pengaruh apa-apa bagi masyarakat
dalam keseluruhannya, karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Sebaliknya, suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat
agraris, misalnya, merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh besar pada masyarakat.
Pelbagai lembaga-lembaga kemasyarakatan akan ikut terpengaruh misalnya hubungan kerja,
sistem milik tanah, hubungan kekeluargaan, stratifikasi masyarakat dan seterusnya.

Kepadatan penduduk di pulau Jawa misalnya, telah melahirkan berbagai perubahan dengan
pengaruh yang besar. Areal tanah yang dapat diusahakan menjadi lebih sempit, pengangguran
tersamar kian tampak di desa-desa. Mereka yang tidak mempunyai tanah, menjadi buruh tani, dan
banyak wanita serta anak-anak yang menjadi "buruh" potong padi pada waktu panen. Sejalan
dengan itu, terjadi pula proses individualisasi milik tanah. Hak-hak ulayat desa semakin luntur
karena areal tanah tidak seimbang dengan kepadatan penduduk. Timbullah bermacam-macam
lembaga hubungan kerja, lembaga gadai tanah, lembaga bagi hasil dan seterusnya, yang pada
pokoknya bertujuan untuk mengambil manfaat yang sebesar mungkin dari sebidang tanah yang

15
tidak begitu luas. Warga masyarakat hanya hidup sedikit di atas standar minimal. Keadaan atau
sistem sosial yang demikian oleh Clifford Gecrtz disebut shared poverty

3. Perubahan yang dikehendaki (intended-change) atau perubahan yang direncanakan


(planned-change) dan perubahan yang tidak dikehendaki (unintended-change) atau
perubahan yang tidak direncanakan (unplanned-change)

Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan


atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh fihak-fihak yang hendak mengadakan
perubahan di dalam masyarakat. Fihak-fihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of
change yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai
pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Agent of change memimpin
masyarakat dalam mengubah sistem sosial. Dalam melaksanakannya, agent of change langsung
tersangkut dalam tekanan-tekanan untuk mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan
pula perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Suatu perubahan
yang dikehendaki atau yang direncanakan selalu berada di bawah pengendalian serta pengawasan
agent of change tersebut.

Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan, merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan
masyarakat. Apabila perubahan yang tidak dikehendaki tersebut berlangsung bersamaan dengan
suatu perubahan yang dikehendaki, maka perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang
demikian besarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki.

Perubahan yang dikehendaki merupakan suatu teknik sosial yang oleh Thomas dan
Znaniecki ditafsirkan sebagai suatu proses yang berupa perintah dan larangan. Artinya,
menetralisasikan suatu keadaan krisis dengan suatu akomodasi (khususnya arbitrasi) untuk
melegalisasikan hilangnya keadaan yang tidak dikehendaki atau berkembangnya suatu keadaan
yang dikehendaki. Legalisasi tersebut dilaksanakan dengan tindakan-tindakan fisik yang bersifat
arbitratif.

16
Ada proses rekayasa sosial (social engineering) yaitu suatu usaha yang dilakukan untuk
mempercepat proses penerimaan suatu inovasi atau suatu perubahan ke arah yang dikehendaki.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan

Untuk mempelajari perubahan masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari


terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya suatu perubahan
masyarakat, mungkin karena adanya sesuatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan.
Mungkin saja karena ada faktor baru yang lebih memuaskan masyarakat sebagai pcngganti faktor
yang lama itu.

Mungkin juga masyarakat mengadakan perubahan karena terpaksa demi untuk


menyesuaikan suatu faktor dengan faktor-faktor lain yang sudah mengalami perubahan terlebih
dahulu.

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sebab-sebab tersebut mungkin sumbemya ada yang
terletak di dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang letaknya di luar. Sebab-sebab yang
bersumber dalam masyarakat itu sendiri (sebab intern), antara lain adalah:

1. Bertambah Atau Berkurangnya Penduduk. Pertambahan penduduk yang sangat cepat di


pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-
lembaga kemasyarakatannya. Misal, orang lantas mengenal hak milik individual atas tanah, sewa
tanah, gadai tanah, bagi hasil dan selanjutnya, yang sebelumnya tidak dikenal.
Berkurangnya penduduk mungkin disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota
atau dari daerah ke daerah lain (misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk mengakibatkan
kekosongan, misalnya, dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, yang mempengaruhi
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Perpindahan penduduk telah berlangsung beratus-ratus ribu
tahun lamanya di dunia ini. Hal itu adalah sejajar dengan bertambah banyaknya manusia
penduduk bumi ini. Pada masyarakat-masyarakat yang mata pencaharian utamanya berburu,
perpindahan seringkali dilakukan, halmana tergantung dari persediaan hewan-hewan buraannya.
Apabila hewan-hewan tersebut habis, maka mereka akan berpindah ke tempat-tempat lainnya.

2. Penemuan-penemuan baru. Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi
dalarn jangka waktu yang tidak terlalu lama, adalah inovasi atau innovation. Proses tersebut
meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian

17
masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan baru tadi diterima, dipelajari dan akhimya dipakai
dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya
perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian-pengertian discovery dan invention.
Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa
gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu. Discovery
baru menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan
baru itu. Seringkali proses dari discovery sampai ke invention membutuhkan suatu rangkaian
pencipta-pencipta. Penemuan mobil, misalnya, dimulai dari usaha seorang Austria yaitu S.
Marcus (1875) membuat motor gas yang pertama. Sebetulnya sistem motor gas tersebut juga
merupakan suatu hasil dari rangkaian ide yang telah dikembangkan sebelum Marcus. Sungguhpun
demikian, Marcuslah yang telah membulatkan penemuan tersebut, dan yang untuk pertama kali
menghubungkan motor gas dengan sebuah kereta sehingga dapat berjalan tanpa ditarik seekor
kuda. Itulah saatnya mobil menjadi suatu discovery. Jadi 30 tahun kemudian sesudah suatu
rangkaian sumbangan-sumbangan dari sekian banyak pencipta lain yang menambah perbaikan
mobil tersebut, barulah sebuah mobil dapat mencapai suatu bentuk sehingga dapat dipakai sebagai
alat pengangkutan oleh manusia dengan cukup praktis dan aman.

Bentuk mobil semacam itu yang mendapat patent di Amerika Serikat 1911, dapat disebut sebagai
permulaan dari kendaraan mobil yang pada masa sekarang menjadi salah satu alat yang amat
penting dalam kehidupan masyarakat manusia. Dengan tercapainya bentuk itu, maka kendaraan
mobil menjadi suatu invention.
Pada saat penemuan menjadi invention, proses inovasi belum selesai. Sungguhpun kira-
kira sesudah 1911 produksi mobil dimulai tetapi mobil masih belum dikenal oleh seluruh
masyarakat. Penyebaran alat pengangkutan tersebut masih harus dipropagandakan kepada
khalayak ramai. Kecuali itu biaya produksi mobil demikian tingginya, sehingga hanya suatu
golongan sangat kecil saja yang dapat membelinya. Masih diperlukan rangkaian penelitian lain
dan penemuan-penemuan lain yang akan dapat menekan biaya produksi.
Satu persoalan lain yang juga harus dihadapi adalah apakah masyarakat sudah siap untuk
menerimanya, oleh karena misalnya diperlukan pembuatan jalan-jalan raya yang baru. Seluruh
proses tersebut merupakan rangkaian proses inovasi dari sebuah mobil.

18
3. Pertentangan (conflict) masyarakat juga bias menjadi sebab terjadinya perubahan social.
Misalnya konflik antara generasi muda yang suka menerima hal-hal baru dengan kaum generasi
tua yang kadang sulit menerima hal-hal baru.
4. Terjadinya pemberontakan atau revolusi dapat menyebabkan terjadinya perubahan social.
Sebab-sebab perubahan social yang berasal dari luar masyarakat (factor extern) yaitu :
1. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada di sekitar manusia,
misalnya gempa bumi, banjir, angin taufan dan lain-lain.
2. Peperangan dapat menyebabkan terjadinya perubahan social.
3. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain (proses akulturasi dan proses asimilasi).

RANGKUMAN
1. Pembahasan mengenai proses sosial yang mencakup ruang lingkup yang luas merupakan
serangkaian studi sosiologi pada tingkat lanjutan. Untuk keperluan matapelajaran
Pengantar Sosiologi, pembahasan akan dibatasi hanya pada bentuk-bentuk interaksi sosial
yaitu bentuk-bentuk yang tampak apabila orang-orang perorangan ataupun kelompok-
kelompok manusia mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan
mengetengahkan kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur sosial.
2. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor, antara lain, faktor
imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.
3. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:
1. adanya kontak sosial (sosial-contact),
2. adanya komunikasi.
4. Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk, yaitu:
1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
2. Perubahan kecil dan besar
3. Perubahan yang dikehendaki (intended-change) atau perubahan yang direncanakan
(planned-change) dan perubahan yang tidak dikehendaki (unintended-change) atau
perubahan yang tidak direncanakan (unplanned-change)

19
5. Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan
dalam pengertian-pengertian discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur
kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan
oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu. Discovery baru menjadi
invention kalau masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru
itu.

III. PENUTUP

3.1. Soal Latihan

1. Jelaskan pengertian dari proses sosial


2. Jelaskan interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial
3. Jelaskan sifat-sifat dari interaksi sosial.
4. Jelaskan syarat-syarat terjadinya interkasi sosial
5. Jelaskan bentuk-bentuk interaksi sosial
6. Jelaskan batasan perubahan sosial.
7. Jelaskan beberapa bentuk perubahan sosial dan kebudayaan
8. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan
3.2. Petunjuk jawaban soal

1. Lihat penjelasan tentang pengertian/batasan proses sosial


2. Lihat penjelasan tentang interaksi sosial sebagi faktor utama dalam kehidupan sosial
3. Lihat penjelasan tentang syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
4. Lihat penjelasan tentang bentuk-bentuk interaksi sosial
5. Lihat penjelasan tentang batasan perubahan sosial
6. Lihat penjelasan tentang bentuk perubahan sosial dan kebudayaan
7. Lihat penjelasan tentang faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan
kebudayaan.
3.3. Umpan balik
Arti tingkat penguasaan materi oleh Mahasiswa :

20
90% - 100% = sangat baik
80% - 89% = baik
70% - 79% = sedang
≤ 70% = kurang

Jika tingkat penguasan materi oleh Mahasiswa 80% ke atas dikategorikan bagus dan
Mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke materi kuliah berikutnya. Bila penguasaan materi di
bawah 80%, maka dianjurkan kepada Mahasiswa yang bersangkutan untuk mengulang kembali
materi yang belum dikuasai, sebelum melanjutkan ke materi kuliah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Planck, U. 1993. Sosilogi Pertanian. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.


2. Soekanto, S., 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Manajemen PT Raja Grafindo, Jakarta.
3. Wiriaatmadja, S., 1989. Pokok-Pokok Sosiologi Pedesaan. C.V. Yasaguna, Jakarta.
4. Sajogyo & Sajogyo, P., Sosiologi Pedesaan Jilid 2. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
5. Susanto, P.A.S., 1984. Sosiologi Pembangunan. Binacipta, Jakarta.
6. ____________, 1985. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Binacipta, Jakarta.
7. Raharjo, 2001. Buku Materi Pokok Sosiologi Pedesaan. Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai