Anda di halaman 1dari 29

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMA NEGERI 1 MARE


Mata Pelajaran : SOSIOLOGI
Kelas : XI
Materi Pokok : Permasalah Sosial Dalam Masyarakat
Alokasi Waktu :

A. Kompetensi inti
K1-1 : Mengamati, Mengenali berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat sekitar
K1-2 : Menanya, Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang berbagai permasalahan sosial di
masyarakat (kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan)
melalui contoh-contoh nyata dan mendiskusikannya dari sudut pandang pengetahuan
Sosiologi berorientasi pemecahan masalah yang menumbuhkan sikap religiositas dan
etika social
K1-3 : Mengumpulkan informasi, Melakukan survey di masyarakat setempat tentang
permasalahan sosial (kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial-ekonomi,
ketidakadilan) melalui observasi, wawancara, dan kajian dokumen/literatur dengan
menggunakan panduan yang telah dipersiapkan sebelumnya
K1-4 : Menalar/Mengasosiasi, Menginterpretasi data hasil survey tentang permasalahan
sosial (kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial ekonomi dan ketidakadilan)
dikaitkan dengan konsep keragaman kelompok sosial
K1-5 : Mengomunikasikan, Mempresentasikan hasil survey tentang permasalahan sosial dan
pemecahannya sesuai hasil pengamatan
B. Kompetensi Dasar
1. Mengidentifikasi berbagai permasalahan sosial yang muncul dalam masyarakat
2. Melakukan kajian, pengamatan dan diskusi mengenai permasalahan sosial yang muncul
di masyarakat.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan Pengertian permasalahan social dalam Masyarakat.
2. Membandingkan pengertian permasalahan sosial dalam masyarakat dari berbagai
pendapat.
3. Menjelaskan pengertian teori fungsional
4. Menjelaskan teori konflik
5. Mejelaskan teori interaksi simbolis.
6. Menjelaskan Kemiskinan Sebagai masalah social
7. Menyebutkan penyebab kemiskinan dari diri pribadi
8. Menjelaskan factor geografis yang menyebabkan kemiskinan.
9. Menjelaskan factor ekonomi yang menyebabkan kemiskinan.
10. Menyebutkan penyebab kemiskinan semakin meningkat.
11. Menjelaskan Kriminalitas sebagai masalah social
12. Menyebutkan factor pendorong timbulnya kejahatan.
13. Menjelaskan Kesenjangan Social – Ekonomi sebagai masalah social
14. Menjelaskan bentuk-bentuk kesenjangan.
15. Menyebutkan factor penyebab kesenjangan ekonomi
16. Menyebutkan sikap perilaku individu dan kelompok masyarakat yang termasuk
kesenjangan ekonomi.
17. Menyebutkan uapaya pemerintah dalam mengatasi kesenjangan ekonomi.
18. Menjelaskan Ketidakadilan sebagai masalah social.
19. Menyebutkan prinsip ketidakadilan sebagai masalah sosial.
20. Menjelaskan bentuk-bentuk ketidakadilan.
D. Materi Pembelajaran
A. Pengertian Masalah Sosial
Istilah masalah sosial mengandung dua kata yaitu masalah dan sosial .kata sosial
membedakan masalah ini dengan masalah ekonomi, fisika , kimia ,biologidan masalah lainnya
meskipun bidang bidang ini masih terkait dengan masalah sosial. Kata sosial antara lain mengacu
pada masyarakat, hubungan sosial, struktur sosial, dan organisasi sosial. Sementara itu, kata
masalah mengacu pada kondisi, situasi atau prilaku yang tidak di inginkan, bertentangan, aneh,
tdak benar, dan sulit.
Ada berbagai pandangan para tokoh sosiologi tentang masalah sosial. Pandangan itu
antara lain sebagai berikut.
1. Arnold rose mengatakan bahwa masalah sosial dapat didefinisikan sebagai suatu situasi
yang telah memengaruhi sebagian besar masyarakat sehingga mereka percaya bahwa
situasi itu adalah sebab dari kesulitan mereka, situasi itu dapat di ubah
2. Raab dan Selznick berpandangan bahwa masalah sosial adalah masalah hubungan sosial
yang menentang masyarakat itu sendiri atau ,menciptakan hambatan ataskepuasan orang
banyak.
3. Richard dan Richard berpendapat bahwa malah sosial adalah pola perilaku dan kondisi
yangtidak diinginkan dan tidakdapat di terimah oleh sebagian besar anggota masarakat.
4. Soerjono soekanto mengatakan bahwa masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial.

Ada dua elemen penting terkait dengan defenisi masalah sosial. Elemant yang pertama
adalah element objektif. Element objektif menyangkut keberadaan suatu kondisi sosial.
Kondisi sosial disadari melalui pangalaman hidup kita, media dan pendidikan. Kita bertemu
dengan peminta-minta yang terkadang datang dari rumah – kerumah.kita menonton berita
tentang peperangan, kemiskinan dan perdagangan manusia. Kita menbaca di berbagai media
surat kabar bagaimana orang kehilangan pekerjaannya.
Kondisi sosial ini secara objektif berbahaya bagi masyarakat. Kondisi ini benar-benar
nyata dan pernah di alami oleh masyarakat. Pengalaman yang berbahaya ini bersifat
universal dan dapat di temukan di seluruh dunia.
Sementara itu, element subjektif masalah sosial menyangkut pada keyakinan bahwa
kondisi sosial tertentu berbahaya bagi masyarakat dan harus di atasi. Kondisi sosial sepeti ini
antara lain adalah kejahatan, penyalahgunaan obat dan polusi. Kondisi sosia ini tidak di
anggap oleh masyarakat tertentu sebagai masalah sosial tetapi bagi masyarakat yang lain,
kondisi itu di anggap sebagai kondisi yang mengurangi kualitas hidup manusia.
Berdasarkan kedua element ini masalah sosial dapat di defenisikan sebagai kondisi sosial
yang dipandang oleh suatu masyarakat berbahaya bagi anggota masyarakat dan harus diatasi.
Dari defenisi ini ada 4 hal yang perlu di perhatikan
Pertama, penggunaan istilah masalah sosial menunjukkan bahwa ada suatu yang salah
karna kondisi itu membahayakan manusia. Kedua, masalah sosial adalah kondisi sulit yang
memepengaruhi tidak hanya satu orang tetapi sejumlah besar masyarakat. Ketiga, defeisi
masalah sosial mengandung optifisme untuk dapat di ubah. Masalah sosial merupakan istilah
yang di berikan kepada kondisi yang kita anggap dapat di ubah oleh manusia. Kematian
bukanlah masalah sosial tetapi peristiwa sekitar kematian dapat enjadi masalah sosial karna
peristiwa-peristiwa itu dapat di ubah. Keempat, masalah sosial adalah kondisi yang harus di
ubah. Untuk itu, sesuatu perlu di lakukan.
Hal-hal yang menjadi masalah sosial antara masyarkat yang satu dengan masyarakat yang
lain berbeda-beda.perbedaan ini antara lain berpengaruh oleh perbedaan nilai, keyakinan
pengalaman hidup dan periode sejarah. Misalnya, minuman the d inggris pada abad ke 17
hingga abad ke 18 di anggap berbahaya bagi kesehatan dan kemskinan bangsa. Saat ini,
inggris di kenalkan dengan tradisi minum teh pada sore hari.
Masalah sosial sendiri dapat dilihat dari teori fungsionalis , teori konflik dan teori intraksi
simbolis.

Teori Fungsionalis
Menurut teori fingsionalis, semua bagian masyarakat, seperti keluarga, ekonomi, dan
sekolah, mempunyai fungsinya masing-masing dalam masyarakat. Keluarga membesarkan
anak, sekolah mengajarkan pengetahuan, dan lembaga ekonomi menyediakan pekerjaan.
Semua bagian masyarakat ini saling bekerja sama untu membangun tatanan sosial yang
stabil. Salah satu bagian dari masyarakat ini tidak menjalankan fungsinya dengan baik
terjadilah ketidak aturan sosial dala bentuk masalah sosial.
Berdasarkan teori fungfsionalis, ada dua pandangan tentang masalah sosial. Kedua
pandangan itu berasal dari patologi sosial dan disorganisasi sosial. Menurut patologi sosial,
msalah sosial bagaikan suatu penyakit dalam tubuh manusia. Penyakit ini disebabkan oleh
salah satu system, oragan atau sel tubuh tidak bekerja dengan baik. Penyakit sosial, seperti
kejahatan, kekerasan, kenakalan remaja tumbuh dalam masyarakat karna peran institusi
keluarga, agama, ekonomi dan politik sudah tidak memadai lagi. Disini proses sosialisasi atas
norma dan nilai tidak berjalan dengan baik. Untuk mencegah dan mengatasi masalah sosial
ini orang harus menerima sosialisasi dan pendidikan moral yang memedai. hal ini dapat di
lakukan antara lain didalam keluarga, sekolah dan agama.
Sementara itu, menurut pandangan disoraganisasi sosial, masalah sosial bersumber dari
proses perubahan sosial yang cepat, seperti revolusi budaya pada tahun 1960. Perubahan
sosial yang cepat mengganggu norma dalam masyarakat. Ketika norma melemah dalam
masyarakat, masalah sosial seperti pencurian, kekerasan dan penyalahgunaan obat-obat serta
kegiatan negative lainnya merajalelah di dalam masyarakat. Masalah ini dapat di atasi
dengan memperlambat gerakan perubahan sosial dan memperkuat norma sosial.

Teori Konflik
Menurut teori konflik, masalah sosial timbul dari berbagai macam konflik sosial. Hal
yang paling penting dan umum adalah konflik kelas, rasa atau konflik etnis, dan konflik
gender. Setiap konflik muncul dari ketimpangan antara yang kuat dan lemah.
Konflik antar kelas sosial adalah konflik yang umumnya terjadi karna perbedaan
kepentingan antara kelas borjuis dan ploretar (buruh)
Konflik rasial atau etnis dapat menjadi sumber masalah sosial. Konflik sosial biasanya
muncul dalam bentuk prasangka atau diskriminasi yang di miliki dan di praktekkan oleh
kelompok dominan terhadap minoritas. Umumnya, semakin banyak kelompok minoritas
menderita prasangka dan diskriminasi, semakin besar kemungkinan anggotanya melakukan
kejahatan.
Konflik gender juga bisa menjadi sumber msalah sosial. Konflik gender muncul dalam
bentuk prasangka dan diskriminasi oleh laki-laki terhadap perempuan. Ketidak setaraan ini
terjadi bersamaan dengan keyakinan bahwa wanita lebih rendah daripada laki-laki.
Konsekuensinya, wanita di tindas, di kendalikan atau di lecehkan oleh laki-laki yang
mendominasi masyarakat.
Dalam perspektif teori konflik ada dua pandangan tentang masalah sosial. Kedua
pandangan itu adalah teori Marxis dan teori Non Marxis. Teori Marxis meliha kinflik sosial
terjadi karna ketidak setaraan ekonomi. Masalah sosial muncul karna ada ketidaksetaraan
kelas dalam system kapitalisme. Dalam system ini ada kelas borjuis da nada kelas proletar.
Kelompok yang termasuk kelas borjuis adalah para pemilik factor produksi seperti pabrik
dan mesin. Sementara itu, yang termasuk kaum proletar adalah kaum buruh. Dua kelas ini
pasti terkunci dalam konflik. Kaum borjuis yang memiliki modal berhasil memaksimalkan
keuntungan dengan membayar pekerja mereka sesedikit mungkin dan buruh gagal
mendapatkan setinggi upah yang mereka inginkan. Sifat eksploitatif kapitalisme
menyebabkan masalah sosial. Seperti kemiskinan, tingkat pendidikn yang rendah dan
kejahatan perusahaan. dengan teori konflik yang focus dan alienasi ketidakberdayaan dan
ketidakbermaknaan hidup manusia, Max berpendapat bahwa masalah sosial ini dapat di atasi
dengan masyarakat tampa kelas karna dalam masarakat seperti ini ketidaksetaraan dapat di
atasi.
Sementara itu, pandangan teori Non Marxis seperti dahrendorf menaruh perhatian pada
konflik yang timbul karna kelompok-kelompok mempunyai kepentingan dan nilai yang
berbeda. Perbedaan ini menimbulkan interpretasi yang berbeda atas masalah sosial. Masalah
yang dapat di atasi jika tiap kelompok dapat memahami pandangan masiang-masing.

Teori Intraksi Simbolis


Berbeda dengan teori fungsionalis dan teori konflik yang melihat masalah sosial sebagai
produk masyarakat, teori intraksi simbolis melihat masala sosial sebagai intraksi simbolis
antara individu yang tidak mempunyai masalah sosial dan individu yang mempunyai masalah
sosial yang mengarahkan individu yang tampa masalah berprilaku seperti individu yang
bermasalah. Umumnya, intraksi simbolis adalah intraksi antara seseorang dan orang lain
yang di atur oleh makna yang menghubungkan tindakan dn reaksi mereka. Intraksi akan
menjadi menyenangkan jika dua pihak menafsirkan prilaku satu sama lain sebagai suatu yang
ramah. Tetapi intraksi menjadi tidak menyenangkan jikaa kedua belah panic karna prilaku
masing-masing di anggap sebagai prilaku tidak bersahabat. Dalam teori intraksi simbolis juga
ada dua pandangan yang berbeda tentang masalah sosial.
Pertama adalah teori pelabelan (labelling theory). Menurut eori ini, soatu kondisisosial
kelompok atau masyarakat tertentu di anggap bermasalah, karna kondisi itu sudah di cap
bermasalah. Kedua, konstruksionisme sosial, melhat bahwa individu yang
menginterpretasikan dunia sekitarnya secara sosial mengontruksi realitas secara sosial. Oleh
karna itu, masalah sosial juga merupakan konstruksi manusia. Dalam mengontruksi realitas
sosial ada kalany individu lebih sering berintraksi dengan orng orang yang mendefenisikan
kejahatan sebagai suatu yang positif. Hal ini membuat dia cendrung untuk melakukan
kejahatan. Proses seperti ini merupakan proses asosiasi diferensiasi. Edwin Sudhherland
menciptakan istilah asosiasi diferensiai untuk mengindikasikan bahwa sebagian besar dari
kita beljar untuk menyimpang dari atau konfrom terhadap norma masyarakat melalui
kelompok berbeda tempat kita bergaul.

B. Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial


Secara sosiologis masalah kemiskinan timbul sebagai akibat adanya lembaga
kemasyarakatan dibidang ekonomi yang tidak berfungsi dengan baik. Contohnya di bidang
produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa.
Menurut Gillin dn Gillin kemiskinan adalah kondisi ketika seseorang tidak dapat
memepertahankan skala hidup yang cuckup tinggi untuk memberikan efisiensi fisik dan
mental untk memungkinkan dia dan keluarganya menjalankan fungsi sebagaimana mestinya
sesuai dengan standar masyarakatnya baik karna pendapatanyang tidak memadai atau
pengeluarn yang tidak bijaksana. Pengertian ini mengandung makna bahwa kemiskinan
adalah kondisi standar hidup yang sangat rendah. Bahkan keebutuhan dasar pun tidak dapat
terpenuhi.
Kemiskinan seperti ini bersifat absolut. Kemiskinan absolut mengacu pada kurangnya
sumber daya yang di perlukan untuk sumber daya yang di perlukan untuk kesejahtraan
seperti makanan, air perumahan, sanitasi, pendidikan, perawatan kesehatan. Kemiskinan
absolut berbeda dengan kemiskinan relative. Kemiskinan relative mengacu pada kurangnya
sumber daya material dan ekonomi dibandingkan dengan beberapa produk lainnya. Jika ada
seorang siswa SMA yang berjuang hidup dengan anggaran yang terbatas, dia mungkin
merasa seolah-olah dia “miskin” dibandingkan dengan teman-temannya. Namun, dia tidak
benar-benar miskin karna jutaan orang hidup dalam kemiskinan absolut tidak mngkin
mencapai kesejahtraan hidp yang dia alami sekarang ini.
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab kemiskinan. Menurut Henry George, penyebab
utama kemiskinan adalah kepemilikan pribadi dan monopoli individu atas tanah. Pandangan
ini muncul pada saat kepemilkan kepemilikan tanah menjadi alat ukur kekayaan pribadi. Karl
Max mengatakan bahwa kemiskinan terjadi karna eksploitasi kaum pekerja oleh kaum
kapitalis. Sementara itu, Robert Malthus mengatakan bahwa kemiskinan terjadi karna jumlah
penduduk cendrung untuk meningkat menurut deret ukur, sedangkan produsi bahan
meningkat meningkat menurut deret hitung.
Kemiskinana dapat di sebabkan oleh factor pribadi , factor geografis, factor ekonomi, dan
factor sosial. Penyebab kemiskinan dari diri pribadi antara lain adalah sebagai berikut.
a) Penyakit dan kemiskinan membentuk kemitraan yang saling membantu. Penyakit
meningkat kemiskinan dan kemiskinan juga meningkatkan penyakit. Karena sakit,
seseorang tidak dapat bekerja dengan baik. Pendapatannya pn menurun. Sebagian
besar penghasilannya di habiskan untuk penyembuhan penyakitnya. Sebaiknya, karna
miskin, seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan gisinya. Akibatnya dia gampang
terserang penyakit.
b) Penyakit mental membuat orang menjadi tidak mampu melakukan sesuatu. Hal ini
mengurangi pendapatan dan meningkatkan kemiskinan. Disisi lain, kemiskinan juga
dapat meningakatkan penyakit jiwa.
c) Kecelakaan dapat membuat seseorang yang prodiktif sama sekali tidak mampu
bekerja atau mengurangi kapasitasnya. Jika ada anggota keluarganya produktif
terlibat dalam beberapa kecelakaan serius, seluruh keluarga dapat menjadi moskin.
d) Buta huruf dan kemiskinan juga saling berkaitan. Buta dapat meningkatkan
kemiskinan karna kapasitas orang yang buta huruf sangat rendah. Disisi lain
kemiskinan dapat memaksa orang untuk tetap buta huruf.
e) Kemalasan juga merupakan penyebab kemiskinan. Banyk orang meskipun
mempunyai kesepatan yang cukup untuk bekerja, tidak dapat bekerja karna malas.
Akbatnya dia tetap miskin,
f) Pemborosan juga dapat menjadi penyebab kemiskinan. Orang yang boros akan tetap
miskin berapapun penghasilan yang mereka dapat.
g) Demoralisasi atau penurunan karakter dan moral menyebabkan kekacauan pribadi
dan akhirnya jatuh dalam kemiskinan. Minum minuman keras, perjdian dan kebiasan
jahat lainnya dapat membuat orang jatuh dalam lubang kemiskinan.
Sementara itu, factor geografi yang menyebabkan kemiskinan antara lain sebagai
berikut.
a) Iklim dan cuaca yang kurang baik dapat menyebabkan prodiktifitas menurun.
Kondisi ini dapat meningkatkan kemiskinan.
b) Tidak adanya sumber daya alam yang memadai. Contohnya tidak ada tanah yang
subur, mineral dan air yang cukup. Penduduknya umumnya tetap miskin.
c) Bencana alam, seperti letusan gunung berapi, angun topan, banjir, dan gempa
bumi menyebabkan kerusakan serius pada perumahan dan pertania. Di jepang
gempa umi menyebabkan kerusakan serius pada perumahan. Di cina banjir
menjadi penyebab utama kerusakan pertanian. Di india hujan yang tidak tepat
waktu dan volumenya tidak stabil menyebabkan kerusakan serius pada pertanian.
Akibatnya kemiskinan terjadi di mana-mana.

Di dsamping sebab geografis, kemiskinan juga dapat di sebabkan oleh penyebab


ekonomis. Di antaranya adalah sebagai berikut.
 Sebab-sebab pertanian, seperti pupuk yang tidak cukup, perbaikan peralatan dan
mesin yang tidak mutakhir, penyakit tidak adanya saran yang memadai untuk
melindungi lading dari hama dan hewan, takhayul serta eksploitasi petani oleh
tuan tanah.
 Distribusi kekayaan yang tidak merata. Dalam system kapitalis, yang kaya terus
menjadi kaya dan yan miskin menjadi miskin.
 Depresi ekonomi yang dapat menyebabkan penurunan dalam perdagangan,
pentupan pabrik dan pengangguran jutaan buruh dan pedagang kecil.
 Pengangguran adalah penyebab kemiskinan yang paling serius
 Penimbunan kekayaan yang tidak produktif, seperti pembelian perhiasan.
Sementara itu, kemiskinan juga dapat meningakat karna sebab-sebab sosial sebagai berikut.
a. system pendidikan yang kurang baik dapat menyebabkan orang yang berpendidikan
menganggur dan mengalami kemiskinan.
b. perumahan yang tidak cukup dapat membuat orang terpaksa tinggal di pemukiman yang
kumuh dan kotor dan tidak sehat. Konsekuensinya, kapasitas mereka ntuk bekerja
berkurang. Hal ini tentu saja mengarahkan mereka pada kemiskinan.
c. salah kelolah rumah tangga juga dapat menyebabkan kemiskinan. Sering tampa di
sadari pribahasa besar pasak dari pada tiang di laksanakan dalam hidup sehari-
hari.akibatnya tabungan tidak ada dan hutang semakin bertambah dan menjerat
kehidupan.
Dalam mengatasi masalah kemiskinan, presiden telah mengeluarkan perpres No 15 tahun
2010 tentang percepatan penanggulangankemiskinan. Tujuannya adalah untuk
mempercepat penurunan angka kemiskinan hingga 8% hingga 10% pada akhir tahun 2014.
Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan pemerintah
daerah yang di lakukan secara sistematis, terencana dan tersinergi dengan dunia usaha dan
masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan
kesejahtraan rakyat. Kegiatan ini antara lain di lakukan ,elalui bantuan sosial, pemberdayaan
masyarakat, permberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil. Strategi percepatan
penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan hal-hal berikut.
1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin
2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyrakat miskin.
3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil
4. Enyinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.

C. Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial


melalui sosialisasi, seseorang dapat mengetahui cara berprilaku dan hidup bersama dalam
masyarakat dengan tertib. Lembaga formal dan informal yang menjadi control sosial
berusaha untuk membujuk atau memaksa individu untuk menyusuaikan diri dengan nilai-
nilai sosial dan norma-norma yang telah di pelajari melalui sosialisasi. Mereka juga berusaha
mencegah terjadinya penyimpangan dan kriminalitas atau kejahatan.
Penyimpangan dan kriminalitas merupakan dua hal yang berbeda. Penyimpangan
merupakan kegagalan untuk menusuaikan diri dengan norma-norma sosial. Penyimpangan
adalah setiap prilaku non konformis yang tidak di setujui masyarakat atau kelompok sosial,
baik itu melanggar hukum atau tidak. Pelaku penyimpangan adalah pelaku yang melanggar
norma. Pelaku ini terbentang dari yang ekstrensik sampai pada perbuatan criminal.
Sementara itu, kriminalitas adalah salah satu bentuk penyimpangan, khususnya perilaku
yang melanggar hokum pidana tertentu. Tidak semua penyimpangan adalah kejahatan.
Penyimpangan menjadi kejahatan ketika lembaga masyarakat menunjuk penyimpangan itu
sebagai perilaku yang melanggar hokum atau undang-undang. Undang-undang yang
meletakkan hukuman bagi kejahatan membentuk hokum pidana. Tindak pidana yang di
gambarkan sebagai kriminalitas adalah tindakan yang di anggap paling berbahaya bagi
masyarakat. Orang-orang yang melakukan tindakan kriminalitas tersebut dapat di berikan
hukuman penjaraatau di hokum mati sesuai dengan hokum masyarakat tempat mereka hidup.
Tindakan kriinalitas bukan bawaan lahir dan dapat di lakukan oleh pria atau wanita dari
bergam usia mulai dari anak-anak sampai orang dewasa bahkan mereka yang telah berusia
lanjut. Tindakan kriminalitas dapat di lakukan melalui perencanaan atau tampa perencanaan,
seperti tindakan mempertahankan atau membela diri yang mengakibatkan terbunuhnya
seseorang perampok. Bentuk tindakan kriminalitas antara lain pembunuhan, perampokan,
pemerkosaan, penculikan, pemerasan, penipuan, pemalsuan, pelanggarn sumpah, korupsi,
intimidasi (ancaman), dan penyalahgunaan obat-obat.
Gejala kriminalitas lain yang berkembang di masyarakat sat ini adalah adanya kejahatan
“kerah putih” (white collar crime) sosiolog menggunakan istilah kerah putih atau kejahatan
elite untuk mengacu pada kegiatan criminal oleh orang-orang dari status sosial yang tinggi
yang melakukan kejahatan mereka dalam konteks pekerjaan mereka. Banyak ahli
mengatakan bahwa, tipe kejahatan seperti ini merupakan dampak dari proses perkembangan
ekonomi yang terlalu cepat yang menekankan pada aspek material belaka. Pada awalnya
gejala ini disebut Business crime atau economic criminality. Golongan kerah putih
menganggap dirinyakebal terhadap hokum dan sarana pengendalian sosial lainnya karena
kekuasaan dan keuangan yang dimilikinya sangat kuat. Kejahatan kerah putih antara lain,
pencucian uang, penggelapan, keterlibatan dalam manipulasi saham illegal, dan penggelapan.
Manipulasi data akuntansi sehingga suatu perusahaan seakan-akan tampak jauh lebih kaya
dari padakondisi keuangan perusahaan itu sesungguhnya juga termasuk kejahatan kerah
putih.
Beberapa factor yang mendorong timbulnya kejahatan adalah sebagai berikut.
 Terjadinya perubahan sosial, ekonomi, politik seperti perang dan bertambahnya
pengangguran
 Pemerintah yang lemah dan korup sehingga mendorong orang mencari kesempatan untuk
berbuat kejahatan
 Masalah kependudukan dan kesulitan eknomi
 Pengembangan sikap mental yang keliru, misalnya ambisi yang berlebihan untuk
menaikkan status membuat seseorang melaakukan suap.
 Kurangnya model (teladan) dan orang yang dituakan (senior)
Soerjono soekanto mengatakan bahwa tindakan kriminalaitas disebabkan oleh kondisi-
kondisi dan proses-proses sosial yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial lainnya,
seperti proses imitasi, persaingan dan pertentangan kebudayaan. Pelaku kejahatan juga
dapat di pelajari melalui berbagai media, seperti media elektronik atau cetak dan intraksi
dengan orang-orang yang sudah terbiasa melakukan tindak kejahatan.
Ada dua penjelasan teoritis yang sangat berpengaruh tentang munculnya yindakan
criminal. Pertama teori asosiasi diferensiasi dari Edwin H Sutherland. Sutherland
mengambarkan kegiatan criminal sebagai hasil dari sosialisasi nilai dari satu kelompok,
yang berbenturan dengan nilai-nilai kelompok yang lebih kuat dalam masyarakat.
Perilaku kriminalitas seperti halnya perilaku lainnya, dalam suatu pergaulan yang intim.
Kedua, teori dari Robert Merton, dalam buku struktur sosial dan anomie yang di terbitkan
pada tahun 1938 Robert Merton Merton mengembangkan teori ketegangan (strain
theory). Menurut teori ketegangan Merton penyimpngan yang paling ungkin terjadi
ketika ada ketidaksesuaian antara tujuan yang dianggap baik oleh masyarakat dan cara
memperolehnya . misalnya, menjadi orang kaya atau berhasil secara ekonomi menjdi
cita-cita yang selalu di dengung-dengungkan oleh masyarakat tertentu. Untuk mencapai
cita-cita itu, masyarakat biasanya menunjukkan jalan yang benar, seperti belajar dan
bekerja dengan tekun. Namun ada orang yang ingin mencapai cita-cita itu tampa belajar
dan bekerja dengan tekun. Orang itu ingin mencapai cita-cita itu dengan cara yang tidak
benar, yakni mencuri atau merampok. Perbuatan orang itu menurut Merton merupakan
penyimpangan.
Uapaya yang kita lakukan dalam mengatasi kriminalitas yang ada tidak boleh
terlepas dari fakror penyebab terjadinya kriminalitas itu sendiri. Untuk itu perlu setiap
kasus perlu di kaji dengan baik. Kriminalitas krna kemiskinan akan berbeda
penanganannya dengan kriminalitas karna pola hidup hedonis. Kriminalitas yang
terorganisasi seperti kriminalitas korporat penanganannya berbeda dengan kriminalitas
individu.
Dalam menghadapi masalah kriminalitas, pendekatan sosiologi tidak focus pada
individu pelakunya, tetapi focus pada lingkungan sosial dimana kriminalitas itu terjadi.
Para sosiologis menekankan bahwa kriminalitas terjadi dalam konteks sosial. Cara yang
baik untuk mencegah dan mendeteksi kriminalitas adalah membangun sebuah konteks
sosial yang membuat kejahatan sulit terjadi.

D. Kesenjangan Sosial –Ekonomi Sebagai Masalah Sosial


Kesenjangan ekonomi selalu menjadi salah satu isu utama dari setiap system sosial. Dari
masa yang sangat awal, para filsuf telah memperdebatkan etika koesistensi kekayaan besar
dan kemisknan, sementara analisis politik telah menekankan hubungan antara kemakmuran
ekonomi dan pengaruh politik. Pertanyaan utama dari ilmu sosiologi modern adalah analisis
kesenjangan sosil terstruktur, yang sebagian besar berasal dari perbedaan wewenang atas
sumber daya ekonomi. Ekonomi selau mengkalim bahwa kriteria untuk kebijakan ekonomi
adalah efisiensi dan pemerataan.
Masyarakat selalu di tandai dengan kesenjangan. Di dalam masyarakat secara alami ada
beberapa orang yang lebih kuat, belajar lebih cepat, atau memiliki lebih dari apapun yang di
anggap penting dalam masyarakat. Kesenjangan lainnya mungkin muncul karna di tentukan
oleh manusia. Misalnya kesenjangan sosial berdasarkan kekayaan. Adanya perbedaan
karakteristik biologis, keterampilan sosial, maupun uang, membuat system yang
mengelompokkan individu-individu dalam kelompok-kelompok yang berbeda dalam
masyarakat. Batas-batas yng mengikuti stratifikasi dan kesenjangan sosial membawa dampak
bagi seluruh aspek manusia, termasuk hubungan kita dengan orang lain, perilaku, keyakinan,
sikap, aspirasi, dan persepsi terhadap dunia sosial.
Dalam pemahaman timbal bailik ini stratifikasi sosial mengacu pada distribusi sumber
daya yang tidak merata. Sementara itu, kesnjangan bererti perbedaan kesempatan atau
kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan status. Disini, kesenjangan sosial
harus di pahami sebagai perbedaan untuk memperoleh sumber daya yang di lembagakan.
Secara etimologis, kesenjangan berarti tidak seimbang, tidak semetris, atau berbeda.
Kesenjangan setidaknya membawa dampak pada kesenjangan sosial-ekonomi, yang
mencakup kemiskinan dan kesejahtraan dan stratifikasi sosial yang mencakup kesenjangan
politik dan budaya, yang berkaitan dengan isu-isu kewarganegaraan, pemerintah, dan
keadilan sosial.
Pola kesenjangan sosial dapat kita pahami dari pemahaman kita tentang berbagai dimensi
strtifikasi sosial. Strtifikasi sosial merujuk pada suatu hierarki hak-hak istimewa relative yang
berdasarkan pada kekuasaan, pemilikan dan prestise
Ada dua bentuk kesenjangan, yaitu kesenjangan klasik dan kesenjangan baru.
Kesenjangan klasik mencakup perbedaan kelas, status, kekayaan dan prestise yang dimediasi
oleh gender, pendapatan, dan pendidikan. Kesenjangan baru mengikuti kesadaran yang lebih
besar dan kompleksitas global yang meningkat dan adanya berbagai rentang pilihan yang
lebih besar, seperti pola komsumsi, gaya hidup, dan dinamika identitas. Hal ini telah
mengakibatkan peningkatan heterogenitas dalam studi stratifikasi sosial.
Kesenjangan sosial mengacu pada cara pengkategorian orang berdasarkan karakteristik,
seperti usia, jenis kelamin, kelas dan etnisitas berkaitan dengan akses keberbagai layanan dan
produk sosial, seperti pasar dan tenaga kerja, sumber pendapatan, pasar perumahan,
pendidikan dan system kesehatan, dan bentuk-bentuk perwakilan dan partisipasi politik.
Bentuk-bentuk kesenjangan sosial di bentuk oleh berbagai factor structural, seperti lokasi
geografis atau status kewarganegaraan, dan oleh wacana dan identitas budaya.
Sementara itu, kesenjangan sosial ekonomi mengacu pada kontras antara kondisi
ekonomi orang yang berbeda atau kelompok yang berbeda dalam masyarakat yang
melaksanakan pembangunan atau modernisasi. Hal ini terjadi karna kurang adanya
kesempatan untuk memperoleh sumber pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha,
dan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan.
Semakin besar perbedaan untuk mendapat kesenpatan-kesempatan tersebut, semakin
besar pula tingkat kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat. Sebaliknya,
semakin kecil perbedaan kesempatan-kesempatan tersebut semakin kecil pula tingkat
kesenjangan sosial yang terjadi. Untuk itu, pemerintah perlu membuka kesempatan kerja bagi
anggota masyarakat.
Factor –faktor yang menyebabkan kesenjangan ekonomi antara lain sebagai berikut.
a. Menurunnya pendapatan perkapita sebagai akibat pertumbuhan penduduk yang relative
tinggi tampa di imbangi peningkatan produktifitas.
b. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah sebagai akibat kebijakan politik dan
kekurangsiapan SDM.
c. Rendahnya mobilitas sosial sebagai akibat sikap mental tradisional yang kurang
menyukai persaingan dan kewirausahaan.
Kesenjangan sosial ekonomi harus segera di atasi.hal ini perlu dilakukan karna struktur
ekonomi dapat membantu atau justru mengahambat solidritas antar manusia. Solidaritas
antar manusia itu, terancam dengan kesenjangan sosial ekonomi ynag terlampau tajam.
Kesenjangan yang tajam dapat menimbulkan kecendrungan masyarakat lapisan atas
untuk menjadi sombong dan sewenag-wenang. Sementara itu, masyarakat lapisan bawah
cendrung akan kehilangan kepercayaan serta harga diri. Kondisi ini di barengi dengan
ketegangan sebagai akibat kecemburuan sosial.
Kunci utama bagi upaya mengatasi kesenjangan sosial ekonomi adalah memberi
akses kepada setiap anggota masyarakat untuk menikmati dan memanfaatkan berbagai
fasilitas sosial serta memberi kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
perekonomiannya.
Sikap perilaku individu dan kelompok masyarakat yang sesuai dengan upaya itu
adalah sebagai berikut.
a) Hidup sederhana seuai dengan kebutuhan
b) Peduli dengan nasib warga masyarakat yang kurang mampu dengan menciptakan
pekerjaan bagi mereka
c) Meningkatkan pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dapat di gunakan dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi.
d) Menghargai kreativitas dan hasil karya orang lain sehingga timbul kerja sama
yang saling menguntungkan.
Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah sosial yang timbul dari kesenjangan
sosial ekonomi antara lain melakukan kebijakan sebagi berikut.
a. Pemberian subsidi terhadap pemenuhan kebutuhan yang esensial bagi masyarakat
yang kurang mampu, seperti subsidi bahan bakar gas/elpiji tiga kilogram,
pembagian kartu jaminan kesehatan nasional.
b. Menggalakan program UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
c. Pelatihan kewirausahaanuntuk menimbulkan jiwa entrepreneurship di kalangan
masyarakat.
E. Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial
Ketidakadilan merupakan tindakan yang sewenang-wenang. Ketidakadilan pada
umumnya menyangkut masalah pembagian Sesutu yerhadap hak seseorang atau
kelompok yang di lakukan secara tidak professional. Jika ketidakadilan tersebut terjadi
berlarut-larut dan tidak di sikapi dengan baik oleh penyelenggara Negara maka hal ini
akan menimbulkan berbagai masalah.
Meskipun banyak yang tidak setuju dengan ketidakadilan, kita tetap akan
menemukan ketidakadilan dalam hidup. Ketidakadilan memiliki 5 prinsip yaitu.
 Elitism efisien
 Pengecualian diperlukan
 Prasangka adalah wajar
 Keserakahan adalah baik
 Putus asa tidak bisa di hindari
Ada beberapa bentuk ketidakadilan di antaranya adalah stereotip marginalisasi,
subordinasi, dan dominasi.

STEREOTIP
Stereotip adalah pemberian sifat tertentu secara subjektif terhadap seseorang berdasarkan
kategori kelompoknya. Stereotip meerupakan salah satu bentuk prasangka antar ras berdasarkan
kategori ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan tampilan komunikasi verbal maupun non verbal.
Stereotip menunjukkan perbedaan kategori “kami”, “mereka”. Kami selalu dikaitkan dengan
superioritas kelompok ingroup dan mereka sebagai kelompok yang inferior atau kelompok out
group. Anggota ingroup biasanya cenderung menyenangkan kelompok sendiri, dan sebaliknya
cenderung mengevaluasi oang lain berdasarkan cara pandang kelompok “kami”. Menuru WG.
Summer istilah ingroup mengacu pada kelompok-kelompok social yang dengannya individu
mengidentifikasi dirinya sedangkan outgorup diartikan oleh individu sebagai kelompok yang
menjadi lawan ingroup. Sikap –sikap ingroup pada umumnya didasarkan pada factor simpati dan
selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok. Peningkatan harga diri
dinikmati oleh anggota ingroup bias dating dengan mengorbankan orang luar. Sementara itu
sikap-sikap terhadap outgroup terkadang ditandai dengan antagonism atau antipati.
Stereotip dapat bersifat positif dan dapat bersifat negative. Stereotip positif terdapat
dalam ungkapan bahwa “Indonesia adalah bangsa yang ramah”. Sementara itu, contoh stereotip
yang negative terdapat dalam ungkapan “orang-orang di pulau itu malas”.

MARGINALISASI
Marginalisasi adalah proses pemutusan hubungan kelompok-kelompok tertentu dengan
lembaga social utama seperti struktur ekonomi, pendidikan, dan lembaga social ekonomi lainnya.
Perbedaan antara populasi dan kelompok seperti etnis, ras, agama, budaya, bahasa, adat istiadat,
penampilah, dan afiliasi memungkinkan popilasi dominan untuk meminggikan kelompok yang
lemah. Biasanya semakin besar perbedaaan antara kelompok-kelompok itu, semakin mudah bagi
penduduk yang dominan untuk meminggirkan kelompok yang lemah. Marginalisasi orang selalu
melibatkan kemampuan penduduk yang dominan untuk melaksanakan beberapa tingkat control
dan kekuasaan atas kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Kelompok atau individu yang
marginal sering dikecualikan dari layanan, program, dan kebijakan.

SUBORDINASI
Subordinasi atau penomor duaan adalah perbedaan pelaku terhadap identitas social
tertentu. Umumnya yang menjadi kelompok subordinasi adalah kelompok minoritas. Menurut
Louis Wirth, kelompok minoritas secara eksplisit dobedakan dengan kelompok mayoritas.
Anggota kelompok mayoritas dan anggota kelompok minoritas diperlakukan secara tidak
seimbang. Kelompok mayoritas sangat dominan. Mereka menguasai sumber daya sehingga
selalu merasa dapat bertindak secaa tidak adil, menguasasi, dan mempunya martabat. Martabat
lebih lebih tinggi dari pada yang lain. Sementara itu, kelompok minoritas adalah kelompo yang
kurang beruntung karena secara fisik, maupun kultural. Merupakan subjek yang di perlakukan
tidak seimbang. Perlakuan diskriminasi sering diberikan kepada mereka.

DOMINASI
Dominasi harus dipahami sebagai suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang atau
kelompok untuk sejauh bahwa mereka bergantung pada hubungan social di mana beberapa orang
atau kelompok lain memegang kekuasaan sewenang-wenang atas mereka. Ada beberapa bentuk
dominasi. Diataranya adalah perbudakan, rezim diskriminasi, sistematis terhadap kelompok
minoritas, rezim politik colonial, despotisme, totalitarialisme, kapitalisme, dan feodalisme.
Semua ini sangat potensial merugikan segmen yang tidak memiliki keunggulan
komparatif dan kompatitif. Hal ini terlihat dari berlangsungnya eksploitasi, kekerasan, dan
diskriminasi terhadap kelompok yang tidak mempunyai keunggulan komparatif dan kompatitif
secara structural dan sistematik dalam berbagai bidang. Ketidakadilah bertentangan dengan
pencasila dan UUD 1945. Sila kelima pancasila berbunyi “keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia” secara keseluruhan, pasal UUD 1945 menekankan pentingnya keadilan dalam segala
aspek kehidupan.

E. Metode Pembelajaran
a. Model Pembelajaran : Example non exmaple
b. Metode Pembelajaran. : Ceramah
Diskusi
Penugasan
F. Kegiatan Pembelajaran.
1. Pertemuan Pertama
No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Apersepsi
 Guru mempersiapkan kelas: mengucapkan salam
dan absensi
 Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan
tujuan pembelajaran
 Guru menempelkan gambar di papan atau
ditayangkan melalui slide
 Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan
pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis
gambar
 siswa diminta untuk menebak materi apa yang
akan di pelajari berdasarkan gambar tersebut
 Guru memberikan dorongan dan motivasi kepada
siswa.
 Guru menganjurkan kepada siswa tentang
pentingnya mempelajari Pengertian permasalah
sosial dalam masyarakat dan Kemiskinan Sebagai
Masalah Sosial
2. Kegiatan Inti
 Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
dengan model pembelajran Examples Non Examples
 Guru membentuk 3 kelompok berdasarkan urutan
absen
 Setelah kelompok terbentuk , guru memilih masing-
masing ketua kelompok
1. Mengamati
 siswa diminta untuk mengamati gambar mengenai
materi Pengertian permasalah sosial dalam
masyarakat dan Kemiskinan Sebagai Masalah
Sosial
2. Bertanya
 Masing- masing anggota kelompok bertanya
kepada teman kelompok dan mendiskusikannya
 Melalui diskusi kelompok siswa, mencatat hasil
analasis gambar pada kertas
3. Mengumpulkan informasi
 Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan
hasil diskusinya
4. Menalar/ mengasosiasi
 Setelah siswa membacakan hasil diskusinya, siswa
yang lain memberikan respon terhadap hasil
diskusi yang di sampaikan
5. Mengkomunikasikan
Mulai dari hasil diskusi dan respon siswa, guru kembali
memberikan kesimpulan tentang materi Pengertian
permasalah sosial dalam masyarakat dan Kemiskinan
Sebagai Masalah Sosial sesuai tujuan yang ingin dicapai.
3. Kegiatan Penutup

 Guru meminta siswa laki- laki yang duduk di bangku


ketiga dan siswi perempuan yang duduk di bangku
depan untuk memberikan kesimpulan tentang materi
Pengertian permasalah sosial dalam masyarakat dan
Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial
 Guru menyampaikan kesimpulan dari materi Pengertian
permasalah sosial dalam masyarakat dan Kemiskinan
Sebagai Masalah Sosial
 Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa
 Guru mengucapkan salam

2. Pertemuan Kedua
No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
1. Kegiatan Pendahuluan
2. Apersepsi
 Guru mempersiapkan kelas: mengucapkan salam
dan absensi
 Guru menyajikan contoh kasus mengenai materi
yang akan di sampaikan
 Guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk
memperhatikan/menganalisis contoh kasus
 Siswa diminta untuk menebak materi apa yang
akan di pelajari berdasarkan kasus tersebut
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran melalui
penjelasan kasus mengenai materi yang akan di
sampaikan
 Guru memberikan dorongan dan motivasi kepada
siswa.
 Guru menganjurkan kepada siswa tentang
pentingnya mempelajari Kriminalitas Sebagai
Masalah Sosial, Kesenjangan Sosial –Ekonomi
Sebagai Masalah Sosial dan Ketidakadilan Sebagai
Masalah Sosial
2. Kegiatan Inti
 Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
dengan model pembelajaran Snowball Throwing
 Guru mengitruksikan siswa untuk membentuk 4
kelompok dengan cara mencabut kertas yang tertulis
angka 1-4 yang di mulai dari peserta didik yang duduk
di bangku belakang bagian kiri
 Siswa yang mendapatkan angka yang sama di gabung
menjadi satu kelompok
 Setelah kelompok terbentuk , guru memilih masing-
masing ketua kelompok
2. Mengamati
 Guru memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk diberikan penjelasan tentang materi
Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial, Kesenjangan
Sosial –Ekonomi Sebagai Masalah Sosial dan
Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial.
 Masing-masing ketua kelompok kembali ke
kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi Kriminalitas Sebagai Masalah
Sosial, Kesenjangan Sosial –Ekonomi Sebagai
Masalah Sosial dan Ketidakadilan Sebagai Masalah
Sosial yang disampaikan oleh guru kepada temannya
 Masing-masing siswa menyimpulkan materi
Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial, Kesenjangan
Sosial –Ekonomi Sebagai Masalah Sosial dan
Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial yang di
sampaikan oleh ketua kelompok
3. Bertanya
 Masing-masing siswa diberi satu lembar kertas,
untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi Kriminalitas Sebagai Masalah
Sosial, Kesenjangan Sosial –Ekonomi Sebagai
Masalah Sosial dan Ketidakadilan Sebagai Masalah
Sosial yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
4. Mengumpulkan informasi
 Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut
dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
siswa yang lain selama ± 15 menit

5. Menalar/ mengasosiasi
 Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan
diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian
 Siswa di berikan kesempatan beberapa menit untuk
menganalisis jawaban yang akan di sampaikan dari
pertanyaan yang tertulis dalam kertas
6. Mengkomunikasikan
 Masing- masing siswa mempresentasikan jawaban
dari pertanyaan yang tertulis dalam kertas
 siswa yang lain di minta untuk memberi respon
terhadap jawaban yang di sampaikan
3. Kegiatan Penutup

 Guru meminta siswa laki- laki yang duduk di bangku


kedua dan siswa perempuan yang duduk di bangku
depan untuk memberikan kesimpulan tentang materi
Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial, Kesenjangan
Sosial –Ekonomi Sebagai Masalah Sosial dan
Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial
 Guru menyampaikan kesimpulan dari materi
Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial, Kesenjangan
Sosial –Ekonomi Sebagai Masalah Sosial dan
Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial
 Guru meminta siswa untuk mencari materi lanjutan
tentang materi teori- teori hubungan Sosial.
 Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa
 Guru mengucapkan salam

G. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


1. Tekhnik Penilaian

No Tekhnik Penilaian
1 a. Penilaian Kompetensi Sikap
2 b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
3 c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

2. Instrumen Penilaian
A. Pertemuan Pertama
1. Penilaian Kompetensi Sikap
Instrument yang digunakan oleh pendidik untuk mengetahui komptensi sikap
yang dimiliki setiap peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung yaitu
instrument observasi atau pengamatan langsung pendidik terhadap peserta didik,
seperti: Bekerja sama, Rasa ingin tahu, Disiplin dan Tanggung Jawab dan selama
peserta didik berada dalam lingkungan sekolah atau bahkan diluar sekolah selama
perilakunya dapat di amati guru.

Format Penilaian Sikap dalam diskusi (Penilaian Individu)


Aspek perilaku yang dinilai
NO Bekerja Rasa Tanggung Keterangan
Nama Disiplin
sama ingin tahu Jawab
1 Asmaul Husna
2 Wihdaniyah
3 Nur Najmi
4 Nur Jannah S.
5 A. Nur Azizah
Kriteria Penilaian Aspek Sikap
Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
86-100 Sangat Baik 4
76-85 Baik 3
66-75 Cukup 2
56-65 Kurang Cukup 1

Perhitungan skor akhir menggunakan rumus

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Agar sejalan dengan penilaian kompetensi sikap maka untuk mengukur pengetahuan
seorang anak, pendidik perlu melakukan penilaian melalui observasi terhadap dsikusi,
tanya jawab, dan percakapan. Pada pertemuan ini terdapat dua penilaian, yaitu penilaian
pengetahuan secara observasi ( Non Test) pada saat diskusi.

1. Penilaian diskusi
a. Teknik Penilaian : Non Test (Pengamatan)
b. Bentuk Instrument : Observasi

Observasi terhadap Diskusi, Tanya Jawab, dan Percakapan (Penilaian Individu)

Aspek yang dinilai

Nama Pengungkapan Ketepatan Ketelitian Keterangan


Kebenaran
gagasan yang penggunaan menanggapi
konsep
origional istilah pertanyaan
Asmaul Husna
Wihdaniyah
Nur Najmi
Nur Jannah S.
A. Nur Azizah
*Setiap unsur aspek yang dinilai diberi skor 1-4

Kriteria Penilaian

Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif


86-100 Sangat Baik 4
76-85 Baik 3
66-75 Cukup 2
56-65 Kurang Cukup 1
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :

B. Pertemuan Kedua

1. Penilaian Kompetensi Sikap

Instrumen yang digunakan oleh pendidik untuk mengetahui sikap peserta didik
dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu dengan teknik penilaian observasi.
Observasi ialah pengamatan terhadap sikap dan perilaku yang terkait dengan mata
pelajaran yang dilakukan oleh pengajar yang bersangkutan selama proses pembelajaran
berlangsung. Pada pertemuan yang kedua ini pendidik menggunakan model
pembelajaran Snowball Throwing.
LEMBAR OBSERVASI
SIKAP SISWA DALAM DISKUSI KELOMPOK
Nama Siswa : A. Nur Azizah
Mata Pelajaran : Sosiologi
Kelas/ Semester : X/ 1
Sekolah : SMA Negeri 1 Mare
Kategori
No Aspek yang diamati Keterangan
B C K
1. Kepatuhan terhadap aturan dalam diskusi  B= Baik
C= Cukup
2. Memberikan ide, usul dan saran dalam K= Kurang
kelompok 

3. Mengikuti semangat dengan antusias 


4. Menyimak atau memerhatikan ketika teman lain
sedang menyampaiakan presentasi atau pendapat 

5. Menghargai pendapat atau usul yang di


sampaikan teman lain atau kelompok lain 

6. Tanggung jawab dan kelompok 


7. Kerja sama dalam kelompok 
8. Kesantunan dalam menyampaikan pendapat 
9. Cara menyanggah atau menanggapi pendapat

teman lain
10. Penerimaan terhadap hasil diskusi 

Nilai Akhir × 100%

Nilai Akhir = X 100%

= 90

Kategori:

Baik = 80 – 100
Cukup = 60 – 79

Kurang = Kurang dari 60

Catatan : skor untuk masing- masing kategori

B =3

C =2

K =1

(Kunandar : 130- 132)


2. Penilaian pengetahuan
a. Teknik Penilaian : Non Test (Pengamatan)
b. Bentuk Instrument : Observasi
Observasi terhadap Diskusi. Penguasaan materi, Tanya jawab dan percakapan
Aspek yang dinilai

Nama Pengungkapan Kualitas Ketepatan Ketepatan ket


gagasan yang Pertanyaan menanggapi penggunaan
origional pertanyaan istilah
Asmaul Husna
Wihdaniyah
Nur Najmi
Nur Jannah S.
A. Nur Azizah
*Setiap unsur aspek yang dinilai diberi skor 1-4

Kriteria Penilaian Aspek Pegetahuan


Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif
86-100 Sangat Baik 4
76-85 Baik 3
66-75 Cukup 2
56-65 Kurang Cukup 1
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
a. Remedial
Remedial adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memperbaiki kekeliruan yang dilakukan siswa, atau ketidak berhasilan siswa
dalam menguasai kompetensi yang di harapkan dalam pembelajaran dan di harapkan
dengan adanya kegiatan remedial ini siswa kembali menguasai kompetensi yang telah di
tentukan agar mencapai hasil belajar yang lebih baik. Kegiatan remedial ini dilakukan
dengan pemberian kembali materi- materi yang belum di pahami secara baik oleh peserta
didik
Pada kegiatan pembelajaran ini, remedial di adakan pada pertemuan terakhir, setelah
pemberian test tertulis dalam bentuk (Benar/ Salah) kepada peserta didik, karena
beberapa siswa tidak mampu menjawab soal dengan tepat.
b. Pengayaan
Pengayaan adalah kegiatan yang di berikan kepada siswa kelompok cepat agar
mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal dengan memanfaatkan sisa
waktu yang dimiliki, tujuan dari kegiatan pengayaan adalah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memperdalam peguasaan materi, tercapai tingkat perkembangan
siswa yang optimal terkait dengan tugas belajarnya, memanfaatkan kelebihan waktu bagi
siswa. Kegiatan pengayaan ini dilakukan pada pertemuan ketiga atau pertemuan terakhir
dari pembahasan materi

H. Media/ alat, Bahan dan Sumber belajar


1. Media / alat : LCD, Komputer, Papan Tulis, Kertas
2. Bahan : Gambar, Lembaran contoh kasus, Lembaran Penilaian
3. sumber: Internet, Buku : a. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XI (Kun Maryati dan
Juju Suryawati2013 : 25 - 56)

Mengetahui
Mahasiswa Dosen Pembimbing
A. Muliati Dr. Supriadi Torro. S.pd. Msi
NIM. 1363041006 NIP . …………………..

Anda mungkin juga menyukai