(RPP)
A. Kompetensi inti
K1-1 : Mengamati, Mengenali berbagai permasalahan sosial yang ada di masyarakat sekitar
K1-2 : Menanya, Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang berbagai permasalahan sosial di
masyarakat (kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial-ekonomi, ketidakadilan)
melalui contoh-contoh nyata dan mendiskusikannya dari sudut pandang pengetahuan
Sosiologi berorientasi pemecahan masalah yang menumbuhkan sikap religiositas dan
etika social
K1-3 : Mengumpulkan informasi, Melakukan survey di masyarakat setempat tentang
permasalahan sosial (kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial-ekonomi,
ketidakadilan) melalui observasi, wawancara, dan kajian dokumen/literatur dengan
menggunakan panduan yang telah dipersiapkan sebelumnya
K1-4 : Menalar/Mengasosiasi, Menginterpretasi data hasil survey tentang permasalahan
sosial (kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial ekonomi dan ketidakadilan)
dikaitkan dengan konsep keragaman kelompok sosial
K1-5 : Mengomunikasikan, Mempresentasikan hasil survey tentang permasalahan sosial dan
pemecahannya sesuai hasil pengamatan
B. Kompetensi Dasar
1. Mengidentifikasi berbagai permasalahan sosial yang muncul dalam masyarakat
2. Melakukan kajian, pengamatan dan diskusi mengenai permasalahan sosial yang muncul
di masyarakat.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan Pengertian permasalahan social dalam Masyarakat.
2. Membandingkan pengertian permasalahan sosial dalam masyarakat dari berbagai
pendapat.
3. Menjelaskan pengertian teori fungsional
4. Menjelaskan teori konflik
5. Mejelaskan teori interaksi simbolis.
6. Menjelaskan Kemiskinan Sebagai masalah social
7. Menyebutkan penyebab kemiskinan dari diri pribadi
8. Menjelaskan factor geografis yang menyebabkan kemiskinan.
9. Menjelaskan factor ekonomi yang menyebabkan kemiskinan.
10. Menyebutkan penyebab kemiskinan semakin meningkat.
11. Menjelaskan Kriminalitas sebagai masalah social
12. Menyebutkan factor pendorong timbulnya kejahatan.
13. Menjelaskan Kesenjangan Social – Ekonomi sebagai masalah social
14. Menjelaskan bentuk-bentuk kesenjangan.
15. Menyebutkan factor penyebab kesenjangan ekonomi
16. Menyebutkan sikap perilaku individu dan kelompok masyarakat yang termasuk
kesenjangan ekonomi.
17. Menyebutkan uapaya pemerintah dalam mengatasi kesenjangan ekonomi.
18. Menjelaskan Ketidakadilan sebagai masalah social.
19. Menyebutkan prinsip ketidakadilan sebagai masalah sosial.
20. Menjelaskan bentuk-bentuk ketidakadilan.
D. Materi Pembelajaran
A. Pengertian Masalah Sosial
Istilah masalah sosial mengandung dua kata yaitu masalah dan sosial .kata sosial
membedakan masalah ini dengan masalah ekonomi, fisika , kimia ,biologidan masalah lainnya
meskipun bidang bidang ini masih terkait dengan masalah sosial. Kata sosial antara lain mengacu
pada masyarakat, hubungan sosial, struktur sosial, dan organisasi sosial. Sementara itu, kata
masalah mengacu pada kondisi, situasi atau prilaku yang tidak di inginkan, bertentangan, aneh,
tdak benar, dan sulit.
Ada berbagai pandangan para tokoh sosiologi tentang masalah sosial. Pandangan itu
antara lain sebagai berikut.
1. Arnold rose mengatakan bahwa masalah sosial dapat didefinisikan sebagai suatu situasi
yang telah memengaruhi sebagian besar masyarakat sehingga mereka percaya bahwa
situasi itu adalah sebab dari kesulitan mereka, situasi itu dapat di ubah
2. Raab dan Selznick berpandangan bahwa masalah sosial adalah masalah hubungan sosial
yang menentang masyarakat itu sendiri atau ,menciptakan hambatan ataskepuasan orang
banyak.
3. Richard dan Richard berpendapat bahwa malah sosial adalah pola perilaku dan kondisi
yangtidak diinginkan dan tidakdapat di terimah oleh sebagian besar anggota masarakat.
4. Soerjono soekanto mengatakan bahwa masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara
unsur unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial.
Ada dua elemen penting terkait dengan defenisi masalah sosial. Elemant yang pertama
adalah element objektif. Element objektif menyangkut keberadaan suatu kondisi sosial.
Kondisi sosial disadari melalui pangalaman hidup kita, media dan pendidikan. Kita bertemu
dengan peminta-minta yang terkadang datang dari rumah – kerumah.kita menonton berita
tentang peperangan, kemiskinan dan perdagangan manusia. Kita menbaca di berbagai media
surat kabar bagaimana orang kehilangan pekerjaannya.
Kondisi sosial ini secara objektif berbahaya bagi masyarakat. Kondisi ini benar-benar
nyata dan pernah di alami oleh masyarakat. Pengalaman yang berbahaya ini bersifat
universal dan dapat di temukan di seluruh dunia.
Sementara itu, element subjektif masalah sosial menyangkut pada keyakinan bahwa
kondisi sosial tertentu berbahaya bagi masyarakat dan harus di atasi. Kondisi sosial sepeti ini
antara lain adalah kejahatan, penyalahgunaan obat dan polusi. Kondisi sosia ini tidak di
anggap oleh masyarakat tertentu sebagai masalah sosial tetapi bagi masyarakat yang lain,
kondisi itu di anggap sebagai kondisi yang mengurangi kualitas hidup manusia.
Berdasarkan kedua element ini masalah sosial dapat di defenisikan sebagai kondisi sosial
yang dipandang oleh suatu masyarakat berbahaya bagi anggota masyarakat dan harus diatasi.
Dari defenisi ini ada 4 hal yang perlu di perhatikan
Pertama, penggunaan istilah masalah sosial menunjukkan bahwa ada suatu yang salah
karna kondisi itu membahayakan manusia. Kedua, masalah sosial adalah kondisi sulit yang
memepengaruhi tidak hanya satu orang tetapi sejumlah besar masyarakat. Ketiga, defeisi
masalah sosial mengandung optifisme untuk dapat di ubah. Masalah sosial merupakan istilah
yang di berikan kepada kondisi yang kita anggap dapat di ubah oleh manusia. Kematian
bukanlah masalah sosial tetapi peristiwa sekitar kematian dapat enjadi masalah sosial karna
peristiwa-peristiwa itu dapat di ubah. Keempat, masalah sosial adalah kondisi yang harus di
ubah. Untuk itu, sesuatu perlu di lakukan.
Hal-hal yang menjadi masalah sosial antara masyarkat yang satu dengan masyarakat yang
lain berbeda-beda.perbedaan ini antara lain berpengaruh oleh perbedaan nilai, keyakinan
pengalaman hidup dan periode sejarah. Misalnya, minuman the d inggris pada abad ke 17
hingga abad ke 18 di anggap berbahaya bagi kesehatan dan kemskinan bangsa. Saat ini,
inggris di kenalkan dengan tradisi minum teh pada sore hari.
Masalah sosial sendiri dapat dilihat dari teori fungsionalis , teori konflik dan teori intraksi
simbolis.
Teori Fungsionalis
Menurut teori fingsionalis, semua bagian masyarakat, seperti keluarga, ekonomi, dan
sekolah, mempunyai fungsinya masing-masing dalam masyarakat. Keluarga membesarkan
anak, sekolah mengajarkan pengetahuan, dan lembaga ekonomi menyediakan pekerjaan.
Semua bagian masyarakat ini saling bekerja sama untu membangun tatanan sosial yang
stabil. Salah satu bagian dari masyarakat ini tidak menjalankan fungsinya dengan baik
terjadilah ketidak aturan sosial dala bentuk masalah sosial.
Berdasarkan teori fungfsionalis, ada dua pandangan tentang masalah sosial. Kedua
pandangan itu berasal dari patologi sosial dan disorganisasi sosial. Menurut patologi sosial,
msalah sosial bagaikan suatu penyakit dalam tubuh manusia. Penyakit ini disebabkan oleh
salah satu system, oragan atau sel tubuh tidak bekerja dengan baik. Penyakit sosial, seperti
kejahatan, kekerasan, kenakalan remaja tumbuh dalam masyarakat karna peran institusi
keluarga, agama, ekonomi dan politik sudah tidak memadai lagi. Disini proses sosialisasi atas
norma dan nilai tidak berjalan dengan baik. Untuk mencegah dan mengatasi masalah sosial
ini orang harus menerima sosialisasi dan pendidikan moral yang memedai. hal ini dapat di
lakukan antara lain didalam keluarga, sekolah dan agama.
Sementara itu, menurut pandangan disoraganisasi sosial, masalah sosial bersumber dari
proses perubahan sosial yang cepat, seperti revolusi budaya pada tahun 1960. Perubahan
sosial yang cepat mengganggu norma dalam masyarakat. Ketika norma melemah dalam
masyarakat, masalah sosial seperti pencurian, kekerasan dan penyalahgunaan obat-obat serta
kegiatan negative lainnya merajalelah di dalam masyarakat. Masalah ini dapat di atasi
dengan memperlambat gerakan perubahan sosial dan memperkuat norma sosial.
Teori Konflik
Menurut teori konflik, masalah sosial timbul dari berbagai macam konflik sosial. Hal
yang paling penting dan umum adalah konflik kelas, rasa atau konflik etnis, dan konflik
gender. Setiap konflik muncul dari ketimpangan antara yang kuat dan lemah.
Konflik antar kelas sosial adalah konflik yang umumnya terjadi karna perbedaan
kepentingan antara kelas borjuis dan ploretar (buruh)
Konflik rasial atau etnis dapat menjadi sumber masalah sosial. Konflik sosial biasanya
muncul dalam bentuk prasangka atau diskriminasi yang di miliki dan di praktekkan oleh
kelompok dominan terhadap minoritas. Umumnya, semakin banyak kelompok minoritas
menderita prasangka dan diskriminasi, semakin besar kemungkinan anggotanya melakukan
kejahatan.
Konflik gender juga bisa menjadi sumber msalah sosial. Konflik gender muncul dalam
bentuk prasangka dan diskriminasi oleh laki-laki terhadap perempuan. Ketidak setaraan ini
terjadi bersamaan dengan keyakinan bahwa wanita lebih rendah daripada laki-laki.
Konsekuensinya, wanita di tindas, di kendalikan atau di lecehkan oleh laki-laki yang
mendominasi masyarakat.
Dalam perspektif teori konflik ada dua pandangan tentang masalah sosial. Kedua
pandangan itu adalah teori Marxis dan teori Non Marxis. Teori Marxis meliha kinflik sosial
terjadi karna ketidak setaraan ekonomi. Masalah sosial muncul karna ada ketidaksetaraan
kelas dalam system kapitalisme. Dalam system ini ada kelas borjuis da nada kelas proletar.
Kelompok yang termasuk kelas borjuis adalah para pemilik factor produksi seperti pabrik
dan mesin. Sementara itu, yang termasuk kaum proletar adalah kaum buruh. Dua kelas ini
pasti terkunci dalam konflik. Kaum borjuis yang memiliki modal berhasil memaksimalkan
keuntungan dengan membayar pekerja mereka sesedikit mungkin dan buruh gagal
mendapatkan setinggi upah yang mereka inginkan. Sifat eksploitatif kapitalisme
menyebabkan masalah sosial. Seperti kemiskinan, tingkat pendidikn yang rendah dan
kejahatan perusahaan. dengan teori konflik yang focus dan alienasi ketidakberdayaan dan
ketidakbermaknaan hidup manusia, Max berpendapat bahwa masalah sosial ini dapat di atasi
dengan masyarakat tampa kelas karna dalam masarakat seperti ini ketidaksetaraan dapat di
atasi.
Sementara itu, pandangan teori Non Marxis seperti dahrendorf menaruh perhatian pada
konflik yang timbul karna kelompok-kelompok mempunyai kepentingan dan nilai yang
berbeda. Perbedaan ini menimbulkan interpretasi yang berbeda atas masalah sosial. Masalah
yang dapat di atasi jika tiap kelompok dapat memahami pandangan masiang-masing.
STEREOTIP
Stereotip adalah pemberian sifat tertentu secara subjektif terhadap seseorang berdasarkan
kategori kelompoknya. Stereotip meerupakan salah satu bentuk prasangka antar ras berdasarkan
kategori ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan tampilan komunikasi verbal maupun non verbal.
Stereotip menunjukkan perbedaan kategori “kami”, “mereka”. Kami selalu dikaitkan dengan
superioritas kelompok ingroup dan mereka sebagai kelompok yang inferior atau kelompok out
group. Anggota ingroup biasanya cenderung menyenangkan kelompok sendiri, dan sebaliknya
cenderung mengevaluasi oang lain berdasarkan cara pandang kelompok “kami”. Menuru WG.
Summer istilah ingroup mengacu pada kelompok-kelompok social yang dengannya individu
mengidentifikasi dirinya sedangkan outgorup diartikan oleh individu sebagai kelompok yang
menjadi lawan ingroup. Sikap –sikap ingroup pada umumnya didasarkan pada factor simpati dan
selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok. Peningkatan harga diri
dinikmati oleh anggota ingroup bias dating dengan mengorbankan orang luar. Sementara itu
sikap-sikap terhadap outgroup terkadang ditandai dengan antagonism atau antipati.
Stereotip dapat bersifat positif dan dapat bersifat negative. Stereotip positif terdapat
dalam ungkapan bahwa “Indonesia adalah bangsa yang ramah”. Sementara itu, contoh stereotip
yang negative terdapat dalam ungkapan “orang-orang di pulau itu malas”.
MARGINALISASI
Marginalisasi adalah proses pemutusan hubungan kelompok-kelompok tertentu dengan
lembaga social utama seperti struktur ekonomi, pendidikan, dan lembaga social ekonomi lainnya.
Perbedaan antara populasi dan kelompok seperti etnis, ras, agama, budaya, bahasa, adat istiadat,
penampilah, dan afiliasi memungkinkan popilasi dominan untuk meminggikan kelompok yang
lemah. Biasanya semakin besar perbedaaan antara kelompok-kelompok itu, semakin mudah bagi
penduduk yang dominan untuk meminggirkan kelompok yang lemah. Marginalisasi orang selalu
melibatkan kemampuan penduduk yang dominan untuk melaksanakan beberapa tingkat control
dan kekuasaan atas kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Kelompok atau individu yang
marginal sering dikecualikan dari layanan, program, dan kebijakan.
SUBORDINASI
Subordinasi atau penomor duaan adalah perbedaan pelaku terhadap identitas social
tertentu. Umumnya yang menjadi kelompok subordinasi adalah kelompok minoritas. Menurut
Louis Wirth, kelompok minoritas secara eksplisit dobedakan dengan kelompok mayoritas.
Anggota kelompok mayoritas dan anggota kelompok minoritas diperlakukan secara tidak
seimbang. Kelompok mayoritas sangat dominan. Mereka menguasai sumber daya sehingga
selalu merasa dapat bertindak secaa tidak adil, menguasasi, dan mempunya martabat. Martabat
lebih lebih tinggi dari pada yang lain. Sementara itu, kelompok minoritas adalah kelompo yang
kurang beruntung karena secara fisik, maupun kultural. Merupakan subjek yang di perlakukan
tidak seimbang. Perlakuan diskriminasi sering diberikan kepada mereka.
DOMINASI
Dominasi harus dipahami sebagai suatu kondisi yang dialami oleh orang-orang atau
kelompok untuk sejauh bahwa mereka bergantung pada hubungan social di mana beberapa orang
atau kelompok lain memegang kekuasaan sewenang-wenang atas mereka. Ada beberapa bentuk
dominasi. Diataranya adalah perbudakan, rezim diskriminasi, sistematis terhadap kelompok
minoritas, rezim politik colonial, despotisme, totalitarialisme, kapitalisme, dan feodalisme.
Semua ini sangat potensial merugikan segmen yang tidak memiliki keunggulan
komparatif dan kompatitif. Hal ini terlihat dari berlangsungnya eksploitasi, kekerasan, dan
diskriminasi terhadap kelompok yang tidak mempunyai keunggulan komparatif dan kompatitif
secara structural dan sistematik dalam berbagai bidang. Ketidakadilah bertentangan dengan
pencasila dan UUD 1945. Sila kelima pancasila berbunyi “keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia” secara keseluruhan, pasal UUD 1945 menekankan pentingnya keadilan dalam segala
aspek kehidupan.
E. Metode Pembelajaran
a. Model Pembelajaran : Example non exmaple
b. Metode Pembelajaran. : Ceramah
Diskusi
Penugasan
F. Kegiatan Pembelajaran.
1. Pertemuan Pertama
No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Apersepsi
Guru mempersiapkan kelas: mengucapkan salam
dan absensi
Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan
tujuan pembelajaran
Guru menempelkan gambar di papan atau
ditayangkan melalui slide
Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan
pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis
gambar
siswa diminta untuk menebak materi apa yang
akan di pelajari berdasarkan gambar tersebut
Guru memberikan dorongan dan motivasi kepada
siswa.
Guru menganjurkan kepada siswa tentang
pentingnya mempelajari Pengertian permasalah
sosial dalam masyarakat dan Kemiskinan Sebagai
Masalah Sosial
2. Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
dengan model pembelajran Examples Non Examples
Guru membentuk 3 kelompok berdasarkan urutan
absen
Setelah kelompok terbentuk , guru memilih masing-
masing ketua kelompok
1. Mengamati
siswa diminta untuk mengamati gambar mengenai
materi Pengertian permasalah sosial dalam
masyarakat dan Kemiskinan Sebagai Masalah
Sosial
2. Bertanya
Masing- masing anggota kelompok bertanya
kepada teman kelompok dan mendiskusikannya
Melalui diskusi kelompok siswa, mencatat hasil
analasis gambar pada kertas
3. Mengumpulkan informasi
Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan
hasil diskusinya
4. Menalar/ mengasosiasi
Setelah siswa membacakan hasil diskusinya, siswa
yang lain memberikan respon terhadap hasil
diskusi yang di sampaikan
5. Mengkomunikasikan
Mulai dari hasil diskusi dan respon siswa, guru kembali
memberikan kesimpulan tentang materi Pengertian
permasalah sosial dalam masyarakat dan Kemiskinan
Sebagai Masalah Sosial sesuai tujuan yang ingin dicapai.
3. Kegiatan Penutup
2. Pertemuan Kedua
No. Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu
1. Kegiatan Pendahuluan
2. Apersepsi
Guru mempersiapkan kelas: mengucapkan salam
dan absensi
Guru menyajikan contoh kasus mengenai materi
yang akan di sampaikan
Guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk
memperhatikan/menganalisis contoh kasus
Siswa diminta untuk menebak materi apa yang
akan di pelajari berdasarkan kasus tersebut
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran melalui
penjelasan kasus mengenai materi yang akan di
sampaikan
Guru memberikan dorongan dan motivasi kepada
siswa.
Guru menganjurkan kepada siswa tentang
pentingnya mempelajari Kriminalitas Sebagai
Masalah Sosial, Kesenjangan Sosial –Ekonomi
Sebagai Masalah Sosial dan Ketidakadilan Sebagai
Masalah Sosial
2. Kegiatan Inti
Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
dengan model pembelajaran Snowball Throwing
Guru mengitruksikan siswa untuk membentuk 4
kelompok dengan cara mencabut kertas yang tertulis
angka 1-4 yang di mulai dari peserta didik yang duduk
di bangku belakang bagian kiri
Siswa yang mendapatkan angka yang sama di gabung
menjadi satu kelompok
Setelah kelompok terbentuk , guru memilih masing-
masing ketua kelompok
2. Mengamati
Guru memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk diberikan penjelasan tentang materi
Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial, Kesenjangan
Sosial –Ekonomi Sebagai Masalah Sosial dan
Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial.
Masing-masing ketua kelompok kembali ke
kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi Kriminalitas Sebagai Masalah
Sosial, Kesenjangan Sosial –Ekonomi Sebagai
Masalah Sosial dan Ketidakadilan Sebagai Masalah
Sosial yang disampaikan oleh guru kepada temannya
Masing-masing siswa menyimpulkan materi
Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial, Kesenjangan
Sosial –Ekonomi Sebagai Masalah Sosial dan
Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial yang di
sampaikan oleh ketua kelompok
3. Bertanya
Masing-masing siswa diberi satu lembar kertas,
untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang
menyangkut materi Kriminalitas Sebagai Masalah
Sosial, Kesenjangan Sosial –Ekonomi Sebagai
Masalah Sosial dan Ketidakadilan Sebagai Masalah
Sosial yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
4. Mengumpulkan informasi
Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut
dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
siswa yang lain selama ± 15 menit
5. Menalar/ mengasosiasi
Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan
diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian
Siswa di berikan kesempatan beberapa menit untuk
menganalisis jawaban yang akan di sampaikan dari
pertanyaan yang tertulis dalam kertas
6. Mengkomunikasikan
Masing- masing siswa mempresentasikan jawaban
dari pertanyaan yang tertulis dalam kertas
siswa yang lain di minta untuk memberi respon
terhadap jawaban yang di sampaikan
3. Kegiatan Penutup
No Tekhnik Penilaian
1 a. Penilaian Kompetensi Sikap
2 b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
3 c. Penilaian Kompetensi Keterampilan
2. Instrumen Penilaian
A. Pertemuan Pertama
1. Penilaian Kompetensi Sikap
Instrument yang digunakan oleh pendidik untuk mengetahui komptensi sikap
yang dimiliki setiap peserta didik selama proses belajar mengajar berlangsung yaitu
instrument observasi atau pengamatan langsung pendidik terhadap peserta didik,
seperti: Bekerja sama, Rasa ingin tahu, Disiplin dan Tanggung Jawab dan selama
peserta didik berada dalam lingkungan sekolah atau bahkan diluar sekolah selama
perilakunya dapat di amati guru.
Agar sejalan dengan penilaian kompetensi sikap maka untuk mengukur pengetahuan
seorang anak, pendidik perlu melakukan penilaian melalui observasi terhadap dsikusi,
tanya jawab, dan percakapan. Pada pertemuan ini terdapat dua penilaian, yaitu penilaian
pengetahuan secara observasi ( Non Test) pada saat diskusi.
1. Penilaian diskusi
a. Teknik Penilaian : Non Test (Pengamatan)
b. Bentuk Instrument : Observasi
Kriteria Penilaian
B. Pertemuan Kedua
Instrumen yang digunakan oleh pendidik untuk mengetahui sikap peserta didik
dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu dengan teknik penilaian observasi.
Observasi ialah pengamatan terhadap sikap dan perilaku yang terkait dengan mata
pelajaran yang dilakukan oleh pengajar yang bersangkutan selama proses pembelajaran
berlangsung. Pada pertemuan yang kedua ini pendidik menggunakan model
pembelajaran Snowball Throwing.
LEMBAR OBSERVASI
SIKAP SISWA DALAM DISKUSI KELOMPOK
Nama Siswa : A. Nur Azizah
Mata Pelajaran : Sosiologi
Kelas/ Semester : X/ 1
Sekolah : SMA Negeri 1 Mare
Kategori
No Aspek yang diamati Keterangan
B C K
1. Kepatuhan terhadap aturan dalam diskusi B= Baik
C= Cukup
2. Memberikan ide, usul dan saran dalam K= Kurang
kelompok
= 90
Kategori:
Baik = 80 – 100
Cukup = 60 – 79
B =3
C =2
K =1
Mengetahui
Mahasiswa Dosen Pembimbing
A. Muliati Dr. Supriadi Torro. S.pd. Msi
NIM. 1363041006 NIP . …………………..