Pengertian
Manusia adalah mahkluk sosial. Manusia tidak bisa hidup seorang diri. Sejak bayi
sampai tua manusia membutuhkan orang lain. Untuk bisa makan, berbicara, berjalan,
membaca, dan menulis kita diajari orang lain. Ini artinya manusia selalu hidup bersama atau
dalam masyarakat.
Setiap manusia pasti pernah memiliki masalah dalam kehidupannya, dan setiap
masalah itu pula pasti memiliki tingkatan-tingkatan dalam penyelesaiannya. Ada masalah
yang dapat diselesaikan sendiri dan ada pula masalah yang hanya dapat diselesaikan dengan
bantuan orang sekitar kita.
Sekarang ini ada banyak masalah yang sering kita jumpai, diantaranya adalah
masalah-masalah sosial. Apa itu masalah sosial?
Secara umum, masalah sosial adalah segala sesuatu yang menyangkut kepentingan
umum.
Secara khusus (Menurut para ahli) masalah sosial adalah suatu kondisi atau
perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi,
mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga
masyakarat secara keseluruhan.
Blumer (1971) dan Thompson (1988) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu
entitas yang berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga
berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan
dapat diatasi melalui kegiatan bersama. Entitas tersebut dapat merupakan
pembicaraan umum atau menjadi topik ulasan di media massa, seperti televisi,
internet, radio dan surat kabar.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai
dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah
sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam
masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh
masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain
sebagainya.
Jadi yang memutuskan bahwa sesuatu itu merupakan masalah sosial atau bukan,
adalah masyarakat yang kemudian disosialisasikan melalui suatu entitas. Dan tingkat
keparahan masalah sosial yang terjadi dapat diukur dengan membandingkan antara
sesuatu yang ideal dengan realitas yang terjadi (Coleman dan Cresey,
1987).Contohnya adalah masalah kemiskinan yang dapat didefinisikan sebagai suatu
standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum
berlaku di masyarakat yang bersangkutan (Suparlan, 1984)
Dari pengertian diatas, dapat kita tarik beberapa ciri dari masalah sosial adalah:
Yang menjadi pembeda antara masalah pribadi dan maslah sosial adalah cakupan
atau jangkauan dari masalah tersebut.
Pada awal ke-19 dan awal abad 20-an, para sosiolog mendefinisikan patologi
sosial sebagai semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan,
stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup
rukun bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hukum formal.
Secara etimologis, kata patologi berasal dari kata Pathos yang berarti
disease/penderitaan/penyakit dan Logos yang berarti berbicara tentang/ilmu. Jadi,
patologi adalah ilmu yang membicarakan tentang penyakit atau ilmu tentang penyakit.
Maka pengertian dari patologi sosial adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial
yang dianggap “sakit” disebabkan oleh faktor-faktor sosial atau Ilmu tentang asal usul
dan sifat-sifatnya, penyakit yang berhubungan dengan hakekat adanya mnusia dalam
hidup masyarakat.
Sementara itu menurut teri anomi bahwa patologi sosial adalah suatu gejala
dimana tidak ada persesuaian antara berbagai unsur dari suatu keseluruhan, sehingga
dapat membahayakan kehidupan kelompok, atau yang sangat merintangi pemuasan
keinginan fundamental dari anggota anggotanya, akibatnya pengikatan sosial patah
sama sekali. ( Koe soe khiam. 1963 ).
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.
(1) Konflik dan kesenjangan, seperti : kemiskinan, kesenjangan, konflik antar kelompok,
pelecehan seksual dan masalah lingkungan.
(2) Perilaku menyimpang, seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan,
kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
(3) Perkembangan manusia, seperti : masalah keluarga, usia lanjut, kependudukan (seperti
urbanisasi) dan kesehatan seksual.
Salah satu penyebab utama timbulnya masalah sosial adalah pemenuhan akan
kebutuhan hidup (Etzioni, 1976). Artinya jika seorang anggota masyarakat gagal memenuhi
kebutuhan hidupnya maka ia akan cenderung melakukan tindak kejahatan dan kekerasan.
Dan jika hal ini berlangsung lebih masif maka akan menyebabkan dampak yang sangat
merusak seperti kerusuhan sosial.
Hal ini juga didukung oleh pendapatnya Merton dan Nisbet (1971) bahwa masalah
sosial sebagai sesuatu yang bukan kebetulan tetapi berakar pada satu atau lebih kebutuhan
masyarakat yang terabaikan.
Dengan menggunakan asumsi yang lebih universal maka “tangga kebutuhan” dari
Maslow dapat digunakan yaitu pada dasarnya manusia membutuhkan kebutuhan fisiologis,
sosiologis, afeksi serta aktualisasi diri, meskipun Etzioni (1976) menjelaskan bahwa
masyarakat berbeda antara satu dengan yang lain terkait dengan cara memenuhi kebutuhan
hidupnya.
4. Tingkatan Masalah Sosial
Menurut St. Yembiarto (1981) bahwa studi patologi sosial memilki fase-fase
tersendiri. Adapun perkembangan patologi sosial ada melalui tiga fase,
http://psynetpreneur.blogspot.com/2008/08/patologi-sosial.html/
http://organisasi.org/definisi-pengertian-masalah-sosial-dan-jenis-macam-masalah-sosial/
http://hokikurnia.wordpress.com/2011/01/19/masalah-sosial/
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080506035440AAarB3G
http://www.crayonpedia.org/mw/MASALAH-MASALAH_SOSIAL