Anda di halaman 1dari 10

BAB I

RAGAM GEJALA SOSIAL DALAM MASYARAKAT

LATAR BELAKANG

Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala sosial
yang ada pada masyarakat, dari yang bersifat individual sampai yang lebih kompleks.
Perubahan sosial dapat dilihat dari segi terganggunya kesinambungan diantara kesatuan sosial
walaupun keadaannya relatif kecil. perubahan ini meliputi struktur, fungsi, nilai, norma,
pranata, dan semua aspek yang dihasilkan dari interaksi antarmanusia, organisasi atau
komunitas, termasuk perubahan dalam hal budaya.

Gejala sosial menggambarkan sesuatu yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh


perilaku makhluk di sekitar masyarakat. Cara kita melakukan hal-hal yang kita lakukan
dipengaruhi oleh fenomena yang kita hadapi pada waktu tertentu.Gejala sosial merupakan
suatu fenomena. Dalam hal tersebut terdapat beberapa perubahan bahkan konflik penyatuan
dimensi-dimensi sosial yang ada dalam diri manusia untuk berinteraksi antar sesama sebagai
makhluk sosial. Gejala-gejala yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat ini terjadi secara
spontan dan pada umumnya menimbulkan perubahan-perubahan, baik itu perubahan yang
mengarah pada sesuatu yang positif maupun negatif.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengrtian Gejala Sosial

Gejala sosial menggambarkan sesuatu yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh


perilaku makhluk di sekitar masyarakat. Cara kita melakukan hal-hal yang kita lakukan
dipengaruhi oleh fenomena yang kita hadapi pada waktu tertentu.Gejala sosial merupakan
suatu fenomena. Dalam hal tersebut terdapat beberapa perubahan bahkan konflik penyatuan

Page | 1
dimensi-dimensi sosial yang ada dalam diri manusia untuk berinteraksi antar sesama sebagai
makhluk sosial. Gejala-gejala yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat ini terjadi secara
spontan dan pada umumnya menimbulkan perubahan-perubahan, baik itu perubahan yang
mengarah pada sesuatu yang positif maupun negatif. Contoh dari gejala sosial yang paling
umum adalah menyaksikan atau ikut terlibat dalam sebuah bentrokan. Bentrokan merupakan
sebuah konflik dan hal tersebut dapat di selesaikan atau di satukan dengan jalan perdamaian
yang di lakukan oleh kedua belah pihak. Dari contoh tersebut dapat di katakana bahwa gejala
sosial ini bisa di katakana juga sebagai proses atau konflik. Karena hal tersebut juga bisa
menyebabkan suatu perubahan di dalamnya.

Gejala sosial merupakan segala sesuatu yang di buat maupun di lakukan oleh manusia
di dalam lingkungan kehidupannya. Terdapat bermacam-macam gejala sosial yang bisa di
lihat dari kehidupan sehari-hari atau bahkan di lingkungan.

Gejala-gejala sosial yang terjadi tersebut kemudian nantinya akan menimbulkan suatu
permasalahan baru dalam lingkungan masyarakat. Hal tersebut dapat terus menerus terjadi
hingga di temukan sebuah upaya penyelesaian untuk masalah tersebut.

Gejala-gejala sosial yang terjadi di Indonesia sangat beragam, mulai dari gejala yang
membawa sesuatu yang menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Gejala umum yang terjadi di
lingkungan sosial umum Indonesia pada umumnya berkenaan dengan tingkah laku
masyarakat dalam lingkungan sosialnya.

Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti


norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan,
proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya. Tidak semua gejala
tersebut berlangsung secara normal sebagaimana di kehendaki masyarakat yang
bersangkutan. Gejala-gejala yang tidak di kehendaki merupakan gejala abnormal atau gejala-
gejala patologis. Hal tersebut di sebabkan karena unsure-unsur masyarakat tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-kekecewaan dan
penderitaan. Gejala-gejala abnormal tersebut di namakan masalah-masalah sosial.

Gejala sosial merupakan fenomena yang sangat mengait, maka tidak mengherankan
bahwa perubahan yang terjadi pada salah satu atau beberapa aspek, di kehendaki atau tidak di

Page | 2
kehendaki, dapat menghasilkan perubahan pada aspek yang lain. Terjadinya dampak yang
tidak di kehendaki itulah yang kemudian di kategorikan ke dalam masalah sosial.

B. Gejala sosial masyarakat Indonesia

Keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari beberapa ribu pulau besar kecil dari
barat sampai ke timur yang kemudian tumbuh menjadi satu kesatuan sukubangsa yang
melahirkan berbagai ragam budaya.

Indonesia terletak antara dua titik silang samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik. Letak strategis ini merupakan daya tarik bagi bangsa-bangsa asing datang dan
singgah di wilayah ini sehingga Amalgamasi (perkawinan campur) dan Asimilasi (perbauran
budaya) diantara kaum pendatang dan penduduk asli maupun antara kaum pendatang sendiri
terjadi. Hal demikian membuat masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai ras, etnis dan
sebagainya.

Iklim yang berbeda antara daerah satu dengan daerah lain menimbulkan perbedaan
mata pencaharian penduduknya. Contoh: orang yang tinggal di wilayah pedalaman cenderung
bermata pencaharian sebagai petani, sedangkan yang tinggal di wilayah pantai sebagai
nelayan/pelaut.

C. Pengaruh Stratifikasi Sosial

Selain menimbulkan tumbuhnya pelapisan dalam masyarakat, juga munculnya kelas-


kelas sosial atau golongan sosial.

Adanya pelapisan sosial dapat pula mengakibatkan atau mempengaruhi tindakan-


tindakan warga masyarakat dalam interaksi sosialnya. Pola tindakan individu-individu
masyarakat sebagai konsekuensi dari adanya perbedaan status dan peran sosial akan muncul
dengan sendirinya.

Pelapisan masyarakat mempengaruhi munculnya life chesser & life stile tertentu
dalam masyarakat, yaitu kemudahan hidup dan gaya hidup tersendiri. Misalnya, orang kaya
(lapisan atas) akan mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam hidupnya, jika dibandingkan

Page | 3
orang miskin (lapisan bawah); dan orang kaya akan punya gaya hidup tertentu yang berbeda
dengan orang miskin.

D. Ciri-ciri Gejala Sosial

Manusia adalah makhluk multidimensional, meliputi dimensi individual, sosial, dan


makhluk moral. Ketiga dimensi tersebut bisa dibedakan, namun dalam membentuk eksistensi
manusia tidak terpisah satu dengan lainnya. Dimensi individual menunjukkan bahwa manusia
adalah makhluk yang mampu menyadari keberadaan dirinya sendiri dan bertanggung jawab
secara pribadi terhadap dirinya itu. Dimensi sosial manusia berupa kesadaran bahwa
eksistensi seorang individu tidak akan ada artinya tanpa eksistensi individu lainnya dalam
bentuk kelompok manusia. Sedangkan dimensi moral menunjukkan kelebihan manusia
dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, yakni manusia menyadari bahwa eksistensi
kehidupannya tidak hanya berada dalam dimensi kesendirian ataupun kekelompokannya
(hewanpun seperti itu), namun juga memiliki seperangkat tata-nilai (values) yang turut
menentukan kualitas hidupnya. Tata-nilai itu menurut ilmu filsafat meliputi logika (tata-nilai
“benar” atau “salah”), etika (tata-nilai “pantas” atau “tidak pantas”), dan estetika (tata-nilai
“indah” atau “tidak indah”). Adapun hewan dan makhluk hidup lainnya tidak memiliki
perangkat tata-nilai tersebut, tau dengan kata lain tidak mempunyai “daya pilih” atau daya
seleksi dalam menentukan kualitas kehidupannya.

Dengan demikian salah satu dimensi yang harus difahami oleh manusia adalah
dimensi sosial, tanpa melepaskan hubungan imanen (melekat) –nya dengan dimensi-dimensi
lainnya. Mempelajari dimensi sosial manusia berarti menekankan perhatian pada aspek
manusia dalam kerangka kekelompokannya dengan manusia lain, tanpa mengabaikan
hubungan dan kesalingpengaruhannya dengan dimensi lainnya tersebut.
Contoh-contoh “gejala sosial” yang lain:
- keluarga
- kerabat
- suku
- marga
- koperasi
- klub sepakbola
- ensemble musik atau orkes
Page | 4
- peperangan
- partai politik
- parlemen
- migrasi

E. Gejala-Gejala Yang Ada Dalam Masyarakat

1) .Penyalahgunaan Narkoba

menyebabkan peningkatan HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired


Immune Deficiency Syndrome). Kekacauan mental, dan kejahatan yang pada gilirannya
merusak sendi-sendi kehidupan sosial. Puluhan bahkan ratusan juta orang telah kecanduan
narkoba. Di Indonesia Badan Narkotika Nasional (BNN) menaksir bahwa kira-kira ada 3,2
juta orang yang sudah terjerat ketergantungan Narkotika. Kendati persoalan narkoba muncul,
pemerintahan kita memberi harapan bagi setiap orang, keluarga, masyarakat yang
terpengaruh oleh penyalahgunaan narkoba serta yang terkait dengan persoalan kesehatan dan
sosial. Riset menunjukkan bahwa kaum muda yang terlibat dalam komunitas keagamaan
nampaknya tidak begitu rentan terhadap penggunaan Narkoba.

Komunitas keagamaan berada di garda depan dalam merespon kebutuhan pelayanan


sosial yang mendesak bagi setiap individu dan masyarakat. Termasuk ketergantungan
narkoba, kita memberikan makanan dan pakaian bagi yang membutuhkan, kita memberi
naungan bagi tuna wisma. Kita menawarkan pengobatan narkoba, bingkisan dan membantu
kelompok-kelompok anggota yang berjuang menjaga agama. Ketika mencegah penggunaan
narkoba, kita juga dapat memainkan peranan penting.

Indonesia bukan hanya negara perdagangan narkoba, namun juga produsen dan pasar
jaringan global yang sistematik dalam industri ini, oleh karena itu dibutuhkan kerja sama
sinergis antara pemerintah, LSM, organisasi sosial, untuk mengatakan tidak pada narkoba
guna menyelamatkan generasi masa depan kita. Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi
muslim moderat terbesar dengan anggota lebih dari 50 juta orang, menaruh prihatin dan perlu
mengambil peran dalam mengatasi persoalan inI.

Page | 5
Pencegahan dan pengobatan akibat penyalahgunaan narkoba merupakan persoalan
yang komplek yang masih perlu banyak dipelajari tentang apa yang terbaik dilakukan dan
oleh siapa, agama tentunya memiliki peran untuk dimainkan, namun materi ajaran agama
yang ada belum mencukupi untuk pencegahan dan pengobatan yang efektif, juga ada
rumusan bahwa kegiatan berbasis keagamaan dapat diperbaiki dengan beberapa praktik
pencegahan yang baik dalam masyarakat Islam kita. Seperti semua program pencegahan dan
pengobatan yang didasarkan pada kebutuhan agama perlu dievaluasi secara hati-hati oleh
peneliti yang independen yang menggunakan indikator keberhasilan yang obyektif. Dengan
demikian pertukaran pandangan dan pengalaman diantara kita itu penting. Guna memberikan
bantuan yang lebih baik bagi mereka yang memiliki persoalan narkoba.

2).HIV/AIDS Tidak Hanya Menyangkut Masalah Medis Tetapi Juga Masalah Sosial

Bagi masyarakat awam keberadaan penyakit HIV dan AIDS dianggap sebagai sesuatu
yang berbahaya. Bagi masyarakat istilah HIV dan AIDS biasanya tergambar sebagai masalah
medis yang timbul akibat suatu perilaku negative dalam pergaulannya. Penderitanya yang di
sebut ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) sering dijauhi dalam pergaulan karena dianggap
perilaku negatifnya dapat menimbulkan HIV dan AIDS.

Banyak masyarakat menganggap penularan HIV dapat terjadi dengan mudah. Isu
yang berkembang di masyarakat
mengenai penularan HIV adalah sebagai berikut:
 Penularan HIV dapat terjadi karena bersalaman, berpelukan, atau berciuman dengan
penderita HIV dan AIDS
 Kontak langsung seperti terpapar batuk atau bersin oleh penderita HIV dan AIDS
 Memakai fasilitas umum bersama-sama dengan penderita HIV dan AIDS misalnya
toilet
 HIV dan AIDS dapat menular pada tempat pemandian umum misalnya memakai
kolam renang bersama-sama
 Hidup bersama, berbagi makanan atau menggunakan alat makan secara bersama
dengan ODHA
 HIV dan AIDS dapat menular akibat gigitan serangga misalnya nyamuk
Berdasarkan isu yang berkembang pada masyarat mengenai penularan HIV kita akan
Page | 6
cenderung mengganggap bahwa HIV itu adalah virus mematikan yang dapat menular
dengan mudahnya kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun. Padahal dalam
kenyataannya tidak seperti yang masyarakat bayangkan.

3).Tawuran Pelajar

Tawuran, sepertinya masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi. Hampir setiap
minggu, berita itu menghiasi media massa. Bukan hanya tawuran antar pelajar saja yang
menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi tawuran antar polisi dan tentara , antar polisi
pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh menyedihkan. Inilah fenomena yang
terjadi di masyarakat kita. Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin
menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Perilaku anarki selalu dipert ... pelajar saja yang
menghiasi kolom-kolom media cetak, tetapi tawuran antar polisi dan tentara , antar polisi
pamong praja dengan pedagang kaki lima, sungguh menyedihkan. Inilah fenomena yang
terjadi di masyarakat kita. Tawuran antar pelajar maupun tawuran antar remaja semakin
menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Perilaku anarki selalu dipertontonkan di tengah-
tengah masyarakat. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji
dan bisa mengganggu ketenangan masyara ... bebas dan orang tua tidak bisa membendung
perkembangan sebuah teknologi Filter yang baik buat anak adalah agama dengan agama si
anak bisa membentengi dirinya sendiri dari pengaruh buruk apapun dan dari manapun.Dan
pendidikan anak tidak seharusnya diserahkan seratus persen pada sekolah. Peranan sekolah
juga sangat penting dalam penyelesaian masalah ini. Untuk meminimalkan tawuran antar
pelajar, sekolah harus menerapkan aturan tata tertib yang lebih ketat, agar siswa/i tidak
seenaknya keluyuran .

4). PERGAULAN BEBAS

Pergaulan bebas sering dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif seperti seks bebas,
narkoba, kehidupan malam, dan lain-lain. Memang istilah ini diadaptasi dari budaya barat
dimana orang bebas untuk melakukan hal-hal diatas tanpa takut menyalahi norma-norma
yang ada dalam masyarakat. Berbeda dengan budaya timur yang menganggap semua itu
adalah hal tabu sehingga sering kali kita mendengar ungkapan “jauhi pergaulan bebas”.

Page | 7
Sebenarnya makna pergaulan bebas tidak sebatas itu. Saya jadi ingat sewaktu masih
kecil, sekitar umur 12 tahun. Pada suatu malam kami sekeluarga makan diluar. Kebetulan di
restoran itu ada satu keluarga ekspatriat yang juga ingin bermakan malam bersama. Pada
waktu itu saya baru mengenal bahasa inggris. Saya mendengar dengan cermat percakapan
yang sedang berlangsung di meja para ekspatriat tersebut. Salah satu dari mereka masih
seumuran saya dan dia memanggil ayahnya dengan kata “you“. “Loh, bukankah you itu
artinya kau atau kamu atau anda. Koq sangat tidak sopan betul anak ini?”, begitu pikir saya
saat itu.

Saya langsung menanyakan hal ini kepada ayah saya. Dan katanya orang bule
memang begitu, menyebut lawan bicara kalau tidak pake “you” ya pake nama. Setelah
beranjak dewasa dan sering menonton film-film barat, saya juga sering memperhatikan di
film-film itu ada percakapan antara anak-anak dan orang dewasa dengan kasus yang sama.
Kadang-kadang stasiun televisi sampai mengganti kata “you” dengan kata “ayah” misalnya,
atau “paman” untuk menyesuaikan dengan budaya kita.

Kasus ini merupakan salah satu bentuk dari pergaulan bebas dimana usia bukanlah
menjadi pembatas. Seperti pada film “Pay It Forward”, Trevor (Haley Joel Osment)
memanggil gurunya Mr. Simonet (Kevin Spacey). Tapi di luar jam sekolah dia
memanggilnya Eugene. Menurut saya ini adalah sesuatu yang positif untuk membangun
hubungan yang akrab dan baik. Tanpa adanya batasan usia sehingga yang muda tidak
sungkan dengan yang lebih tua dan yang tua tidak perlu jaim dengan yang muda.

BAB III

PENUTUP
F. KESIMPULAN

Gejala-gejala sosial yang terjadi di Indonesia sangat beragam, mulai dari gejala yang
membawa sesuatu yang menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Gejala umum yang terjadi di

Page | 8
lingkungan sosial umum Indonesia pada umumnya berkenaan dengan tingkah laku
masyarakat dalam lingkungan sosialnya.

Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yang wajar dalam masyarakat seperti norma-norma,
kelompok sosial, lapisan masyarakat, lembaga-lembaga kemasyarakatan, proses sosial, perubahan
sosial dan kebudayaan, serta perwujudannya.
Contoh-contoh “gejala sosial” yang lain:
- keluarga
- kerabat
- suku
- marga
- koperasi
- klub sepakbola
- ensemble musik atau orkes
- peperangan
- partai politik
- parlemen
- migrasi

DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soetomo, 2008, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sudagung, Hendro Suroyo, Mengurai Pertikaian Etnis: Migrasi Swakarsa Etnis Madura ke

Page | 9
Kalimantan Barat (Jakarta: ISAI dan Ford Foundation, 2001).

Soedijar, Z.A, 1990, penelitian Profil Anak Jalanan di DKI Jakarta, badan Penelitian dan
Pengembangan Sosial, Departeman Sosial.

Suwarsono dan Alvin Y. So., Perubahan Sosial dan Pembangunan (Jakarta: LP3ES, 1994).

Page | 10

Anda mungkin juga menyukai