Anda di halaman 1dari 32

Gejala Sosial dalam Masyarakat Multikultural

Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik diharapkan mampu mengidentifikasi beragam gejala sosial di
masyarakat.
2. Peserta didik diharapkan mampu menganalisis gejala-gejala sosial dalam masyarakat
multikultural.
3. Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan multikulturalisme serta masyarakat
multikultural.

A. Gejala Sosial
Gejala sosial merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh
manusia, baik secara individu maupun kelompok masyarakat. Gejala sosial yang
muncul mencakup gejala ekonomi, budaya, politik, dan moral. Gejala sosial ini
muncul akibat adanya hubungan sosial antarmanusia. Di satu sisi, hubungan sosial
yang terjalin antarmanusia dapat menciptakan kestabilan, tetapi di sisi lain, dapat
menimbulkan juga masalah atau penyimpangan.
1. Hakikat Gejala Sosial
Gejala sosial adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh
manusia, baik secara individu maupun secara kelompok (Gulo, 2010). Suatu
peristiwa atau proses disebut gejala sosial karena perilaku oleh individu yang
terlibat di dalamnya saling terkait. Menurut Emile Durkheim, gejala sosial harus
dipahami sebagai fakta objektif di luar subjek atau di luar diri individu.
Gejala sosial antara Iain mencakup gejala ekonomi, politik, budaya, dan moral.
Gejala ini berbeda dengan gejala alam. Gejala-gejala alam adalah peristiwa-
peristiwa yang berlangsung di alam dan bukan karena perbuatan manusia secara
langsung. Misalnya, gempa bumi, meletusnya gunung berapi, dan banjir.
Sebaliknya, gejala sosial muncul akibat aktivitas manusia atau masyarakat.
Aktivitas masyarakat mempunyai pengaruh yang Iebih kuat dalam menentukan
kegiatan individu daripada lingkungan geografis atau lingkungan teknis.
Masyarakat melalui kegiatannya menentukan keyakinan, keinginan, dan motif
perilaku dari anggota mereka, Contoh gejala sosial antara Iain kemiskinan,
kejahatan, perang, kewirausahaan, dan persamaan gender. Setiap gejala sosial
menjadi dampak sekaligus penyebab dari gejala sosial yang Iain. Misalnya,
keyakinan agama memengaruhi praktik ekonomi dan kepentingan ekonomi
menentukan teori politik.

2. Karakteristik Gejala Sosial


Ada beberapa karakteristik gejala sosial. Karakteristik-karakteristik, antara lain
sebagai berikut.
a. Sangat Kompleks
b. Beranekaragam
c. Tidak bersifat universal
d. Bersifat dinamis
e. Tidak mudah dimengerti
f. Kurang objektif
g. Bersifat kualitatif
h. Sulit diprediksi

3. Bentuk, Jenis dan Tingkatan Gejala Sosial


Terdapat beberapa bentuk, jenis, dan tingkatan gejala sosial. Bentuk, jenis, dan
tingkatan tersebut akan dibahas pada bagian ini.
a. Bentuk dan Jenis Gejala Sosial
Ada berbagai gejala sosial yang dapat ditemukan dalam masyakat.
Berbagai gejala sosial tersebut, menurut Guglielmo Carchedi, dapat
dikelompokkan dalam bentuk gejala sosial yang menentukan (the determinant
social phenomenon) dan bentuk gejala sosial yang ditentukan ( the determined
social phenomenon). Gejala sosial yang menentukan merupakan bentuk gejala
sosial yang mengondisikan keberadaan gejala sosial yang ditentukan.
Sementara itu, gejala sosial yang ditentukan merupakan gejala sosial yang
menjadi kondisi reproduksi atau kondisi yang menggantikan gejala sosial yang
menentukan. Misalnya, gejala sosial relasi kepemilikan menentukan gejala
sosial akumulasi modal, adapun kapitalisme ditentukan oleh gejala sosial
akumulasi modal.
Selain bentuknya, gejala sosial dapat dibedakan berdasarkan jenisnya.
Gejala-gejala sosial menurut Pitirim A. Sorokin, dapat dikelompokkan dalam
beberapa jenis, yaitu gejala sosial religius, gejala sosial ekonomi, gejala sosial
politik, dan gejala sosial hukum.

b. Tingkatan Gejala Sosial


Menurut Norman Blaikie, ada tiga tingkatan gejala sosial. Tingkatan ini
bervariasi dalam skala dari individu dan kelompok sosial kecil, organisasi dan
masyarakat, sampai lembaga sosial berskala besar, seperti kota, negara, dan
badan-badan multinasional. Ketiga tingkat gejala sosial itu adalah gejala sosial
mikro, gejala sosial meso, dan gejala sosial makro.

B. Perbedaan Sosial dalam Masyarakat


Gejala sosial dalam masyarakat dapat terjadi karena adanya perbedaan sosial.
Dalam kehidupan masyarakat tentunya banyak memiliki perbedaan sosial. Perbedaan-
perbedaan sosial tersebut tidaklah berdiri sendiri. Artinya, dalam suatu masyarakat
perbedaan tersebut dapat dikategorikan ke dalam perbedaan sosial secara horizontal
(diferensiasi sosial) dan secara vertikal (pelapisan sosial atau stratifikasi sosial).
Dalam membahas perbedaan sosial sebagai gejala sosial di dalam masyarakat, kita
coba urutkan beberapa materi berikut, yaitu struktur sosial, diferensiasi sosial,
stratifikasi sosial, dan heterogenitas dalam kehidupan masyarakat.
1. Struktur Sosial
Di dalam masyarakat terdapat struktur sosial. Dalam mendefinisikan struktur
sosial, para ahli sosiologi memiliki pendapat yang berbeda-beda. Berikut beberapa
pandangan beberapa ahli tentang struktur sosial.
a. George C. Homans mengaitkan struktur sosial dengan perilaku sosial
elementer dalam kehidupan sehari-hari.
b. Talcott Parsons berpendapat bahwa struktur sosial adalah keterkaitan
antarmanusia.
c. James Samuel Coleman melihat struktur sosial sebagai sebuah pola hubungan
antarmanusia dan antarkelompok manusia.
d. William Kornblum menekankan konsep struktur sosial pada pola perilaku
individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan
hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat.
e. Soerjono Soekanto melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal
balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan sosial.
f. Abdul Syani melihat struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial dalam
kehidupan masyarakat. Di dalam tatanan sosial tersebut, terkandung
hubungan timbal balik antara status dan peranan (dengan batas-batas
perangkat unsur-unsur sosial tertentu). Status dan peranan itu menunjuk pada
suatu keteraturan perilaku sehingga dapat membentuk suatu masyarakat.
Tatanan-tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat merupakan jaringan dari
unsur-unsur sosial yang pokok seperti kelompok sosial, kebudayaan, lembaga s
osial, stratifikasi sosial, kekuasaan, dan wewenang.
Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa struktur sosial
adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-
kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan-
lapisan sosial. Dalam sebuah struktur sosial, umumnya terdapat perilaku-perilaku
sosial yang cenderung tetap dan teratur. Perilaku tersebut dapat menjadi pembatas
perilaku individu dan kelompok. Dalam sebuah struktur sosial, individu atau
kelompok akan cenderung menyesuaikan perilakunya dengan kelompok atau
masyarakatnya.
Menurut J. Nasikun, dalam konteks Indonesia, struktur sosial dapat dilihat
secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal, struktur sosial ditandai dengan
adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, dan adat.
Secara vertikal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan lapisan sosial. Dalam banyak literatur, struktur sosial secara vertikal
disebut stratifikasi sosial, sementara struktur sosial secara horizontal disebut
diferensiasi sosial.

2. Stratifikasi Sosial
Coba perhatikan masyarakat di sekitar kita, ada yang kaya dan juga ada yang
tidak mampu, ada yang bekerja sebagai pengusaha, buruh, pedagang, petani, dan
sebagainya. Kenyataan perbedaan status, baik karena harta, pangkat, maupun
kedudukan sering kali menciptakan perbedaan penghargaan. Dalam masyarakat
tertentu, orang yang memiliki kekayaan melimpah akan Iebih dihormati
dibanding orang yang materinya sedikit. Perbedaan-perbedaan itulah yang
menjadi penentu terciptanya stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial adalah
pengelompokan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial secara bertingkat.
Menurut Pitirim A. Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas yang tersusun secara bertingkat. Perwujudannya dalam
masyarakat dikenal sebagai kelas atas, kelas Menengah, dan kelas bawah.
Dalam masyarakat yang masih homogen dan tradisional, perbedaan
kedudukan dan peran masih sedikit, sehingga stratifikasi sosialnya pun sedikit.
Namun, pada nnasyarakat perkotaan yang heterogen, stratifikasi lebih banyak
karena didasarkan pada kriteria pendidikan. Atas dasar ini, timbullah berbagai
macam keahlian atau profesi (pembagian kerja).
Dasar stratifikasi dalam masyarakat disebabkan oleh adanya sesuatu yang
dihargai lebih, misalnya kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan. Ukuran
yang dipakai untuk menggolongkan seseorang pada lapisan tertentu adalah ukuran
kumulatif dan bukan ukuran tunggal. Contohnya, orang kaya biasanya mudah
memiliki kekuasaan, pendidikan, bahkan kehormatan.
Berkaitan dengan lapisan sosial tersebut, menurut Soerjono Soekanto, terdapat
tiga sistem lapisan sosial di suatu masyarakat yaitu pelapisan sosial terbuka,
pelapisan sosial tertutup, dan pelapisan sosial campuran. Dari ketiga pelapisan
sosial tersebut, stratifikasi sosial terwujud dalam bentuk kelas-kelas sosial. Kelas-
kelas sosial ini dapat kita lihat dari segi ekonomi, sosial, dan politik.
Stratifikasi sosial yang ada di masyarakat dapat mengakibatkan berbagai
dampak atau konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi tersebut, antara lain
berkaitan dengan bahasa dan gaya bahasa, makanan, gelar/pangkat/ jabatan, hobi
dan kegemaran, pakaian, dan rumah dengan perabotan.

3. Diferensiasi Sosial
Istilah diferensiasi secara sosiologis menunjuk pada klasifikasi atau
penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan tertentu yang biasanya sama atau
sejenis. Kata sejenis dalam hal ini berarti klasifikasi masyarakat secara mendatar,
sejajar, atau horizontal. Pengelompokan secara horizontal ini didasarkan pada hal-
hal berikut.
a. Diferensiasi berdasarkan ras
Menunjuk pada banyaknya ras yang ada di dunia ini. Menurut Ralph Linton,
manusia dibagi menjadi tiga kelompok ras, yaitu ras Mongoloid, Kaukasoid,
dan Negroid. Ras yang banyak mendiami daratan Asia adalah ras Mongoloid
dengan ciri, kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu
badan sedikit, dan mata sipit. Adapun ras Negroid umumnya berkulit hitam
dan berambut keriting, sedangkan ras Kaukasoid umumnya berkulit putih dan
berambut pirang atau terang.
b. Diferensiasi berdasarkan suku bangsa
Jumlah suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia sangat banyak. Di
Indonesia, menurut C. van Vollen Houven, terdapat 316 suku bangsa. Adapun
menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat, Indonesia memiliki 119 suku bangsa.
Contohnya, suku Kerinci di Sumatra, suku Asmat di Papua, dan suku Bugis di
Sulawesi.
c. Diferensiasi klan
Klan merupakan kesatuan keturunan, kepercayaan, dan tradisi atau adat. Di
Indonesia terdapat dua klan utama, yaitu klan atas dasar ibu atau matrilineal
dan atas dasar garis keturunan ayah atau patrilineal. Contohnya, klan pada
masyarakat Batak, Minangkabau, dan Minahasa.
d. Diferensiasi agama
Di Indonesia memiliki enam agama yang dianut masyarakatnya, yaitu Islam,
Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

4. Heterogenitas dalam Kehidupan Masyarakat


Dalam masyarakat modern, keanekaragaman masyarakat atau heterogenitas
merupakan suatu keniscayaan. Hal ini terbentuk karena adanya perbedaan fungsi
dan ciri dalam kehidupan bermasyarakat. Perbedaan fungsi yang dimiliki individu
dan kelompok dalam masyarakat tersebut berkaitan dengan kontribusi mereka
dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa kontribusi mereka, sistem tidak akan
berjalan dengan baik. Masyarakat dapat diumpamakan sebagai sebuah sistem
dengan peran atau fungsi individu atau kelompok adalah elemen atau unsur-
unsurnya. Ibarat sebuah mobil adalah suatu sistem, jika unsur-unsur seperti roda,
bahan bakar, kemudi, rem, dan lain sebagainya tidak berfungsi dengan baik, mobil
tersebut tidak dapat melaju dengan baik, bahkan tidak dapat bergerak.
Dalam kehidupan masyarakat, terdapat dua macam heterogenitas, yaitu
berdasarkan profesi dan jenis kelamin. Dalam masyarakat yang heterogen, kerap
kali ditemukan prasangka dan stereotipe. Prasangka (prejudice) dalam kaitannya
dengan hubungan antarkelompok merupakan sikap bermusuhan yang ditujukan
pada suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut
mempunyai ciri yang tidak menyenangkan. Sikap ini disebut prasangka karena
tidak didasari oleh pengetahuan, pengalaman, ataupun bukti yang memadai.
Menurut Michael Banton, istilah prasangka memiliki makna yang hampir serupa
dengan istilah antagonisme dan antipati. Namun, perbedaannya, antagonisme atau
antipati dapat dikurangi atau diberantas melalui pendidikan. Sebaliknya, sikap
yang bermusuhan pada orang yang berprasangka cenderung tidak rasional dan
berada di alam bawah sadar sehingga sulit diubah.
Stereotipe merupakan konsep yang berkaitan erat dengan prasangka.
Stereotipe adalah sebuah asumsi atau gambaran yang terlalu menyederhanakan
dan dipegang atau diyakini mengenai suatu hal atau kelompok tertentu. Stereotipe
akan memunculkan prasangka. Orang yang memegang stereotipe tertentu
terhadap kelompok lain cenderung berprasangka terhadap kelompok
bersangkutan. William Kornblum menyebut stereotipe sebagai citra yang kaku
mengenai kelompok ras atau budaya yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran
citra tersebut. Orang cenderung menyederhanakan dan tidak peka terhadap fakta
objektif. Stereotipe dapat bersifat negatif ataupun positif. Perempuan memiliki
sifat keibuan, penyayang, dan lembut adalah contoh stereotipe positif. Sementara
itu, orang yang miskin itu bodoh, kotor, dan tidak berbudaya adalah contoh
stereotipe negatif.

C. Masyarakat Multikultural
Masyarakat Indonesia terdiri atas beragam suku bangsa, budaya, dan agama.
Keberagaman tersebut menjadikan bangsa Indonesia disebut sebaga bangsa yang
multikultural. Pada bagian ini akan dibahas masyarakat multikultural.

1. Hakikat Masyarakat Multikultural


Masyarakat multikultural merupakan bentuk dari masyarakat modern yang
anggotanya terdiri atas berbagai golongang etnis (suku bangsa), rası agama, dan
budaya. Masyarakat ini hidup bersama di suatu wilayah lokal maupun nasional.
Masyarakat ini bahkan berhubungan dengan masyarakat internasional, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
a. Pengertian
Secara sederhana, masyarakat multikultural dapat dipahami sebagai
masyarakat yang terdiri atas beragam kelompok sosial dengan sistem nilai,
norma dan kebudayaan yang berbeda-beda. Istilah Iain dari masyarakat
multikultural adalah masyarakat majemuk meskipun pengertiannya tidak
seutuhnya sama. Hal ini karena konsep masyarakat majemuk Iebih
menitikberatkan pada keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan,
sedangkan masyarakat multikultural merujuk pada kesetaraan atau
kesederajatan kebudayaan yang ada dalam sebuah masyarakat.
Paham yang mengakui adanya perbedaan dalam kesederajatan individu
maupun kelompok dalam suatu kebudayaan disebut multikulturalisme.
Multikulturalisme tidak hanya bermakna keanekaragaman (kemajemukan),
tetapi juga kesederajatan antarperbedaan. Maksudnya dalam multikulturalisme
terkandung pengertian bahwa tidak ada sistem norma dan budaya yang Iebih
tinggi daripada budaya Iain, atau tidak ada sesuatu yang Iebih agung dan Iuhur
daripada yang Iain. Semua perbedaan adalah sederajat.
Kesederajatan dalam perbedaan merupakan jantung dari
multikulturalisme. Dengan demikian, secara konsep masyarakat multikultural
tidak sama dengan masyarakat majemuk. Masyarakat multikultural tidak
mengenal perbedaan hak dan kewajiban antara kelompok minoritas dan
mayoritas, baik secara hukum maupun sosial.
b. Karakteristik Masyarakat Multikultural
Masyarakat multikultural memiliki beberapa karakteristik. Menurut
Pierre L. van den Berghe, karakteristik masyarakat multikultural adalah
sebagai berikut.
1) Adanya segmentasi atau pembagian ke dalam kelompok-kelompok yang
sering kali memiliki subkebudayaan yang berbeda satu sama Iain.
2) Memiliki struktur sosial yang terbagi dalam Lembaga-Iembaga yang
bersifat nonkomplementer (tidak saling melengkapi).
3) Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan) di antara anggotanya
tentang nilai-nilai yang bersifat dasar.
4) Secara relatif, sering terjadi konflik antara kelompok yang satu dan yang
lain.
5) Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling tergantung
dalam bidang ekonomi.
6) Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok Iain.

c. Niali-nilai Multikultural
Nilai-nilai multikultural yang dapat dikembangkan di masyarakat adalah
sebagai berikut.
1) Demokratis, yaitu cara beroikir, bersikap, dan bertindak yang menilai
sama hak dan kewajiban dirinya dan orang laja,
2) Pluralisme, yaitu pandangan yang menerima keberagaman sebagai nilai
positif dan sebagai kenyataan yang tidak dapat ditolak.
3) Humanisme, yaitu pandangan dan gerakaran yang menghargai harkat dan
martabat manusia dan menjunjung tinggi rasa kemanusian.
Nilai-nilai multikultural tersebut sangat penting ditanamkan dalam diri
tiap orang, terutama para pelajar. Terkait hal ini, ada tiga dasar yanq dapat
dijadikan acuan untuk pendidikan multicultural, yaitu sebagai berikut.
1) Pengakuan terhadap identitas budaya lain sehingga akan rnuncul sikap
jujur untuk mengakui keberadaan budaya lain dengan segala unsurnya.
2) Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam masyarakat merupakan tali
pengikat kesatuan perilaku dib dalam masyarakat.
3) Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kelompok-kelompok tertentu dilihat
sebagai sumbangan yang besar bagi kelompok yang lebih luas, seperti
negara.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perlunya Masyarakat Multikultural
Menurut H. A. R. Tilaar, setidaknya ada tiga hal yang mendorong
berkembang pesatnya pemikiran multikulturalisme. Pertama, hak asasi manusi
(HAM), yaitu penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia. Kedua,
globalisasi, yaitu paham mengenai kesetaraan antarkeragaman budaya yang
terdapat di dunia. Ketiga, demokratisasi, yaitu proses-proses yang mengandung
pengakuan dan penghargaan yang besar terhadap keragaman dan perbedaan.
Ketiga, hal tersebut dapat diumpamakan sebagai segitiga sama sisi yang
tidak dapat dipisahkan dalam penerapan konsep multicultural. HAM merujuk
pada pengakuan bahwa setiap manusia adalah sama. Tiap orang dari latar
belakang budaya apa pun, kelompok sosial mana pun, mayoritas maupun
minoritas, semuanya memiliki hak yang sama sebagai manusi. Oleh karena itu,
tidak dibenarkan adanya perlakuan tidak adil terhadap budaya atau kelompok
sosial manapun. Hal ini berlaku tidak hanya dalam satu sistem sosial, seperti
masyarakat daerah atau negara, tetapi juga anatarnegara. Oleh karena itu,
masyarakat dan negara juga harus menjamin hak dan kewajiban setiap
warganya. Masyarakat dan negara pun harus menghargai perbedaan sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia. Inilah prinsip demokrasi.
Dengan adanya penghargaan terhadap perbedaan, kehidupan yang
multicultural dapat tercipta dan berjalan di masyarakat. Untuk mencapai
mewujudkan kehidupan dalam semangat multikultural, ada berbagai
hambatan yang harus dihadapi.
e. Manfaat Masyarakat Multikultural
Pengaruh yang paling dominan dalam terbentuknya sebuah masyarakat
multikultural adalah sikap mental masyarakat itu sendiri. Sikap masyarakat
yang cenderung primordial dan tidak adil akan menjadi faktor penghambat
terciptanya masyarakat multikultural. Kondisi itu dapat diminimalisasi atau
bahkan dihilangkan apabila manfaat dari terciptanya masyarakat multikultural
disadari oleh semua pihak. Manfaat masyarakat multikultural, anatara lain
sebagai berikut.
1) Menggali kearifan budaya yang dimiliki oleh setiap suku bangsa.
2) Memunculkan rasa penghargaan terhadap budaya lain sehingga muncul
sikap toleransi.
3) Menjadi benteng pertahanan terhadap ancaman budaya kapital yang
cenderung melumpuhkan budaya yang beragam.
4) Menjadi alat untuk membina dunia yang aman dan sejahtera.
5) Mengajarkan suatu pandangan bahwa kebenaran itu tidak dimonopoli
oleh satu orang atau kelompok saja, tetapi ada di mana-mana, tergantung
dari sudut setiap orang.

2. Masyarakat Multikultural Indonesia


Indonesia dikenal sebagai masyarakat multikultural. Terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan multikulturalisme masyarakat Indonesia, antara lain sebagai
berikut.
a. Letak Geografis
Indonesia berada pada posisi yang startegis, yaitu diapit oleh Samudra
Hindia dan Samudra Pasifik serta berada di antara Benua Asia dan Benua
Australia. Hal tersebut menyebabkan Indonesia berada di pusat jalur
perdagangan dunianhingga memungkinkan masuknya berbagai pengaruh
kebudayaan asing ke Indonesia melalui proses akulturasi dan asimilasi.
b. Kondisi Geografis
Kondisi geografis Indonesia yang meliputi kurang lebih 13.000 pulau
memungkinkan nenek moyang bangsa Indonesia bermukim di berbagai
wilayah-wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Kondisi geografis yang
berbeda dan terpisah-pisah mengakibatkan penduduk tiap pulau berkembang
menjadi kesatuan-kesatuan suku bangsa yang terisolasi antara satu sama lain.
Hal tersebut menyebabkan munculnya keragaman sistem budaya, adat istiadat,
bahasa, dan kepercayaan pada masyarakat Indonesia.
c. Kondisi Iklim dan Struktur Tanah
Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah turut menjadi faktor
pembentuk masyarakat multikultural. Masing-masing kelompok masyarakat
mengembangkan kebudayaan yang sesuai dengan kondisi iklim dan struktur
tanah tempat mereka tinggal.
Masyarakat multikultural seperti Indonesia cenderung menghadapi
masalah-masalah tertentu, yaitu perasaan etnisitas yang kuat, primordialisme,
etnosentrisme, dan stereotipe. Masyarakat multikultural sanagt penting bagi
bangsa Indonesia, karena di dalam multikulturalisme, kita mengakui dan
menghormati perbedaan budaya sebagai suatu rahmat, suatu anugrah, suatu
kekayaan, suatu hadiah dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita tidak melihat atribut
identitas perbedaan sebagai suatu ancaman tetapi sebagai potensi yang dapat
memperkaya khasanah budaya bangsa.
Pendidikan multikultural menjadi sangat penting diterapkankarena dapat
meminimalisasi dan mencegah konflik dalam kehidupan masyuarakat secara
luas. Jika Pendidikan ini diterapkan sejak dini, sikap dan mindset seseorang
akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman. Dengan
demikian, Pendidikan multicultural diharapkan mampu membentuk
kelenturan atau fleksibilitas mental bangs akita dalam menghadapi konflik
yang berbau SARA, sehingga persatuan bangsa tidak mudah retak. Jadi,
manfaatnya adalah memperkokoh persatuan dan kesatuan anatarmasyarakat
dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat harus saling
mendukung dan bergotong royong guna mempertahankan keberagaman yang
telah menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia dan menjadi alat pemersatu
bangsa.
PENELITIAN SOSIAL

Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik diharapkan mampu mendeskripsikan proses berpikir dan penelitian
sosial.
2. Peserta didik diharapkan mampu menentukan topik penelitian dari keragaman gejala
sosial sebagai fokus penelitian.
3. Peserta didik diharapkan mampu menyusun rancangan penelitian sosial.
4. Peserta didik diharapkan mampu menyusun instrumen dan melakukan pengumpulan
data penelitian.
5. Peserta didik diharapkan mampu mengolah dan menganalisis data penelitian.
6. Peserta didik diharapkan mampu menyusun laporan penelitian.
7. Peserta didik diharapkan mampu mengomunikasikan atau memublikasikan laporan
penelitian yang telah disusun.

A. Hakikat Penelitian
1. Proses Berpikir (Penalaran)
Manusia menggunakan nalar antara lain untuk mengembangkan pengetahuan,
menemukan hal-hal baru, mengembangkan kebudayaan, memberi makna pada
kehidupan, dan "memanusiakan" diri dalam hidupnya. Penalaran adalah suatu proses
berpikir untuk memperoleh kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan.
Ada dua hal yang menyebabkan proses tersebut, yaitu sebagai berikut.
a. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengomunikasikan informasi dan jalan
pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
b. Manusia memiliki kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir
tertentu.
Penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a. Logis, yaitu sesuai dengan logika. Secara singkat, logika adalah ilmu pengetahuan
dan kecakapan untuk berpikir lurus dan tepat. Dalam logika, berbagai hal
ditimbang secara objektif berdasarkan data dan analisis akal sehat.
b. Analitis, yaitu bersifat analisis. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu
peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dengan berpikir analitis,
kita didorong untuk membuat keputusan yang lebih baik.
Ada dua jenis penalaran yang sangat penting dalam penelitian, yaitu sebagai
berikut.
a. Deduksi, yaitu proses penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum ke hal
yang lebih khusus.
b. Induksi, yaitu metode pemikiran yang bertolak dari peristiwa khusus untuk
menentukan hukum umum. Kesimpulan menjelaskan fakta dan fakta mendukung
kesimpulan.
2. Pengertian Penelitian
Ada beberapa pendapat ahli tentang penelitian, antara lain sebagai berikut.
a. Menurut Marzuki, penelitian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan,
mencari, dan menganalisis fakta-fakta mengenai suatu masalah.
b. Menurut Supranto, penelitian dari suatu bidang ilmu pengetahuan adalah
kegiatan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-
prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis.
c. Menurut Sutrisno Hadi, penelitian adalah suatu Usaha untuk menemukan
sesuatu, mengisi kekosongan atau kekurangan, mengembangkan atau
memperluas, dan menggali lebih dalam apa yang telah ada, serta menguji
kebenaran terhadap apa yang sudah ada tetapi masih diragukan
kebenarannya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut.
a. Penelitian adalah usaha menarik kesimpulan yang dapat dipercaya
kebenarannya, yang dilakukan dengan sadar dan teliti menurut prosedur
ilmiah tertentu.
b. Penelitian adalah aktivitas ilmiah yang menggunakan metode ilmiah logis
dan sistematis untuk menguji satu atau beberapa hipotesis terhadap satu
atau beberapa masalah di dalam dunia empiris melalui pengumpulan data
(data collecting).
c. Penelitian adalah suatu proses atau rangkaian langkah yang dilakukan
secara terencana dan sistematis untuk mendapatkan pemecahan masalah
atau jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu.

3. Kegunaan dan Syarat Penelitian


Ditinjau dari kepentingan ilmu pengetahuan, penelitian merupakan alat utama
yang digunakan manusia untuk melakukan hal-hal berikut.
a. Memperkuat ilmu pengetahuan.
b. Membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Dalam mengadakan penelitian, ada tiga persyaratan penting, yaitu sebagai
berikut.
a. Sistematis. Penelitian dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling
sederhana sampai yang kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.
b. Terencana. Penelitian dilaksanakan secara sengaja dan langkah-langkah
pelaksanaannya sudah dipikirkan sebelumnya.
c. Mengikuti prosedur ilmiah. Mulai dari awal sampai akhir kegiatan, penelitian
dilakukan menurut cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip memperoleh
ilmu pengetahuan.
4. Jenis-Jenis Penelitian
Secara garis besar, penelitian dapat dibagi dalam lima kelompok berikut.
a. Penelitian Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuannyar penelitian dapat digolongkan menjadi dua kelompok
berikut.
1) Penelitian Dasar
Kegiatan utama penelitian dasar (basic research) adalah mengumpulkan
informasi guna menyusun konsep dan hubungan, serta teori untuk
menemukan prinsip-prinsip umum mengenai suatu topik yang nyata dalam
masyarakat.
2) Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research) berusaha menerapkan, menguji, dan
mengevaluasi kemampuan suatu teori dalam memecahkan suatu persoalan
dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian terapan diarahkan pada penggunaan
hasil penelitian secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian
terapan biasanya fokus pada suatu masalah di lokasi tertentu untuk ditemukan
solusinya.
Terdapat jenis lain dalam penelitian terapan, yaitu penelitian evaluasi.
Penelitian evaluasi ini dilakukan untuk menilai pelaksanaan suatu program.

b. Penelitian Berdasarkan Metode


Menurut metodenya, penelitian dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti
yang terlihat pada Tabel berikut.
Tabel 1.1 jenis Penelitian Berdasarkan Metode

Jenis Penjelasan

Penelitian Fokus kajian penelitian historis adalah peristiwa yang telah


Historis terjadi dj masa lampau. Penelitian ini berdasarkan pada deskripsi
lisan maupun tulisan dari objek penelitian. Penelitian ini
bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara
sistematis dan objektif.
Penelitian Dalam penelitian survei, seorang peneliti berusaha untuk
Survei memperoleh informasi dari berbagai kelompok atau orang
dengan cara penyebaran atau kuesioner. Secara umum,
penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah
praktis dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tawuran
antarpelajar. Metode penelitian survei banyak digunakan oleh
para peneliti sosial di Indonesia untuk mengkaji berbagai
fenomena sosial.
Penelitian Dalam penelitian eksperimen, seorang peneliti merekayasa
Eksperimen Eksperimen dan mengontrol situasi alamiah menjadi situasi
buatan sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian Tujuan penelitian observasi adalah memperoleh berbagai
Observasi Observasi data konkret secara langsung di lapangan. Melalui
penelitian observasi, seorang peneliti dapat memperoleh
gambaran tentang kehidupan sosial suatu masyarakat yang sulit
diketahui dengan metode Iainnya.

c. Penelitian Berdasarkan Taraf Pemberian Informasi


Berdasarkan taraf pemberian informasi, penelitian dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu seperti berikut.
Tabel 1.2 Jenis Penelitian Berdasarkan Taraf Pemberian Informasi

Jenis Penjelasan

Penelitian Penelitian ini menggali suatu gejala yang masih baru dan
Eksploratif biasanya menghasilkan teori-teori baru atau pengembangan
teori yang sudah ada. Penelitian ini memiliki sifat kreatif,
fleksibel, sena terbuka pada berbagai informasi yang ada.
Penelitian ini biasa diidentikkan dengan penelitian yang
menggunakan pertanyaan "apa" dan "siapa". Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengembangkan gagasan dasar mengenai
topik baru dan memberikan dasar bagi penelitian lanjutan.
Penelitian Penelitian ini memberikan gambaran yang lebih detail tentang
Deskriptif suatu gejala atau fenomena. Penelitian ini merupakan
kelanjutan dari penelitian eksploratif. Penelitian ini
mengungkapkan secara lebih detail gagasan-gagasan dasar
yang dihasilkan penelitian eksploratif. Penelitian ini
diidentikkan dengan penelitian Yang menggunakan
pertanyaan "bagaimana". Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menggambarkan mekanisme sebuah proses dan
menciptakan seperangkat kategori atau pola.
Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menemukan penjelasan
Eksplanasi tentang mengapa suatu kejadian atau gejala terjadi. Hasil akhir
dari penelitian ini adalah gambaran mengenai hubungan sebab
akibat. Penelitian ini seringkali diidentikkan dengan
penelitiany yang menggunakan pertanyaan "mengapa" dalam
upaya mengembangkan informasi yang ada. Tujuan dari
penelitian eksplanasi adalah menghubungkan pola-pola yang
berbeda tetapi memiliki keterkaitan dan menghasilkan pola
hubungan sebab akibat.
d. Penelitian Berdasarkan Jenis Data
Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, penelitian dapat dibagi menjadi
dua, seperti pada tabel berikut.
Tabel 1.3 Jenis Penelitian Berdasarkan Jenis Data

Jenis Penjelasan

Penelitian Penelitian kuantitatif menekankan pada jumlah data yang


Kuantitatif dikumpulkan. Penelitian ini hanya melihat data pada lapisan
permukaan, seperti jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, dan besarnya penghasilan. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis secara statistik. Pendekatan penelitian ini
menggunakan teknik survei.
Penelitian Penelitian kualitatif menekankan pada kualitas data atau
Kualitatif kedalaman data yang diperoleh. Teknik yang digunakan
adalah wawancara. Data untuk jenis penelitian ini tidak
dianalisis dengan statistik.

e. Penelitian Berdasarkan Tempat Pelaksanaan


Berdasarkan tempat pelaksanaannya, penelitian dapat dibedakan seperti pada
tabel berikut.
Tabel 1.4 Jenis Penelitian Berdasarkan Tempat Pelaksanaan

Jenis Penjelasan

Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam suatu tempat khusus untuk


Laboratorium mengadakan studi ilmiah dan kerja ilmiah. Tujuan penelitian
ini adalah mengumpulkan data, melakukan analisis,
mengadakan tes, serta memberikan interpretasi terhadap
sejumlah data sehingga kecenderungan gerak gejala sosial
dalam suatu masyarakat tertentu dapat diramalkan. Objek
penelitian ini dapat berupa masalah yang bersifat teoretis dan
praktis. Biasanya, penelitian laboratorium dilakukan oleh
sebuah tim dengan anggota dari berbagai disiplin ilmu.
Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam kehidupan sebenarnya.
Lapangan Penelitian ini pada hakikatnya merupakan metode untuk
menemukan secara khusus realitas yang tengah terjadi pada
masyarakat.
Penelitian Penelitian ini bertujuan mengumpulkan data dan informasi
Perpustakaan dengan bantuan berbagai materi yang terdapat di
(Kepustakaan) perpustakaan, contohnya buku, jurnal, majalah, naskah,
catatan, kisah sejarah, dan dokumen lainnya. Data yang
diperoleh dengan jalan penelitian perpustakaan pada
hakikatnya menjadi fondasi dan alat utama bagi praktik
penelitian lapangan.

5. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah metode atau cara yang akan dipakai dalam
melaksanakan penelitian. Penentuan pendekatan sangat berpengaruh terhadap
penentuan variabel atau objek penelitian, subjek penelitian, serta sumber perolehan
data.
Dalam penelitian, terdapat dua macam pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif
dan kuantitatif. Secara umum, pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif dapat
dibedakan berdasarkan beberapa aspek, seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1.5 Perbedaan antara Pendekatan Kuantitatif dan pendekatan Kualitatif

Aspek Kuantitatif Kualitatif

Masalah yang Menekankan beberapa variabel Menekankan banyak aspek dari


diteliti satu variabel
Tujuan Menguji teori dan menegakkan Mengembangkan kepekaan
fakta-fakta konsep dan penggambaran
realitas yang tidak tunggal
Objek yang Perilaku manusia dan Perilaku manusia, proses kerja
diteliti fenomena alam
Sampel Besar, memiliki kelompok Kerja, tidak representatif
kontrol yang dipilih secara dengan tujuan tertentu
random dengan pertimbangan
strata yang ada
Metode Angket, wawancara, observasi, Lebih menekankan pada
pengumpulan check list observasi dan wawancara
data
Bentuk data Berupa angka atau data Kata-kata, kalimat, gambar,
kualitatif yang diangkakan perilaku, replika, manuskrip
Sifatnya Deskripsi, komparatif, asosiatif Deskriptif

Selain memiliki perbedaan, kedua pendekatan tersebut juga memiliki sejumlah


persamaan. Beberapa persamaan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Pada tahap awal, kedua pendekatan sama-sama berusaha untuk meneliti tema
yang bersifat umum.
b. Dalam mencari informasi awal, kedua pendekatan terkadang menggunakan
metode yang sama, seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi.
c. Data yang telah diperoleh sama-sama diolah dan kemudian dibuat laporan
penelitian.
6. Sikap dan Cara Berpikir Peneliti
Beberapa sikap yang diharapkan ada dalarn diri seorang peneliti adalah objektif,
kompeten, dan faktual.

Objektif Kompeten Faktual


Dapat memisahkan Memiliki kemampuan Bekerja berdasarkan fakta
perasaan pribadi dan untuk melakukan yang diperoleh.
fakta, bekerja sesuai penelitian dengan
dengan data yang menggunakan metode dan
diperoleh di lapangan, teknik tertentu.
dan tidak memasukkan
perasaan pribadi yang
sifatnya subjektif.

Adapun cara berpikir yang harus dimiliki oleh seorang peneliti adalah sebagai
berikut.

Skeptis Analitis Kritis

Selalu menanyakan Selalu menganalisis Selalu mendasarkan


bukti atau fakta yang setiap pernyataan pikiran dan pendapatnya
dapat mendukung atau persoalan yang pada logika serta
suatu pernyataan. dihadapi. menimbang berbagai hal
secara objektif berdasarkan
data dan analisis akal sehat.

Terbuka
Jujur
Bersedia memberikan bukti penelitian dan siap
Tidak memasukkan
menerima pendapat pihak lain tentang hasil
keinginannya sendiri
penelitiannya
ke dalam data.

Cara berpikir seperti itu disebut cara berpikir ilmiah. Cara berpikir ilmiah
dilandasi pengujian yang sistematis. Di dalamnya, ada abstraksi yang lebih tinggi dan
pengertian-pengertian yang lebih kompleks yang menjalin kaitan-kaitan yang luas.
Cara berpikir ilmiah disertai pula dengan pembuktian data faktual, pengecekan, dan
verifikasi yang berulang.

B. Tahap-Tahap Penelitian
Secara garis besar, langkah-langkah penelitian dibagi dalm tiga langkah, yaitu
pembuatan rancangan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pembuatan laporan
peneitian.
1. Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan pokok-pokok perencanaan dari sebuah
penelitian yang tertuang dalam suatu kesatuan naskah. Naskah rancangan penelitian
dibuat secara ringkas, jelas, dan utuh. Rancangan penelitian sangat berguna bagi
penelitian agar penelitiannya dapat berjalan benar, lancar, dan memberikan hasil
yang baik.
Rancangan penelitian terdiri dari langkah-langkah berikut.
a. Menentukan Masalah atau Topik yang akan Diteliti
Menentukan masalah yang akan diteliti merupakan langkah pertama yang
harus dilakukan oleh seorang peneliti. Masalah itu dituangkan dalam kalimat
judul atau topik suatu penelitian. Masalah yang diteliti adalah masalah yang
dapat memotivasi seseorang untuk segera melaksanakan penelitian.
Dalam menentukan topik penelitian, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain sebagai berikut.
1) Topik penelitian harus sesuai dengan minat peneliti.
2) Topik yang dipilih haruslah topik yang bisa diteliti oleh peneliti.
3) Data cukup tersedia.
4) Topik memiliki kegunaan praktis, bermanfaat, dan penting untuk diteliti.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan topik yang baik
adalah sebagai berikut.
1) Topik harus ditulis dengan kalimat pernyataan, bukan kalimat pertanyaan.
Contohnya, ”Pengaruh Pergaulan dalam Geng terhadap Keterlibatan Pelajar
dalam Tawuran".
2) Topik harus cukup jelas, singkat, dan tepat.
3) Topik harus berisi variabel-variabel yang akan diteliti.
4) Topik harus dapat menggambarkan keseluruhan isi dari kegiatan penelitian,
yaitu sifat dan jenis penelitian, objek yang diteliti, subjek penelitian,
lokasi/daerah penelitian, dan waktu terjadinya peristiwa (tahun).
b. Melakukan Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan (preliminary research) dilakukan untuk m encari informasi
yang diperlukan peneliti agar masalahnya menjadi jelas serta menjajaki kemungkinan
diteruskan atau tidaknya suatu penelitian.
Dalam merancang penelitian, peneliti juga perlu mencantumkan hasil penelitian
terdahulu. Dengan melaca Penelitian terdahulu, peneliti dapat menghindari duplikas
Penelitian dan dapat memosisikan kedudukan penelitian yan tengah dilakukan. Hasil
penelitian terdahulu juga pentin untuk mengetahui sejauh mana penelitian dengan
tema yan Sama telah dilaksanakan serta dapat dijadikan sebagai dat pendukung.
Dalam melakukan studi pendahuluan, ada tiga sumber pengumpulan
informasi yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut.
1) Tulisan (paper), yaitu dokumen, bükü, majalah, atau bahan tertulis lainnya.
Studi ini juga disebut studi kepustakaan,
2) Manusia (person), yaitu narasumber atau para ahli.
3) Tempat (place), yaitu tempat, lokasi, atau benda yang berada di tempat
penelitian.
c. Merumuskan Latar Belakang Masalah
Pada bagian latar belakang masalah, peneliti harus mengemukakan atasan
dipilihnya suatu masalah atau topik yang akan dijadikan bahan penelitian.
Dalam bagian ini, dikemukakan juga fakta-fakta sementara yang diperoleh
peneliti dari pengamatan dan studi kepustakaannya. Beberapa ahli menyebut
kegiatan ini sebagai kegiatan prasurvei untuk memperkuat alasan seorang
peneliti dalam mengambil sebuah topik permasalahan.
Atasan pemilihan masalah tentu beragam, tergantung tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian, Dalam menentukan suatu masalah, hal yang perlu
dipertimbangkan adalah sejauh mana urgensi dan manfaatnya dalam kehidupan
seharihari masyarakat, serta aspek kepraktisan seperti fakta dan data yang dapat
diperoleh, dana, dan tenaga. Pertanyaan yang perlu ada dalam benak peneliti
ketika membuat latar belakang masalah adalah "Kenapa masalah ini penting?"
Untuk menjawab pertanyaan ini, peneliti akan memulainya dari sesuatu yang
umum hingga pada akhirnya menyempit pada titik permasalahan.
d. Merumuskan Masalah Penelitian
Selanjutnya, peneliti merumuskan permasalahan penelitian, Pertanyaan
yang diangkat adalah "Apa yang menjadi permasalahan dalam tema ini?"
Mengacu pada contoh tatar belakang masalah, peneliti memasukkan unsur-
unsur yang dapat menjadijawaban atas pertanyaan di atas. Diawali dengan
penjelasan mengenai pentingnya keterampilan bersosialisasi dalam
perkembangan kepribadian anaki dampak permainan modern terhadap pola
sosialisasi, dan ditutup dengan penjelasan tentang pengaruh positif permainan
tradisional terhadap keterampilan sosial anak.
Langkah berikutnya adalah merancang pertanyaan penelitian, Pertanyaan
penelitian berfungsi sebagai dasar penelitian yang akan dilakukan karena
merupakan hal-hal yang ingin dijawab melalui penelitian. Selain itu, pertanyaan
penelitian menjadi "rambu-rambu" sehingga penelitian dapat terfokus. Seorang
peneliti sebaiknya merancang pertanyaan penelitian tidak lebih dari tiga
pertanyaan.
e. Menentukan Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian merupakan rumusan masalah dalam bentuk kalimat
pernyataan. Tujuan penelitian juga sangat berkaitan dengan kesimpulan. Bila
masalah penelitjan merupakan hal yang dipertanyakan dan tujuan penelitian
merupakan jawaban yang ingin dicari, maka kesimpulan merupakan jawaban
yang diperoleh. Adapun menfaat penelitian merupakan kegunaan nyata dari
hasil yang akan dicapai melalui sebuah penelitian.

f. Menentukan Landasan Teori


Landasan teori merupakan telaah masalah penelitian berdasarkan teori-teori
atau bacaan-bacaan, Landasan teori adalah dasar teoretis bagi peneliti untuk
menjawab masalah penelitian. Agar memiliki pengetahuan yang luas terhadap
masalah penelitian, seorang peneliti harus membaca berbagai bacaan yang
relevan dengan penelitian, mulai dari konsep-konsep tentang variabel penelitian
hingga metodologi penelitian, seperti jenis penelitian, teknik pengumpulan dataj
dan teknik pengolahan data. Bacaan-bacaan tersebut akan sangat membantu
peneliti dalam melakukan penelitian dengan benar.

Konsep Sosiologi
Teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan.
didukung oleh data dan argumentasi; penyelidikan eksperimental yang
mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika,
metodologi, argumentasi; asas dan hükum umum yang menjadi dasar
suatu kesenian atau ilmu pengetahuan; pendapat, cara, dan attıran
untuk melakukan sesuatu cara, dan aturan untuk melakukan sesuatu.

Ada kalanya pada bagian landasan teori dimasukkan pula definisi konsep
dan definisi operasional agar pembaca lebih memahami alur penelitian tersebut.
Definisi konsep adalah definisi dari variabel-variabel yang ingin diteliti. Definisi
Operasional merupakan penjabaran dari variabel-variabel yang ingin diteliti
sehingga variabel tersebut dapat diukur, Definisi operasional sering disebut
operasionalisasi dari definisi konsep. Perhatikanlah tabel 2.6.

Tabel 1. 6. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

Defensisi Konsep Defenisi operasional


Combs dan Slaby mengartikan keterampilan Dalam penelitian ini,
sosial sebagai kemampuan untuk berinteraksi keterampilan sosial anak
dengan orang lain pada konteks sosial dalam meliputi inisiatif untuk
cara-cara spesifik yang secara sosial diterima atau beraktivitas bersama teman
bernilai dan dalam waktu yang sama memiliki sebaya, bergabung dalam
keuntungan untuk pribadi dan orang lain. permainan teman sebaya,
Matson dan Ollendick melihat keterampilan memelihara peran selama
sosial sebagai kemampuan seseorang dałam permainan. dan mengatasi
beradaptasi secara baik dengan lingkungannya konflik interpersonal pada
dan menghindari konflik saat berkomunikasi, saat permałnan bertangsung.
bajk secara fisik maupun verbal. Sementara iłu,
Kelly mendefinislkan keterampilan sosial sebagai
perilaku-perilaku yang dipelajari, yang
digunakan oleh indrvłdu pada situasl-situasi
interpersonal dalam lingkungan.

g. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan kemungkinan jawaban atas masalah penelitian.
Disebut kemungkinan karena belum dibuktikan Iewat penelitian di tapangan.
Hipotesis dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan variabel-
variabel penelitian.
Contoh:
Hipotesis : Permainan tradisional berpengaruh terhadap keterampilan sosial
anak. Variabel 1 : Permainan tradisional.
Variabel 2 : Keterampilan sosial anak.
Beberapa jenis penelitian tidak memerlukan hipotesis. Contohnya, jenis
penelitian deskriptif yang hanya berusaha menggambarkan masalah. Dapat
dikatakan bahwa penelitian menggunakan hipotesis bertujuan menguji hipotesis
tersebut Jenis penelitian yang biasa menggunakan hipotesis antara Iain
penelitian eksplanasi dan eksplorasi. Hipotesis didapat dari jawaban sementara
atas pertanyaan penelitian.
Ciri-ciri sebuah hipotesis yang baik adalah sebagai berikut.
1) Bisa diterima dengan akal sehat
2) Menyatakan hubungan antarvariabel penelitian.
3) Dapat diuji.
4) Dinyatakan secara singkat dan dalam bentuk kalimat pernyataan.
5) Konsisten dengan teori dan fakta yang telah dibangun.

Konsep Sosiologi
Hipolesis dapat dibagi sebagai berikut.
1) Hipotesis noı (HO), dugaan awal dilakukan
Dugaan ini biasanya berisi yang ingin dipaıahkan atau diloıak dengan
melakukan penelilian, contoh: Tidak ada perbedaan tingkat
kedisiplinan antara siswa perempuan dan laki-laki.
2) Hipotesis kerja atau alternatif (Ha), yaitu dugaan yang ingin
dibuktikan oleh peneliti. Hipotesis kerja menyatakan adanya
hubungan artara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua
kelompok. Contoh: Tingkat kedisiplinan siswa perempuan lebih
tinggi daripada tingkat kedisiplinan siswa laki-laki.

h. Menyusun Metodologi Penelitian


Dalam bagian metodologi, terdapat empat bagian inti, yaknijenis penelitian,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan unit analisis.
Jenis penelitian berkaitan erat dengan masalah penelitian dan cara atau
teknik pengumpulan data. Contohnya, jika masalah penelitian adalah mencari
hubungan antarvariabel, maka jenis penelitian yang tepat adalah penelitian
eksplanasi dengan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
wawancara pendukung.
Dalam penelitian sosial, teknik pengumpulan data yang biasa digunakan
adalah kuesioner atau angket, wawancara, observasi, dan studi literatur, Teknik
yang digunakan tergantung pada rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesisj
dan sampel yang digunakan, Dalam penelitian sosial, biasanya para peneliti
menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mengurangi
kesalahan atau bias data, Teknik-teknik pengumpulan data tersebut memiliki
alat atau instrumen pengumpulan data masing-masing.
Teknik analisis data merupakan cara mengolah data yang telah diperoleh
dari lapangan, Hasil analisis data merupakan jawaban atas pertanyaan masalah
yang diajukan peneliti pada bagian perumusan masalah. Teknik analisis data
harus disesuaikan denganjenis pendekatan penelitian, Berdasarkan hal tersebut,
teknik analisis data dibagi atas dua macam teknik, yakni kuantitatif dan
kualitatif. Teknik analisis data secara kuantitatif menggunakan rumus-rumus
Statistik dalam mengolah data, Teknik analisis data secara kualjtatif
menggunakan analisis fenomena yang terjadi dj lapangan dikaitkan den an teori
yang ada.
Unit analisis merupakan satuan atau objek yang diteliti. Contohnya, sebuah
organisasi (sekolah, pemda, DPR, dan sebagainya)i kelompok masyarakat dan
individu.(golongan miskin, pengangguran, dan mahasiswa), dan individu.

2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari langkah-langkah kegiatan berikut.
a. Menentukan dan Menyusun Instrumen penelitian
Instrumen penelitian sangat tergantung pada jenis dan dari mana data
diperoleh. Contohnya, apabila kita akan meneliti pengaruh metode bercerita
dengan menggunakan buku cerita bergambar terhadap keterampilan berbicara
anak usia dini, data dapat kita peroleh dari siswa PAUD, guru, dan orang tua
dengan cara mengadakan survei menggunakan kuesioner atau angket.
Secara umum,jenis-jenis data dapat dikelompokkan seperti pada tabel
berikut.
Tabel 1.7. Jenis-Jenis Data dalam Penelitian
Kategori Jenis Uraian
Cara Data Data yang didapat langsung dari lapangan atau
perolehan primer laboratorium, dikumpulkan, dan diolah Oleh
organisasi atau perseorangan. Data ini dapat
diperoleh melalui wawancara, angket, atau
observasi.
Data Data yang diperoleh suatu
Sekunder organisasi/perseorangan melalui pihak lain. Data
ini dapat diperoleh dari bacaan, seperti koran,
majalah, atau perpustakaan.
Sifat Data Data yang tidak berbentuk angka.
Kualitatif
Data Data berbentuk angka.
Kuantitatif
Sumber Data Data yang menggambarkan keadaan suatu
Internal organisasi, seperti perusahaan, departemen, atau
negara.
Dta Data yang menggambarkan sesuatu di luar
Eksternal organisasi atau negara.

Adapun sumber informasi dalam pengumpulan data penelitian adalah


subjek penelitian, Subjek penelitian kerap juga disebut responden, yaitu orang
yang memberi respons atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya. Di
kalangan peneliti kualitatif, subjek penelitian disebut juga dengan istilah
informan, yaitu orang yang memberikan informasi tentang data yang diinginkan
peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dijalankan.
Penentuan subjek penelitian dapat dilakukan dengan cara populasi dan
sampel. Cara populasi dilakukan jika pengambilan subjek penelitian mencakup
seluruh populasi. Sementara itu, cara sampel dilakukan ketika pengambilan
subjek penelitian menggunakan sebagian dari populasi. Dalam praktiknya,
peneliti cenderung menggunakan sampel sebagai subjek yang ingin diteliti.
Penelitian kualitatif pada umumnya jarang menggunakan sampel sebagai
subjek penelitiannya. Hal ini disebabkan jumlah subjek yang menjadi informan
dalam penelitian kualitatif relatif sedikit jika dibandingkan dengan penelitian
kuantitatif.
Penggunaan sampel dalam penelitian diperbolehkan selama sampel tersebut
dapat mewakili populasinya dengan baik dan selama teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan benar. Oleh karena itu, pemilihan sampel penelitian tidak
dapat dilakukan secara sembarangan. Pengambilan sampel bisa dilakukan secara
acak (probabilitas) dan tidak acak (nonprobabilitas).
b. Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data di lapangan yang akan
digunakan untuk menjawab permasalahan Penelitian. Mengumpulkan data dan
kemudian mengolahnya bukanlah pekerjaan yang mudah. Pekerjaan ini
membutuhkan ketelitian dan ketekunan. Apabila data yang didapatkan salah
atau tidak sesuai, hasilnya pun akan salah atau tidak memenuhi persyaratan data
yang sahih atau benar. Akibatnya, terjadi pengulangan pengumpulan data.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan data, antara
lain sebagai berikut.
1) Survei
Survei adalah metode pengumpulan data dan informasi dari subJek
penelitian dengan menggunakan instrumen berupa angket atau kuesioner.
Angket adalah sebuah instrumen yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data dengan menyebarkan sejumlah daftar pertanyaan
untuk duawab responden. Dari jawaban responden tersebut, peneliti
memperoleh data, seperti pendapat dan sikap responden terhadap masalah
yang sedang diteliti. Angket yang digunakan harus benar-benar mewakili
apa yang menpdi tujuan penelitıan.
Berikut ini langkah-langkah untuk menyusun angket.
a) Merumuskan tujuan yang akan dicapai.
b) Mengidentifikasikan variabel yang akan dipdikan sasaran.
c) Menyebarkan setiap variabel menjadi subvariabel yang lebih spesifik dan
tunggal (jawaban variabel).
d) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus menentukan
teknik analisisnya.
Sebagian beşar penelitian menggunakan angket sebagai instrumen yang
dipilih untuk mengumpulkan data. Hal ini karena angket memiliki
kelebihan dibandingkan instrumen pengumpulan data lainnya.
2) Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dalam bentuk
komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Komunikasi tersebut
berlangsung dalam bentuk tanya jawab sambil bertatap muka antara peneliti
dan responden. Untuk mendapatkan data melalui wawancara, seorang
peneliti perlu melakukan persiapan yang matang, salah satunya adatah
dengan mempersiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada
responden. Pewawancarajuga sebaiknya menggunakan sejumlah alat bantu,
seperti alat tulis dan alat perekam suara.
Wawancara dapat dibedakan sebagai berikut.
a) Wawancara tidak berstruktur, yaitu wawancara yangtelah hanya memuat
garis-garis beşar pertanyaan yang dipersiapkan. Dalam jenis wawancara
ini, kreativitas pewawancara sangat diperlukan karena hasil wawancara
lebih banyak tergantung dari pewawancara sendiri. Jenis wawancara ini
cocok untuk penelitian kasus.
b) Wawancara berstruktur, yaitu wawancara yang disusun secara terperinci,
seperti halnya kuesionen Wawancara terstruktur terdiri dari sederetan
pertanyaan dengan jawaban responden dibatasi pada beberapa alternatif
jawaban tertentu. Pewawancara memberikan tanda centang (v) pada
pilihan jawaban yang telah tersedia.

3) Observasi
Observasi adalah aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara
Sistematis. Observasi bertujuan untuk memperoleh data secara langsung
dari lapangan. Melalui observasi, peneliti dapat memperoleh gambaran
tentang kehidupan sosial suatu masyarakat yang sulit diketahui dengan
metode lainnya. Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman
pendengaran, peraba, dan pengecap. Semua kegiatan ini dinamakan
observasi atau pengamatan langsung.
Observasi dapat dibedakan sebagai berikut.
a) Observasi Partisipasi
Dalam observasi partisipasi (participant observation), peneliti ikut
terlibat dalam kegiatan yang sedang diamatinya sehingga memperoleh
data yang sebenarnya. Jenis observasi ini banyak dilakukan dalam
penelitian antropologis.
b) Observasi Simulasi
Dalam melakukan observasi simulasi, peneliti diharapkan dapat
mensimulasikan keinginannya kepada responden. Dengan ini,
responden dapat memberikan informasi yang sesuai dengan keinginan
peneliti. Dalam melakukan observasi, selain menggunakan peralatan
untuk mencatatn digunakan pula beberapa alat, seperti kamera dan
perekam suara sehingga banyak objek pengamatan dapat direkam
sehingga pengumpulan data menjadi lebih akurat.
4) Diskusi Kelompok Terpumpun
Diskusi kelompok terpumpun (Focus Group Discussion) adalah cara
pengumpulan data dengan menggunakan sebuah forum diskusi dengan
tema-tema yang telah dipersiapkan oleh peneliti sejak awal, Tujuan utama
teknik pengumpulan data ini adalah menggali lebih mendalam dat-data
tentang fokus penilaian dan mengonfirmasi data-data lapangan, Dalam
pelaksanaan diskusi kelompok terpumpun. peneliti tetap harus
mempersiapkan tematema yang akan dijadikan bahan diskusi.
5) Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan kegiatan pengumpulan data dan
informasi yang memuat berbagai ragam kajian teori yang sangat dibutuhkan
peneliti. Studi kepustakaan dapat dilakukan dari berbagai sumber. seperti
buku, koran, majalah, naskahi catatan sejarah. arsip, laporan penelitian
terdahulu, rekaman berita dari radio, televisi, dan media elektronik lainnya.
Pengumpulan data melalui metode studi kepustakaan memiliki
beberapa kelemahan sebagai berikut.
a) Data yang diperoleh mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan
penelitian karena dikumpulkan oleh orang lain.
b) Sulit menilai akurasi data yang disajikan.
c) Data tidak terlalu relevan dengan situasi saat ini.
Namun, penggunaan metode ini memiliki kelebihan, yaitu lebih murah
dan praktis. Beberapa manfaat metode studi kepustakaan bagi seorang
peneliti antara lain sebagai berikut.
a) Menggali teori-teori dasar dan konsep yang telah ditemukan oleh para
peneliti terdahulu.
b) Mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang yang akan diteliti.
c) Memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang dipilih.
d) Memanfaatkan data sekunder.
e) Menghindarkan duplikasi penelitian.
c. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan masih dalam bentuk data mentah. Agar dapat
data mentah tersebut lebih berguna dalam prose penelitian, data-data tersebut
perlu diolah dan dianalisis. Proses tersebut bertujuan menyederhanakan data
lapangan yang kompleks ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca. Ada
perbedaan proses pengolahan dan analisis data pada penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif.
1) Pengolahan dan analisis data pada penelitian kuantitatif
Pada penelitan kuantitatif, analisis data pada umumnya dilakukan
dengan menggunakan metode statistik. Selain itu, pengolahan data
dilakukan ketika seluruh data sudah terkumpul. Kegiatan pengolahan data,
antara lain editing dan coding.
Data yang telah diedit dan diolah tadi kemudian diorganisasikan
melalui tabulasi. Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data yang diperoleh
dari lapangan ke dalam bentuk tabel. Tabulasi dapat dilakukan berdasarkan
frekuensi data atau kelas data.
Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menyajikan data. Terdapat
beberapa bentuk penyajian data, di antaranya adalah tabel dan grafik.
Penyajian data dilakukan untuk menganalis masalah agar mudah dicari
pemecahannya.
Langkah berikutnya adalah menganalisis data. Terdapat dua fungsi
analisis data secara statistik, yaitu statistik deskriptif dan statistik
inferensial. Statistik deskriptif bermanfaat untuk membantu peneliti
mengkomunikasikan informasi tentang data numerik. Sementara itu,
statistik inferensial membantu peneliti dalam membuat kesimpulan apakah
suatu pernyataan dapat dibuat terkait dengan populasi dari mana sampel
penelitian diambil.
2) Pengolahan dan analisis data pada penelitian kualitatif
Pada penelitian yang bersifat kualitatif, pengolahan data dilakukan
dengan metode nonstatistik, yaitu melalui pengaturan data secara logis dan
sistematis. Pengolahan data sudah mulai dilakukan sejak awal peneliti
terjun ke lapangan hingga akhir penelitian.
a) Pengolahan Data Sesuai dengan Tema
Pengolahan data sesuai dengan tema diawali dengan coding.
Coding adalah proses menganalisis,memerinci, mengonseptualisasikan,
dan menyusun data. Kegiatan ini merupakan proses sentral yang
membentuk teori-teori dari data. Kode dapat berupa kata atau frasa
pendek untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan meringkas data.
Coding akan membawa peneliti pada beberapa kategori. Kategori-
kategori tersebut kemudian mengarahkan peneliti pada tema tertentu
yang pada akhirnya mengantarkannya pada suatu kesimpulan berupa
sebuah teori.
b) Pengolahan Data Sesuai dengan Konteks
Pada hakikatnya, konteks adalah situasi yang berhubungan dengan
suatu kejadian. Dalam penelitian kualitatit peneliti melibatkan diri
secara langsung dalam fenomena yang diteliti. Setiap fenomena
merupakan sesuatu yang unik dan berbeda dengan fenomena lain
karena terdapat perbedaan konteks. Oleh karena itu, peneliti
diharapkan untuk selalu memusatkan perhatian pada kenyataan atau
kejadian dalam konteks yang diteliti.
Data kualitatif sebagian besar berbentuk teks atau narasi untuk
mendeskripsikan kejadian atau fenomena yang diteliti. Dalam
mengolah data teks tersebut, peneliti tidak boleh memisahkan data dan
informasi terlepas dari konteksnya, baik konteks sosial, historis,
maupun waktu. Data dan informasi dari lapangan akan memberikan
makna yang lebih mendalamjika dilihat dalam konteksnya
masingmasing. Oleh karena itu, dalam menginterpretasikan data,
seorang peneliti harus peka dalam memahami konteks suatu data.
c) Penyajian Data dalam Bentuk Narasi
Data kuaiitatif dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, gamban
atau narasi. Narasi adalah cara penyajian data dengan menggunakan
kata-kata atau kalimat. Penyajian data menggunakan teks banyak
ditemukan dalam naskahnaskah etnografri.
Penyajian data dengan teks hendaknya menggunakan ragam bahasa
ilmiah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa ilmiahp
antara lain mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku, menggunakan kata-
kata dalam arti denotatif, menggunakan kalimat yang efektif, dan
menghindari penggunaan kalimat yang bermakna ganda atau ambigu.
d) Penginterpretasian Data
Dengan melakukan interpretasi data, peneliti dapat memberi arti
yang lebih luas dari berbagai penemuan yang diperoleh dari
pengamatan di lapangan. Dalam menginterpretasikan data, seorang
peneliti perlu mengambil jarak terhadap data supaya hasil interpretasi
menjadi objektif. Interpretasi harus dilakukan dengan hati-hati karena
kualitas suatu penelitian akan sangat tergantung dari kualitas
interpretasi yang dibuat peneliti terhadap data.
Interpretasi data memiliki dua aspek penting, yaitu untuk
menghubungkan hasil suatu penelitian dengan penemuan pada
penelitian lainnya dan untuk menghasilkan suatu konsep yang bersifat
menjelaskan. Terdapat beberapa teknik yang dapat dipraktikkan dalam
menginterpretasikan data, yaitu sebagai berikut.
1) Memperluas hasil analisis dengan mengajukan pertanyaan tentang
hubungan dan perbedaan antara hasil analisis, penyebab, dan
implikasi dari hasil analisis sebelumnya.
2) Menghubungkan temuan yang diperoleh deri hasil pengumpulan
data di lapangan dengen pengalaman pribadi.
3) Memberikan pandangan kritis dari hasil analisis yang dilakukan.
4) Menghubungkan hasil-hasil analisisdengan teorj-teori yang sesuai
dengan topik penelitian.
d. Menarik Kesimpulan
Kesimpulan merupakan pernyataan singkat, jelas, dan sistematis dari
keseluruhan hasil analisis, pembahasan, dan pengujian hipotesis dalam sebuah
penelitian. Penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhir dari kegiatan
penelitian. Pada tahap ini, kegiatan penelitian telah selesai dan tinggal
mencocokkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Jika hasil penelitian
tidak sesuai dengan hipotesis, bukan berarti penelitian yang dilakukan salah
atau gagal, melainkan hipotesis tersebut mungkin tidak berlaku dalam
penelitian yang telah dijalankan.
Sebuah kesimpulan ilmiah harus didasarkan pada hasil penelitian karena
pada bagian ini peneliti berusaha memberikan jawaban atas pertanyaan masalah
penelitian. Dalam menarik kesimpulan, peneliti dapat menggunakan logika
deduktif dan induktif.
Kesimpulan dengan logika deduktif atau umum-khusus merupakan proses
berpikiryang dimulai dari sesuatu hal yang umum ke hal-hal yang khusus.
Proses pengambilan keputusan ini dilakukan untuk penelitian dengan
pendekatan kuantitatif. Pengambilan kesimpulan dimulai dengan teori yang
digunakan, kemudian teori tersebut dikaitkan dengan data yang diperoleh
sehingga peneliti memperoleh kesimpulan.
Kesimpulan dengan logika induktif dimulai dari sesuatu hal yang spesifik
sehingga dapat dilihat pola yang terjadi dan pola ini akan menjadi kesimpulan
bagi sebuah penelitian. Proses logika berpikir ini dapat digunakan untuk
penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Dalam menyimpulkan hasil pengolahan data dan informasi, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan. Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah tabel
berikut ini.
Tabel 1.8 Perbedaan Kesimpulan Baik dan Kesimpulan Kurang Baik
Kesimpulan yang Baik Kesimpulan yang Kurang Baik
Kesimpulan bukan sekedar ringkasan, Kesimpulan meringkas atau membuat
melainkan harus mengandung saran kalimat baru dari bagian sebelumnya.
usulan penerapan.
Kesimpulan harus ditulis dengan Kesimpulan disusun secara terburu-
urutan yang sistematis dan singkat. buru.
Kesimpulan harus dapat berdiri sendiri Kesimpulan menyajikan data baru yang
sebagai suatu karangan. Kesimpulan tidak disinggung pada bagian-bagian
harus mengandung bagian-bagian inti, terdahulu.
seperti pembuaka, isi, dan penutup.

Kesimpulan biasanya diikuti dengan saran. Saran merupakan usul atau


pendapat dari seorang peneliti yang berkaitan dengan pemecahan masalah yang
menjadi objek penelitian ataupun kemungkinan penelitian lanjutan.
3. Penyususnan Laporan Penelitian
Membuat laporan penelitian adalah proses menyusun hasil penelitian dalam
bentuk laporan. Agar hasil penelitian dapat diketahui orang Iain, seorang peneliti
dituntut untuk menyusun hasil penelitiannya ke dalam bentuk laparan penelitian.
Dengan demikian, orang Iain dapat mengevaluasi hasil penelitian tersebut.
Sebelum membuat laporan penelitian, terlebih dahulu Anda harus memahami
syarat-syarat penulisan laporan, antara Iain sebagai berikut.
a. Penulis laporan harus mengetahui kepada siapa laporan itu akan ditujukan.
Contohnya, untuk sponsor, mahasiswa, atau masyarakat umum. Perlu diingat
bahwa teknis penulisan untuk makalah atau media massa memiliki aturan yang
berbeda dengan penulisan sebuah laporan penelitian, meski tema yang diangkat
sama.
b. Laporan penelitian harus ditulis secara lengkap. Hal ini penting karena pembaca
laporan tidak mengikuti kegiatan penelitian mulai dari awal hingga akhiL
c. Dalam mengemukakan hasil penelitian, peneliti harus menggunakan bahasa yang
komunikatif sehingga dapat dipahami pembaca dengan berbagai latar belakang
pengetahuan dan pengalaman.
d. Laporan penelitian merupakan elemen penting dalam proses kemajuan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itut peneliti harus menuliskan laporan penelitian dan
saran dengan jelas baik, benar, dan sistematis sehingga mampu meyakinkan
pembaca.
Laporan penelitian merupakan karya ilmiah. untuk itu, penulisan laporan
penelitian harus mengikuti aturan penulisan ilmiah. Secara umum, laporan penelitian
terdiri atas tiga bagian besar, yakni pendahuluan, isi atau badan laporan, dan
penutup. Struktur penulisan dalam penulisan laporan penelitian ilmiah menurut Borg
dan Gall adalah sebagai berikut
a. Bagian Pendahuluan (Preliminary Materials)
Dalam bagian init peneliti menjelaskan sistematika Penulisan agar pembaca
dapat diajak mempelajari garis besar isi laporan penelitian dan mengikuti
laporan tersebut dengan mudah. Bagian ini terdiri atas beberapa subbagian
berikut.
1. Halaman judul
Halaman ini mencantumkan judul penelitian, penyusun, nama lembaga,
nama tempat, dan tahun penyusunan.
2. Kata pengantar
Dalam kata pengantar diuraikan tujuan penelitian, masalah yang dihadapi,
siapa yang memberi sponsor, dan ucapan terima kasih kepada pihak yang
telah memberikan bantuan.
3. Daftar isi
Daftar isi menunjukkan bagian-bagian dari laporan sehingga hubungan
antara satu bagian dan bagian Iainnya dapat dilihat. Tiap-tiap bab atau
subbab dicantumkan dengan jelas sesuai dengan urutan dalam nomor
halamannya, demikian pula lampiran-lampiran.
4. Daftar tabel, gambar, dan grafik
Daftar ini memuat judul-judul tabel/gambar/grafik yang ada dalam laporan
tersebut. Daftar ini disusun berurutan sesuai nomor pada tiap
tabel/gambar/grafik.
b. Isi Laporan (Body of Paper)
Bagian ini memuat uraian tentang proses penelitian dan hasilnya. Bagian ini
harus mampu menggambarkan pola berpikir ilmiah dalam keseluruhan proses
penelitian. Bagian isi meliputi bab-bab berikut:
1) Bab pendahuluan
Bagian ini terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian secara umum,
dan kegunaan penelitian.
2) Bab kerangka teoretis/tinjauan pustaka
Bab ini berisi pengkajian teori yang dipergunakan, pembahasan penelitian,
penyusunan kerangka berpikir, dan perumusan hipotesis.
3) Bab metodologi penelitian
Bab ini menerangkan tentang tujuan penelitian secara operasional, tempat
dan waktu penelitian, metode penelitian, pendekatan penelitian, dan jenis
penelitian. Metodologi penelitian biasanya telah disajikan dalam rancangan
penelitian.
4) Bab hasil penelitian dan pembahasan
Bab ini merupakan inti laporan penelitian Yang ingin diketahui Oleh
Pembaca. Pada bagian ini, peneliti menguraikan tentang variabel Yang
diteliti, validitas instrumen penelitian dan proses pengumpulan datat teknik
analisis, kesimpulan analisis data, penafsiran kesimpulan analisis data, dan
kesimpulan pengujian hipotesis.
Jika penelitian merupakan penelitian kualitatiĹ pembahasan adalah tema-
tema yang terkait dengan pertanyaan penelitian. Jika penelitian merupakan
penelitian kuantitatif, pembahasan adalah hasil uji hipotesis.
5) Bab kesimpulan dan saran
Bagian ini berisi deskripsi singkat mengenai masalah hipotesis dan hasil
penelitian, kesimpulan penelitian dari seluruh aspek tersebut, serta
pengajuan saran.
Kesimpulan harus dibuat singkat, padat, danjelas, Adapun saran hendaknya
dibuat untuk implikasi teoritis, praktis, dan kegunaan bagi peneliti lanjut.
c. Bagian Penutup
Bagian penutup meliputi bahan-bahan penunjang seperti berikut.
1) Daftar pustaka
Pada bagian ini disebutkan semua buku (sumber) yang digunakan sebagai
penunjang dalam penulisan dan pelaksanaan penelitian. Hal-hal yang perlu
dikemukakan adalah nama penulis, tahun penerbitan, judul buku, tempat
penerbitan, dan nama penerbit. Contoh:
Bryman, Alan. 2012. Social Research Methods. New York: Oxford University
Press.
2) Lampiran
Lampiran memuat hal-hal yang perlu diketahui pembaca, meliputi format
kuesioner, wawancara, atau pengamatan, dan dokumen penting, seperti foto
atau naskah tertentu.
3) Indeks
Bagian ini berisi daftar kata, istilah, atau nama yang ada di dalam laporan.
Indeks biasanya disusun menurut abjad.

4. Mempresentasikan Laporan Penelitian


Laporan hasil penelitian yang telah selesai disusun sebaiknya dipresentasikan
dalam forum diskusi kelas. Tujuan dari kegiatan diskusi adalah untuk memperkuat isi
laporan sebelum laporan hasil penelitian dipresentasikan kepada kalangan yang lebih
luas melalui kegiatan publikasi, Melalui diskusi, peneliti berpeluang memperoleh
banyak masukan tentang laporan Penelitian yang telah disusunnya. Dengan
demikian, laporan penelitian yang akan dipublikasikan adalah benar-benar laporan
penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada umumnya, terdapat tiga jenis
diskusi, seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1.9 Jenis-Jenis Diskusi
Jenis Diskusi Uraian
Diskusi Panel Diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
membahas satu topik yang menjadi perhatian umum. Dalam
diskusi ini, biasanya dihadirkan beberapa pakar. Peserta
diberikan kesempatan untuk bertanya.
Simposium Pertemuan yang diselengarakan untuk membahas prasaran-
prasaran mengenai suatu masalah. Simposium menghadirkan
beberapa pembicara dengan tinjauan yang berbeda-beda.
Diskusi dilakukan setelah masing-masing pembicara
mengemukakan pendapatnya.
Seminar Penemuan atau persidangan untuk membahas suatu masalah
di bawah pimpinan ketua sidang. Ketua sidang ini biasanya
seorang pakar yang memiliki kompetensi di bidangnya.
Seminar biasanya diakhiri dengan kesimpulan pendapat yang
mewakili semua peserta.
Sebelum menyajikan sebuah presentasi, terlebih dahulu Anda harus
mempersiapkan beberapa hal berikut.
a. Mengetahui tujuan presentasi.
b. Mengetahui waktu yang disediakan.
c. Menjaga mental agar tidak gugup saat presentasi.
d. Memeriksa lokasi dan peralatan presentasi.
Saat pelaksanaan presentasi, presentator haruS memperhatikan teknik presentasi
berikut.
1) Menciptakan suasana yang santai tetapi tetap serius.
2) Menjaga kontak mata dengan peserta diskusi.
3) Memberi penekanan pada kata kunci yang dianggap penting.
4) Melontarkan pertanyaan untuk memancing partisipasi peserta diskusi.
5) Memberikan waktu bagi peserta diskusi untuk menyampaikan pertanyaan dan
masukan.
Menyajikan presentasi dengan menggunakan media audio-visual dapat dilakukan
dengan memanfaatkan berbagai macam sarana. Contohnya, menggunakan program
Microsoft PowerPoint. Melalui fasilitas ini, Anda pun tetap dapat menganimasikan
teks, menyisipkan foto, video, dan suara.
Setelah melakukan presentasi, lakukan evaluasi. Baca dan periksa kembali catatan
mengenai saran dan kritik dari peserta diskusi. Berdasarkan saran dan kritik tersebut,
Anda dapat melakukan perbaikan laporan hasil penelitian Anda.

5. Publikasi Laporan Penelitian


Memublikasikan laporan hasil penelitian adalah kegiatan yang penting dalam
rangkaian proses penelitian social. Melalui kegiatan tersebutt berbagai penemuan
hasil dari penelitian dapat diketahui oleh publik sehingga penelitian dapat
memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat.
Dalam publikasi laporan penelitian, ada beberapa pertimbangan etika yang harus
diperhatikan peneliti. Maylor dan Blackmon (2005) mengatakan bahwa dalam
publikasi hasil penelitian, peneliti hendaknya mempertimbangkan beberapa etika
penelitian berikut.
a. Menjaga privasi subjek penelitian dengan tidak memublikasikan informasi
pribadi dan rahasia.
b. Data dan hasil analisis penelitian dipublikasikan dengan jujur.
c. Berhati-hati dan teliti dalam menganalisis data untuk menjaga kualitas hasil
penelitian.
Publikasi laporan hasil penelitian dapat dilakukan melalui berbagai media, yaitu
media cetak dan media elektronik. Media cetak antara Iain buku, koran, majalah, dan
jurnal ilmiah. Adapun media elektronik antara Iain radio, TV, dan internet.
Laporan penelitian yang Anda buat dapat dimuat pada media cetak atau
elektronik milik sekolah, seperti koran sekolah, majalah sekolah, majalah dinding
sekolah, atau website sekolah. Tentunya, pemuatan laporan penelitian melalui media
milik sekolah harus melalui persetujuan pihak yang berwenang. Contohnya, kepala
sekolah atau guru.

“APA YANG KITA YAKINI, ITULAH YANG TERJADI”

“BAHAN AJAR WAJIB DI BAWA KETIKA PBM”

“TANDAI BAHAN AJAR DENGAN CARA YANG KAMU SUKA”

Anda mungkin juga menyukai