Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN SOSIAL MENGENAI LEDAKAN


PENDUDUK DI KECAMATAN NARMADA LOMBOK BARAT

MATA KULIAH: STATISTIK

DOSEN PENGAMPU:

IMA RAHMAWATI SUSHANTI, ST, M.MT

DISUSUN OLEH:

TRI PUTRI RAHMATILLAH 416130060

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH & KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam
kehidupan, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia
hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling
menghormati dan menghargai. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis
adalah tugas setiap manusia sehingga diharapkan tidak terjadinya berbagai permasalahan
sosial.
Permasalahan sosial di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari aspek demografisnya,
karena negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar
di dunia. Selain itu, penduduk Indonesia berbeda dengan negara berkembang lainnya,
yaitu terdiri dari banyak suku, adat kebiasaan dan budaya yang sangat beragam.
Permasalahan sosial pada dasarnya merupakan suatu kondisi kehidupan dalam
masyarakat yang tidak diinginkin atau suatu kondisi kehidupan yang menimbulkan
persoalan. Masalah sosial dapat terjadi karena adanya hambatan dalam pemenuhan
kebutuhan, akibat perubahan sosial ekonomi serta penggunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan atau menimbulkan persoalan,
maka menjadi hal yang wajar apabila seseorang berusaha untuk melakukan perbaikan
atau pemecahan masalah. Menurut Parrilo (1987:14) untuk memahami masalah sosial
perlu memahami empat komponen yaitu: (1) masalah itu bertahan untuk satu periode
waktu, (2) dirasakan dapat menyebabkan berbagai kerusakan fisik atau mental baik
individu maupun masyarakat, (3) merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau standar
sosial dari suatu atau beberapa sendi kehidupan masyarakat dan (4) menimbulkan
kebutuhan akan pemecahan. Agar dapat dilakukan pemecahan masalah sosial diperlukan
suatu langkah untuk memahami proses dan latar belakang timbulnya gejala tersebut.
Kepadatan penduduk merupakan salah satu faktor penyebab permasalahan sosial.
Kepadatan penduduk adalah perbandingan dari jumlah penduduk dibagi dengan luas
wilayahnya. Kepadatan penduduk mempengaruhi kondisi sosial budaya suatu daerah.
Semakin padat penduduk suatu daerah maka semakin banyak pula fasilitas umum yang
diperlukan, seperti jalan, perumahan, sanitasi, drainase, sekolah dan banyak fasilitas
lainnya.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar hal ini
dapat dilihat dari kondisi Indonesia menjadi negara dengan penduduk terbesar ke-4 di
dunia dengan jumlah penduduk mencapai 253,60 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk
yang sangat pesat di suatu wilayah baik kabupaten maupun kota tentunya dapat
menyebabkan ledakan penduduk ataupun kepadatan penduduk. Hal inilah yang dialami
oleh Kota Mataram. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan Kota Mataram sebagai pusat
pemerintahan dan berkumpulnya masyarakat dari berbagai kalangan, suku, dan ras
termasuk dari masyarakat kabupaten/kota yang ada di provinsi tersebut.
Kecamatan Narmada merupakan salah satu dari sepuluh kecamatan yang ada di
Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Di Kecamatan Narmada, selain terdapat
potensi juga terdapat suatu permasalahan baik dari aspek sosial, ekonomi maupun
lingkungan. Banyak permasalahan yang terjadi di Kecamatan Narmada, salah satunya
adalah permasalahan dalam aspek sosial. Sehingga sebagai upaya dalam mengidentifikasi
permasalahan sosial di Kecamatan Narmada, dilakukan peneletian mengenai
permasalahan sosial dan upaya dalam menangani permasalahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kondisi tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Narmada?
2. Bagaimana upaya penanggulangan tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan
Narmada Lombok Barat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi tingkat kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan
Narmada Lombok Barat.
2. Untuk mengetahui upaya penanggulangan pada tingkat kepadatan penduduk di
Kecamatan Narmada Lombok Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori
2.1.1 Sosial dan Permasalahan Sosial
Menurut Jones (2009), pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, baik kita
suka atau tidak, hampir semua yang kita lakukan dalam kehidupan kita berkaitan
dengan orang lain. Menurut Enda (2010), sosial adalah cara tentang bagaimana para
individu saling berhubungan. Sedangkan menurut Daryanto (1998), sosial merupakan
sesuatu yang menyangkut aspek hidup masyarakat.
Masalah sosial adalah masalah yang menyangkut kemasyarakat, baik individu
maupun kelompok. Suatu kejadian yang merupakan sorotan masyarakat juga belum
tentu merupakan masalah sosial (Soerjono, 1982: 318). Menurut Setiadi dan Kolip
(2010: 51), jika di dalam kehidupan sosial antara elemen satu dan elemen lainnya tidak
melaksanakan fungsi dan peranannya sesuai dengan nilai dan norma sosial yang
berlaku, maka keadaan tersebut disebut dengan ketidakteraturan sosial (patologi sosial).
Patologi sosial sebagai bagian dari kajian objek sosiologi sering disebut dengan
masalah sosial.
Masalah sosial dalam perspektif sosiologis sering disebut sebagai problem sosial
(social problems). Menurut Coleman, J.W dan Cressey, D.R. 1984, masalah sosial
merupakan dimensi atau aspek kajian yang sangat luas atau kompleks, dan dapat
ditinjau dari berbagai perspektif (sudut pandang atau teori). Suatu fenomena atau gejala
kehidupan dikatakan sebagai masalah sosial (social problem) adalah apabila: (1)
sesuatu yang dilakukan seseorang itu telah melanggar atau tidak sesuai dengan nilai-
norma yang dijunjung tinggi oleh kelompok; (2) sesuatu yang dilakukan individu atau
kelompok itu telah menyebabkan terjadinya disintegrasi kehidupan dalam kelompok;
dan (3) sesuatu yang dilakukan individu atau kelompok itu telah memunculkan
kegelisahan, ketidakbahagiaan individu lain dalam kelompok (Coleman, J.W dan
Cressey, D.R. 1984).
Menurut Parillo dalam Soetomo (1995), untuk dapat memahami pengertian
masalah sosial perlu diperhatikan empat hal, yaitu: (1) masalah itu bertahan untuk suatu
periode waktu tertentu; (2) dirasakan dapat menyebabkan beragam kerugian secara fisik
dan non fisik pada individu dan kelompok; (3) merupakan pelanggaran terhadap nilai
atau standar sosial atau sendi-sendi kehidupan masyarakat; dan (4) menuntut adanya
usaha untuk di cari pemecahannya.
Dalam hal ini, Soerjono Soekanto (Setiadi dan Kolip, 2010: 51) membuat
beberapa kriteria masalah sosial, antara lain:
1. Faktor ekonomi terdapat masalah kemiskinan, yang dalam hal ini kemiskinan
dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan struktural dan kemiskinan absolut.
2. Faktor biologis yang didalamnya terdapat persoalan yang harus dipecahkan seperti
masalah endemis atau penyakit menular sebagaimana terjadi dewasa ini, yaitu flu
burung, virus, SARS, HIV, dan penyakit kelamin yang menyerang di beberapa
daerah.
3. Faktor psikologis seperti depresi, stress, gangguan jiwa, gila, tekanan batin, dan
sebagainya.
4. Faktor sosial dan kebudayaan seperti perceraian, masalah kriminal, pelecehan
seksual, kenakalan remaja, konflik ras, krisis moneter, masalah kependudukan dan
sebagainya.
Masalah sosial yang hidup dalam masyarakat dapat diklasifikasikan kedalam
beberapa hal, yaitu: kemiskinan, kejahatan atau kriminalitas, disorganisasi keluarga,
peperangan, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat, masalah kependudukan,
masalah lingkungan dll.
Roucek dan Warren dalam Abdul Syani mengartikan masalah sosial sebagai
masalah yang melibatkan sejumlah besar manusia dengan cara-cara yang menghalangi
pemenuhan kehendak- kehendak biologis dan sosial yang ditetapkan mengikuti garis
yang disetujui masyarakat. Berbagai masalah sosial adalah sebagai berikut:
1. Kriminalitas
Kriminalitas adalah segala macam aktivitas yang di tentang masyarakat
karena melanggar huukum, sosial dan agama serta merugikan secara psikologis
ataupun ekonomis (Kartono : 1999).Tindakan kriminalitas biasanya terjadi pada
masyarakat yang sedang tergolong berubah terutama masyarakat kota yang banyak
tekanan.
2. Kemiskinan
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut
(Soekanto 1995).
3. Kependudukan
Kependudukan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan,
persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi kesejahteraan, yang
menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan
(UndangUndang No. 23 Tahun 2006). Untuk negara tertentu seperti indonesia,
telah melakukan berbagai upaya dalam rangka pengaturan jumlah penduduk
melalui program keluarga berencana juga transmigrasi.

4. Korupsi
Poerwadinata dalam kamus besar bahasa indonesia menyatakan korupsi
adalah perbuatan buruk seperti penggelapan uang dan menerima uang sogok.
Pendekatan terhadap korupsi dapat dilakukan secara sosiologis, normatif, polotik
maupun ekonomi.

5. Gelandangan
Istilah gelandangan yang berarti selalu berkeliaran/tidak mempunyai tempat
tinggal tetap (Suparlan 1995). Gelandangan sebagai suatu masalah sosial yang
terwujud diperkotaan disebabkan oleh kondisi. Adanya gelandangan di kota
bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah kota tetapi karena tekanan
ekonomi.

2.1.2 Penduduk dan Kepadatan Penduduk


2.1.2.1 Kepadatan
A. Definisi Kepadatan
Kesesakan (crowding) dan kepadatan (densitiy) merupakan fenomena
yang akan menimbulkan permasalahan bagi setiap negara di dunia di masa
yang akan datang.  Hal ini dikarenakan terbatasnya luas bumi dan potensi
sumber daya alam yang dapat  memenuhi kebutuhan hidup manusia,
sementara perkembangan jumlah manusia di  dunia tidak terbatas. Contoh
permasalahan sosial  yang nyata dalam perspektif psikologis dari kesesakan
dan kepadatan penduduk  adalah semakin banyaknya orang yang mengalami
stres dan berperilaku agresif  destruktif.
Kepadatan adalah hasil bagi jumlah objek terhadap luas daerah.
Dengan demikian satuan yang digunakan adalah satuan/luas daerah. Berikut
definisi kepadatan menurut beberapa ahli:
1. Kepadatan menurut Sundstrom (dalam Wrightsman & Deaux, 1981),
yaitu sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan.
2. Sejumlah individu yang berada disuatu ruang atau wilayah tertentu dan
lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFaring, 1978;
Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978).

B. Kategori Kepadatan
Kepadatan dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori. Holahan
(1982) menggolongkan kepadatan ke dalam dua kategori, yaitu:
1. Kepadatan spasial (spatial density), terjadi bila besar atau luas ruangan
diubah menjadi lebih kecil atau sempit sedangkan jumlah individu
tetap.
2. Kepadatan sosial (social density), terjadi bila jumlah individu ditambah
tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan sehingga
didapatkan kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya
individu.

Altman (1975) membagi kepadatan menjadi:


1. Kepadatan dalam (insidedensity), yaitu sejumlah individu yang berada
dalam suatu ruang atau tempat tinggal seperti kepadatan di dalam
rumah, kamar;
2. kepadatan luar (outsidedensity), yaitu sejumlah individu yang berada
pada suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim
di suatu wilayah pemukiman.

Jain (1987) menyatakan bahwa setiap wilayah pemukiman memiliki


tingkat kepadatan yang berbeda dengan jumlah unit rumah tinggal pada
setiap struktur hunian dan struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman.
sehingga suatu wilayah pemukiman dapat dikatakan mempunyai kepadatan
tinggi dan kepadatan rendah.
C. Akibat Kepadatan
Taylor (dalam Guilfford,1982) berpendapat bahwa lingkungan sekitar
dapat merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku
dan keadaan internal individu disuatu tempat tinggal. Rumah dan lingkungan
pemukiman yang memiliki situasi dan kondisi yang baik dan nyaman seperti
memiliki ruang yang cukup untuk kegiatan pribadi akan memberikan
kepuasan psikis pada individu yang menempatinya.
Menurut Heimstra dan Mc Farling (1978) kepadatan memberikan
akibat bagi manusia baik secara fisik, sosial maupun psikis. Akibat secara
fisik yaitu reaksi fisik yang dirasakan individu seperti peningkatan detak
jantung, tekanan darh dan penyakit fisik lain (Heimstra dan McFarling,1978).
Akibat secara sosial antara lain adanya masalah sosial yang terjadi dalam
masyarakat seperti    meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja
(Heimstra dan McFarling,1978; Gifford,1987).

Akibat psikis lain antara lain:


1. Stress, kepadatan tinggi menumbuhkan perasaan negative, rasa cemas,
stress (Jain, 1987) dan perubahan suasana hati (Holahan, 1982).
2. Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung
menarik diri dan kurang mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya
(Heimstra dan McFarling,1978; Holahan,1982; Gifford,1987).
3. Perilaku menolong, kepadatan tinggi menurunkan keinginan individu
untuk menolong atau member bantuan pada orang lain yang
membutuhkan, terutama orang yang tidak dikenal (Holahan,1982; Fisher
dkk., 1984).
4. Kemampuan mengerjakan tugas, situasi padat menurunkan kemampuan
individu untuk mengerjakan tugas-tugas pada saat tertentu
(Holahan,1982).
5. Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan
frustrasi dan kemarahan, serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku
agresi (Heimstra dan McFarling,1978; Holahan, 1982).

2.1.2.2 Penduduk
Menurut UUD 1945 Pasal26 ayat (2), penduduk adalah warga Negara
Indonesia dan orang asing bertempat tingal di Indonesia.Sementara yang bukan
penduduk adalah orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat
sementara atau sesuai denga visa. Penduduk merupakan semua orang yang
berdomosili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih
dan mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan dengan tujuan untuk menetap
(BPS, 2014 : 102).

Kependudukan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah, pertumbuhan,


persebaran, mobilitas, penyebaran, kualitas, kondisi kesejahteraan, yang
menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan
(UndangUndang No. 23 Tahun 2006) Kependudukan adalah hal ihwal yang
berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran,
perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta
ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara
kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan yang mengurangi jumlah
penduduk. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh empat komponen yaitu :
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), migrasi masuk, dan migrasi keluar
(Subri,2003:16).
Malthus juga mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat
dari bahan makanan. Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang
besar antara penduduk dan kebutuhan hidup. Dalil yang dikemukakan Malthus
yaitu bahwa jumlah penduduk cenderung untuk meningkat secara geometris
(deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil dapat meningkat secar arismatik
(deret hitung). Menurut pendapat Malthus ada faktor-faktor pencegah yangdapat
mengurangi kegoncangan dan kepincangan terhadap perbandingan antara
penduduk dan manusia yaitu dengan jalan :

a. Preventive cheks
Yaitu faktor-faktor yang dapat menghambat jumlah kelahiran yang
lazimnya dinamakan moral restraint. Termasuk didalamnya antara lain :
1) Penundaanmasa perkawinan
2) Mengendalikan hawa nafsu
3) Pantangan Kawain
b. Positive checks
Yaitu faktor-faktor yang menyebabkan bertambahnya kematian,
termasuk di dalamnya antara lain :
1) Bencana alam
2) Wabah Penyakit
3) Peperangan

2.2 Tinjauan Kebijakan


2.2.1 Penduduk
Menurut UU RI No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan
Pasal 3 ayat 1, Perkembangan kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas
penduduk, pengembangan kualitas penduduk serta pengarahan mobilitas penduduk
sebagai potensi sumber daya manusia agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa dan
ketahanan nasional serta dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi penduduk
dan mengangkat harkat dan martabat manusia dalam segala matra kependudukannya.
Menurut UU RI No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan
Pasal 4 ayat 1,Perkembanan kependudukan bertujuan untuk mewujudkan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, persebaran penduduk dengan
lingkungan hidup.
Menurut UU RI No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga sejahtera Pasal 10 ayat 1, Pemerintah menctapkan
kebijaksanaan pengendalian kuantitas penduduk yang diatur dengan peraturan
perundang-undangan.
UU RI No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan Pasal 10 ayat
2, Penetapan kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan pada
keserasian, keselarasan, dan kescimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan serta kondisi perkembangan sosial ekonomi dan sosial
budaya.
UU RI No. 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan Pasal 10 ayat
3, Kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berhubungan dengan penetapan
jumlah, struktur, dan komposisi, pertumbuhan dan persebaran penduduk yang ideal,
melalui upaya penurunan angka kematian, pengaturan kelahiran, dan pengarahan
mobilitas penduduk yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang
Perkembangan penduduk adalah Sebagai berikut :
PASAL 8
(1) Penetapan kebijakan Nasional perkembangan penduduk harus memperhatikan :
a. Pengendalian kualitas penduduk.’
b. Pengembangan Kualitas Penduduk,’
c. Pengarahan Mobilitas penduduk.

(2) Pengendalian Kuantitas penduduk sebagaimana dimaksudpada ayat (1) Huruf a


dilaksanakan melalui singkronisasi kebijakan kependudukan di tingkat nasional
dan daerah.
(3) Sinkronisasi kebijakan pengendalian kuantitas penduduk sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berhubungan dengan :

a. Penetapan perkiraan, jumlah, struktur, dan komposisi penduduk,’


b. Penurunan laju penduduk,dan,’
c. Persebaran penduduk.
PASAL 11

(2) Penyelenggaraan pengendalian kuantitas penduduk sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diLakukan sesui dengan daya dukung alam dan daya tampung
lingkungan melalui :
a. Pengendalian kelahiran,
b. Penurunan angka kematian,
c. Pengarahan mobilitas penduduk.

2.3 Penelitian Terdahulu


Dari data yang dihimpun, penelitian terdahulu yang secara spesifik mengkaji
mengenai fenomena kepadatan penduduk. Oleh karenanya kajian pustaka dalam
penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan studi kasus dan fenomena
permasalahan sosial.
Pertama, penelitian oleh Charis Christiani dan Pratiwi Tedjo Bambang Martono
yang berjudul “Analisis Dampak Kepadatan Penduduk Terhadap Kualitas Hidup
Masyarakat Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian dilakukan menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan tipe penelitian deskriptif dengan sumber data dari data
primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan
dan dokumentasi. Sedangkan analisa data dilakukan dengan analisa kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian yang memfokuskan mengenai kepadatan penduduk di Jawa
Tengah karena kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas hidup penduduknya.
Pada daerah dengan kepadatan yang tinggi, usaha peningkatan kualitas penduduk akan
lebih sulit dilakukan. Hal ini menimbulkan permasalahan sosial ekonomi, kesejahteraan.
Kedua, penelitian oleh Muh Mahdi Kharis yang berjudul “Pengaruh Faktor-Faktor
Kependudukan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pemalang”. Penelitian
yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana (S1) pada
program studi sarjana Fakultas Ekonomi di Universitas Diponegoro. Penelitian dilakukan
bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel pertumbuhan penduduk, tenaga kerja
dan rasio beban tanggungan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Pemalang. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Pengumpulan
data dilakukan dengan dokumentasi, yaitu mengumpulkan catatan-catatan/data-data yang
diperlukan sesuai penelitian yang akan dilakukan dari dinas/kantor/instansi atau lembaga
terkait.
Terakhir adalah penelitian oleh Wulan Pupita Sari yang berjudul “Analisa dan
Sistem Pengolahan Data Penduduk pada RT03/RW 06 Desa Cimalaka Kecamatan
Cimalaka Kabupaten Sumedang”. Penelitian yang diajukan guna menyelesaikan
persyaratan ujian akhir materi metodologi penelitian. Metode penelitian yang digunakan
adalah wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung mengenai hal
yang berkaitan dengan topik. Penelitian dilakukan bertujuan untuk menghasilkan
program aplikasi untuk mengolah data jumlah penduduk di wilayah tersebut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan digunakan metode dalam
pengumpulan data. Dalam penelitian ini digunakan metodologi kuantitatif dengan tipe
penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karakteristik
dari suatu gejala atau masalah yang diteliti. (Ulber Silalahi, 2009).

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini melalui studi
kepustakaan dan pengumpulan data-data sekunder/primer. Sedangkan untuk menganalisa
data digunakan analisa data kuantitatif dan kualitatif. Teknik Pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Studi kepustakaan, dimaksudkan untuk mendapatkan atau melengkapai data teori


yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang di teliti. Teori digunakan sebagai
pedoman untuk memperkuat informasi atau landasan dalam penulisan penelitian
2. Pengumpulan data secara sekunder dilakukan melalui pengambilan data dari instansi
pemerintah terkait, baik data dari Badan Pusat Statistik, Data dari Kantor Bappeda
dan data dari KCA (kecamatan dalam angka), baik dari data spasial maupun tabulasi
dari instansi terkait.
3. Pengumpulan data secara primer dilakukan dengan melakukan pengumpulan data
secara langsung yang berdasarkan hasil survey yang dilakukan di lapangan. Langkah
yang digunakan untuk mengumpulkan hasil data diantaranya adalah dengan
pengumpulan data menggunakan kuesioner (Quesioner). Pengumpulan data secara
kuesioner dilakukan untuk mengetahui pendapat masyarakat maupun partisipasi
masyarakat terhadap kepadatan penduduk di kawasan identifikasi.Kuesioner yang
dibagikan dalam melakukan identifikasi bersifat tertutup dan tidak memberikan
kebebasan bagi narasumber untuk menjawab, melainkan mempersiapkan pertanyaan
yang terkait data yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai di
lokasi identifikasi di Kecamatan Narmada.
3.2 Analisis Variabel dan Sub Variabel Terpilih

Tujuan Variabel Sub variabel


Untuk mengetahui Masalah Faktor - Kemiskinan

permasalahan sosial ekonomi - Pengangguran


Faktor - Penyakit jasmani
sosial yang ada di
biologis - Cacat
Kecamatan
Faktor - Gangguan jiwa
Narmada Lombok
psikologis - Depresi
Barat.
- Gila
Faktor - Kriminal
sosial dan - Kependudukan
kebudayaan - Perceraian
- Kenakalam remaja
- Konflik ras
- Pelecehan seksual

Pada tabel tersebut variabel yang diangkat merupakan permasalahan sosial di


Kecamatan Narmada dan permasalahan sosial tersebut memiliki 4 kategori sub variabel
yaitu faktor ekonomi (kemiskinan, kriminalitas), faktor biologis (cacat, penyakit
jasmani), faktor psikologis (gangguan jiwa, depresi, gila) dan faktor sosial & kebudayaan
(kriminal, kependudukan, perceraian, dll). Sehingga dari berbagai kategori dari sub
variabel tersebut, diangkat permasalahan mengenai masalah kependudukan berupa
kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan Narmada.

3.3 Desain Survey

Metode Analisa data


Data yang
Tujuan Variabel Sub variabel pengumpu- yang Output
diperlukan
lan data dilakukan
Untuk mengetahui Masalah Kependud - Kepadatan - Jumlah - Pengumpul - Analisa data - Terpenuhinya
permasalahan sosial ukan - Komposisi penduduk an data kualitatif dan suatu wilayah
sosial yang ada di - Komposisi dilakukan data dengan
Kecamatan dari secara kuantitatif kepadatan
Narmada Lombok penduduknya sekunder penduduk
Barat. (laki-laki dan dan primer yang rendah
perempuan)
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum


4.1.1 Geografis
Kecamatan Narmada adalah salah satu dari sepuluh Kecamatan yang ada di
Kabupaten Lombok Barat. Kecamatan Narmada memiliki luas wilayah 112,77 km 2.
Letak geografis Kecamatan Narmada yaitu sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Lingsar, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kediri dan Kuripan,
sebelah Barat berbatasan dengan Kota Mataram dan sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Lombok Tengah.
Dengan wilayah yang sangat luas Kecamatan Narmada dikenal sebagai pusat
daerah pertanian di Lombok Barat, baik pertanian tanaman pangan maupun pertanian
holtikultura. Letak Narmada juga sangat strategis karena menjadi penyambung antara
Kota Mataram dengan Kabupaten Lombok Tengah sehingga selain pertanian,
perdagangan juga berkembang sangat cepat di Kecamatan Narmada. Berikut gambar
peta batasan wilayah Kecamatan Narmada.

Gamb
ar 4.1 Peta Geografis Kecamatan Narmada Lombok Barat
4.1.2 Luas Wilayah dan Jarak
Kecamatan Narmada memiliki luas wilayah sebesar 112,77 km2, Kecamatan
Narmada terbagi terbagi dalam 21 Desa, dimana Desa Sesaot merupakan desa dengan
luas wilayah paling besar yaitu 37,03 km2. Sedangkan Desa Mekar Sari merupakan
Desa dengan Luas terkecil hanya seluas 0,65 km2.

Tabel 4.1 Luas Kecamatan Narmada Menurut Desa dan Jarak antara Ibukota
Kecamatan ke Desa-Desa di Kecamatan Narmada.

No Desa Luas (km2) Persentase Jarak (km)


1 Sembung 1,64 1,45 6,80
2 Badrain 1,59 1,41 5,30
3 Batu Kuta 1,63 1,45 2,50
4 Krama Jaya 1,01 0,90 2,50
5 Tanaq Beaq 3,21 2,85 3,00
6 Peresak 2,94 2,61 1,80
7 Keru 2,39 2,12 3,50
8 Sedau 8,44 7,48 5,30
9 Lebah Sempage 4,94 4,38 10,80
10 Sesaot 37,03 32,84 8,30
11 Suranadi 9,54 8,46 2,60
12 Selat 5,46 4,84 2,00
13 Nyur Lembang 1,83 1,62 1,10
14 Lembuak 1,20 1,06 0,00
15 Dasan Tereng 1,12 0,99 2,30
16 Gerimax Indah 3,23 2,86 2,30
17 Narmada 2,10 1,86 0,50
18 Golong 3,75 3,33 4,50
19 Pakuan 4,93 4,37 13,50
20 Buwun Sejati 14,14 12,54 85,00
21 Mekar Sari 0,65 0,58 3,50
Jumlah 112,77 100,00
Sumber Badan Pusat Statistik 2016

Dari tabel tersebut Desa Sesaot merupakan desa dengan wilayah terbesar yaitu
32,84 % dari total luas wilayah. Sedangkan Desa Mekar Sari merupakan desa dengan
luas terkecil yaitu 0,58 % dari total luas wilayah di Kecamatan Narmada. Berikut
diagram persentase luas wilayah masing-masing desa di Kecamatan Narmada.
1%
1%
1%
11%% Sembung Badrain
13% 3%3%
2% Batu Kuta Krama Jaya
4% Tanaq Beaq Peresak
7%
3% Keru Sedau
2% 4% Lebah Sempage Sesaot
3% Suranadi Selat
1%
1%
2% Nyur Lembang Lembuak
5% Dasan Tereng Gerimax Indah
Narmada Golong
8% Pakuan Buwun Sejati
33%
Mekar Sari

Gambar 4.2 Diagram Presentase Wilayah Setiap Desa Kecamatan Narmada

4.1.3 Iklim dan Curah Hujan


Dibandingkan dengan tahun 2015, hari hujan di Kecamatan Narmada pada tahun
2014 lebih banyak. Di awal tahun 2015 tercatat hari hujan mencapai 24 hari pada bulan
Januari. Pada bulan Mei hingga oktober 2015 sangat jarang hujan turun di Kecamatan
Narmada bahkan pada bulan Juli dan Agustus 2015 tidak turun hujan di Kecamatan
Narmada.
Disaat kemarau tiba, debit air di Kecamatan Narmada menjadi sangat kecil
sehingga mempengaruhi jumlah produksi air yang dikelola oleh perusahaan air minum
setempat, karena sebagian besar air yang berasal dari Narmada dialirkan ke semua
Kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Barat. Memasuki Oktober, hujan mulai
turun tercatat hanya 4 hari saja hujan turun selama Oktober dan pada pada bulan
selanjutnya yaitu November 2015 terjadi peningkatan jumlah hari hujan yang
signifikan.

Tabel 4.2 Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan di Kecamatan Narmada

No Desa Hari Hujan Curah Hujan (mm)


1 Januari 20 201
2 Februari 21 157
3 Maret 15 238
4 April 21 260
5 Mei 9 181
6 Juni 3 6
7 Juli 1 0
8 Agustus - -
9 September 2 1
10 Oktober 3 17
11 November 14 119
12 Desember 12 245
Rata-rata 10 119
Sumber data Badan Pusat Statistik 2016

4.1.4 Kependudukan
Penduduk selalu bertambah setiap tahunnya, tidak terkecuali di Kecamatan
Narmada. Jumlah penduduk dari 94.587 jiwa di tahun 2014 mengalami kenaikan
menjadi 96.052 jiwa pada tahun 2015. Desa Peresak memiliki jumlah penduduk
terbanyak. Sedangkan Desa yang paling sedikit penduduknya adalah Desa Mekar Sari.
Dilihat dari jenis kelaminnya, jumlah penduduk perempuan di setiap Desa di
Kecamatan Narmada lebih banyak ari laki-lakinya sehingga sex ratio setiap desa
dibawah 100.
Penduduk apabila bisa dikontrol dengan baik akan menjadi potensi bagi suatu
wilayah. Namun apabila tidak dapat dikendalikan, penduduk justru akan
menimbulkan masalah mulai dari kesenjangan sosial, kurangnya lapangan pekerjaan,
hingga ke kemiskinan yang akan meningkat. Akan baik apabila program KB dapat
digalakkan, utamanya untuk menjarangkan kelahiran. Berikut dapat dilihat jumlah
penduduk setiap desa berdasarkan jenis kelamin dan sex ratio.

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Narmada, Sex Ratio dan Kepadatan
Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Narmada

No Desa Laki-laki Perempua Sex Ratio Kepadatan (jiwa/km2)


n
1 Sembung 1.723 1.822 94,57 2.162
2 Badrain 1.933 2.042 94,66 2.500
3 Batu Kuta 1.760 1.860 94,62 2.221
4 Krama Jaya 2.126 2.240 94,91 4.323
5 Tanaq Beaq 2.472 2.605 94,89 1.582
6 Peresak 4.891 5.172 94,57 3.423
7 Keru 2.570 2.709 94,57 2.209
8 Sedau 2.228 2.354 94,65 543
9 Lebah Sempage 1.301 1.376 94,55 542
10 Sesaot 3.123 3.298 94,69 173
11 Suranadi 3.037 3.201 94,88 654
12 Selat 3.069 3.249 94,46 1.157
13 Nyur Lembang 1.668 1.757 94,93 1.872
14 Lembuak 3.799 4.007 94,81 6.505
15 Dasan Tereng 2.308 2.434 94,82 4.234
16 Gerimax Indah 2.107 2.229 94,53 1.342
17 Narmada 1.335 1.403 95,15 1.304
18 Golong 1.149 1.212 94,80 630
19 Pakuan 2.072 2.189 94,66 864
20 Buwun Sejati 1.374 1.449 94,82 200
21 Mekar Sari 681 718 94,85 2.152
Jumlah 46.726 49.326 94,73 852
Sumber Badan Pusat Statistik 2016

Berdasarkan tabel 3.3 Desa Lembuak adalah desa dengan kepadatan penduduk
paling tinggi yaitu 6.505 jiwa/km2. Sedangkan kepadatan penduduk paling rendah
adalah Desa Sesaot yaitu 173 jiwa/km2. Tinggi rendahnya kepadatan penduduk setiap
desa di Kecamatan Narmada dapat dilihat pada diagram batang berikut.

Kepadatan Penduduk
7000 6505
6000

5000
4323 4234
4000 3423
3000 2500
2162 2221 2209 2152
1872
2000 1582
1157 1342 1304
654 864
1000 543 542 630
173 200
0
i i
ng ain ta ya aq ak ru au ge ot ad lat ng ak ng ah da ng an ati ar
bu adr u ku a ja be eres Ke Sed pa esa ran Se ba bu tere ind rm a olo aku sej ar s
m B t q P m S em Lem an a x Na G P un ek
Se Ba Kram ana se Su rl m w
T h u s i M
e ba N y a
D Ge r Bu
L

Kepadatan Penduduk

Gambar 4.3 Diagram Tingkat Kepadatan Penduduk setiap Desa di Kecamatan


Narmada

4.1.5 Fasilitas atau Sarana


4.1.5.1 Pendidikan
Fasilitas pendidikan yang dapat diakses oleh masyarakat memegang peranan
penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pada tahun 2015, jumlah sekolah
yang tersedia di Kecamatan Narmada mencapai 69 sekolah yang terdiri dari SD
hingga SMA/SMK. Namun demikian dari 69 sekolah tersebut 50 diantaranya
merupakan Sekolah Dasar, SMP sebanyak 9 dan jumlah SMA/SMK yaitu 10 sekolah.
Terbatasnya ketersediaan sekolah negeri untuk menampung masyarakat yang
ingin bersekolah, membuat kehadiran sekolah swasta begitu penting. Sekolah swasta
yang didirikan di Kecamatan Narmada berupa madrasah yang memang berbasis
pendidikan Agama Islam. Pada tahun 2015, tercatat ada 13 madrasah Ibtida’yah, 14
madrasah Tsanawiyah dan 14 madrasah Aliyah. Berikut tabel jumlah sekolah di
Kecamatan Narmada.

Tabel 4.4 Jumlah Sekolah di Kecamatan Narmada Menurut Desa

No Desa TK SD/MI SMP/MTs SMA/MA


1 Sembung 1 2 1 -
2 Badrain - 1 1 1
3 Batu Kuta 1 2 1 -
4 Krama Jaya - 2 - -
5 Tanaq Beaq 1 4 1 -
6 Peresak - 3 - 1
7 Keru 1 2 - -
8 Sedau 1 5 3 -
9 Lebah Sempage - 3 1 1
10 Sesaot 1 2 1 -
11 Suranadi 1 4 - -
12 Selat 2 5 2 2
13 Nyur Lembang - 1 - 2
14 Lembuak 5 5 2 2
15 Dasan Tereng 1 2 1 -
16 Gerimax Indah - 2 - -
17 Narmada 2 3 1 1
18 Golong 1 4 2 1
19 Pakuan - 2 - -
20 Buwun Sejati - 3 1 1
21 Mekar Sari - 1 - -
Total 18 50 15 11
Sumber Kecamatan Narmada dalam Angka 2016

4.1.5.2 Kesehatan
Kecamatan Narmada memiliki 2 unit puskesmas yang berada di Desa Lembuak
dan Desa Sedau. Tak hanya itu, 8 unit puskesmas pembantu juga dibangun di Desa
Sembung, Krama Jaya, Tanaq Beak, Peresak, Suranadi, Lembuak, Dasan Tereng dan
Pakuan.
Jarak antara satu desa dengan lainnya tidak begitu jauh dan sarana transportasi
dapat dikatakan memadai, akan tetapi di setiap desa diusahakan memiliki fasilitas
pelayanan kesehatan. Untuk efisiensi dan efektifitas pelayanan, disetiap desa yang
berada di Kecamatan Narmada didirikan poskesdes. Berikut jumlah sarana kesehatan
di Kecamatan Narmada.

Tabel 4.5 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Narmada Dirinci Menurut


Desa

No Desa Puskesmas Puskesmas Pembantu Posyandu


1 Sembung - 1 9
2 Badrain - - -
3 Batu Kuta - - 4
4 Krama Jaya - 1 7
5 Tanaq Beaq - 1 7
6 Peresak - 1 6
7 Keru - - 6
8 Sedau 1 - 6
9 Lebah Sempage - - 7
10 Sesaot - - 6
11 Suranadi - 1 8
12 Selat - - 7
13 Nyur Lembang 1 - 4
14 Lembuak - 1 8
15 Dasan Tereng - 1 5
16 Gerimax Indah - - 6
17 Narmada - - 5
18 Golong - - 5
19 Pakuan - 1 5
20 Buwun Sejati - - 5
21 Mekar Sari - - 6
Total 2 8 123
Sumber Kecamatan Narmada dalam Angka 2016
4.1.5.3 Pertanian
Pembangunan ekonomi sektor pertanian bertujuan untuk meningkatkan
produksi pertanian dan pendapatan petani. Kecamatan Narmada sebagian besar
penduduknya bekerja di sektor pertanian, sehingga peningkatan pembangunan di
sektor ini akan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya menjadi lebih baik.
Untuk meningkatkan produksi pertanian tidak cukup hanya diperlukan tanah
yang subur, tetapi teknologi yang tepat, pengetahuan yang baik, teknik pengolahan,
pengairan dan pemeliharaan juga diperlukan. Gambaran mengenai keadaan pertanian
di Kecamatan Narmada pada tahun 2016 digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel 4.6 Produksi Tanaman Bahan Makanan di Kecamatan Narmada Tahun


2015

Komoditi Luas Tanam (Ha) Produksi (ton)


Padi 4.985 24.069
Jagung 30 236,30
Ubi Kayu 109,30 385,86
Ubi Jalar 6 27,22
Kacang Tanah 991 2.368,92
Kedelai 10 32
Sumber Kecamatan Narmada dalam Angka 2016

Berdasarkan tabel tersebut, luas lahan sawah sawah yang digunakan petani
untuk memproduksi komoditas utama selama tahun 2015 yaitu padi, jagung, ubi kayu,
ubi jalar, kacang tanah, dan kedelai. Produksi padi sebesar 24.069 ton dengan lahan
yang digunakan 4.985 Ha. Produksi jagung sebesar 236,30 ton dengan lahan yang
digunakan 30 Ha. Produksi ubi kayu sebesar385,86 ton dengan lahan yang digunakan
109 Ha. Produksi ubi jalar sebesar 27,22 ton dengan lahan yang digunakan 6 Ha.
Produksi kacang tanah sebesar 2.368,92 ton dengan lahan yang digunakan 991 Ha.
Produksi perkebunan yang dominan di Kecamatan Narmada adalah kelapa dan
kakao. Luas kelapa mencapai 259 Ha dengan produksi mencapai 235,32 ton per
tahun. Adapun kakao, luas areal tanamnya mencapai 200 Ha dengan produksi
mencapai 174,18 ton per tahun. Adapun komoditas perkebunan lainnya yang juga
potensi adalah jambu mete. Berikut ini tabel produksi tanaman perkebunan di
Kecamatan Narmada.
Tabel 4.7 Produksi Tanaman Perkebunan di Kecamatan Narmada Tahun 2015

Komoditi Luas Tanam (Ha) Produksi (ton)


Kelapa 259 235,32
Kopi 10 6,21
Kapuk 2 2,28
Kemiri 17 8,44
Jambu mete 67 21,34
Asam 35 7,67
Pinang 18 10,22
Jarak 6 2,60
Kakao 200 174,18
Cengkeh 1 1,86
Sumber Kecamatan Narmada dalam Angka 2016

4.1.5.4 Transportasi
Sarana perhubungan yang memadai mutlak diperlukan demi kelancaran tidak
hanya kegiatan perekonomian, namun juga sosial dan budaya. Sebagian besar sarana
jalan yang ada di Kecamatan Narmada sudah diperkeras. Sepeda motor masih
merupakan alat transportasi utama di Kecamatan Narmada. Berikut jumlah kendaraan
di Kecamatan Narmada menurut desa.

Tabel 4.8 Jumlah Kendaraan Bermotor Roda Dua dan Roda Empat di Kecamatan
Narmada menurut Desa

No Desa Roda Dua Roda Empat Jumlah


1 Sembung 136 14 150
2 Badrain ** ** **
3 Batu Kuta 99 10 109
4 Krama Jaya 102 10 112
5 Tanaq Beaq 127 14 141
6 Peresak 136 32 168
7 Keru 132 34 166
8 Sedau 112 10 122
9 Lebah Sempage 79 10 89
10 Sesaot 101 22 123
11 Suranadi 123 19 142
12 Selat 177 35 212
13 Nyur Lembang 54 24 78
14 Lembuak 167 80 247
15 Dasan Tereng 100 32 132
16 Gerimax Indah 145 20 165
17 Narmada 164 64 228
18 Golong 122 18 140
19 Pakuan 62 5 67
20 Buwun Sejati 60 8 68
21 Mekar Sari 98 12 110
Total 2.296 473 2.769
Sumber Kecamatan Narmada dalam Angka 2016

4.2 Pengolahan Data


Pertumbuhan penduduk setiap tahunnya pasti bertambah begitu pula di Kecamatan
Narmada. Penduduk apabila bisa dikontrol dengan baik akan menjadi potensi bagi suatu
wilayah. Namun apabila tidak dapat dikendalikan, penduduk justru akan menimbulkan
masalah mulai dari kesenjangan sosial, kurangnya lapangan pekerjaan, hingga ke
kemiskinan yang akan meningkat. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan
ledakan penduduk, hal ini sangat mempengaruhi kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan
penduduk dalam suatu wilayah tertentu. Berikut data dari jumlah penduduk setiap desa
berdasarkan jenis kelamin dan kepadatan penduduk.

Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Kecamatan Narmada Menurut Desa Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Kepadatan Penduduk

No Desa Laki- Perempuan Luas wilayah Kepadatan


laki (km2) (jiwa/km2)
1 Sembung 1.723 1.822 1,64 2.162
2 Badrain 1.933 2.042 1,59 2.500
3 Batu Kuta 1.760 1.860 1,63 2.221
4 Krama Jaya 2.126 2.240 1,01 4.323
5 Tanaq Beaq 2.472 2.605 3,21 1.582
6 Peresak 4.891 5.172 2,94 3.423
7 Keru 2.570 2.709 2,39 2.209
8 Sedau 2.228 2.354 8,44 543
9 Lebah Sempage 1.301 1.376 4,94 542
10 Sesaot 3.123 3.298 37,03 173
11 Suranadi 3.037 3.201 9,54 654
12 Selat 3.069 3.249 5,46 1.157
13 Nyur Lembang 1.668 1.757 1,83 1.872
14 Lembuak 3.799 4.007 1,20 6.505
15 Dasan Tereng 2.308 2.434 1,12 4.234
16 Gerimax Indah 2.107 2.229 3,23 1.342
17 Narmada 1.335 1.403 2,10 1.304
18 Golong 1.149 1.212 3,75 630
19 Pakuan 2.072 2.189 4,93 864
20 Buwun Sejati 1.374 1.449 14,14 200
21 Mekar Sari 681 718 0,65 2.152
Jumlah 46.726 49.326 112,77 852

Dari data jumlah penduduk tersebut, dilakukan pengolahan data menggunakan


SPSS (Statistikal Package for the Social Sciens) yang merupakan program aplikasi yang
memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada
lingkungan grafis dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kota dialog
yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami cara pengoperasiannya.

4.2.1 Analisis Kuantitatif


Berdasarkan hasil analisa menggunakan program SPSS dari kepadatan penduduk
di Kecamatan Narmada didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Analisis Program SPSS

Statistics

Jumlah_Penduduk Jumlah_Penduduk
Nama_Desa Jumlah_Penduduk _Laki_Laki _Perempuan Kepadatan_Penduduk

N Valid 21 21 21 21 21

Missing 0 0 0 0 0

Mean 4572.7143 2225.0476 2348.8571 1932.9524

Std. Error of Mean 434.56887 211.41650 223.47474 347.19727

Median 4336.0000 2107.0000 2229.0000 1582.0000

Mode 1399.00a 681.00a 718.00a 173.00a

Std. Deviation 1991.44476 968.83210 1024.08990 1591.05778


Variance 3965852.214 938635.648 1048760.129 2531464.848

Skewness 1.053 1.051 1.056 1.406

Std. Error of Skewness .501 .501 .501 .501

Kurtosis 1.675 1.657 1.678 2.144

Std. Error of Kurtosis .972 .972 .972 .972

Range 8664.00 4210.00 4454.00 6332.00

Minimum 1399.00 681.00 718.00 173.00

Maximum 10063.00 4891.00 5172.00 6505.00

Sum 96027.00 46726.00 49326.00 40592.00

Percentiles 10 2424.2000 1179.4000 1244.8000 268.4000

25 3121.5000 1521.0000 1603.0000 642.0000

50 4336.0000 2107.0000 2229.0000 1582.0000

75 5758.5000 2803.5000 2955.0000 2360.5000

90 7513.0000 3663.8000 3865.2000 4305.2000

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Berdasarkan tabel tersebut

4.2.2 Analisis Kualitatif

4.3 Interprestasi Hasil

Anda mungkin juga menyukai