PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu, selain itu juga manusia disebut
makhluk social, dimana manusia tidak akan lepas dari pengaruh lingkungannya. Manusia
memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan manusia lain atau disebut juga interaksi social. Interaksi social
merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan berdasarkan norma dan
nilai social yang berlaku dan diterapkan oleh masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma
yang berlaku interaksi social dapat berlangsung dengan baik.
Muhammmadiyah mengambil surat Al-Ma’un dalam Al-Qur’an sebagai dasar
untuk berjalan pada ranah social. Pembahasan mengenai teologi Al-Ma’un pun sering
digalakan. Hal tersebut sebagai telaah kritis terhadap gerakan sosial yang dilakukan
Muhammadiyah. Bias kita lihat juga bahwa Muhammadiyah memiliki banyak amal
usaha, mulai dari pondok anak yatim, sekolah/Lembaga Pendidikan, sampai Rumah Sakit
juga ada sebagai pengejawantahan dari interpretasi dari surat Al-Ma’un.
Muhammadiyah mempunyai cita-cita sosial, yaitu “kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat yang diridhoi Allah”. Dari sini kita ketahui bahwa
Muhammadiyah menghendaki terciptanya negara yang baik dan penuh akan ampunan
Allah. Inilah interpretasi dari ungkapan islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin.
Bagaimana kita lihat kemudian Muhammadiyahsejak didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan
sampai kepemimpinan yang sekarang masih berusaha untuk menjalin komunikasi yang
baik dan memberikan pelayanan sosial terhadap masyarakat, fakir miskin dan yatim
piatu.
Revitalisasi gerakan Muhammadiyah dapat dimaknai sebagai proses penguatan
kembali system paham dan jati diri sesuai dengan prinsip-prinsip ideal gerakan menuju
pada tercapainya kekuatan Muhammadiyah sebagai gerakan islam yang menjalankan
fungsi dakwah dan tajdid menuju terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi problematika sosial di Indonesia?
2. Bagaimana Ideologi Muhammadiyah di bidang pelayanan sosial?
3. Bagaimana perjuangan Muhammadiyah di bidang pelayanan sosial?
4. Apa saja Amal Usaha Muhammadiyah di bidang pelayanan sosial?
BAB II
PEMBAHASAN
Secara garis besar dari beberapa factor di atas dapat dibagi menjadi dua factor
penyebab terjadinya masalah sosial yaitu faktor structural dan factor kultural.
a. Faktor structural yaitu factor yang berhubungan dengan pola-pola interaksi antar
individu dalam hubungan bermasyarakat. Ketika terjadi perubahan, maka akan
ada dari masyarakat yang sangat siap, cukup siap, dan bahkan sama sekali tidak
siap dalam menerima perubahan tersebut. Kesiapan dan ketidaksiapan inilah
yang kemudian menyebabkan perbedaan dalam melakukan adaptasi dengan
lingkungan sosialnya. Jika mereka yang tidak siap menerima perubahan itu
adalah mayoritas dari sebuah masyarakat, maka akan timbul sebagai masalah
sosial.
b. Factor kultural yaitu bagaimana nilai-nilai yang tumbuh atau berkembang dalam
suatu kehidupan masyarakat. Di Negara Indonesia beberapa factor penting yang
mempengaruhi bangunan kultural diantaranya agama, nilai atau tradisi lokal dan
unsur global, ilmu penegtahuan, serta factor nrgara.
Kedua faktor yang secara umum inilah yang kemudian dalam prosesnya
mengalami pergeseran atau perubahan, sehingga memunculkan permasalahan
didalam masyarakat atau komunitas yang disebut sebagai problematika sosial.
c. Korupsi
Masalah sosial yang seringkali menjadi masalah yang menahun, dari tahun ke tahun
adalah korupsi yang menggunakan jabatan dengan memperkaya diri sendiri. Masalah ini
begitu pelik di alami Indonesia, bahkan pada saat ini masyarakat Indonesia seringkali di
hadapkan dengan para pejabat yang menggunakan kekayaan negara untuk keperluan
pribadi.
Pada tahun 2018 misalnya, kasus korupsi di Indonesia merajalela pada E-KTP yang
memberikan efek kejerahan atas kepercayaan masyarakat dengan Ketua DPR (Setya
Novanto), selain kasus tersebut banyak sekali kasus korupsi di Indonesia yang belum
tertangani secara tuntas, baru-baru ini kembali terjadi kasus korupsi yang melibatkan
direktur uatama Garuda Indonesia.
d. Kesenjangan hokum
Masalah lainnya yang menjadi sumber masalah adanya tentang ketidakberjalanan
hukum di Indonesia dengan pandangan hukum tajam ke bawah (masyarakat
bawah) dibandingkan dengan ke atas (pada masyarakat kaya). Pandangan tentang
peraturan hukum yang tidak berjalan sebagimana mestinya ini menjadi salah satu
sumber berlangsungnya masalah yang terjadi.
e. Pendidikan yang Rendah
Pendidikan rendah menjadi salah satu masalah yang sering terjadi di Indonesia,
masalah ini berhubungan erat dengan kamampuan masyarakat dalam kualitas
yang diberikan. Dengan pendidikan rendah masyarakat tidak bisa bersaing dengan
tenaga kerja di luar negari, bahkan bangsa ini identik sebagai pemasok PRT
(Pembantu Rumah Tangga) ketika bekerja di luar negeri.
f. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja menjadi salah satu masalah sosial yang seringterjadi di
Indonesia, masalah ini berakibat pada rusaknya mental remaja dalam menghadapi
perkembangan perubahan sosial yang tinggi. Generasi mudah yang sudah rusak
bahkan bisa menjadi ancaman yang berarti bagi Indonesia.
g. Perilaku Konsumtif
Bentuk masalah sosial lainnya adalah prilaku masyarakat yang konsumtif, prilaku
ini berkeiatan dengan keinginan masyarakat menggunakan barang/jasa secara
berlebihan tanpa memikirakam bagimana cara membuatnya. Umumnya
masyarakat Indonesia hobi dengan prilaku ini yang menyebab perekonomian
Indonesia bergantung pada perekonomian negara lain.
h. Kekurangmerataan Pembangunan
Terakhir, yang menjadi salah satu masalah sosial di Indonesia seringkali terjadi
adalah ketidakmerataan masyarakat dalam pembangunan. Daerah-daerah terpencil
di Indonesia bahkan sulit mengimbangi pembangunan pad daerah yang maju,
kondisi ini tentsuaja berakibat pada kehidupan masyarakat untuk melakukan
trasmigrasi, urbanisasi, dan mobilitas penduduk lainnya. Salah satu solusi yang
bisa diberikan adalah dengan terus menerus melakukan pemertaan pembangunan.
Pemerataan ini bisa menjadi simbul keadailan sosial bagi seluruh rakya Indonesia
B. Ideologi Muhammadiyah di Bidang Pelayanan Sosial
Dalam konteks Muhammadiyah Surah Al-Ma’un memiliki arti yang sangat
penting sebab menjadi landasan dasar dan spirit bagi lahirnya gerakan dakwah
Muhammadiyah dengan amal sosialnya. Surah Al-Ma’un mengajarkan bagaimana
meningkatkan spiritual personal dan spiritual sosial. Islam mengajarkan kita untuk
menyebarluaskan hal-hal yang bermanfaat dan mempunyai kemanfaatan, dalam surat Al-
Ma’un memuat bagaimana sikap kita untuk peduli terhadap sesama.
Al-Ma’un dalam konstruksi gerakan Muhammadiyah yang melekat dengan
kesejarahannya tidak dapat dimaknai lain kecuali sebagai ajaran amal. Islam tidak dibawa
melambung ke teologi kelam maupun tafsir utopis dan elitis yang cenderung abstrak dan
umum yang selama ini menjadi perdebatan kaum muslimin. Teologi Al-Ma’un
memberikan kesadaran kepada umat islam, terutama warga muhammadiyah, bahwa
ibadah ritual kepada Allah itu tidak ada artinya bila ternyata kita tidak bias merefleksikan
dalam wujud kesadaran kemanusiaan, seperti menolong fakir miskin dan anak yatim.
Pemikiran KH. Ahmad Dahlan tentang tauhid Al-Ma’un bagi muhammadiyah
ibarat senjata untuk mengabdikan diri kepada bangsa Indonesia. Karena tauhid Al-Ma’un
merupakan gerakan sosial kemasyarakatan yang berorientasi pada nilai-nilai
kemanusiaan. Muhammadiyah berpandangan bahwa gerakan kemanusiaan merupakan
kiprah dalam kehidupan bangsa dan Negara yang merupakan salah satu perwujudan dari
misi dan fungsi melaksanakan dakwah amar makruf nahi munkar sebagaimana telah
menjadi panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan setelah
kemerdekaan Indonesia.
Dengan memperhatikan dasar prinsip diatas, maka apapun yang diusahakan dan
bagaimanapun cara perjuangannya, Muhammadiyah harus mencapai tujuannya dengan
berpedoman: “Berpegang teguh dengan akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak
membangun di segala bidang dan lapangan dengan menggunkan cara serta menempuh
jalan yang diridhoi Allah SWT”. Artinya setiap usaha dan aktivitas dalam
Muhammadiyah perlu didasarkan pada niat untuk beribadah kepada Allah SWT.
Kemudian niat itu dikuatkan dengan merujuk kepada ajaran Allah SWT. Hukum dan
ajaran agama islam wajib dipegang teguh dan dijunjung tinggi. Tujuan yang baik harus
dicapai dengan cara serta usaha yang diridhoi Allah SWT. Muhammadiyah berjuang
tidak sekadar mencari berhasilnya tujuan semata-mata, tetapi disamping itu juga dengan
maksud beribadah, berbakti kepada Allah dan berjasa kepada kemanusiaan.
Muhammadiyah berjuang dengan keyakinan bahwa kemenangan ada di tangan Allah dan
itu akan dianugerahkan kepada siapa yang bersungguh-sungguh berjuang dengan cara
yanga dil dan jujur. 2
1
Sudibyo Markus, Gerakan Pembaharuan ke Gerakan Amal Usaha, (Adobe Reader, 2008).
2
Ahmad Dahlan, Buku Peringatan 40 Tahun Muhammadiyah, (Jakarta: 1952).
Pertanyaan mendasar yang perlu dikemukakan sekarang, apakah di era globalisasi
ini teologi Al-Maun masih sama, efektif, dan manjur sebagaimana yang diajarkan oleh
Kiai Ahmad Dahlan seabad yang lalu terhadap seabad berikutnya? Hal ini tentu akan
memberikan sebuah pemikiran dan tantangan tersendiri bagi gerakan Muhammadiyah
dalam perjuangannya di bidang ini. Perhatian terhadap golongan miskin dahulu sampai
sekarang tidak pernah berhenti. Dapat kita lihat berbagai usaha telah dilaksanakan baik
oleh mereka yang berdasarkan pandangan keagamaan, maupun bermotifkan rasa
kemanusiaan. Masalah kemiskinan, keterlantaran, yatim/piatu dan masalah sosial lainnya
semakin tidak berkurang, justru semakin meningkat, baik dilihat dari segi jumlah maupun
kompleksitasnya.3
Cara-cara tradisional dalam pengentasan kemiskinan terlihat tidak berdaya dan
kedodoran menghadapi sistem kapitalisme global dam pemiskinan struktural oleh negara
terhadap rakyatnya. Dompet Dhuafa menciptakan program Masyarakat Mandiri (MM) di
lebih dari 10 desa. Perjuangan lainnya, ratusan juta bahkan milyaran rupiah telah
dikeluarkan untuk melakukan pembinaan selama bertahun-tahun. Muhammadiyah juga
melakukan program pemberdayaan masyarakat miskin di beberapa tempat. Dalam satu
dasawarsa terakhir, sejak Muhammadiyah berada di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Din
Syamsudin sedang membangun tiga ranah pembaruan melengkapi tiga ranah
konvensional. Tiga ranah itu adalah Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sadaqah
Muhammadiyah (Lazismu), Muhammadiyah Disaster Management (MDMC), Majelis
Pemberdayaan Mayarakat (MPM).4 Dengan demikian, wajah filantropi sosial baru
memainkan peran sebagai agen perubahan di sektor sosial, dengan cara: mengadopsi misi
untuk menciptakan dan mempertahankan nilai sosial; mengakui dan terus-menerus
mengejar peluang baru untuk melayani misi tersebut; terlibat dalam proses inovasi yang
berkelanjutan, adaptasi, dan pembelajaran; dan bertindak berani tanpa dibatasi oleh
sumber daya yang ada di tangan saat ini. 5 Perjuangan baru tersebutlah yang kemudian
harusnya diperankan dengan baik dan cerdas oleh Muhammadiyah dalam bidang
pelayanan sosial. Namun perjungan muhammadiyah bukan sampai itu saja. Menurut
3
Joko Syahban, Ensiklopedia Muhammadiyah Edisi 4, hlm. 50.
4
Zakiyyudin Baidhawy, Islam Berkemajuan untuk Peradaban Dunia; The End Of Charity Remaking
Lazismu Menuju Filantropi Baru, hlm. 170.
5
Ibid., Hlm. 172.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, bagi Muhammadiyah,
peran pelayanan sosial bukan sekadar bersifat administratif maupun tugas-tugas rutin
yang sifatnya teknis. Tapi hal itu memiliki dimensi yang lebih taktis, yakni lebih berperan
untuk menyelesaikan dan memberikan solusi dalam masalah sosial di masyarakat.
“Peran yang kita lakukan merupakan bagian dari panggilan dan komitmen dakwah
Muhamamdiyah,” Haedar menuturkan, fungsi Majelis Pelayanan Sosial merupakan
implementasi teologi Al-Maun.6
Perjuangan mewujudkan tujuan Muhammadiyah hanyalah akan dapat
dilaksanakan dengan sebaik- baiknya jika ditempuh secara kolektif melalui organisasi
sebagaimana pesan AlQuran Surat Ali Imran 104 (Dan hendaklah ada diantara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar, mereka adalah orang-orang yang beruntung) ayat ini memerintahkan
adanya sekalian golongan dari umat Islam yang mengajak kepada keislaman, menyuruh
kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran.
Tujuan pendidikan islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam islam,
yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya,
dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan
yang digagas KH Ahmad dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu
tampil sebagai ulama-ulama intelek atau intelek ulama, yaitu seorang muslim yang
memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani. Kurikulum yang
digunakan di Muhamadiyah merupakan kurikulum gabungan antara kurikulum pelajaran
pesantren dengan kurikulm modern dengan mempelajari ilmu-ilmu dalam bidang umum.
Adapun materi yang disajikan di pendidikan Muhammadiyah harus menyentuh berbagai
aspek yaitu: Aqidah akhlak, Hablumninallah, Hablumminannas, Bahasa dan Tarikh.
Jelasnya anak didik Muhammadiyah adalah merupakan kader-kader Muhammadiyah di
Masa yang akan datang. Pelajar Muhammadiyah disamping memperoleh pelajaran
umum, juga mendapatkan ilmu-ilmu agama seperti Aqidah, Ibadah, Tarikh, Akhlak dan
Al-Quran lengkap dengan tajwidnya. Muhammadiyah cabang mempunyai sekolah-
sekolah yang dikelola oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Ortom Aisyiyah.
Tingkatan sekolahnya dimulai dari Tk (Taman Kanak- Kanak) Aisyiyah Bustanul Atfhal,
SD (Sekolah Dasar) Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah dan SMA Muhammadiyah.
Tk dikelola oleh Ortom Aisyiyah Cabang, SD Muhammadiyah dikelola oleh Pimpinan
Cabang karena biasaletaknya di kantor Cabang, SMP dan SMA Muhammadiyah dikelola
oleh Pimpinan Cabang walaupun letaknya
bukan di kantor cabang.
2. Bidang Kesehatan
Program Konsolidasi Gerakan Muhammadiyah, secara umum dapat dilihat di
bidang kesehatan dan kualitas hidup yaitu: Meningkatkan mutu pelayanan medik dan
lembaga pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Bersalin, Balai
Pengobatan, dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak di lingkungan amal usaha Majelis
Pembina Kesehatan Muhammadiyah danAisyiyah dengan disertai berbagai pembenahan
internal yang signifikan (menentukan) baik yang menyangkut manajemen umum,
pengelolaan keuangan, pengadaan fasilitas, peningkatan kesejahteraan, dan pembenahan
lainnya sehingga lembaga- lembaga pelayanan kesehatan milik Muhammadiyah ittu
benar- benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat; Mengembangkan pendidikan tenaga
kesehatan baik jumlah maupun mutu sesuai kebutuhan dalam sisttem perencanaan yang
menyeluruh; Mengembangkan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM) dan
pembinaan kesehatan umat yang dirasakan langsung oleh masyarakat luas;
Menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dan
pengelola di seluruh jaringan institusi pelayanan kesehatan yang berada dalam
lingkungan amal usaha Muhammadiyah/Aisyiyah; Melaksanakan kajian- kajian tentang
masalah- masalah kesehatan yang berkaitan dengan aktualisasi hukum Islam yang
penyelenggaraannya melibatkan Majelis Tarjih; Meningkatkan penyuluhanpenyuluhan
HIV/AIDS, bahaya merokok, pemberantasan kecanduan Miras (minuman keras) dan
Narkoba (Narkotik dan obat-obat berbahaya), peningkatan kesehatan Ibu dan Anak,
peningkatan kualitas gizi masyarakat, dan sebagainya yang pelaksanaannya dapat
bekerjasama secara terpadu dengan Majelis Tabligh dan Aisyiyah. 8
Amal usaha Muhammadiyah bidang kesehatan adalah amal usaha di lingkungan
persyarikatan Muhammadiyah yang mempunyai misi untuk meningkatkan kemampuan
8
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Medan, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Muhammadiyah, Medan. 2005
masyarakat agar dapat mencapai derajat kesehatan yang lebih baik, sebagai bagian dari
upaya menuju terwujudnya kehidupan yang sejahtera dan sakinah sebagaimana yang
9
dicita-citakan Muhammadiyah. Amal usaha Muhammadiyah bidang kesehatan ini
meliputi: rumah sakit sejumlah 71, rumah bersalin Muhammadiyah/Aisyiyah 85, Balai
kesehatan sejumlah 117, dan poliklinik sejumlah 47, Balai Pengobatan berjumlah 84,
Apotek dan KB berjumlah 4.10
Dahulu Kyai Ahmad Dahlan mempelopori dengan menggunakan Muhammdiyah
sebagai organisasinya berani melakukan pembaharuan diantaranya dengan mendirikan
amal usaha bidang kesehatan dengan nama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat) yang
sampai detik ini masih tegak berdiri dan berkembang yaitu RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta, lalu bagaimanakah peran generasi berikut? Dari tahun 1912 sampai
sekarang terjadi perubahan yang tidak sedikit diantaranya singkatan PKO yang berubah
dengan berubahnya zaman menjadi Pembina Kesejahteraan Umat memberikan ruang
lingkup pelayanan yang jauh lebih luas.
Mengingat amal usaha Muhammadiyah yang sudah terbangun demikian banyak,
yang ternyata berbeda satu dengan yang lain bergantung kepada siapa mendirikan, di
daerah mana didirikan, budaya apa yang dominan, kekuatan mana yang sangat
berpengaruh, bagaimana sistem regenerasinya, siapa pemimpinnya, dan masih banyak
lagi variabel yang mempengaruhinya. Untuk itu usulan pemikiran ke depan model
pelayanan kesehatan Muhammadiyah seperti kriteria di bawah ini yang memungkinkan
pelayanan kesehatan itu akan hidup layak dan berkembang di masa mendatang. Kriteria
pelayanan kesehatan Muhammadiyah masa depan adalah sebagai berikut:
1. Muhammadiyah sebagai pemilik mempunyai sistem kesehatan nasional Muhammadiyah
yang dirancang dengan baik dan dapat berjalan sejak dari pusat sampai ke daerah
2. Statuta yang dibuat sebagai produk hokum, untuk masing-masing daerah agar dapat
dimodifikasi sesuai daerah masing-masing tetapi tetap dalam koridor yang ditentukan
3. Pemimpin yang visioner dan memimpin dengan hati
4. Ada kesamaan visi antara pemilik, direktur dan komite klinik
9
Joko Syahban, Ensiklopedia Muhammadiyah ed 4, hlm. 83.
10
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Berita Resmi Muhammadiyah, Tanfiz Keputusan Muktamar Satu Abad
Muhammadiyah, (Yogyakarta: PP Muhammadiyah), 2010, Hlm. 62
5. Ada manajemen dasar ala Muhammadiyah untuk pelayanan kesehatan yang ada sesuai
tipe pelayanan kesehatannya
6. Manusia bersumber daya yang ada di rumah sakit dikendalikan perilakunya dengan
Sistem Informasi Manajemen dan Klinis
7. Kemandirian dalam hal pelayanan artinya mempunyai manusia bersumber daya sendiri,
termasuk dokter spesialis
8. Jaringan sejak dari pusat sampai ke daerah dengan SIM yang terintegrasi, MKKM pusat
mampu memonitor dan mengevaluasi langsung.
Ketua Pimpinan Pusat PP Muhammadiyah Bidang Pembina Kesehatan Umum Agus
Taufiqurrohman menambahkan amal usaha bidang kesehatan umum untuk rahmatan lil alamin
tidak memandang siapapun apakah itu beragama Islam atau non-Islam dan apakah itu orang
mampu maupun tidak mampu. Sehingga ketika Rumah Sakit (RS) Muhammadiyah melayani
pasien sakit kemudian sehat harus penuh tawakal dan apabila pasien wafat husnul khotimah.
Untuk menghadapi berbagai tantangan, amal usaha Muhammadiyah harus selalu unggul dan
Islami. Bukti unggul untuk peralatan maupun pelayanannya harus selalu mengikuti
perkembangan jaman, Rumah Sakit harus ikut akreditasi ada pelatihan agar pelayanan Islami,
memiliki nilai-nilai akhlak nur karimah. Di bagian lain Agus mengungkapkan Muhammadiyah
mengembangkan pelayanan kesehatan di daerah 3 T (Terlalu, Terpencil dan Tertinggal).
Kepengurusan PP Muhammadiyah periode ini hingga 2020 mempunyai program gerakan 1.000
poliklinik. Baru-baru ini diresmikan RS di Kalimantan Barat, Klinik Apung di Ambon yang
biayanya cukup besar.Bahkan waktu awal tahun 2016 Muhammadiyah mendirikan klinik di
Mamuju dari Pemda Mamuju berharap agar segera didirikan rumah sakit Muhammadiyah. 11
Bedanya pelayanan kesehatan Muhamamdiyah dengan pelayanan kesehatan lain adalah
pelayanan kesehatan Muhammadiyah tumbuh dan berkembang. Sehingga bisa merasakan dari
bawah. Jadi tidak langsung mendirikanrumah sakit yang besar.
11
http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/12406.html, diakses pada 27 November 2018
balai kesehatan sosial, BPKM (Balai Pendidikan dan Keterampilan Muhammadiyah),
Rehabilitasi Cacat, Sekolah Luar Biasa, dan Pondok Pesantren.
Ahmad Dahlan terinspirasi dari surah Al Maun ayat 1-3 yang berbunyi: “Tahukah kamu
(orang) yang mendustakan agama?/Maka itulah orang yang menghardik anak yatim/dan tidak
mendorong memberi makan orang miskin/Maka celakalah orang yang salat/(yaitu) orang-orang
yang lalai terhadap salatnya/yang berbuat ria/dan enggan (memberikan) bantuan.” Ia menyuruh
murid-muridnya untuk berkeliling mencari orang miskin dan membawanya pulang, lalu
dimandikan dengan sabun, diberi pakaian yang bersih, diberi makan dan minum, serta disediakan
tempat tidur yang layak. Hal tersebut membantu mengurangi masalah kemiskinan yang menjadi
beban di masyarakat. Dengan adanya pasti asuhan yatim muhammadiyah anak-anak akan
terdidik, dibina, dan selanjutnya disekolahkan.
Melayani kaum miskin, anak yatim dan kaum dhuafa lainnya merupakan panggilan
keagamaan sebagai wujud dan konsistensi menjalankan agama, sebaliknya menelantarkan dan
tidak peduli dengan kaum yang lemah itu merupakan bentuk dari pendustaan agama Islam.
Beberapa Panti Asuhan di Sulawesi Selatan masih eksis sampai saat ini sebagai upaya gerakan
tajdid dalam bidang al-Ma’un . Hal in telah menjadi program Pimpinan Muhammadiyah
Sulawesi Selatan dan telah diimplementasikan hingga ke daerah-daerah. Penulis mengambil
contoh untuk daerah Kabupaten Wajo yang memiliki jumlah amal usaha Muhammadiyah
dibidang kesehatan dan sosial yakni; 1 Balkesmas, 1 Panti Asuhan , 2 unit ambulance. Untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial, Majelis pembina kesehatan umum
menjalin kerjasama dengan Kementrian Kesehatan RI khususnya dalam melaksanakan program
EMAS dan Kabupaten Wajo merupakan salah satu daerah sasaran pendampingan. Pengelolaan
Panti Asuhan “Darussalam” Muhammadiyah Sengkang, saat ini dalam proses revitalisasi dengan
pengembangan manajemen model pesantren. Jumlah anak binaan saat ini ada 37 orang, 14 orang
pengurus/ pembina. Telah dibangun asrama putri lantai dua dengan bantuan dana dari
pemerintah daerah Kabupaten Wajo melalui APBD tahun 2013.12
4. LAZISMU
LAZISMU atau Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah adalah lembaga
zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui
12
E-Jurnal oleh Hidayah Quraisy, GeRakan Sosial Muhammadiyah Di Kabupaten Wajo,Kapbuoaten Wajo
2019.
pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, sadaqah, wakaf dan dana kedermawanan
lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Didirikan oleh PP.
Muhammadiyah pada tahun 2002 yang ditandai dengan penandatangan deklarasi oleh Prof. Dr.
HA. Syafi’i Ma’arif, MA (Buya Syafi’i) dan selanjutnya dikukuhkan oleh Menteri Agama
Republik Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui SK No. 457/21 November
2002.
Latar belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas dua faktor: (1) Fakta Indonesia yang
berselimut dengan kemiskinan yang masih meluas, kebodohan dan indeks pembangunan
manusia yang sangat rendah. Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan keadilan
sosial yang lemah, (2) Zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam mendorong keadilan sosial,
pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan. Sebagai negara berpenduduk
muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf yang terbilang
cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum dapat dikelola dan didayagunakan secara
maksimal sehingga tidak memberi dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang
ada.13
Dalam operasional programnya, LAZISMU didukung oleh Jaringan Multi Lini, sebuah
jaringan konsolidasi lembaga zakat yang tersebar di seluruh provinsi (kabupaten/kota) yang
menjadikan program-program pendayagunaan LAZISMU mampu menjangkau seluruh wilayah
Indonesia secara cepat, terfokus dan tepat sasaran serta bekerja sama dengan institusi lain.
13
https://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Zakat_Infaq_dan_Shadaqah_Muhammadiyah , diakses pada 27
November 2019
BAB 3
KESIMPULAN
Zaman globalisasi sekarang ini menjadikan orang berubah menjadi knowledge worker,
smart people, hal ini untuk menyesuaikan dengan keadaan lingkungan yang tumbuh dan
berkembang dengan pesat, radikal dan pervasive. Muhammadiyah sebagai organisasi besar
dengan ratusan amal usaha di bidang kesehatan mengatur sistem kesehatannya, sehingga
memungkinkan amal usaha kesehatan yang berada di bawahnya menjadi maju dan berkembang
dalam networking. Dukungan sistem manajemen, sistem informasi manajemen maupun klinis
yang sudah disediakan oleh Muhammadiyah, memungkinkan amal usaha kesehatan menjadi
terbantu terstruktur dalam menjalankan kegiatannya, sehingga ada keseragaman diantara amal
usaha yang berserak antara Sabang sampai Merauke. Kesempatan untuk meningkatkan kualitas
ataupun monitoring kegiatan seluruh amal usaha kesehatan menjadi mudah bagi
Muhammadiyah. Semoga menjadi besar karena membesarkan orang lain, sikap mau berpikir
untuk kepentingan semua, berkegiatan berawal dari orientasi kehidupan kedua yaitu kehidupan
surgawi di akherat, dan semangat al Ma’un sebagaimana dicontohkan oleh Kyai. Haji Akhmad
Dahlan menjadi dasar kegiatan kita.
Amal usaha Muhammadiyah didirikan untuk memperjuangkan maksud dan tujuan
organisasi dengan selalu menggalakkan atau mengembirakan serta mendorong semua
anggotanya untuk mencintai atau menyenangi semua kegiatan yang bertujuan untuk menegakkan
ajaran agama Islam. Apabila tidak didukung oleh anggota-anggotanya tentunya cita-cita atau
maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak akan tercapai.Kehadiran dan berdirinya cabang, tentu
saja sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah. Pengembangan Amal Usaha
dalam bidang pendidikan dengan berdirinya sekolah-sekolah yang dimulai dari TK sampai
dengan SMA dimana cabang didirikan. Selain pendidikan juga pengembangan Amal Usaha
kesehatan, meskipun itu hanya sebuah Klinik Bersalin.