Disusun oleh:
Adi Alvian NIM 1909057016
Rahayu Afista H NIM 1909057018
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Republika: Muhammadiyah dan Tantangan Global https://republika.co.id/berita/pendidikan/umj-
pendidikan/nybajb219/muhammadiyah-dan-tantangan-global . Di akses pada hari senin 16 November
2019.
negara baik karena alasan studi maupun kerja dan mereka memerlukan ruang untuk
berorganisasi. Atas dasar alasan dan tujuan di atas tersebut, pada akhirnya
Muhammadiyah di luar negeri dinamakan Pimpinan Cabang Istimewa
Muhammadiyah (PCIM).2
Persyarikatan Muhammadiyah telah memulai dakwah secara internasional, baik
dengan pembentukan sekitar 20 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM)
di luar negeri dan terbentuknya sisters organization yang tidak memiliki hubungan
struktural di Muhammadiyah.“Sisters organization ini memliki lambang dan sistem
yang sama dengan Muhammadiyah, ada di tujuh negara yaitu, Singapura, Malaysia,
Kamboja, Thailand, Laos, Mauritius dan Timor Leste, kemungkinan di Jepang juga
akan menyusul,” ungkap Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015, Din
Syamsuddin saat hadir dalam Short Diplomatic Course : Strengthening Nasyiatul
Aisyiyah to Promote the Peaceful World di Gedung Dakwah Muhammadiyah.
B. Rumusan Masalah
1. Persoalan-persoalan dunia Internasional
2. Pandangan Muhammadiyah tentang kerjasama Internasional
3. Kerjasama Muhammadiyah dengan Organisasi Islam dunia
4. Muhammadiyah dan perdamaian dunia
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui persoalan-persoalan dunia Internasional
2. Mengetahui pandangan Muhammadiyah tentang kerjasama Internasional
3. Mengetahui Kerjasama Muhammadiyah dengan organisasi Islam Dunia
4. Mengetahui peran Muhammadiyah dalam perdamaian dunia
BAB II
2
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Suara Muhammadiyah : Bagaimana Muhammadiyah di Luar
Negeri? Simak Cerita Mereka Para Kader Persyarikatan
http://www.umm.ac.id/id/muhammadiyah/9297.html . Di akses pada hari Selasa 17 November 2019.
PEMBAHASAN
3
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/18976/7.%20BAB%20III.pdf?
sequence=7&isAllowed=y
Selain itu, berkaitan dengan proses perdamaian, Muhammadiyah menjadi anggota
International Contact Group (ICG) untuk proses perdamaian di Filipina Selatan,
penyelesaian konflik di Afrika Tengah, dan kerja sama dengan Southern Border
Authority di Thailand Selatan.
Sementara kegiatan kemanusiaan, Muhammadiyah juga banyak mengirimkan tenaga
dan relawan kemanusiaan untuk Palestina, Filipina, dan Bangladesh. Untuk
membantu pengungsi Rohingnya Muhammadiyah mengirimkan bantuan kemanusiaan
serta tenaga media yang terdiri atas dokter dan para medis. Relawan Muhammadiyah
direncanakan di Cox Bazar, Bangladesh, selama satu tahun.
"Para tokoh Muhammadiyah juga terlibat dalam berbagai forum internasional bersama
kementerian luar negeri Indonesia terutama dalam masalah dialog antar iman,"
ungkapnya.
Sejak 2006, Muhammadiyah bekerja sama dengan Cheng Ho Multiculture Education
Trust (Malaysia), dan Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations
(CDCC) menyelenggarakan forum perdamaian dunia (World Peace Forum-WPF)
yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali.
C. Kerjasama Muhammadiyah dengan Organisasi Islam Dunia
Pada miladnya ke-107 tahun, 18 Nopember 2019, Muhammadiyah sudah
mencatatkan diri sebagai organisasi sosial keagamaan paling modern dan paling kaya
amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. Akan tetapi,
dinamika progresifnya belum berbanding lurus dengan perubahan global yang
supercepat, terutama di bidang sains dan teknologi. Sampai saat ini belum ada kader
Muhammadiyah meraih hadiah Nobel atau menjadi saintis penemu teori atau aplikasi
teknologi yang mendunia. Peradaban ilmu dan teknologi yang menjadi orientasi
dakwah dan tajdidnya belum teraktualisasi.
Agenda abad kedua Muhammadiyah idealnya tidak lagi purifikasi dan reformasi
pemikiran sosial keagamaan, tetapi melompat jauh ke arah agenda riset dan
pengembangan ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni) yang senafas dengan
Islam berkemajuan yang menjadi “slogan” dan elan vital khitahnya. Karena itu,
dengan jaringan 166 PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) dan PTA (Perguruan
Tinggi Aisyiyah), dengan lebih dari 600 ribu mahasiswanya, Muhammadiyah perlu
berpikir keras secara break-trought (lompatan di luar kelaziman).
Selama satu abad lebih, Muhammadiyah menyinari negeri, mencerdaskan dan
mencerahkan kehidupan umat dan bangsa. Akan tetapi, sejatinya masyarakat dunia
juga menginginkan sentuhan penceraham Muhammadiyah. Gerakan pencerahan
idealnya melampaui batas-batas teritori nusantara, karena “mentari” Muhammadiyah
pada dasarnya bisa menerangi dunia dengan gagasan besar dan visi peradabannya
yang mendunia. Persoalannya, bagaimana Muhammadiyah mengepakkan sayap
progresifnya menuju go international, mencerahkan dunia?
Gerakan Pencerahan
Gagasan internasionalisasi Muhammadiyah sudah lama bergulir di kalangan para
pimpinan dan aktivis Muhammadiyah. Akan tetapi, konseptualisasi dan aktualisasi
gagasan ini masih belum menemukan format ideal sekaligus praksis konkret dan
operasional. Pendirian sejumlah pimpinan cabang istemewa Muhammadiyah (PCIM)
di luar negeri misalnya, baru sebatas mewadahi kader-kader Muhammadiyah yang
sedang menempuh studi lanjut atau meniti karir di negara itu. Jalinan kerjasama
internasional yang dilakukan sejumlah PTM juga belum mampu mendongkrak
peringkat PTM menjadi universitas riset berkelas dunia.
Namun demikian, dalam memasuki abad keduanya, Muhammadiyah berkomitmen
melakukan gerakan pencerahan (tanwir). Menurut Haedar Nashir, ketua PP
Muhammadiyah, gerakan pencerahan merupakan praksis Islam yang berkemajuan
untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan umat manusia.
Gerakan pencerahan dihadirkan untuk memberi jawaban dan solusi terhadap berbagai
persoalan kemanusiaan, seperti: kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan
sebagainya.
Gerakan pencerahan Muhammadiyah juga diorientasikan dapat menjawab
masalah kegersangan spiritual, krisis dan dekadensi moral, kekerasan, radikalisme,
terorisme, korupsi, pembalakan hutan secara ilegal, pencemaran dan kerusakan
ekologis, perdagangan manusia, kejahatan dunia maya (cyber crime),
neokolonialisme, komunisme, permisivisme, dan sebagainya. Selain itu,
Muhammadiyah juga berkomitmen mengembangkan relasi sosial politik yang
berkeadilan tanpa diskriminasi; menjunjung tinggi HAM, mengeliminasi ujaran
kebencian (hate speech), penyebaran berita hoaks, dan sekaligus merawat kerukunan
umat beragama dan keutuhan NKRI.
Gerakan pencerahan Muhammadiyah bukan hanya untuk mencerdaskan dan
mencerahkan bangsa, tetapi juga untuk menyinari dunia dengan menghadirkan
Islam rahmatan li al-‘alamin (rahmat, ramah, dan penuh kasih sayang untuk semua).
Dalam aktualisasinya, gerakan pencerahan Muhammadiyah mengambil sikap dan
praksis pertengahan (wasathiyyah), tidak ekstrem kanan atau ekstrem kiri;
membangun sinergitas lintas sosial kultural dengan membangun perdamaian dunia,
menghargai kemajemukan, membudayakan toleransi, menghormati harkat dan
martabat kemanusiaan.
Secara personal dan organisasional, Muhammadiyah juga terlibat dalam dialog,
perdamaian dunia, resolusi konflik, dan pembangunan peradaban dunia yang
berkeadilan. Din Syamsuddin, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah misalnya,
berkontribusi penting dalam dialog lintas iman dan perdamaian dunia, sehingga
dipercaya sebagai Presiden Conference of Religion for Peace dalam World Coference
Religion for Peace.
D. Mendunia
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/18976/7.%20BAB%20III.pdf?
sequence=7&isAllowed=y