Anda di halaman 1dari 2

SOAL UAS KE-NU-AN

1. Bagaimana Peran nahdlatul ulama dalam pembentukan Idiologi Negara Indonesia ?


Jelaskan menurut pendapat saudara berdasarkan referensi
2. Apa faktor faktor yang mendukung dan menghambat perkembangan Nahdlatul Ulama
secara idiologi, kaderisasi dan kultur di daerah saudara tempat tinggal ?
3. Bagaimana peran Pondok Pesantren yang berbasis NU dalam membangun kemajuan
pendidikan Indonesia ? Berikan Contoh dilapangan

Nama : Darussolah
NIM : 0501201050
Korwil : Parungponteng
Jawaban
1. Ideologi Negara Indonesia adalah Pancasila, saya menggunakan catatan saya sewaktu
Sekolah Menengah yang mencatat bahwa pada masa sidang kedua Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) untuk membuat rancangan konstitusi
(UUD), perwakilan NU kala itu, Kiai Wachid Hasjim (bapaknya Gus Dur) ingin
mempertahankan “tujuh kata” (“dengan kewajiban mendjalankan sjariat Islam bagi
pemeloek-pemeloeknja”) setelah kata “Ketoehanan”, sebagaimana dinyatakan dalam
Piagam Jakarta 22 Juni 1945, hasil kesepakatan Panitia Sembilan. Pada akhirnya tujuh
kata tersebut dicoret karena Perwakilan Indonesia Timur Johanes Latuharhary sempat
keberatan dengan “tujuh kata” itu. “Tujuh kata” beserta turunannya itu baru dicoret
dalam pertemuan selama 15 menit yang diinisiasi oleh Mohammad Hatta pada pagi
hari menjelang sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 18
Agustus 1945 untuk mengesahkan UUD. Dalam lobi singkat untuk mencoret “tujuh
kata” itu, Mohammad Hatta membujuk tokoh Islam.
(Komposisi anggota PPKI berbeda dari BPUPK. Jika anggota BPUPK dipilih
berdasarkan latar belakang ideologis dan perwakilan golongan, anggota PPKI
tersusun terutama dari perwakilan kedaerahan dan organisasi. Dari 27 anggota PPKI,
hanya 4 saja yang bisa dihitung “mewakili” Islam, yaitu Wachid Hasjim [NU], Ki
Bagus Hadikoesoemo [Muhammadiyah], Kasman Singodimedjo [komandan PETA],
dan Teuku Hasan [Aceh].
Menurut pendapat saya NU memiliki peran yang sangat signifikan dalam
pembentukan Ideologi negara Republik Indonesia. Pada awal kemerdekaan sampai
dengan masa Konstituante NU vokal untuk menjadikan Islam sebagai dasar negara
Indonesia. Akan tetapi setelah melalui perjuangan dan usaha maksimal NU harus rela
untuk menerima kenyataan bahwa hal tersebut hanya bisa dilakukan dengan
paksaan dan berimbas adanya perpecahan. Setidaknya kewajiban untuk
menegakkan Syariat Islam sudah dilaksanakan masalah hasilnya itu perkara lain.
2. Karena orang yang sangat berperan penting di kampung tempat saya tinggal adalah
seorang ketua MUI Desa saya dan juga ketua Pondok Pesantren yang menganut
paham Ahlussunnah wal Jamaah. Itu merupakan faktor yang sangat mendukung
perkembangan NU di kampung saya, bahkan ada beberapa warga yang menjadi
anggota BANSER ANSOR yang merupakan badan otonom Nahdlatul Ulama dari GP
Ansor bahkan ayah saya merupakan salah satu anggotanya. Beberapa warga tidak
terlalu mengenal organisasi-organisasi Islam yang ada di Indonesia termasuk NU
sehingga ketua MUI daerah saya mengadakan pengajian setiap hari Minggu atau
biasa kami sebut JIHAD (Ngaji Poe Ahad) yang mendatangkan tokoh-tokoh penting
dari luar daerah.
3. Para Ustad di pondok pesantren mengajarkan para santrinya bukan hanya ilmu
agama tapi juga mengajarkan kreasi seni khas Islam dan ilmu beladiri. Hal tersebut
terjadi di pondok pesantren di daerah saya, disana para santri tidak hanya belajar
agama tetapi bermacam-macam kreasi seni seperti marawis, rebana, dan pencak silat.
Ada juga beberapa santri yang menjadi pengajar di MDT. Itu semua membuktikan
bahwa Pondok Pesantren yang berbasis NU sangat berperan penting dalam
membangun kemajuan pendidikan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai