Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

TELAAH KURIKULUM

Dosen Pengampu : Dra. Effi Aswita Lubis, M.Pd, M.Si

Choms Gary GT Sibarani, SE, M.Si, Ak, CA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

 ESSI ARPIANA SIMATUPANG (7193342020)


 GRACE ANGEL PUTRI SIHOMBING (7191142011)
 RAHEL MAY CARRY SIBUEA (7193342019)

FAKULTAS EKONOMI

PENDIDIKAN AKUNTANSI REGULER B 2019

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A.2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ landasan pengembangan kurikulum ”. Dan
juga kami berterima kasih pada ibu Dra. Effi Aswita Lubis, M.Pd, M.Si dan Bapak Choms Gary
GT Sibarani, SE, M.Si, Ak.CA. Selaku dosen mata kuliah telaah kurikulum yang telah
memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.

Medan, 8 Oktober 2020

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................2


DAFTAR ISI ........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................5
C. TUJUAN .........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................6
BAB III PENUTUP .............................................................................................................13
A. KESIMPULAN ...............................................................................................................13
B. SARAN ...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya lahir di Mesir Kuno, kegiatan pembelajaran tidak dilakukan

dalam ruang-ruang kelas seperti Sekolah Modern sekarang, akan tetapi dilaksanakan dilapangan

terbuka mirip kampanye atau rapat akbar sa,at ini. (Agus Wibowo, 2008). institusi sekolah sa,at

ini merupakan wahana yang di pergunakan sebagai tempat berlangsungnya proses pemupukan

pengetahuan, keterampilan dan sikap guna mewujudkan segenap potensi yang ada dalam diri

seseorang (siswa).

Untuk mengikuti proses Pendidikan sudah menjadi harapan dan cita-cita bagi semua

ummat manusia, tak peduli lagi keadaan ekonomi lemah, pendidikan sudah seperti raja dalam

kehidupan manusia, dengan harapan melalui pendidikan anak didik bisa di bentuk dan di bekali

pengetahuan dan keterampilannya sehingga ia menjadi manusia yang bermanfa,at untuk orang

banyak, menjaga dan menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan Berbangsa dan

Bernegara.

Berangkat dari itu Kurikulum merupakan langkah konkrit untuk menjemput impian

pendidikan dalam memanusiakan manusia itu sendiri, sebab kurikulum adalah alat untuk

membentuk watak dan sifat anak didik dan di dalam Kurikulum terdapat aturan-aturan proses

belajar dan mengajar. Kurikulum adalah rencana pelajaran (a plan for learning) yang di berikan

kepada guru untuk di terapkan pada peserta didik agar anak didiknya bisa menjadi manusia yang

terampil, inovatif, kreatif serta aktif dalam menjawab polemik berkehidupan. (Hilda Taba, 1962)

dalam (Nasution. S, 1994).

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan kurikulum sebelum otonomi daerah?

2. Bagaimana perkembangan kurikulum setelah otonomi daerah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kurikulum sebelum otonomi daerah.

2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kurikulum setelah otonomi daerah.

5
BAB II
PEMBAHASAN
1.  Sebelum Otonomi Daerah
Perkembangan kurikulum sebelum era otonomi daerah terdiri atas: Kurikulum 1947,
Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan
Kurikulum SMK 1999 (Kurikulum 1994 yang disempurnakan).
a.       Kurikulum 1947

Kurikulum 1947 merupakan kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan,
memekai istilah leer plan (Bahasa Belanda), yang artinya rencana pelajaran. Disebut dengan
nama Rentjana Pelajaran Terurai Sekolah Dasar. Rasionalnya, pada waktu itu, pendidikan di
Indonesia maasih dipengaruhi oleh sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang sehingga
dapat dikatakan hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Asas pendidikan adalah
pancasila. Rencana Pelajaran Terurai sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda.
Oleh karena itu, suasana kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut
kemerdekaan. Menurut Sutarto dkk, (2013) pendidikan sebagai development, bertujuan untuk
membentuk karakter manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain
di muka bumi.
b.      Kurikulum 1964
Pada tahun 1964, pmerintah menyermpurnakan kurikulum 1947 dengan nama Rentjana
Pendidikan Sekolah Dasar 1964. Rasionalnya, pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik serendah-rendahnya  jenjang Sekolah Dasar sehingga
pengajaran dipusatkan pada program  Pancawardhana yang meliputi pengembangan  daya cipta,
rasa, karsa, karya, dan moral (Hamalik, dalam Sutarto, dkk, 2013). Mata pelajaran diklasifikasi
dalam lima kelompok bidang studi, tyaitu moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan,
dan jasmani. Pendidikan dasar (Sekolah Dasar) lebih menekankan pada pengetahuyan dan
kegiatan praktis (fungsional).
c.       Kurikulum 1968
Pada tahun 1968, pemerintah menyempurnakan kurikulum 1964 dengan kurikulkum baru
yang diberi nama Kurikulum 1968. Rasionalnya, kurikulum 19 dicitrakan sebagai produk Orde

6
Lsamas (Tualeka,2013), perlu perubahan struktur kurikulum pendidikan, dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Kurikulum 1968 bertujuan membentuk menjadi manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan memperingati kecerdasan dari
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
d.      Kurikulum 1973 ( Proyek Perintis Sekolah Pmbangunan)
Pada tahun 1973 pemerintah mengadakan Proyek Perintis Sekolah Pmbangunan (PPSP)
diseluruh IKIP negeri di Indonesia, sebagai sekolah laboratorium. Dengan adanya PPSP, 
sebelum kebijakan di bidang pendidikan didesiminasikan secara nasional, terlebih dahulu
diterapkan/dirintis secara terbatas (pilot projek) di sekolah-sekolah laboratorium. Oleh karena
itu, kemudian dikembangkan Kurikulum PPSP 1973. Rasionalnya, untuk meningkatkan mutu
pendidikan, proses belajar-mengajar perlu menerapkan sistem belajar tuntas dan maju
berkelanjutan melalui sistem modul (Soedijarto, 1975). Hasil dari rintisan ini sangat
menggembirakan, namun oleh pengembilan kebijakan pada waktu itu, dianggap terlalu mahal
biayanya sehingga tidak layak untuk didesiminasikan secara nasional.
e.       Kurikulum 1975
Pada tahun 1975, pemerintah mengembangkan kurikulum 1975. Rasionalnya,
menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efesien dan efektif, yang dipengaruhi oleh
pengaruh konsep di bidanbg manajemen, yaitu management by objective (MBO) yang terkensa
pada waktu itu. Setiap guru harus menyusun Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional
(PPSI), yang di dalamnya antara lain berisi tujuan intruksional umum dan tujuan intruksional
khusus (Hasibuan, 2010). Guru ketika akan mengajar harus menjabarkan PPSI ke dalamsatuan
pelajaran (satpel) secara lebih rinci.
f.       Kurikulum 1984
Pada tahun 1984, pemerintah menyempurnakan Kurikulum 1975 menjadi Kurikulum
1984. Rasionalnya, yang belajar adalah peserta didik sehingga yang harus aktif adalah peserta
didiknya, bukan gurunya. Sebelumnya kecenderungan peserta didik belajar dengan  cara didikte
oleh gurunya. Maka, dalam Kurikulum 1984 peserta didik harus belajar melakukan sendiri,
mencari tahu sendiri, dari berbagai sumber belajar yang relavan yang ada di sekitarnya. Dengan

7
mencari tahu sendiri, peserta didik akan merasakan sendiri dan mengalami sendiiri. Pengalaman
yang diperolehnya diharapkan akan tersimpan dalam memori otaknya sehingga dalam waktu
puluhan tahun pengalaman yang dioperolehnya tetap akan diingatnya. Oleh karena itu, pada
kurikulum 1984 dikembangkan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (Depdikbud, 1984) atau
Student Active Learning, yang mengusung proses skill approach (pendekatan keterampilan
proses). Artinya, apabila prosesnya dialami sendiri oleh peserta didik maka secara otomatis
pengalam yang diperolenya tetap akan diingatnya dalam waktu puluhantahun sekalipun. Dengan
kata lain, produknya akan dikuasainya dengan baik.
g.      Kurikulum 1994
Pada tahun 1994, kurikulum 1984 disempurnakan menjadi Kurikulum 1994. Rasionalnya,
menyusuaikan ketentuan Undung-undang Nomer 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan
Nasional (UU tentang SPN No. 2 Tahun1989 ). salah satu amanah dalam UU tentang SPN No.
2Tashun 1989, yaitu perubahan pembagian wakytu pelajaran, dari sistem saemester ke sistem
caturwulan Dengansistem caturwulan, yang pembagian waktunya dalam satu tahun menjadi tiga
periode, hasil belajar (rapor) peserta didik dapat lebih cepat diketahui oleh orang tuanya dapat
memberikan perhatian lebih dini dan lebih intensif kepada putra-puterinya. Perubahan lainnya,
Kurikulum 1994, lebih menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan
soal dan pemecahan masalah (Depdikbud, 1994).
h.      Kurikulum 1999 (Kurikulum 1994 yang Disempurnakan)
Pada tahun 1999, Kurikulum 1994 untuk Sekolah Menengah Kejurusan (SMK) diubah
menjadi kurikulum 1999 (Kurikulum 1994 yang disempurnakan), yang berbasis kompetensi.
Pembelajaran bukan hanya mengembangkan pengetahuan (kognitif) semata-mata, melaikan juga
harus mengembangkan keterampilan (psikomotor)dan sikap (afektif). Oleh karena itu, disebut
dengan istilah Berbasis Kompertensi (Depdikbud). Luluysan SMK diharapkan bukan hanya
memiliki pengetahuan semata-mata, melaikan juga harus terampil menerapkan pengetahuannya
dan memiliki sikap sesuai jenis pekerjaannya.
2.  Sesudah Otonomi Daerah
Pengembangan kurikulum setelah era otonomi daerah terdiri atas: Kurikulum 2014
(Kurikulum Berbasis Kompetensi), Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang berbasis Kompetensi), Kurikulum 2013 (Kurikulum yang menekankan pengembangan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara  holistik, juga berbasis kompetensi).

8
a.       Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Kurkulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengatuan tentang
kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan daerah (Depdiknas, 2003). Pada kurikulum ini, pemerintah menyusun ketentuan
umum, standar kompetensi bahan kajian, standar kompetensi mata pelajaran, dan pedoman
pelaksanaan kurikulum. Pemerintah daerah dan satuan pendidikan menyusun petunujuk teknis,
silabus, dan persiapan mengajara (Depdiknas, 2003b).
Rasional dikembangkannya kurikulum 2004 antara lain diberlakukannya UU Nomor 22
Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Acuan
pengembangan kurikulum 2004 adalah sistem pendidikan Nasional, era globalisasi, wajib belajar
9 tahun, standar pelayanan minimal, dan teori kurikulum. (Depdiknas, 2003).
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi berlandasakan pada fungsi dan tujuan
pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalm UU No. 20 Tahun 2003 tentang SNP.
Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban,
bangsa yang bermatabat dalam rabgka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berlmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi mempertimbangkan prinsip-prinsip
berikut (Depdiknas, 2003b):
1)      Keimanan, budi pekerti luhur, dan nilai-nilai budaya
2)      Penguatan integritas nasional
3)      Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.
4)      Kesamaan memperoleh kesenpatan
5)      Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi.
6)      Pngembangan kecakapan hidup
7)      Belajar sepanjang hayat
8)      Berpusat pada anak
9)      Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

9
Implikasinya bahwa sekolah diberi kesempatan untuk mengembangkan komponen-
komponen kurikulum yang sesuai dengan kondisi sekolah dan kebutuhan peserta didiknya.
Selain itu, perubahan lain yang sangat signifikan adalah pengembangan kurikulum yang semula
lebih berbasis materi menjadi kurikulum berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003)
Kurikulum ini berlaku tidak lama karena harus disesuaikan dengan peraturan perundang-
undangan yang baru, yaitu UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
kemudian dijabarkan dalam ketentuan lebih lanjut dalam Perturan Pemerintah No 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Kurikulum 2004 yang juga disebut sebagai Kurikulum
Berbasis Kompetensi merupakan kurikulum pertama di era otonomi daerah, era desentralisasi
pendidikan. Pada era sebelumnya, pendidikan bersifat sentralistik sesuai dengan pengelolaan
pemerintah pada saat itu yang artinya adalah semua urusan pendidikan merupakan kewenangan
Pemerintah, dikembangkan dan ditetapkan oleh Pemerintah. Pada era otonomi daerah, sebagian
kewenangan Pemerintah dilimpahkan kepada pemerintah daerah dan satuan pendidikan.
Manajemen pengembangan kurikulumnya bersifat sentralistik-desenrtalistik.
b.      Kurikulum 2006 (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. KTSP  Sendiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur, muatan KTSP, kalender pendidikan, dan silabus. Pada kurikulum ini,
pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan , Badan Standar Nasional Pendidikan
menyusun Panduan Penyusunan KTSP, sedangkan setiap satuan pendidikan menyusun KTSP
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan Panduan Penyusunan KTSP.
Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. SNP terdiri atas standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan. Dua dari delapan SNP tersebut yaitu standar isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Rasional dikembangkannya Kurikulum 2006, yang juga disebut sebagai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Antara lain diberlakukannya UU No 20 Tahun 2003 yang
kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam PP No 19 Tahun 2003. Dalam PP No 19 Tahun 2005

10
tidak disebut-sebut lagi tentang Kurikulum Nasional, yang ada KTSP yaitu kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. (Depdiknas,
2005).
KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite
sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi, serta panduan penyususnan
kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan, kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip berikut (Depdiknas, 2006):
1)      Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
2)      Beragam dan terpadu
3)      Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan seni
4)      Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5)      Menyeluruh dan berkesinambungan
6)      Belajar sepanjang hayat
7)      Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2006 yang juga disebut dengan istilah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan juga berbasis kompetensi, merupakan
kurikulum kedua era otonomi daerah yang embrionya adalh Kurikulum 2004. Manajemen
Kurikulumnya bersifat sentralistik-desentralistik.
c.       Kurikulum 2013 (Kurikulum yang Menekankan Pengembangan Pengetahuan, Keterampilan,
dan Sikap secara Holistik).
Rasional dikembangkannya kurikulum 2013 antara lain diberlakukannya PP No 5 Tahun
2010 tentag Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 (Perpres No 5
Tahun 2010ntentang RPJMN 2010-2014) yang ada pada sektor pendidikan yang harus
disempurnakan, dua diantarannya adalah Metodologi dan Kurikulum.
Pada kurikulum 2013, pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan, Kerangka
Dasar, dan Struktur Kurikulum, Silabus, dan Pedoman Implementasi Kurikulum, sedangkan
setiap satuan pendidikan seperti halnya pada Kurikulum 2006, juga menyususn KTSP, kecuali
Dokumen 2 yang berupa silabus setiap mata pelajaran sudah disusun oleh pemerintah, guru
tinggal mengopi dan menyusunnya menjadi satu kesatuan KTSP yang utuh. Silabus dipakai
acuan guru untuk menyusun RPP.

11
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keteranpilan, dan
sikap peserta didik secara holistik. Kompetensi itu ditagih dalam rapot dan merupakan penentu
kenaikan kelas dan kelulusan peserta didik. Kompetensi pengetahuan peserta didik
dikembangkan meliputi mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasiagar
menjadi pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. Kompetensi keterampilan peserta didik
yang dikembangkan meliputi menamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan
mencipta agar memjadi pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif
dalam ranak konkret dan abstrak. Kompetensi sikap peserta didik yang dikembangkan meliputi
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, berakhlak mulia, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar,
serta dunia dan peradabannya (Kemdikbud, 2013f).
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan karakteristik diantaranya sebagaiberikut
(Kemdikbud, 2013):
1)      Mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreatifitas, kerja sama denngan
kemampuan intelektual dan psikomotorik secara seimbang,
2)      Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat,
3)      Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi kompetensi dasar, dimana semua
kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti,

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1.                  Perkembangan kurikulum sebelum era otonomi daerah terdiri atas: Kurikulum
1947, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994,
dan Kurikulum SMK 1999 (Kurikulum 1994 yang disempurnakan).
2.                  Pengembangan kurikulum setelah era otonomi daerah terdiri atas: Kurikulum 2014
(Kurikulum Berbasis Kompetensi), Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
yang berbasis Kompetensi), Kurikulum 2013 (Kurikulum yang menekankan pengembangan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara  holistik, juga berbasis kompetensi).

B. Saran
Dengan adanya bahasan materi tentang pengembangan kurikulum di era ontomi daerah
khususnya di negeri tercinta kita yaitu Indonesia kita sebagai warga negera Indonesia dapat
mengetahui tahapan-tahapan kurikulum dan mengapa kurikulum mengalami perubahan dari
masa-kemasa atau mengalami pergantian, dan apa  landasan yuridis perubahan itu. Dengan isi
makalah ini juga diharapkan dapat membantu calon guru khususnya untuk bagaimana
menerapkan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintahan nasional.

13
Daftar Pustaka

Widyastono, Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Bumi Aksara.

14

Anda mungkin juga menyukai