Disusun oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya kepada kita, sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah dengan
tema “Praktek Pengembangan Kurikulum di Indonesia” dengan baik. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita
harapkan syafaat-Nya dihari kiamat kelak.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Kurikulum PAI. Terima kasih kami ucapkan kepada yang terhormat
Bapak Puspo Nugroho, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah ini, serta
semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang tema tersebut.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran sehingga dapat
membangun makalah ini menjadi lebih baik dikemudian hari.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
BAB I PEDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana Perkembangan Kurikulum di Indonesia dari Dulu hingga
Sekarang?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Perkembangan Kurikulum di Indonesia
dari dulu hingga sekarang.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
merupakan akibat dari laju pembangunan nasional, yang mempunyai dampak
baru terhadap program pendidikan nasional. Hal-hal yang mempengaruhi
program maupun kebijaksanaan pemerintah yang menyebabkan pembeharuan
itu sebagai berikut:
3
b) Menganut pendekatan integratif, dalam arti bahwa setiap pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-
tujuan yang lebih integratif.
c) Menekankan kepada efesiensi dan efektivitas dalam hal waktu.
d) Menganut pendekatan sistem intruksioanal yang dikenal dengan
Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI) sistem yang
senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik dapat di
ukur dn dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
e) Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada
stimulus respon (rangsang jawab) dan latihan (drill), Pembelajaran
lebih banyak menggunakan teori Behaviorisme, yakni memandang
keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh lingkungan denga stumulus
dari luar, dalam hal ini adalah sekolah dan guru.
C. Kurikulum Tahun 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntunan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam
GBHN 1983 menyatakan keputusan politik yang menghendaki perubahan
kurikulum dari kurikulum 1975 kepada kurikulum 1984.
4
b) Pendekatan pengajaran berpusat pada anak didik Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif terlibat secara
fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa
memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam
ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
c) Materi pejaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral,
spiral adalah pendekatan yang di gunakan adalah pengemasan
bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.
Semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
d) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan
latihan, konsep-konsep yang dipelajari siswa harus berdasarkan
pengertian. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media
digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang
dipelajari.
e) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan
mental siswa, dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus
melalui pendekatan kongkrit, semikongkret, semiabstrak dan
abstrak, dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-
contoh ke kesimpulan dari yang mudah menuju ke yang sukar, dari
yang sederhana menuju ke yang kompleks.
f) Menggunakan pendekatan keterampilan proses, keterampilan
proses adalah pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan
kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan
keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan
efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.
2. Kebijakan dalam penyusunan kurikulum 1984
Kebijakan dalam penyusunan kurikulum 1984 adalah sebagai berikut:
5
yang termasuk kelompok inti tersebut adalah: Agama, Pendidikan
Moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa , Bahasa
dan sastra Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia,
Ekonomi, Kimia, Fisika, biolagi, Matematika, Bahas Inggris,
Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan olah raga,
Sejarah dunia dan Nasional.
b) Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan
dan bakat siswa.
c) Perubahan program jurusan kalau semula pada kurikulum 1975
terdapat 3 jurusan di SMA, yaitu IPA, IPS, Bahasa, maka dalam
kurikulum 1984 jurusan di nyatakan dalam program A dan B.
3. Penetapan waktu pelaksanaan kurikulum
Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas 1
SMA berturut-turut sampai berikutnya di kelas yang lebih rendah. 1
1
Alhamuddin, politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum di Indonesia Sejak Zaman
Kemerdekaan Hingga Reformasi Tahun 1947-2013, Hal. 51-67
2
Anzar Abdullah, “Kurikulum Pendidikan di Indonesia Sepanjang Sejarah” dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 066. Hal. 348
6
mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan
dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik
secara mental, fisik, dan sosial.
5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan
dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir
siswa.
6. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak.
7. Pengulangan beberapa materi yang dianggap sulit perlu dilakukan
untuk pemantapan pemahaman siswa. 3
Aspek yang paling dikedepankan dalam kurikulum 1994, ialah terlalu
padat, sehingga sangat membebani siswa yang berpengaruh pada merosotnya
semangat belajar siswa, sehingga mutu pendidikan pun semakin terpuruk.
Akibatnya adalah siswa enggan untuk belajar lama di sekolah. Jika awal siswa
sudah dicemaskan dengan beban mata pelajaran yang menjadi momok di
sekolah, maka mereka akan menjadi bosan dan kegiatan belajar mengajar
menjadi menyebalkan.
3
Muhammedi, “Perubahan Kurikulum di Indonesia: Studi Kritis Tentang Upaya
Menemukan Kurikulum Pendidikan Islam yang Ideal” dalam RAUDHAH, 4(1), Hal. 56
7
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, PPKI dan BPUPKI; sementara
dalam mata pelajaran sejarah juga terdapat pokok bahasan yang membahas
tentang Proklamasi 17 Agustus 1945, PPKI dan BPUPKI. Demikian juga
banyak terjadi pengulangan isi di dalam mata pelajaran itu sendiri antar jenjang
pendidikan sehingga terkesan sangat membosankan.
Selain itu bertambahnya jam pelajaran dari 36-38 jam pada kurikulum
1984, menjadi 42 jam pada kurikulum 1994, berakibat pada beban mengajar
guru. Ada guru yang beban mengajarnya bertambah, ada yang berkurang dan
ada yang tetap, bahkan ada yang hilang sama sekali. 4
4
Anzar Abdullah, “Kurikulum Pendidikan di Indonesia Sepanjang Sejarah” dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 066. Hal. 348-349
5
Ibid, hal. 350
8
6. Program pengajaran di SMA disusun dalam 17 mata pelajaran,
8. Penjurusan dibagi atas 3 jurusan, yaitu: Ilmu Alam, Ilmu Sosial, dan
Bahasa, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 6
Inti dari KBK atau kurikulum 2004 adalah terletak pada empat aspek
utama, yaitu:
6
Muhammedi, “Perubahan Kurikulum di Indonesia: Studi Kritis Tentang Upaya
Menemukan Kurikulum Pendidikan Islam yang Ideal” dalam RAUDHAH, 4(1), Hal. 58
9
2. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah
7
Anzar Abdullah, “Kurikulum Pendidikan di Indonesia Sepanjang Sejarah” dalam Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 066, Hal. 350-353
10
mampu menyentuh permasalahan dan kenyataan pendidikan yang
berada di sekolah dan masyarakat kalangan bawah (grassroot) karena
apa yang dipikirkan oleh pemerintah pusat belum sepe nuhnya sesuai
dengan karak teristik, kondisi dan potensi daerah, sekolah, masyarakat
dan peserta didik sehingga apa yang ada dalam kurikulum sering kali
tidak dapat dilaksanakan dengan baik di sekolah.
2. Keinginan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders) pendidikan untuk mendekatkan penyusunan dan
pengembangan kurikulum ke pada satuan pendidikan yang merupakan
centre of teaching learning process dengan harapan yang disusun,
dikem bangkan, dan dirumuskan merupakan pencerminan dari
permasalahan dan kebutuhan sesuai dengan karakteristik, kondisi, dan
potensi setempat. Dengan demikian kurikulum yang disusun dan
dikembangkan oleh satuan pendidikan dapat diimplementasikan secara
maksimal.
3. Keinginan untuk memberdaya kan sumberdaya dan potensi yang ada
untuk berperan serta lebih aktif, kreatif, dan inovatif dalam penyusunan
kurikulum.
4. Sejalan dengan otonomi daerah bidang pendidikan, pemerintah pusat
lebih banyak berperan dan berkewajiban menyusun standar standar
pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam Undang undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP).8
Kurikulum KTSP yang disusun dan dikembangkan oleh masing-masing
satuan pendidikan bisa beragam antara satu sekolah dengan sekolah yang
lainnya karena disesuaikan dengan karakteristik, dan potensi sekolah, serta
peserta didik masing-masing. Namun demikian, bukan berarti satuan
pendidikan dapat menyusun dan mengembangkan kurikulum tanpa
menggunakan acuan. Untuk menjamin kurikulum yang disusun dan
8
Baedhowi, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Kebijakan dan Harapan”
dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 065, Hal. 172-173
11
dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan harus tetap memenuhi
standar nasional, maka penyusunan dan pengembangan kurikulum perlu
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang meliputi (1) Standar Isi, (2)
Standar Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Tenaga Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar Sarana dan Prasarana, (6) Standar
Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan, dan (8) Standar Penilaian Pendidikan.
Dari delapan standar tersebut ada dua standar yang berkaitan langsung dengan
penyusunan dan pengembangan kurikulum, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang disusun dan dikembangkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) serta ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional. 9
9
Baedhowi, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Kebijakan dan Harapan”
dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 065, Hal. 174-175
10
Muhammedi, “Perubahan Kurikulum di Indonesia: Studi Kritis Tentang Upaya
Menemukan Kurikulum Pendidikan Islam yang Ideal” dalam RAUDHAH, 4(1), Hal. 58-59
12
dengan teknologi maka KTSP harus segera dirubah menjadi kurikulum 2013.
Berkembangnya teknologi adalah salah satu alasan yang relevan untuk
menyempurnakan sebuah kurikulum. Sejarah pergantian dan perubahan
kurikulum tidak terlepas dari sejarah yang menaunginya. Sejarah yang
melatarbelakangi lahirnya kurikulum KTSP merupakan bentuk implementasi
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Substansi kurikulum ini adalah Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tapi isi
dan arah pengembangan pembelajaran masih memiliki keberhasilan,
karakteristik dalam paket kompetensi yang ada pada KTSP yang memiliki
kesamaan juga dengan karakteristik kurikulum KBK.
Berkaitan dengan pengembangan kurikulum, kurikulum 2013 lebih
menekankan pada pendidikan karakter, dengan harapan melahirkan insan yang
produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter. Meningkatkan proses dan hasil
belajar yang diarahkan kepada pembentukan budi pekerti dan peserta didik
yang berakhlak mulia sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap
satuan pendidikan adalah tujuan pendidikan karakter pada kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap anak didik secara holostik. Kompetensi pengahuan,
ketrampilan dan sikap ditentukan oleh rapor dan merupakan penentuan
kenaikan kelas dan kelulusan anak didik.
1. Karakteristik kurikulum 2013
Masing-masing kurikulum memiliki karakteristik tersendiri, demikian
halnya dengan kurikulum 2013 yang dirancang oleh pemerintah. Adapun
kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Mengembangkan secara seimbang antara kognitif, afektif dan
psikomotor.
b. Siswa menerapkan apa yang sudah di dapat disekolah dalam
kehidupanya sehari-hari.
c. Mengembangkan afekti, kognitif dan psikomotorik serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d. Memberi kesempatan yang banyak kepada siswa untuk
mengembangkan aspek afekti, kognitif dan psikomotorik.
13
e. Kompetensi inti dijabarkan menjadi kompetensi dasar.
f. Kompetensi dasar yang diturunkan dari kompetensi inti harus sesuai
Dan sinkron.
g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat dan memperkaya antar mata pelajaran dan jenjang
pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
2. Landasan pengembangan kurikulum 2013
Landasan filosofis, yuridis dan konseptual pengembangan kurikulum 2013
sebagai berikut:
1) Landasan filosofis
a) Berbagai Etika dasar dalam pembangunan pendidikan adalah
filosofis pancasila
b) Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai fundamental,
nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat
2) Landasan yuridis
a) RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan
Metodologi pembelajaran dan Penataan Kurikulum
b) PPNo.19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
c) INPRES No 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan
metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa
untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa
3) Landasan konseptual
a) Pendidikan sesuai dengan kehidupan di masyarakat.
b) Kurikulum berasaskan kompetensi dan karakter.
c) Pembelajaran disesuaikan dengan kondisinya.
d) Pembelajaran aktif (student active learning).
e) Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh.
H. Kurikulum Merdeka Belajar
Apa itu Kurikulum Merdeka? Esensi dari Kurikulum Merdeka ini adalah
Merdeka Belajar. Nadiem mengatakan Merdeka Belajar merupakan konsep
yang dibuat agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing.
14
Misalnya, kata Nadiem, jika dua anak dalam satu keluarga memiliki minat yang
berbeda, maka tolok ukur yang dipakai untuk menilai tidak sama. Implementasi
Merdeka Belajar Merdeka Belajar merupakan terobosan Kemendikbud-ristek
untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) unggul melalui kebijakan
yang menguatkan peran seluruh insan pendidikan. Kebijakan ini
diimplementasikan melalui empat upaya perbaikan.
15
yang telah terjadi sekian lama tersebut, diperburuk dengan Pandemi Covid-19
yang seketika membawa perubahan pada wajah pendidikan di Indonesia.
Perubahan yang paling nyata tampak pada proses pembelajaran yang awalnya
bertumpu pada metode tatap muka beralih menjadi pembelajaran jarak jauh
(PJJ). Intensitas belajar mengajar juga mengalami penurunan yang signifikan,
baik jumlah hari belajar dalam seminggu maupun rata-rata jumlah jam belajar
dalam sehari. Selama PJJ, umumnya siswa belajar 2-4 hari dalam seminggu
terutama siswa pada tingkat SMP, SMA, dan SMK .11
11
Suryaman, M., Orientasi Pengembangan Kurikulum Merdeka Belajar. Seminar Nasional
Pendidikan Bahasa Dan Sastra,1(1)
16
diberikan kebebasan untuk mengambil beban belajar (SKS) di luar program
studi, baik dalam satu perguruan tinggi (PT), di luar PT, dan/atau non-PT.
Artinya, mahasiswa difasilitasi untuk menguasai berbagai keilmuan yang
berguna dalam dunia kerja. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana
mengembangkan kurikulum berbasis merdeka belajar? Pengembangan
Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka di PerguruanTinggi Program
Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan kebijakan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk
menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja.
Program ini relevan dan sejalan dengan laju pesat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini, yang kita sadari telah membawa
dampak dalam berbagai ranah kehidupan. Salah satu dampak perkembangan
IPTEK adalah berubahnya banyak jenis pekerjaan; banyak lapangan pekerjaan
hilang, tapi sebaliknya berbagai jenis pekerjaan baru bermunculan. Fenomena
ini menuntut dunia pendidikan tinggi melakukan transformasi dalam praktik
pendidikan dan pembelajaran agar dapat menghasilkan lulusan yang dan
renponsif terhadap tantangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Program
MBKM memberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan,
merdekadari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit, serta
mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih bidang yang mereka minati.
Kampus merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi yang
otonom dan fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak
mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Perguruan Tinggi
diharapkan berkomitmen menyediakan dan menfasilitasi Program MBKM
sebagaimana yang diamanatkan Permendikbud RI No. 3 Tahun 2020 maupun
yang dijelaskan dalam Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang
diterbitkan Kemendikbud. Dengan demikian ada Sembilan Program MBKM,
yaitu:
Pertukaran Mahasiswa,
Praktik Kerja Profesi
Asistensi Mengajar diSatuan Pendidikan,
17
Penelitian / Riset,
Proyek Kemanusiaan
KegiatanWirausaha,
Studi / Proyek Independen,
Proyek / Membangun Desa
Pelatihan Bela Negara.
18
standar nasional (Pasal 35 ayat (1)). Secara garis besar kurikulum, sebagai
sebuah rancangan, terdiri atas empat unsur, yakni capaian pembelajaran lulusan
(CPL), bahan kajian, proses pembelajaran untuk mencapai capaian
pembelajaran berdasarkan capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK),
Kompetensi (K) Sikap (S), Penguasaan Pengetahuan (PP), Keterampilan
Khusus (KKh), dan Keterampilan Umum (KU), dan Model Pembelajaran (MP)
pada kurikulum program studi serta penilaian. Perumusan CPL mengacu pada
deskriptor KKNI khususnya pada bagian pengetahuan dan keterampilan
khusus, sedangkan pada bagian sikap dan keterampilan umum dapat diadopsi
dari SN-Dikti. Untuk penyusunan kurikulum lengkapnya sebaiknya mengacu
pada delapan (8) Standar Nasional Pendidikan, ditambah dengan 8 Standar
Nasional Penelitian dan delapan (8) Standar Nasional Pengabdian kepada
Masyarakat. Untuk mengembangkan kurikulum, diperlukan kebijakan
pengembangan kurikulum yang mempertimbangkan keterkaitan dengan visi
dan misi perguruan tinggi, pengembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan
stakeholders. Disamping itu, perguruan tinggi harus menyiapkan pedoman
pengembangan kurikulum dan pedoman pelaksanaan kurikulum yang
mencakup pemantauan dan peninjauan kurikulum yang mempertimbangkan
umpan balik dari para pemangku kepentingan serta hasil pencapaian isu-isu
strategis untuk menjamin kesesuaian dan kemutakhirannya.12 (Baharuddin,
2021).
M.R, Baharuddin, “Adaptasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (Fokus : Model
12
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21