Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK 7

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESESUAIAN KURIKULUM
PENDIDIKAN DASAR DAN TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN KURIKULUM DI
NEGARA LAIN SERTA YANG SUDAH DISARANKAN OLEH UNESCO

Disusun oleh:
No. Nama NIM
1. Amelia Fatma Sari 122180095
2. Mohamad Fat’an Al Iman 122180096
3. Kevin Yogatama 122180100
4. Kezia Heidi Christyasari 122180101
5. Reynaldi Wocaksono 122180103
6. Aziizah Ulfi Khoirunnisaa 122180106

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
A. Tujuan
1. Mengetahui kesesuaian kebijakan pemerintah terhadap kurikulum pendidikan dasar
dan perhuruan tinggi
2. Mengerti dan memahami pentingnya kurikulum dalam kegiatan civitas akademika
3. Mengetahui dan mampu menganalisis baik buruknya sistem kurikulum dari
pemerintah dan UNESCO

B. Definisi Kurikulum
Kurikulum Menurut UU. No. 20 Tahun 2003 “kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.”

C. Perkembangan Kurikulum di Indonesia


1. Kurikulum 1947 atau disebut Rentjana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama sejak Indonesia merdeka. Perubahan arah pendidikan lebih
bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Saat itu
mulai ditetapkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum ini sebutan
Rentjana Pelajaran 1947, dan baru dilaksanakan pada 1950.
Karena kurikulum ini lahir dikala Indonesia baru merdeka, maka pendidikan yang
diajarkan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka,
berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran
1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
2. Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Adanya kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, merinci
setiap mata pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan Indonesia. Seperti setiap
pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajaran
menunjukkan secara jelas seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
3. Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, namanya
Rentjana Pendidikan 1964. Kurikulum ini bercirikan bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD. Sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keprigelan (keterampilan),
dan jasmani.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum pertama sejak jatuhnya Soekarno dan digantikan Soeharto. Bersifat
politis dan menggantikan Rentjana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk
Orde Lama. Kurikulum ini bertujuan membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi
pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni.
Cirinya, muatan materi pelajaran bersifat teoretis, tidak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada
kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik
sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Pemerintah memperbaiki kurikulum pada tahun itu. Kurikulum ini menekankan
pendidikan lebih efektif dan efisien. Menurut Mudjito, Direktur Pembinaan TK dan
SD Departemen Pendidikan Nasional kala itu, kurikulum ini lahir karena pengaruh
konsep di bidang manajemen MBO (management by objective). Metode, materi, dan
tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI),
dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan.
Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Pada tahun 1994 pemerintah memperbarui kurikulum sebagai upaya memadukan
kurikulum kurikulum sebelumnya, terutama Kurikulum 1975 dan 1984. Namun,
perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik
berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai terlalu berat, dari muatan
nasional sampai muatan lokal. Misalnya bahasa daerah, kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain.
8. Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
Pada 2004 diluncurkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai pengganti
Kurikulum 1994. Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung
tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi sesuai, spesifikasi indikator-indikator
evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi, dan pengembangan
pembelajaran.
KBK mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, menekankan pada ketercapaian
kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil
belajar dan keberagaman. Kegiatan belajar menggunakan pendekatan dan metode
bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
9. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum ini hampir mirip dengan Kurikulum 2004. Perbedaan menonjol terletak
pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi
sistem pendidikan Indonesia. Pada Kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru dituntut mampu mengembangkan
sendiri silabus dan penilaian sesuai kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil
pengembangan dari semua mata pelajaran dihimpun menjadi sebuah perangkat
dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
10. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga
aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan
perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat
materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan
terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang
ditambahkan adalah materi Matematika.

D. Kurikulum Pendidikan Dasar di Indonesia


Sistem Pendidikan di Indonesia
Nama negara : Negara Ksesatuan Republik Indonesia (NKRI)
 Tujuan Pendidikan di Indonesia
Berdasarkan Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
Pendidikan nasional berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan Nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
 Jenjang Pendidikan Formal di Indonesia
Menurut Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada bab VI
pasal 16 disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal di Indonesia meliputi tiga
jenjang, yaitu: pendidikan Dasar, pendidikan Menengah, dan pendidikan Tinggi.
 Kurikulum
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah menerapkan
tujuh kali perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum
1984, kurikulum 2004, dan yang sekarang berlaku yaitu Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di
dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang
ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia,
IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.

E. Kurikulum Pendidikan Tinggi di Indonesia


Diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi, mendorong semua perguruan tinggi untuk menyesuaikan diri
dengan ketentuan tersebut.
Kurikulum Pendidikan Tinggi (KPT) sesungguhnya mencerminkan spirit,
kesungguhan, dan tanggung jawab para pendidik untuk menyajikan pembelajaran secara
profesional untuk melahirkan lulusan yang bermutu, dan yang mampu beradaptasi dengan
lingkungannya, khususnya di era Industri 4.0. Kurikulum Pendidikan Tinggi merupakan
amanah institusi yang harus senantiasa diperbaharui sesuai dengan perkembangan
kebutuhan dan IPTEK yang dituang dalam Capaian Pembelajaran Lulusan.
Perguruan tinggi dalam menyusun atau mengembangkan kurikulum, wajib
mengacu pada KKNI dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Tantangan yang dihadapi
oleh perguruan tinggi dalam pengembangan kurikulum di era Revolusi Industri 4.0 adalah
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan literasi baru meliputi literasi data, literasi
teknologi, dan literasi manusia yg berakhlak mulia berdasarkan pemahaman ke- yakinan
agama.
Perguruan tinggi perlu melakukan reorientasi pe- ngembangan kurikulum yang
mampu menjawab tantangan tersebut. Kurikulum pendidikan tinggi merupakan program
untuk menghasilkan lulusan, sehingga program tersebut seharusnya menjamin agar
lulusannya memiliki kualifikasi yang setara dengan kualifikasi yang disepakati dalam
KKNI.

F. Kurikulum UNESCO
Pendidikan merupakan kebutuhan primer manusia, yang memang harus dipenuhi
sampai kapanpun dan dimanapun. Tanpa pendidikan seorang manusia akan sulit untuk
berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan begitu pendidikan harus betul – betul
diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
UNESCO adalah organisasi PBB yang bergerak dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan telah mencanangkan empat pilar pendidikan sekarang dna masa depan yang
perlu dikembangkanoleh seluruh lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan
formal. Empat pilar yang dimaksud adalah:
1. Learning to Know (Belajar untuk tahu)
Suatu pembelajaran itu tidak hanya sekedar dibaca dan hasil akhir dari
pembelajaran itu, melainkan berorientasi dalam proses pembelajaran , belajar itu untuk
mengetahui, memeperdalam dan memanfaatkan pengetahuan itu sendiri. Dalam
pelaksanaannya banyak pandangan atau perspektif mengenai learning to know. Namun
yang utama adalah tenaga pendidik diarahkan sebagai fasilitator yang dapat menuntun atau
mengarahkan para peserta didik dalam pemecahan masalah, berdialog, dan pengembangan
pengetahuan ataupun ilmu tertentu.
2. Learning to do (belajar untuk terampil melakukan sesuatu)
Learning to do secara umum berarti belajar berkarya untuk megembangkan potensi
yang dimiliki, selain itu ada juga definisi mengenai belajar berkarya yaitu pertma Belajar
adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil
dari pengalaman atau latihan yang diperkuat, kedua berkarya artinya mengerjakan suatu
pekerjaan sampai menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi semua orang. Lalu apa
sebenarnya pengertian dari learning to do secara lebih jelas berikut ini hakikat dari
learning to do.
Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) adalah sebuah aspek
psikomotorik yang harus diberikan kepada anak didik. Aspek psikomotorik ini dapat
diterjemahkan dalam segala kegatan belajar – mengajar.
Proses pembelajaran dalam konsep learning to do adalah peserta didik harus mau
dan mampu (berani) mengaktualisasi keterampilan yang dimilikinya, selain bakat dan
minat yang telah dimiliki sejak awal. Berani mengaktualisasi minat dan bakatnya, berarti
peserta didik diarahkan untuk menyadari kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
Kelebihan yang dimiliki harus senantiasa diasah untuk meningkatkan kemanfaatannya
(menambah keterampilannya) dan juga pengetahuan akan kekurangan yang dimiliki
memberikan sebuah tantangan untuk memperbaiki sehingga peserta didik nantinya akan
menjadi manusia yang lebih unggul dimasa yang akan datang.
Selanjutnya yang dapat mengajarkan mengenai learning to do adalah sekolah
sebagai lembaga pendidikan yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk dapat
mengembangkan potensi yang dimilki peserta didik, salah satunya yaitu Sekolah
Menengah kejuruan (SMK) yang mengajarkan pada siswa tidak hanya pengetahuan saja
tetapi juga mengembangkan keterampilan yang nantinya mempersiapkan peserta didik
untuk dapat bersaing di dunia kerja. Jadi initinya bahwa learning to do lebih menekankan
pada pengembangan keterampilan dan potensi yang dimilki peserta didik serta merupakan
aktualisasi dari learning to know.
3. Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang)
Erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan,
tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang aktif, proses
pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas untuk berkreasi.
Sebaliknya bagi anak yang pasif, peran tenaga pendidik sebagai pengarah sekaligus
fasilitator sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri peserta didik secara maksimal.
4. Learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama)
Learning to live together dalam bahasa Indonesia artinya belajar untuk bisa hidup
bersama , maksudnya yaitu dengan terus belajar kita akan terus mendapatkan wawasan
yang baru mengenai sesuatu hal kita tidak ketahui sebelummnya.
Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa learning to live together lebih
menekankanindividu untuk dapat hidup bersama, dan untuk dapat merealisasikan hal
tersebut perlu adanya hal hal dibawah ini
1. Memahami diri sendiri, satu sama lain dan dunia
2. Menggunakan teknologi baru secara kritis
3. Mencari tempat kita di masyarakat
4. Membangun dunia lebih layak dan lebih adil
Dan dalam mencapai keberhasilan yang diinginkan, yaitu dapat hidup bersama
tanpa adanya rasa keberatan atau ketidaknyamanan pada diri sendiri pastilah terdapat
masalah-masalah demi terciptanya kehidupan bersama tersebut, dan masalah-masalah itu
di antaranya :
1. Menemukan orang lain dengan menemukan diri sendiri
2. Mengadopsi perspektif kelomppok etnis, agama dan social lainnya
3. Berpartisipasi dalam proyek dengan orang-orang dari kelompok
4. Mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan ketegangan dan konflik.
Dalam mengatasi hal tersebut perlu adanya pendidikan, karena learning to live
together lebih menekankan individu untuk dapat hidup berasana dimasyarakat sebagi salah
atu contohnya, maka institusi lembaga pendidikan masyarajatlah yang dpat mengatasi hal
tersebut. Institusi pendidikan masyarakat adalah suatu lembaga pendidikan, yang berguna
sebagai fasilitator dari masyarakat suatu daerah atau suatu wilayah, yang tentunya
bertujuan untuk memfasilitasi pembelajaran. Dan di dalam institusi pendidikan masyarakat
terdapat tiga tingkatan pendidikan, yaitu Pendidikan Dasar, Pendidikan Menegah dan
Pendidikan Tinggi.

Kelebihan dan kekurangan dari kurikulum yang diterapkan pemerintah Indonesia dan yang di
sarankan oleh UNESCO yaitu.
Kelebihan kurikulum yang di terapkan di Indonesia (2013)
1. Siswa di tuntut aktif dalam kegiatan belajar di sekolah.
2. Penilaian.nya lebih merata di semua aspek seperti, religi,praktek,sikap dll
3. Ditanamkannya nilai2 budi pekerti di semua mata pelajaran
4. Terlihat jelasnya persaingan antar siawa dalam meraih prestasi.
Kekurangan kurikulum 2013.
1. Banyak oknum guru yang memanfaatkan kurikulum tersebut untuk bermalas-malasan.
Karena guru hanya sebagai fasilisator.
2. Kurangnya guru yang memiliki kemampuan yang memadai.
3. Apa bila ada siswa yang pasif maka anak tersebut bisa tertinggal materi oleh teman lain.
4. Banyak guru yang belum siap dengan kurikulum 2013 tersebut.
Kelebihan kurikulum yang di sarankan UNESCO.
1. Di tuntut untuk memahami materi/tidak hanya menghafalkan.
2. Siswa di kembangkan sesuai bakat dan minatnya.
3. Siswa di latih untuk percaya diri.
4. Di tuntut untuk mendalami informasi dan teknologi.
Kekurangan kurikulum yang di sarankan UNESCO.
1. Kurangnya penekanan nilai nilai agama.
2. Kurangnya tenaga pengajar yang berkompeten dalam kurikulum tersebut.
3. Kurangnya fasilitas penunjang kurikulum tersebut di sekolah sekolah tertentu.

G. Kurikulum Negara Lain


1. Malaysia
a. Pendidikan Malaysia
Sistem pendidikan di Malaysia diatur oleh Kementerian Pendidikan Malaysia
(KPM). Pendidikan formal yang ada di Malaysia dimulai dari Pra-sekolah, Pendidikan
Rendah, Pendidikan Menengah, Pendidikan Pra-Universitas dan Pengajian Tinggi.
Pendidikan merupakan tanggungjawab pemerintah federal. Sistem pendidikan nasional
meliputi pendidikan prasekolah hingga perguruan tinggi. Pada tahun 2004 pendidikan
prasekolah, dasar dan menengah berada dibawah yurisdiksi Kementrian Pendidikan
(the Ministry of Education). Sedangkan pendidikan tinggi merupakan tanggungjawab
Kementerian Pendidikan Tinggi (the Ministry of Higher Education).
Semua bentuk penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada visi dan misi.
Adapaun visi dan misi utama pemerintahan Malaysia adalah menjadikan negerinya
sebagai pusat pendidikan berkualitas dan siap bersaing dangan lembaga pendidikan
tinggi di negara lain seperti Singapura dan Australia
b. Manajemen Pendidikan
Pada dasarnya sekolah di Malaysia dan Indonesia tidak jauh berbeda.
Perbedaan yang menonjol dari pendidikan kedua negara tersebut pada nama jenjang
kedua negara. Tingkatan jenjang pendidikan juga berbeda contohnya ada pada jenjang
sekolah menengah dimana sekolah menengah Malaysia ditempuh dalam jenjang waktu
5 tahun sedangkan di Indonesia 6 tahun. Negara Malaysia cenderung lebih maju di
bidang pendidikan karena kurikulum yang dipakai baku dan tidak sering ada pergantian
kurikulum.
2. Singapura
a. Pendidikan Singapura
Sistem pendidikan Singapura bertujuan untuk menyediakan pengetahuan dasar
dan agama bagi murid-murid. Untuk menyatukan keberagaman karasteristik perbedaan
ras dan budaya di Singapura, keberagaman bahasa, setiap siswa belajar Bahasa Inggris
sebagai bahasa keseharian. Siswa juga belajar Bahasa Ibu mereka (China, Malaysia dan
Tamil/ Thailand) untuk membantu mereka mempertahankan identitas, budaya,
warisan, dan nilai-nilai bangsa.
Pendidikan formal di Singapura dimulai dari jenjang Kindergarten School atau
setara dengan Taman Kanak-Kanak (TK) di Indonesia. Setelah lulus Kindergarten
School, siswa melanjutkan ke jenjang Primary School atau setara dengan Sekolah
Dasar (SD) di Indonesia selama enam tahun. Untuk menuju ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, siswa – siswa harus mengikuti Primary School Leaving Examination
(PSLE). Kemudian pendidikan dilanjutkan ke jenjang Secondary School selama empat
atau lima tahun. Secondary School dibagi menjadi empat jalur. Special/ Express
Course, Normal (Academic) Course, Normal (Technical) Course, dan Integrated
Programme (IP) Course. Special/ Express Course adalah empat tahun pendidikan yang
diakhiri dengan Singapore Cambridge General Certificate of Education (GCE)
‗O‘Level Examination. Di jalur ini, siswa mempelajari Bahasa Inggris dan Bahasa Ibu,
Matematika, Sains dan Budaya (Sosial). Sekolah diijinkan untuk menawarkan Applied
Grade Subject (AGS) sebagai tambahan atau pengganti kurikulum untuk menawarkan
berbagai pilihan kepada siswa. AGS secara umum mengajak murid untuk berlatih atau
berorientasi pada pendidikan seperti politeknik.
b. Manajemen Pendidikan
Kemajuan pendidikan di Singapura didukung oleh banyak faktor. seperti
adanya fasilitas yang memadai. Contohnya, setiap sekolah di Singapura memiliki akses
internet bebas. Setiap sekolah juga memiliki web sekolah yang berguna untuk
menghubungkan siswa, guru, dan orangtua.. Selain itu, di setiap kelas terdapat Liquid
Crystal Display (LCD) untuk proses pembelajaran. Fasilitas lainnya yaitu tersedianya
sistem transportasi yang memiliki akses ke semua sekolah di Singapura yang
memudahkan siswa untuk menuju ke sekolahnya. Faktor biaya juga sangat
mempengaruhi kualitas pendidikan. Karena jika biaya sekolah murah, setiap orang di
negara tersebut dapat mengenyam pendidikan dengan mudah.
Di Singapura, biaya pendidikan disesuaikan dengan kemampuan rakyat,
ditambah lagi dengan beasiswa bagi rakyat yang kurang beruntung. Faktor lain yang
menyebabkan Singapura menjadi negara dengan sistem pendidikan terbaik di ASEAN
adalah faktor pendidik. Proses penyaringan untuk menjadi guru sangat ketat dan calon
guru yang diterima disesuaikan dengan jumlah guru yang diperlukan, sehingga semua
calon guru tersebut pasti akan mendapatkan pekerjaan. Setelah teraudisi, para calon
guru diberi pelatihansebelum bekerja, sehingga guru-guru sudah mendapatkan
pembekalan sebelumnya. Selain itu, gaji yang diberikan untuk guru-guru di Singapura
juga banyak. Hal itu menyebabkan kehidupan guru-guru terjamin kesejahteraannya.
3. Korea Selatan
a. Pendidikan Korea
Salah satu keputusan Dewan Nasional Republik Korea tahun 1948 adalah
menyusun undang-undang pendidikan. Sehubungan dengan hal ini, maka tujuan
pendidikan Korea Selatan adalah untuk menanamkan pada setiap orang rasa Identitas
Nasional dan penghargaan terhadap kedaulatan Nasional, menyempurnakan
kepribadian setiap warga Negara, mengemban cita-cita persaudaraan yang
universal,mengembangkan kemampuan untuk hidup mandiri dan berbuat untuk Negara
yang demokratis dan kemakmuran seluruh umat manusia, dan menanamkan sifat
patriotisme. Secara umum sistem pendidikan di Korea Selatan terdiri dari empat
jenjang pendidikan formal yaitu : Sekolah dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama,
SLTA dan pendidikan tinggi. Keempat jenjang pendidikan ini adalah: grade 1-6 (SD),
grade 7-9 (SLTP), 10-12 (SLTA), dan grade 13-16 (pendidikan tinggi/program S1),
serta program pasca sarjana (S2/S3). Visualisasi grade pendidikan yang dimaksud
adalah:
b. Sekolah dasar merupakan pendidikan wajib selama 6 tahun bagi anak usia 6 dan
11tahun, dengan jumlah lulusan SD mencapai 99,8%, dan putus sekolah SD
0,2%.
c. SMP merupakan kelanjutan SD bagi anak usia 12-14 tahun, selama 3 tahun
pendidikan.
d. Kemudian melanjutkan ke SLTA pada grade 10-11 dan 12, dengan dua pilihan
yaitu: umum dan sekolah kejuruan. Sekolah kejuruan meliputi pertanian,
perdagangan, perikanan dan teknik. Selain itu ada sekolah komperhensif
yangmerupakan gabungan antara sekolah umum dan sekolah kejuruan, yang
merupakan bekal untuk melanjutkan ke akademik (junior college) atau
universitas (senior college).
e. Pendidikan tinggi/akademik (junior college) atau universitas program S1 (senior
college), pada grade 13-16, dan selanjutnya ke program pasca sarjana (graduate
school) gelar master/doktor.
b. Manajemen Pendidikan
Kekuasaan dan kewenangan dilimpahkan kepada menteri pendidikan. Di
daerah terdapat dewan pendidikan. Pada setiap provinsi dan daerah khusus (Seul dan
Busan) masing-masing dewan pendidikan terdiri dari tujuh orang anggota dan dipilih
oleh daerah otonom. Anggaran pendidikan korea selatan berasal dari anggaran negara,
dengan total anggaran 18, 9 % dari anggaran negara. Pada tahun 1995 ada kebijakan
wajib belajar 9 tahun , sehingga forsi anggaran terbesar diperunttukkan program
tersebut. Adapun sumber pendidikan dari pajak pendidikan, keuangan pendidikan
daerah, dunia industri khusus bagi pendidikan kejuruan.
Reformasi kurikulum pendidikan di Korea dilaksanakan sejak tahun 1970
dengan mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam kelas dan pemanfaatan
teknologi, adapun yg dikerjakan oleh guru meliputi lima langkah yaitu : perencanaan
pengajaran, diagnosis murid, membimbing siswa belajar dengan berbagai program, tes
dan menilai hasil belajar. Disekolah tingkat menengah tidak diadakan tes masuk hal ini
dikarenakan ada kebijakan equel accesbility atau kesekolah menengah di daerahnya.
4. Jepang
a. Pendidikan Jepang
Sebelum perang dunia II, sistem pendidikan Jepang memiliki banyak jalur,
namun setelah tahun 1980 pemerintah jepang melakukan reformasi di bidang
pendidikan. Taman kanak-kanak (TK) menerima anak berusia 3-5 tahun, sedangkan
pendidikan dasar (SD) menerima siswa yg berusia 6 tahun dengan jumlah mata
pelajaran bervariasi yaitu 850 jam pelajaran/tahun. Sedangkan untuk pendidikan
menengah pertama berlangsung selama tiga tahun dengan jumlah jam pelajaran
1015/tahun. Tingkatan pendidikan di Jepang sama dengan di Indonesia yaitu dengan
menggunakan sistem 6-3-3 (6 tahun SD, 3 tahun SMP, tiga tahun SMA) dan Perguruan
Tinggi.
Pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama digolongkan
sebagai Compulsory Education dan Sekolah Menengah Atas digolongkan sebagai
Educational Board. Di Jepang Pendidikan dasar tidak mengenal ujian kenaikan kelas,
tetapi siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan
naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir juga tidak ada, karena SD dan SMP
masih termasuk kelompok compulsory education, sehingga siswa yang telah
menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP. Selanjutnya
siswa lulusan SMP dapat memilih SMA yang diminatinya, tetapi kali ini mereka harus
mengikuti ujian masuk SMA yang bersifat standar.
b. Manajemen Pendidikan
Kementrian memberikan pedoman untuk menyusun kurikulum mata pelajaran
serta persyaratan kredit mulai dari TK hingga kperguruan tinggi. Kementrian juga
bertanggung jawab terhadap pengembangan buku teks untuk sekolah dasar dan
menengah. Kemudian distrik terdapat dewan pendidikan yang bertanggung jawab
terhadap suvervisi atas masalah-masalah personal pada lembaga pendidikan
pemerintah, memberikan inservice training asset cultural, dan memberikan nasihat
kepada lembaga-lembaga pendidikan.
Kurikulum sekolah ditentukan oleh menteri pendidikan yang kemudian
dikembangkan oleh dewan pendidikan distrik dan kota. Pada semua tingkat pendidikan
di jepang harus menempuh berbagai ujian yang merupakan syarat untuk naik kelas
atau untuk mendapatkan ijazah. Bagi siswa yang kehadirannya kurang dari 5 % tahun
belajar dan hasil ujian jelek maka diwajibkan untuk mengulang pada level yang
sama.Kurikulum disusun oleh sebuah komite khusus dibawah control kementrian
pendidikan (MEXT). Komisi kurikulum terdiri dari praktisi dan pakar pendidikan ,
wakil dari kalangan industri dan wakil MEXT. Komisi ini bertugas mempelajaritujuan
pendidikan Jepang yang terdapat dalam fundamental education law lalu menyesuaikan
dengan perkembangan yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri. Pembaharuan
krikulum jepang setiap 10 tahun sekali.
5. Finlandia
a. Pendidikan Finlandia
Tujuan utama dari kebijakan pendidikan Finlandia adalah semua warga
mendapatkan kesempatan yang sama dalam hal menerima pendidikan, tanpa
memperhitungkan usia, tempat tinggal, situasi keuangan, jenis kelamin atau orang tua.
Pendidikan dianggap sebagai salah satu hak-hak dasar semua warga negara. Pertama,
ketentuan tentang pendidikan dasar menjamin hak setiap orang untukmendapatkan
pendidikan dasar secara gratis, yang juga merupakan ketentuan wajib belajar. Kedua,
pejabat publik juga berkewajiban untuk menjamin setiap orang sama dalam
memperoleh pendidikan lainnya selain pendidikan dasar sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan khusus, dan untuk mengembangkan diri agar terhindar dari kesulitan
ekonomi.
Pejabat publik wajib menyediakan untuk kebutuhan pendidikan di Finlandia).
Jenjang Pendidikan di Finlandia meliputi: Pra pendidikan dasar, Pendidikan dasar dan
menengah, Tertiary pendidikan, Pendidikan tinggi, dan Pendidikan dewasa.
b. Manajemen Pendidikan
Setiap guru di Finlandia minimal harus bergelar master alias S2. Hanya 11
universitas yang memiliki program pendidikan guru, jadi memudahkan dalam
mengontrol kualitas dan standar konsistensi program pendidikan. Untuk mendapat
gelar master, mahasiswa harus menyelesaikan 5 tahun pendidikan research-based yang
menekankan pengetahuan tentang pedagogic. Dalam hal kurikulum, pemerintah hanya
membuat panduan umum berupa target (goals). Dan guru diberi kebebasan bagaimana
caranya untuk mencapai target tersebut. Guru bebas memakai metode mengajar
maupun buku teks apa pun. Guru mengajar kelompok siswa yang sama sampai
beberapa tahun. Dengan demikian, guru dapat lebih mengenal siswa-siswanya
sekaligus dapat memantau perkembangan akademik,sosial dan emosionalnya. Satu
kelas maksimal jumlah siswa hanya 12 orang sehingga guru dapat lebih mudah
memantau seluruh siswanya.
Tidak ada standarisasi pendidikan di Finlandia karena berlawanan dengan
kreatifitas. Selain itu, guru di Finlandia menekankan pentingnya waktu bermain, yang
dipercaya dapat meningkatkan performa akademik siswa, membantu perkembangan
kognitif, afektif dan sosial. Prinsipnya dalam 1 jam pelajaran, 45 menit dialokasikan
untuk belajar dan 15 menit untuk bermain bebas sesuai kehendak siswa. Karenanya,
waktu istirahat sangat banyak di sekolah-sekolah Finlandia bahkan hingga sekolah
lanjutan atas. Guru mengurangi mengajar dengan metode ceramah dengan persentase
40% guru dan 60% siswa. Wajib belajar adalah 9 tahun. Tidak memberlakukan
pemisahan pendidikan dasar dan lanjutan sehingga tidakperlu berganti sekolah di usia
13 tahun. Kebijakan ini dilakukan untuk menghindari masa transisi yang perlu dialami
oleh siswa, yang dianggap dapat mengganggu pendidikan mereka.
KESIMPULAN

Pentingnya kurikulum di dalam civitas akademika yaitu ibarat kurikulum bagaikan ruh dari
civitas akademika yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Baik atau tidaknya civitas
akademika tergantung pada kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah. Segala bentuk kegiatan,
mata pelajaran, sistem penilaian, cara mengajar dll, di tentukan berdasarkan kurikulum. jadi,
berhasil atau gagalnya pendidikan di suatu negara, sebagian besar dipengaruhi oleh kurikulum
yang di terapkan di negara tersebut. Contohnya Indonesia, kita sudah mengalami 7 kali pergantian
kurikulum yaitu sejak kurikulum 1968 hingga sekarang yaitu kurikulum 2013.
Dengan adanya pergantian kurikulum tersebut diharapkan seiring berjalannya waktu.
Kurikulum di negara Indonesia berkembang dan lebih baik dari kurikulum sebelum sebelum nya.
Sekarang, di Indonesia kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013. Dimana pada
kurikulum tersebut siswa diharapkan aktif di kelas mencari materi atau memecahkan masalah
tentang materi yg dipelajari saat itu. Dan guru hanya sebagai pemebantu siswa saat siswa
mengalami kesulitan. Hal ini membuat siswa lebih mandiri, dan belajar berusaha memecahkan
suatu masalah. Meskipun masih ada kekurangannya, tetapi kurikulum ini lebih baik jika
dibandingkan kurikulum sebelum.nya dimana kurikulum sebelumnya siswa masih di beri materi
langsung oleh guru. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan kurikulum akan mempengaruhi
kegiatan civitas akademika di suatu negara.
Jadi baik atau tidaknya pendidikan di suatu negara sebagian besar di pengaruhi oleh
kurikulum pendidikan di negara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, Akhmad.2008 Pengertian Kurikulum diakses dari


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pengertian-kurikulum/
GMB Indonesia.2018 Perkembangan Kurikulum di Indonesia hingga Kurikulum 2013 diakses
dari https://gmb-indonesia.com/2018/05/20/perkembangan-kurikulum-di-
indonesia-hingga-kurikulum-2013-k13/
Nuryamin, Arie.2013 Resume Empat Pilar Pendidikan UNESCO diakses dari
http://arienuryamin.blogspot.com/2013/10/resume-empat-pilar-pendidikan-
unesco_16.html
Aqshadigrama, Muhammad.2018 Integrasi Empat Pilar UNESCO dalam Sistem Pendidikan
Indonesia diakses dari https://radarjogja.jawapos.com/2018/12/11/integrasi-
empat-pilar-unesco-dalam-sistem-pendidikan-indonesia/
-------------------------- Membandingkan Kurikulum dengan Negara Lain diakses dari
https://osf.io/8k2sj/download/
Ahmad, Jumal.2014 Perihal Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum 2013 diakses dari
https://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2014/04/27/perihal-keunggulan-dan-
kelemahan-kurikulum-2013/

Anda mungkin juga menyukai