Anda di halaman 1dari 7

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : M. Dzulkhan Zulmi

NIM : E101211071

Prodi : Pembangunan Sosial

Mata Kuliah : Pengorganisasian Masyarakat & Advokasi Kebijakan

Dosen Pengampu : Dr. Sudirman, M.Si


JAWABAN SOAL UTS

1. A. Proses membangun komunitas mobilizable disebut “Pengorganisasian masyarakat”.


ini melibatkan “kerajinan” dan membangun sebuah jaringan abadi orang, yang
mengidentifikasi dengan cita-cita bersama, dan siapa yang bias terlibat dalam aksi
sosial  atas dasar cita-cita. Dalam prakteknya, jauh lebih dari micromobilization atau
strategi franning (snow et al, 1986) Pengorganisasian masyarakat adalah proses kekuatan
bangunan yang meliputi orang dengan masalah dalam mendefinisikan komunitas mereka,
mengidentifikaikan masalah yang mereka ingin alamat, solusi mereka ingin mangejar,
dan metodeyang mereka akan gunakan untuk menacapai solusi mereka konfrontasi, dan
dengan bujukan atau bernogosiasi dengan mereka untuk mencapai tujuan masyarakat.
(Charles tilly, 1984) Pengorganisasian masyarakat adalah pekerjaan yang terjadi pada
pengaturan local untuk memberdayakan individu, membangun hubungan, dan membuat
tindakan untuk perubahan social.
Bermula Di Amerika Serikat Periode 1865 – 1914 Dikelompokan Menjadi 2 (Dua)
Kategori: Pertama, Aktivitas yg dijalankan individu/institusi Tentang Kesejahteraan
SosiaL (bidangsosialekonomi bagi masyarakat miskin)
Kedua, Aktivitas yg tdk ada hubungan langsung dengan kegiatan pengorganisasian
masyarakat.
-Periode 1915–1929,-Peningkatan institusi ygbergerakdibidang kesejahteraan,
seiringmeningkatnya URBANISASI. Misalnya Peningkatan kebutuhan lembagaterhadap
pendanaan, utk organisasi profesional.
-Periode 1929–1954 Berkembangnya profesi dan Pendidikan Profesional dibidang
Pengorganisasian Masyarakat, disertai Praktik Pengorganisasian Masyarakat. Pada
Periodeini, Tdkbanyak inovasi (penemuanbaru) dibidang pengorganisasian masyarakat
seperti dua periode sebelumnya.
-Periode 1955-1968 Pertumbuhan pada Pergerakan hak-hak warga sipil, seperti
Pergerakan yang dilakukanoleh “Martin Luther King, Jr”. Mulai meningkatnya
tanggungjawab pemerintah pusat untuk membantu menangani masalah-masalah
domestik, pada daerah local dan negara-negara bagian.
-Periode 1969 dan selanjutnya awal masuknya “Nixon Mandela” ke Gedung putih. Nixon
memberi dorongan secara lebih lengkap antara masyarakat dan perencanaan sosial, yang
terwujud dalam program bantuan pengembangan masyarakat. Berbeda dengan masa
Presiden Ronald Reagan peranan pemerintah pusat kurang dalam penanganan masalah
sosial dan masayarakat local.
B. Jack Rothman mengartikan pengorganisasian masyarakat sebagai bentuk intervensi
pada tingkat masyarakat (community level) yang diarahkan untuk peningkatan atau
perubahan lembaga -lembaga kemasyarakatan dan pemecahan masalah masyarakat..
Dengan berdasarkan pengertian tersebut, Rothman membedakan tiga model
pengorganisasian masyarakat, yaitu : model A (Locality Development), model B (Social
Planning) dan model C (Social Action). Model A mengambil asumsi bahwa perubahan
masyarakat berlangsung secara optimal jika ada partisipasi dari berbagai anggota
masyarakat dalam penetapan tujuan dan pelaksanaan tindakan. Contohnya adalah
program - program pengembangan masyarakat. Model B terutama menekankan pada
aspek tehnis dalam penyelesaian masalah dengan melalui perencanaan yang baik dan
rasional, sedangkan partisipasi masyarakat sifatnya bevariasi tergantung dari
permasalahan yang dihadapi. Contohnya adalah kegiatan -kegiatan pembangunan yang
disusun oleh Badan Perencana pembangunan ( Daerah maupun Nasional). Model C
mempunyai tujuan utama untuk mengadakan perubahan mendasar pada lembaga -
lembaga kemasyarakatan. sasaran utamanya adalah penataan kembali struktur kekuasaan,
sumber -sumber dan proses pengambilan keputusan. Model ini tampak pada perjuangan
dari keleompok -kelompok yang "tertindas" dalam usahanya untuk memperoleh
perlakuan yang lebih adil dan demokratis.
Manfaatnya:
1. Memungkinkan diperolehnya hasil yang lebih baik dalam keterbatasan sumber yang
ada. Pada dasarnya memang selalu ada keterbatasan dana, tenaga maupun teknologi yang
dimiliki oleh pemerintah atau lembaga swasta. Dibukanya kesempatan keada masyarakat
untuk mengorganisasi kegiatan dengan menggunakan sumber -sumber yang ada akan
memberikan kesempatan kepada pemerintah/lembaga untuk membantu lebih banyak
kegiatan di tempat -tempat lainnya. Selain itu kesempatan untuk megorganisasi diri juga
memungkinkan digalinya potensi setempat yang semula tidak terlihat.
2. Membantu perkembangan masyarakat. Dengan diperolehnya pengalaman belajar maka
kemampuan masyarakat akan berkembang diikuti dengan tumbuhnya rasa percaya diri
akan kemampuan mereka untuk mengatasi masalah.
3. Menumbuhkan rasa kebersamaan (we -feeling). Pengalaman bekerjasama diantara
sesama anggota masyarakat untuk mengatasi masalah -masalah bersama akan
meningkatkan pengenalan diri diantara mereka sehingga dapat dirasakan tumbuhnya rasa
kebersamaan.

C. Perkembangan sejarah CO dan CD di atas saling melengkapi, baik dari yang


berkembang dari koloni Inggris (CD) maupun yang berkembang di Amerika Serikat
(CO). Namun, keduanya berkembang dari latar belakang sejarah yang berbeda.
Brokensha dan Hodge (1969, dalam Adi, 2008:216-218) melihat perbedaan terletak pada
dua hal, yakni pada cakupan wilayah, dan pada tahapan proses. Perihal cakupan wilayah,
pengorganisasian masyarakat di Amerika Serikat pada mulanya lebih banyak
berkembang di dalam negeri. Sedangkan untuk bangsa Inggris, pengambangan
masyarakat pada umumnya diujicobakan di negara-negara koloni seperti Afrika.
Sementara pada tahapan proses, proses pengembangan masyarakat yang dilakukan
pemerintah Inggris merupakan respon pragmatis terhadap kebutuhan yang dirasakan
daerah koloni mereka, yang pada dasarnya merasa kurang mendapatkan layanan yang
memadai di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan dalam arti sempit.
Sedangkan di Amerika, pengorganisasian masyarakat dimulai pada pengembangan sektor
pertanian, yang baru kemudian bergerak ke masalah perkotaan. Kemudian, keduanya
melihat bahwa pengorganisasian masyarakat sebagai pendekatan lebih tepat digunakan
pada daerah perkotaan, sedangkan pengembangan masyarakat lebih tepat digunakan
untuk daerah pedesaan. Kritikan muncul dari Dunham dan Milson (Dunham [1958],
Milson [1974], dalam Adi, 2008: 218-223). Dunham melihat bahwa apa yang dikenal
sebagai pengembangan masyarakat (community development) di Inggris, di Amerika
dikenal dengan nama peningkatan kondisi masyarakat (community improvement).
Dunham mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai “Berbagai upaya yang
terorganisasi yang dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat,
terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan kemandirian dari
masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan bantuan teknis dari
pemerintah atau lembaga-lembaga sukarela.” Ada 5 prinsip dari Dunham bagi mereka
yang berminat pada CO atau CD: (1) pentingnya kesatuan kehidupan masyarakat, (2)
pendekatan antar-tim dan multi-lapisan, (3) kebutuhan akan community worker yang
serba bisa di pedesaan, (4) pentingnya pemahaman akan pola budaya masyarakat lokal,
dan (5) prinsip kemandirian dalam pengembangan masyarakat.
Sementara itu, Milson melihat bahwa istilah “pengembangan masyarakat” yag digunakan
pada berbagai literature di Inggris tersebut serupa dengan istilah “pengorganisasian
masyarakat” di Amerika Serikat. Selain itu, Milson melihat soal penggunaan istilah
pengembangan masyarakat di negara sedang berkembang dan di negara yang sudah
berkembang. Pada negara yang sudah berkembang (developed countries), pengembangan
masyarakat tidak terlalu difokuskan pada penyediaan kebutuhan dasar masyarakat tetapi
lebih diarahkan pada mengembangkan proses demokrasi, memperbaiki proses demokrasi
yang ada, dan mengembangkan konklusi logis dari masalah-masalah yang ada. Tujuan
utama pergerakan adalah pengembagan harga diri (dignity) dan kepuasan partisipasi.
Sedangkan pada negara yang sedang berkembang, fokus perhatian dari pengembangan
masyarakat lebih diarahkan pada peningkatan kesehatan masyarakat, peningkatan kondisi
ekonomi komunitas, pembuatan fasilitas infrastruktur, membangun fasilitas rumah untuk
kelompok ‘miskin’, mengembangkan pendidikan dasar, menengah dan kejuruan, serta
menyiapkan lapangan kerja.

2. A.Terjadinya aksi sosial didasarkan suatu pandangan masyarakat adalah sistem klien
yang sering kali menjadi ‘’KORBAN’’ ketidakadilan struktur. Aksi sosial berorientasi
pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui penyadaran,
pemberdayaan dan tindakan aktual untuk mengubah struktur kekuasaan agar lebih
memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan dan keadilan. Pekerja sosial masuk ke dalam 2
(dua) klasifikasi primer yaitu; (a) Praktik Langsung (aksi dengan para kelayan), dan; (b)
Praktik Tidak Langsung (aksi dengan sistem-sistem lain daripada para kelayan).

A). Aksi Praktik Langsung.

Praktik langsung menyangkut aksi dengan para individu, keluarga-keluarga, dan


kelompok-kelompok kecil yang memfokuskan pada perubahan baik transaksi dalam
keluarga atau sistem kelompok kecil atau dalam cara para individu, para keluarga dan
fungsi kelompok-kelompok kecil dalam hubungan dengan orang-orang dan institusi-
institusi kemasyarakatan dalam lingkungan mereka, misalnya aksi dalam situasi krisis,
aksi memberdayakan para kelayan.
Paraktik langsung tampaknya termasuk dalam kategori-kategori sebagai berikut;
1) Aksi yang dilakukan memungkinkan pengembangan hubungan-hubungan.
2) Aksi yang dilakukan untuk memungkinkan pengembangan pemahaman tentang
orang-orang dalam situasi-situasi tertentu.
3) Aksi yang dilakukan dalam proses perencanaan;
4) Aksi yang silakukana untuk memungkinkan kelayan mengetahui dan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia;
5) Aksi yang memberdayakan para kelayan;
6) Aksi yang dilakukan dalam situasi-situasi kritis;
7) Aksi yang dilakukan untuk mendukung keberfungsian social para kelayan;
8) Aksi yang dilakukan yang menggunakan aktivitas dengan para kelayan sebagai dasar
pertolongan;
9) Aksi yang dilakukan untuk memediasi antara para kelayan dengan suatu system
dalam lingkungan, dan
10) Aksi yang dilakukan dengan menggunakan model pekerjaan sosial klinis.

B). Aksi Praktik Tidak Langsung.

Aksi praktik tidak langsung adalah pekerja yang di dalamnya bekereja dengan
INDIVIDU, KELOMPOK, LEMBAGA dan MASYARAKAT atas nama individu dan
para kelayan keluarga. Pekerjaan ini sering bekerja dengan Lembaga dan system
masyarakat, mislanya aksi yang menyangkut pengaruh, aksi yang dirancang untuk
merubah lingkungan. Aksi-aksi yang biasa digunakan oleh pekerja sosial bergantung
pada skill pekereja, bergantung pada pada tujuan-tujuan pelayanan dan cara-cara biasa
yang lembaga gunakan untuk menyalurkan pelayanan.
Para pekerja cenderung untuk menggunakan satu atau lebih macam aksi yang lebih dari
pada macam aksi lainnya. Skill menggunakan berbagai tipe aksi berkembang melalui
penggunaan waktu yang cukup lama. Praktisi generalis memiliki dalam aksi-aksi
repertoire atau acara yang bekerja dengan para individu, kelompok-kelompok, keluarga-
keluarga, organisasi-organisasi dan masyarakat-masyarakat. Seringkali beberapa tipe aksi
dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diidentifikasi. Terjadi tumpang tindih antara
aksi-aksi yang mugkin atau strategi-strategi tersebut atau membuat perubahan-perubahan
didalamnya, sehingga membuahkan respon yang lebih baik terhadap situasi khusus.
Bila seorang pekerja sosial sedang memutuskan tentang macam-macam aksi yang
dilakukan dalam situasi tertentu, ada beberapa prinsip yang dapat digunakan, yang
termasuk.

1) Ekonomi.
Aksi yang dipilih haruskah yang memerlukan sekurang-kurangnya menggunakan waktu
dan energi baik oleh kalayan maupun pekerja. Pada umumnya seorang pekerja
menolong kelayan bekerja untuk dirinya sendiri apapun yang mungkin dilakukan
dengan pertolongan dan bekerja untuk seorang kelayan, hanya apa yang tidak dapat
kelayan lakukan untuk dirinya.

2) Hak Menentukan diri Sendiri Kelayan.


Aksi yang sangat diharapkan pada kelayan harus digunkan kapanpun yang mungkin.
Aksi pekerja direncanakan dengan kelayan selama fase perencanaan dari proses
pertolongan.
3) Individualisasi.
Tiap aksi yang dilakukan harus diadapsikan berbeda dengan kebutuhan-kebutuhan dan
karakteristik-karakteristik sistim kelayan tertentu dengan sistim mana aksi tersebut
digunakan. Hal ini memerlukan pekerja mengadaptasikan aksi, bergantung pada
karakteristik kelayan dan situasi dan menjadi kreatif dalam penggunaan tiap aksi
tersebut.

4) Pengembangan.
Aksi pekerja bergantung pada tahap perkembangan sistem kelayan, pada tahap
perkembangan yang berbeda individu, keluarga dan kelompok kecil, yang masing-
masing memerlukan macam pertolongan yang berbeda.

5) Saling Ketergantungan (Interdependence)


Aksi pekerja bergantung pada bagian aksi kelayan, ada selalu pertimbangan dari
aktivitas kelayan dan kapasitas kelayan untuk berubah. Aksi pekerja dan kelayan harus
saling melengkapi.

6) Fakus Pada Tujuan Pelayanan.


Aksi semua aksi harus dihubungkan dengan tujuan pelayanan sebagaimana
dikembangkan oleh pekerja dan kelayan bersama-sama selama tahap perencanaan.
untuk memungkinkan para kelayan menggunakan sumber-sumber yang tersedia untuk
beberapa kelayan hambatan besar untuk memenuhi kebutuhan adalah kurangnya
sumber. Kadang-kadang sumber-sumber ini tersedia tetapi kelayan tidak
menyadarinya atau tidak mengetahui bagaimana harus menggunakannya. Dalam suatu
masyarakat yang komleks dan berbeda, semua sumber tidak bertanggung jawab
kepada semua kelayan. Satu bagian dari pemahaman pekerja sosial generalist terhadap
terhadap masyarakat adalah mengetahui sumber mana yang dapat memenuhi
kebutuhan para kelayan. Bagian penting dari repertoire atau acara intervensi pekerja
sosial adalah abilitas atau kemampuan untuk menghadapkan kelayan dan sumber dan
kemungkinan kelayan menggunakan sumber-sumber yang tersedia dengannya.

B.

Anda mungkin juga menyukai