Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Community development diterjemahkan sebagai pembangunan masyarakat,
pengembangan masyarakat, maupun pemberdayaan masyarakat, merupakan sebuah
wacana yang telah dimulai sejak periode 1960 dunia telah pulih dari Perang Dunia II
dan mulai menapak jalan kesejahteraan. Pada periode itu, persoalan-persoalan
kemiskinan dan keterbelakangan mulai mendapatkan perhatian kalangan yang lebih
luas dan mendorong berkembangnya Community Development.
Partisipasi memiliki sejarah panjang dalam praktek pengembangan komunitas
namun itu dinamis baik dalam hal tujuannya maupun penerapannya (Hickey dan
Mohan, 2004; Cornwall, 2006). Misalnya pada tahun 1920an partisipasi dalam
pengembangan komunitas diberikan kepada masyarakat lokal di wilayah jajahan guna
mempermudah kerajaan Inggris memerintah wilayah tersebut (Lugard, 1922, dalam
Cornwall, 2006). Seiring perjalanan waktu, partisipasi mengalami perubahan makna
lagi. Oleh sebagian praktisi, pada tahun 1970an partisipasi dalam pengembangan
komunitas dimaknai sebagai upaya untuk mewujudkan keadilan sosial dengan
membebaskan masyarakat miskin dari penindasannya para penguasa ekonomi (Hickey
dan Mohan, 2004). Batten pada tahun 1974 merumuskan bahwa tujuan pengembangan
komunitas adalah memperbaiki keadaan masyarakat dengan memprioritaskan pada
pemberian bantuan kepada mereka yang paling perlu, khususnya orang-orang miskin
dan underprivileged. Nampak kental nuansa filantropi pada pengembangan komunitas
di era ini. Kemudian pada tahun 1980an, partisipasi dalam pengembangan komunitas
sering diartikan sebagai partisipasi masyarakat dalam pembiayaan proyek-proyek
pembangunan (Cornwall, 2006).
Dalam sejarahnya, praktek-praktek partisipasi dalam pengembangan komunitas
sering mendapat kritikan karena berbagai masalah yang dimunculkan atau karena
pencapaiannya yang tidak sesuai dengan yang semula dijanjikan. Praktek-praktek
partisipasi pada tahun 1930an dituduh hanyalah selubung dari upaya memperkuat
posisi elit-elit lokal dan merugikan orang yang paling miskin dan lemah (Cornwall,
2006) serta hanya menjadi strategi oleh administrasi kolonial Inggris untuk memberi
kepuasan sementara bagi masyarakat yang dijajah tanpa memberi kekuasaan penuh
(Cooke, 2004). Konsep partisipasi semacam ini lantas “dipinjam” dan dipraktekkan
oleh pemerintah Amerika Serikat untuk mengendalikan suku-suku Indian pada tahun
1940an (Cooke, 2004). Pada tahun 1990an, ketika isu kesetaraan gender semakin
mengemuka, kritikan dialamatkan pada posisi perempuan yang seringkali tetap
tertindas dalam kegiatan pengembangan komunitas secara partisipatif (Cornwall,
2006). Pengembangan komunitas secara partisipatif juga kerap dituduh sebagai alat
untuk menetralisir kritikan oleh berbagai pihak terhadap berbagai proyek yang
dijalankan lembaga-lembaga keuangan global seperti Bank Dunia (Cooke, 2004).
Kritikan lain terhadap pengembangan masyarakat secara partisipatif adalah bahwa

1
pihak luar (outsiders) memaknai perannya sebagai fasilitator secara dangkal, sehingga
jika program yang diinisiasi oleh outsiders itu gagal maka si outsiders menempatkan
faktor penyebab kegagalannya ada di pihak masyarakat lokal karena kurang
menjalankan partisipasi mereka, dan bukan kegagalan di pihak fasilitator (Henkel dan
Stirrat, 2001, dalam Cornwall, 2006).
Kegagalan maupun penyalahgunaan pengembangan komunitas secara
partisipatif menjadi kerap terjadi karena memang partisipasi itu tidak mudah untuk
dijalankan (Batten, 1974; Williams, 2004). Ilustrasi sederhanya adalah bahwa
memberitahukan sebuah ide atau inovasi kepada kelompok masyarakat akan jauh lebih
mudah daripada mengajak kelompok masyarakat tersebut untuk memikirkan,
mendiskusikan, memutuskan, dan menindaklanjuti kebutuhan dan kepentingan mereka
(Batten, 1974). Dan ada terlalu banyak lembaga outsiders yang menargetkan
penyediaan jasa-jasa kepada masyarakat tanpa melihat apakah jasa-jasa itu memang
penting atau benar-benar membantu masyarakat (Batten 1974), dan tanpa dibarengi
dengan proses mendasar untuk memberdayakan masyrakat agar mereka dapat lebih
mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (Hickey dan Mohan, 2004).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Community Development?
2. Apa saja prinsip-prinsip dari Community Development?
3. Apa saja asas-asas dari Community Development?
4. Bagaimana pendekatan dalam Community Development?
5. Apa saja model-model dalam Community Development?
6. Bagaimana penerapan dari Community Development?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan suatu gambaran, penjelasan
mengenai Community Development. Diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang
Community Development selain itu juga untuk menjadikan literatur untuk pembaca
guna menambah pengetahuan.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Community Development


Community development (pengembangan masyarakat) adalah upaya
mengembangkan sebuah kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif
berdasarkan prinsip-prinsip keadilan sosial dan saling menghargai .Para pekerja
kemasyarakatan berupaya memfasilitasi warga dalam proses tercipta nya keadilan
sosial dan saling menghargai melalui program-program pembangunan secara luas yang
menghubungkan seluruh komponen masyarakat. Pengembangan masyarakat
menerjemahkan nilai-nilai keterbukaan, persamaan, pertanggunjawaban, kesempatan,
pilihan, partisipasi saling menguntungkan saling timbal balik, dan pembelajaran terus
menerus. Inti dari pengembangan masyarakat adalah mendidik, membuat anggota
masyarakat mampu mengerjakan sesuatu dengan memberikan kekuatan atu saran yang
diperlukan dan memberdayakan mereka (FDCL,2003:1).
Pengembangan masyarakat adalah komitmen dalam memberdayakan
masyarakat lapis bawah sehingga mereka memiliki berbagai pilihan nyata menyangkut
masa depan nya.Masyarakat lapis bawah umumnya terdiri atas orang-orang
lemah,tidak berdaya dan miskin karena tidak memiliki sumber daya atau tidak
memiliki kemampuan untuk mengontrol sarana produksi.Mereka umumnya terdiri atas
buruh, petani penggarap, petani berlahan kecil, para nelayan, masyarakat hutan,
kalangan pengangguran, orang cacat, dan orang-orang yang di buat marginal karena
umur, keadaan gender ,ras, dan etnis.
Pengembangan masyarakat sering kali diimplementasikan dalam bentuk
kegiatan. Pertama,program-program pembangunan yang memungkinkan anggota
masyarakat memperoleh daya dukung dan kekuatan dalam memenuhi kebutuhannya.
Kedua,kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan warga
kurang mampu dapat di penuhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggung jawab
(Payne,199:165). Dengan demikian pengembangan masyarakat dapat didefenisikan
sebagai metode yang memungkinkan individu-individu dapat meningkatkan kualitas
hidup nya serta mampu memperbesar pengaruh terhadap proses-proses yang
memengaruhi hidupnya.Menurut Twelvetress, pengembangan masyarakat adalah “the
process of assisting ordinary people to improve own communities by undertaking
collective actions.”secara Khusus pengembangan masyarakat berhubungan dengan
upaya pemenuhan kebutuhan orang –orang yang tidak beruntung atau tertindas ,baik
yang disebabkan oleh kemiskinan maupun diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku,
gender, jenis kelamin, usia dan kecacatan (Edi Suharto,2003:12).

3
2.2 Prinsip-prinsip Community Development (Pengembangan Masyarakat)
Pengembangan masyarakat dengan berpijak pada kerangka konseptual yang di
kembangkan oleh teori-teori sosial kritis seperti Marxis dan teori feminis dalam rangka
mengkritisi praktik diskriminasi dan mengungkapkan struktur dan ideology yang
mendasari praktik diskriminasi.Secara garis besar ada 4 prinsip pengembgan
masyarakat( Kenny, Susan,1994: 17) : Pertama,Pengembangan Masyarakat menolak
pandangan yang tidak memihak pada sebuah kepentingan ( disinterest ). Kedua,
Mengubah dan terlibat pada konflik. Ketiga, Membebaskan, membuka masyarakat dan
menciptakan demokrasi parsipatori. Keempat, Kemampuan mengakses terhadap
program-program pelayanan kemasyarakatan.Berdasarkan keempat prinsip diatas yang
sifat nya sangat padat oleh karena itu penulis pada bagian ini memilih pembahasan
prinsip-prinsip pengembangan masyarakat secara lebih detail dan mendalam.Menurut
Jim Ife,pengembangan masyarakat mempunyai 22 prinsip. Antara lain satu prinsip
sama yang lain saling berkaitan dan saling melengkapi.Prinsip-prinsip ini diasumsikan
menjadi pertimbangan bagi sukses atau tidak nya suatu kegiatan pengembangan
masyarakat dan dianggap konsisten dengan semangat keadilan sosial dan sudut
pandang ekologis(Ife,Jim,1997: 178-198).Prinsip-prinsip ini dimaksudkan sebagai
seperangkat prinsip dasar yang akan mendasari pendekatan pengembangan masyarakat
bagi semua praktik kerja masyarakat.
Sedangkan Menurut Jim Ife, pengembangan masyarakat mempunyai 22
prinsip. Antara lain satu prinsip sama yang lain saling berkaitan dan saling
melengkapi.Prinsip-prinsip ini diasumsikan menjadi pertimbangan bagi sukses atau
tidak nya suatu kegiatan pengembangan masyarakat dan dianggap konsisten dengan
semangat keadilan sosial dan sudut pandang ekologis(Ife,Jim,1997: 178-198).Prinsip-
prinsip ini dimaksudkan sebagai seperangkat prinsip dasar yang akan mendasari
pendekatan pengembangan masyarakat bagi semua praktik kerja masyarakat.
1) Pembangunan Menyeluruh
Pembangunan sosial, ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan
personal/spiritual dari kehidupan masyarakat.Program pengembangan masyarakat
harus memperhatikan keenam aspek tersebut.Hal ini berarti bahwa keenam aspek
berjalan bersama-sama dan mendapatkan porsi yang sama, tetapi mungkin salah satu
diprioritaskan dengan tidak boleh meninggalkan yang lain. Contoh pembangunan
ekonomi tidak boleh meninggalkan kelima aspek pembangunan yang lainnya.
Pembangunan masyarakat yang hanya mengkonsentrasikan pada satu aspek saja, akan
menghasilkan pembangunan yang tidak lengkap.Oleh karena itu, hal yang penting bagi
pekerjaan masyarakat adalah berjalannya keenam aspek tersebut bersama-sama.
2) Melawan Kesenjangan Struktural
Pengembangan masyarakat hendaknya peduli terhadap beraneka praktik
penindasan kelas,gender, dan ras sebagai konsekuensinya,pengembangan masyarakat
tidak akan menimbulkan penindasan struktural baru .Oleh karena itu, para aktivis sosial
harus mencermati praktik-praktik penindasan yang kemungkinan terjadi dalam institusi

4
media, sistem sosial, struktur organisasi, bahasa, ekonomi, pasar dan iklan. Di luar hal
itu, perlu juga dicemati adanya praktik penindasan karena umur,ketidakmampuan fisik
dan keadaan gender. Struktur dan proses pengembangan masyarakat perlu
mengarahkan kepada struktur penindasan yang dominan.Pengembangan masyarakat
harus memfokuskan program nya kepada penanganan isu-isu
kelas,gender,ras,umur,ketidakmampuan dan seksualitas untuk mencengah penindasan
dimaksud.
3) Hak Asasi Manusia
Pengembangan masyarakat harus menjunjung tinggi penghargaan hak asasi
manusia.Hak asasi manusia perlu memperoleh perhatian secara serius bagi pekerja
masyarakat, baik dalam pandangan negatif (protection of human right) maupun positif
(promotion of human right).Dalam pandangan negatif, hak asasi manusia adalah
penting bagi pengembangan masyarakat.Oleh sebab itu, setiap program pengembangan
masyarakat harus selaras dengan prinsip-prinsip hak asasi dasar umat manusia.Dalam
pandangan positif, para aktivis pengembangan masyarakat menjadikan deklarasi
universal dan hak-hak asasi manusia sebagai tujuan pengembangan masyarakat.
4) Berkelanjutan
Pengembangan Masyarakat merupakan bagian dari upaya untuk membangun
tatanan sosial , ekonomi, dan politik baru, yang proses nya dan stukturnya secara
berkelanjutan. Setiap kegiatan pengembangan masyarakat harus berjalan dalam
kerangka berkelanjutan, bila tidak ia tidak akan dalam waktu yang lama. Keistimewaan
dari prinsip berkelanjutan adalah dapat membangun struktur,organisasi,bisnis,dan
industri yang dapt tumbuh dan berkembang dalam berbagai tantangan.Jika
pengembangan masyarakat berjalan dalam pola berkelanjutan diyakini akan dapat
membawa sebuah masyarakat menjadi kuat, seimbang dan harmonis, serta concern
terhadap keselamatan lingkungan.
5) Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya, kesempatan, pengetahuaan
dan keterampilan dalam rangka meningkatkan kemampuan warga miskin untuk
menentukan masa depan nya sendiri dan berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakatnya. Strategi pemberdayaan yang lengkap menuntut bahwa hambatan-
hambatan yang dihadapi oleh masyarakat dalam menggunakan kekuatannya dipahami ,
diperlihatkan, dan dipecahkan. Kendala-kendala ini berupa struktur yang menindas
(kelas,ras/etnis), bahasa, pendidikan, mobilitaspribadi dan dominasi para elite dalam
struktur kekuasaan masyarakat.Perlu dipahami oleh pekerja sosial bahwa
pemberdayaan masyarakat merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu, energi,
dan komitmen, serta hasilnya belum tentu memuaskan.
6) Personal dan Politik

5
Keterkaitan antara personal dan politik , individu dan struktural, atau masalah-
masalah publik merupakan komponen yang paling penting dalam pembangunan sosial.
Keseluruhan pengalaman pribadi bisa dihubungkan dengan cara ini, setiap isu yang
sifatnya pribadi bisa menjadi bagian sisi politik.Pengembangan masyarakat memiliki
potensi untuk membangun antara kepentingan pribadi dengan kepentingan
politik.Upaya ini menjadi penting untuk membangkitkan kesadaran, memberdayakan
dan menggembangkan suatu program tindakan terhadap pemecahan masalah.
7) Kepemilikan Masyarakat
Dasar yang dipegangi dalam kegiatan pengembangan masyarakat adalah
konsep kepemilikan bersama. Kepemilikan bisa di pahami dari dua tingkatan yaitu
kepemilikan terhadap barang materialserta kepemilikan structural dan proses.
Kepemilikan barang material,seperti barang-barang komoditas,tanah,bangunan,dan
sebagainya.Kepemilikan struktural dan proses seperti kontrol masyarakat, pelayanan
kesehatan, menentukan kebijaksanaan keaktifan lokal,perumahan,pengembangan
lokal, dan sebagainya.
8) Kemandiriaan
Masyarakat hendaknya mencoba memanfaatkan secara mandiri terhadap
sumber daya yang dimiliki seperti: keuangan, teknis, alam dan manusia daripada
menggantungkan diri terhadap bantuan dari luar. Melaui program pengembangan
masyarakat diupayakan agar para warga mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan
sumber daya yang ada dalam masyarakat semaksimal mungkin. Kemandirian
masyarakat secara total di era industri tidak akan dapat terwujud tanpa adanya
kepercayaan diri semaksimal mungkin.Kemandirian ini merupakan arah realistis yang
perlu di wujudkan.
9) Kebebasan dari Negara
Prinsip Kemandirian memunculkan isu menyangkut hubungan antara
masyarakat dengan negara.Negara mensponsori pengembangan masyarakat
merupakan sebuah tradisi yang lama.Respon alamiah dari sebuah pemerintahan dalam
merasakan kebutuhan pembangunan masyarakat adalah menciptakan berbagai
program pembangunan masyarakat yang di dukung oleh negara.Hal ini bukan berarti
dukungan dari pemerintah tidak harus diterima. Kadang-kadang , para aktivis
pengembangan masyarakat tidak memiliki alternatif pendanaan yang realistik dan
kadang-kadang dukungan pemerintah perlu untuk memulai proses pengembangan
masyarakat.Namun,secara umum akan lebih baik kalau sebuah masyarakat bekerja
tanpa pendanaan pemerintah.

10) Tujuan Langsung dan Visi yang Besar

6
Dalam pekerjaan masyarakat selalu ada pertentangan antara pencapaian tujuan
langsung seperti penghematan sumber daya alam dan visi besar berupa penciptaan
kondisi masyarakat yang lebih baik.Dalam pengembangan masyarakat, kedua elemen
tersebut merupakan hal yang esensial untuk diwujudkan dalam rangka
mempertahankan keseimbangan program jangka pendek dan jangka panjang. Dalam
hal ini, para aktivis pengembangan masyarakat dituntut menjawab sebuah tantangan
berupa sejauh mana mereka bisa menghubungkan tujuan langsung dengan visi jangka
panjang, menunjukkan bagaimana sebuah visi tidak hanya relevan dengan visi yang
lain,tetapi tidak terpisah kan secara berkelanjutan dengan pencapaian tujuan yang lain.
11) Pembangunan Organik
Cara termudah untuk mempelajari konsep pembangunan organic sebagai lawan
dari pembangunan mekanistik adalah mengamati perbedaan antara kerja sebuah mesin
dan perkembangan sebuah tujuan. Masyarakat secara esensial adalah organism (seperti
tumbuhan), bukan mekanistik (seperti mesin). Oleh karena itu, pengembangan
masyarakat tidak diarahkan oleh hukum teknis sebab akibat yang sederhana, namun
merupakan suatu proses yang rumit dan dinamis. Memelihara dan mempertahankan
program pengembangan masyarakat jauh rumit dibandingkan ilmu pengetahuan.
Pembangunan secara organic berarti bahwa seseorang menhormati dan menghargai
sifat-sifat khusus masyarakat, membiarkan serta mendorongnya untuk berkembang
dengan caranya sendiri,melalui sebuah pemahaman terhadap kompleksitas hubungan
antara masyarakat dengan lingkungannya.
12) Laju Pembangunan
Konsekuensi pembangunan organik adalah bahwa masyarakat sendiri
menentukan jalannya proses pembangunan.berusaha membangun masyarakat secara
tergesa-gesa dapat mengakibatkan terjadinya kompromi secara fatal. Bisa jadi,
masyarakat akan kehilangan rasa memiliki proses tersebut dan kehilangan komitmen
untuk terlibat dalam proses pembangunan.
13) Kepakaran Eksternal
Keahlian yang dibawa oleh tenaga ahli dari luar belum tentu bisa menjamin
mulusnya pelaksanaan proses pembangunan masyarakat dalam suatu lokasi.Prinsip
keragaman ekologis menekankan bahwa tidak ada suatu cara yang paling benar untuk
melakukan sesuatu dan tidak ada jawaban tunggal yang mesti cocok untuk setiap
masyarakat. Apa yang berjalan pada suatu lingkungan belum tentu berjalan di
lingkungan lain.Oleh karena itu,prinsip utama pembangunan masyarakat tidak harus
selalu mempercayai adanya struktur ataupun solusi yang datang dari luar walaupun
telah dianggap sangat baik. Hal ini bukan berarti bahwa sebuah proses pembangunan
masyarakat tidak bisa mengambil keuntungan dari pihak luar. Yang jelas, keahlian
yang telah dikembangkan di tempat lain akan lebih menguntungkan bila hal itu diteliti
dahulu apakah hal itu cocok dengan situasi lokal.

7
14) Pembentukan Masyarakat
Semua pembangunan masyarakat harus bertujuan untuk membentuk sebuah
masyarakat yang baru. Pembentukan masyarakat melibatkan upaya peningkatan
interaksi sosial dalam masyarakat,membangun kebersamaan dan membantu mereka
untuk berkomunikasi dengan sesamanya dalam rangka menciptakan dialog, saling
memahami, dan melahirkan tindakan sosial.
15) Proses dan Hasil
Pertentangan antara proses dan hasil telah menjadi isu besar dalam pekerjaan
masyarakat. Pendekatan prgmatis cenderung menekankan kepada hasil. Dalam
pendekatan ini, apa yang dipandang sangat penting adalah hasil yang sebenarnya
dicapai (proses).Adapun,terhadap pertanyaan bagaimana sesuatu dicapai merupakan
persoalan yang kurang penting.Proses harus merefleksikan tujuan,sebagaimana hasil
akan merefleksikan proses tertentu. Persoalan etika dan moral dalam proses menjadi
sangat penting.
16) Integritas Proses
Proses yang digunakan dalam pengembangan masyarakat sama pentingnya
dengan hasil yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, proses yang digunakan untuk
mencapai tujuan harus menyesuaikan dengan pengharapan dari hasil yang berkenan
dengan isu kesinambungan,keadilan sosial dan lain-lain. Jika pengembangan
masyarakat bisa menggunakan proses yang di dalam nya mencerminkan cita-cita ini,
maka hal ini lebih memungkinkan untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan yang lebih
berjangka panjang.Oleh karena itu,proses pekerjaan masyarakat selalu membutuhkan
penelitian secara lebih dekat untuk menjamin bahwa integritas proses tetap terpelihara.
Mereka perlu menilai subjek yang menekankan prinsip-prinsip keadilan sosial dan
lingkungan.
17) Tanpa Kekerasan
Proses tanpa kekerasan perlu digunakan dalam membangun sebuah masyarakat
berdasarkan prinsip-prinsip perdamaian. Tujuan-tujuan perdamaian tidak dapat
dipenuhi dengan menggunakan cara-cara kekerasan.Dari perspektif pengembangan
masyarakat,penting dalam pengembangan masyarakat, penting dalam pengembangan
masyarakat usaha untuk mengubah struktur-struktur kekerasan dan upaya mengatasi
kekerasan melalui cara-cara damai. Hal ini berarti bahwa proses harus diusahakan
untuk memperkuat bukan untuk menyerang,memasukkan bukan mengesampingkan,
bekerja did ala bukan bekerja menentang,dan memediasi bukan berkonfrontasi.

18) Keterbukaan

8
Penerapan prinsip keterbukaan dalam pengembangan masyarakat memerlukan
proses yang selalu merangkul bukan menyisihkan,semua orang harus dihargai secara
intrinsic walaupun mereka memiliki pandangan yang berlawanan dan orang harus
diberi ruang untuk mengubah posisinya dalam sebuah isu tanpakehilangan muka.
19) Konsensus
Pendekatan non-kekerasan dan keterbukaan mensyaratkan pengembangan
masyarakat harus di bangun di atas fondasi kesepakatan bersama dalam pengambilan
keputusan harus dilakukan sebanyak mungkin.Pendekatan konsensus bekerja dalam
mencapai kesepakatan dan bertujuan untuk mencapai sebuah solusi yang didukung
seluruh anggota masyarakat.Bagaimana pun, konsensus dalam jangka panjang
mewujudkan hasil yang lebih memuaskan dan memberikan sebuah dasar yang lebih
kuat bagi pengembangan masyarakat.
20) Kooperatif
Pengembangan masyarakat akan berusaha menetang dominasi etika kompetisi
dan menunjukkan semua ini didasarkan pada asumsi yang salah.Oleh karena itu,
pengembangan masyarakat bertujuan dalam membangun struktur dan proses alternatif,
didasarkan pada kerjasama bukan konflik. Pada tingkat yang paling
mendasar,pengembangan masyarakat akan berupaya membawa kerjasama dalam
kegitan masyarakat,dengan membawa masyarakat bergabung dan menemukan cara-
cara menghargai kerjasama individu-individu atau kelompok.
21) Partisipasi
Pembangunan masyarakat harus selalu mencoba memaksimalkan
partisipasi,dengan tujuan agar setiap orang dalam masyarakat bisa terlibat aktif dalam
proses dan kegiatan masyarakat. Lebih banyak anggota masyarakat yang berpartisipasi
aktif, lebih banyak cita-cita yang dimiliki masyarakat dan proses yang melibatkan
masyarakat akan dapat di realisasikan. Hal ini tidak menekankan bahwa setiap orang
harus berpartisipasi dengan cara yang sama.Kerja kemasyarakatan yang baik akan
memberikan kegiatan parsipatoriyang seluas mungkin dan akan membenarkan
persamaan bagi semua anggota masyarakat yang terlibat secara aktif.
22) Menentukan Kebutuhan
Ada dua prinsip pekerjaan masyarakat yang penting berkaitan dengan
kebutuhan.Pertama, pengembangan masyarakat harus berupaya membuat kesepakatan
dengan berbagai pihak yang menentukan kebutuhan. Prinsip yang keduaadalah
meskipun para penentu kebutuhan yang lain penting,anngota masyarakat sendirilah
yang memegang hak lebih tinggi dalam menentukan kebutuhan. Pengembangan
masyarakat sesungguhnya dapat didefenisikan sebagai bantuan kepada masyarakat
untuk mengartikulasikan kebutuhan mereka dan bertindak sehingga kebutuha mereka
bisa terpenuhi dan kemudian bertindak sehingga kebutuhan mereka bisa terpenuhi.
Untuk ini, adalah benar bila dipandang dari perspektif keadilan sosial dan ekologis,

9
masyarakat sendirilah yang harus memiliki dan mengontrol proses pengukuran dan
penetuan kebutuhan.

2.3 Asas Community Development (Pengembangan Masyarakat)


Community Development (Pengembangan Masyarakat) sebagai sebuah
perencaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas. Asas pengembangan masyarakat
pada umumnya mengacu pada kesejahteraan masyarakat yang menjadi tujuan utama.
Asas-asas yang digunakan dalam pengembangan masyarakat menurut teori Ife (1995),
yaitu Komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan.
Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, pengembangan masyarakat menunjuk
pada interaksi aktif antara pekerjaan sosial dan masyarakat dengan mana mereka
terlibat dalam proses perencanaan , pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi suatu
program pembangunan kesejahteraan sosial (PKS) atau usaha kesejahteraan sosial
(UKS) (Suharto, 2005).
Peran komunitas sangat penting disini, karena dalam pelaksanaannya kominitas
akan mengambil keputusan serta melaksanakan metode tersebut. Artinya bahwa
pengembangan masyarakat dalam memutuskan suatu masalah harus dengan
musyawarah atau membentuk suatu komunitas yang akan melaksanakan metode ini.
Mensinergikan strategi komperhensif pemerintah, pihak-pihak terkait dan partisipasi
warga
Secara khusus pengembangan masyarakat berkenaan dengan upaya pemenuhan
kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh
kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, gender, jenis
kelamin, usia, dan kecacatan (Suharto, 2005).
Pemerintah sendiri mempunyai strategi untuk mengengkat derajat masyarakat
yang dibawah. Seperti dijelaskan di atas bahwa pengembangan masyarakat
berhubungan dengan upaya untuk membantu masyarakat kelas bawah. Selain itu juga
partisipasi masyarakat dalam hal ini sangat penting karena siapa lagi yang harus
merubah perbedaan menjadi kesatuan jika bukan masyarakat itu sendiri. Oleh karena
itu, pihak yang terlibat dalam pengembangan masyarakat setidaknya bisa membantu
untuk mewujudkan atau mengurangi kesenjangan antara komunitas satu dengan yang
lain. Maka dari itu, penting peran komunitas dalam proses pengembangan masyarakat
untuk lebih sejahtera.
Membuka akses warga atas bantuan professional, teknis, fasilitas, insentif lain untuk
meningkatkan partisipatif warga.
Pengembangan masyarakat yang menyeluruh sangat penting dan dibutuhkan
oleh masyarakat. Fasilitas yang memadai belum menjamin mutu dari masyarakat di
dalamnya. Dalam hal ini, kita bisa berkontribusi dengan ikut serta melakukan
pembangunan fasilitas seperti akses jalan, pendidikan, dan kesehatan untuk membuka
akses warga untuk dapat membantu mensinergikan strategi pemerintah untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan
gagasan warga komunitas

10
Pengembangan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi
antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial
membantu meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan mereka dalam
mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Pengembangan masyarakat lokal lebih
berorientasi pada “tujuan proses” (process goal) dari pada tujuan tugas atau tijuan hasil
(task or product goal) (Suharto, 2005).
Arti dari gagasan di atas yaitu : bahwa tujuan dari pengembangan masyarakat
sendiri sebenarnya hanya menekankan pemberian fasilitas bagi masyarakat agar
mereka lebih peka untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu, proses dalam mencapai
suatu tujuan lebh diutamakan karena dapat membantu masyarakat belajar untuk
mandiri, dan lebih selektif dalam mempriorotaskan kepentingan atau keputusan yang
dianggap sulit. Tentunya dalam hal ini peran komunitas sangat dibutuhkan untuk
mengambil keputusan secara musyawarah. Azas pengembangan masyarakat sendiri
sudah jelas bahwa dalam proses pengembangan masyarakat harus disertai dengan
partisipasi masyarakat itu sendiri dan tentunya harus mendapat dukungan dari
pemerintah sebagai salah satu pihak yang terkait untuk mensejahterakan warga.

2.4 Pendekatan Comunity Development


Secara umum ada beberapa pendekatan dalam pengembangan masyarakat,
diantaranya adalah:
1) Pendekatan potensi lingkungan, hal ini berkaitan dengan daya dukung lingkungan
yang ada pada masyarakat setempat.
2) Pendekatan kewilayahan, hal ini berkaitan dengan pengembangan terhadap wilayah
dalam arti kesesuaian dengan wilayahnya (desa/kota) terhadap hal yang akan
dikembangkan.
3) Pendekatan kondisi fisik, lebih pada kondisi fisik manusianya.
4) Pendekatan ekonomi, hal ini berkaitan dengan peningkatan pendapatan masyarakat.
5) Pendekatan politik.
6) Pendekatan Manajemen, Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan pendataan
terhadap potensi, kekuatan dan kelemahan yang ada dalam masyarakat kemudian
dilakukan dengan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,bugeting dan
controlling. Model pendekatan ini sebenarnya dapat dilakukan dalam masyarakat yang
bermacam-macam (pedesaan,perkotaan, marjinal, dan lain-lain).
7) Pendekatan sistem, Pendekatan ini melibatkan semua unsur dalam masyarakat
8) Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak
dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari
upaya pembangunannya sendiri.

Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus


mengikuti pendekatan sebagai berikut:

11
1) Pertama, upaya itu harus terarah (targetted). Ini yang secara populer disebut
pemihakan. Ia ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang
dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.
2) Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh
masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu
mempunyai beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai
dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu sekaligus
meningkatkan keberdayaan (empowering) masyarakat dengan pengalaman dalam
merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya
peningkatan diri dan ekonominya.
3) Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri
masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga
lingkup bantuan menjadi terlalu luas kalau penanganannya dilakukan secara individu.
Karena itu seperti telah disinggung di muka, pendekatan kelompok adalah yang paling
efektif, dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien. Di samping itu
kemitraan usaha antara kelompok tersebut dengan kelompok yang lebih maju harus
terus-menerus di bina dan dipelihara secara saling menguntungkan dan memajukan.

2.5 Model-Model Community Development

Jack Rothman dalam karya klasiknya yang terkenal, Three Models of


Community Organization Practice (1968), mengembangkan tiga model yang berguna
dalam memahami konsepsi tentang community development: (1) Pengembangan
masyarakat lokal (locality development); (2) Perencanaan sosial (social planning); dan
(3) Aksi sosial (social action). Mengacu pada dua perspektif yang dikemukakan Jack
Rothman diatas, model pertama dan kedua lebih sejalan dengan perspektif profesional,
sedangkan ketiga lebih dekat dengan perspektif radikal.
Pengembangan Masyarakat Lokal (Locality Development)
Adalah proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi
bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri.
Pengembanagan masyarakat lokal pada dasarnya merupakan proses interaksi antara
anggota masyarakat setempat yang di fasilitasi oleh pekerja sosial. Pengembangan
masyarakat lokal lebih berorientasi pada “tujuan proses” (proses goal) daripada tujuan
tugas atau tujuan hasil (task or product goal). Pengembangan kepemimpinan lokal,
peningkatan strategi kemandirian, peningkatan informasi, komunikasi, relasi dan
keterlibatan anggota masyarakat merupakan inti dari proses pengembangan masyarakat
lokal yang bernuansa bottom-up ini.
1) Perencanaan Sosial (Social Planning)
Perencanaan sosial disini menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan
keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti
kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan
masyarakat buruk (rendahnya usia harapan hidup, tingginya tingkat kemtian bayi,
kekurangan gizi) dll. Berbeda dengan pengembangan masyarakat lokal, perencanaan
sosial lebih berorientasi pada“tujuan tugas” (task goal). Pekerja sosial berperan sebagai

12
perencanaan sosial yang memandang mereka sebagai “konsumen” atau “penerima
layanan”(beneficiaries). Keterlibatan para penerima layanan dalam proses pembuatan
kebijakan, penentuan tujuan, dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas,
karena pengambilan keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga
formal, misal lemabaga kesejahteraan sosial pemerintah (Depsos) atau swasta (LSM).

2) Aksi Sosial (Social Action)


Tujuan dan sasaran utama aksi sosial adalah perubahan-perubahan fundamental
dalam kelembagaan dan struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan
(distribution of power), sumber (distribution of resources) dan pengambilan keputusan
(distribution of decision making). Pendekatan aksi sosial didasari suatu pandangan
bahwa masyarakat adalah sistem klien yang seringkali menjadi ‘korban’ ketidakadilan
struktur. Mereka miskin karena dimiskinkan, mereka lemah karena dilemahkan, dan
tidak berdaya karena tidak diberdayakan oleh kelompok elit masyarakat yang
menguasai sumber-sumber ekonomi, politik,dan kemasyarakatan. Aksi sosial
berorientasi baik pada tujuan proses dan tujuan hasil. Masyarakat diorganisir melalui
proses penyadaran, pemberdayaan dan tindakan-tindakan aktual untuk mengubah
struktur kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi, kemerataan (equality) dan
keadilan (equity).

2.6 Penerapan Comunity Development Pada Bidang Kesehatan Masyarakat


(Desa Siaga)

Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan (bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri, dalam rangka mewujudkan desa sehat.
Tujuan umum adanya desa siaga ini adalah untuk mewujudkan desa dengan masyarakat
yang sehat, peduli dan tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan (bencana &
kegawatdaruratan kesehatan) di desanya. serta tujuan khusus adalah sebagai berikut :
• Meningkatnya pengetahuan & kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan & melaksanakan phbs
• Meningkatnya kemampuan & kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan
• Meningkatnya kewaspadaan & kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dsb)
• Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa
• Meningkatnya Dukungan & Peran-Aktif Stakeholders Dalam Mewujudkan
Kesehatan Masyarakat desa

13
Adapun upaya pemberdayaan masyarakat atau penggerakan peran-aktif masyarakat
melalui proses pembelajaran yang terorganisasi dengan baik (pengorganisasian
masyarakat – pkmd) dapat digambarkan dengan pendekatan sebagai berikut.
Pendekatan Pengembangan Desa Siaga

14
A. Pertemuan Tingkat Desa (PTD)
Merupakan langkah awal dari kegiatan pembinaan di tingkat desa tujuan dari
pertemuan tingkat desa adalah dikenalnya konsep desa siaga (gmds) & poskesdes,
mendapat dukungan pamong & toma dalam pelaksanaan desa siaga, menyadari
pentingnya survei mawas diri dan tersusunnya kelompok kerja survei mawas diri &
jadwal survei. tempat dan waktu pelaksanaan yaitu di desa dengan waktu
menyesuaikan. Peserta yang dapat mengikuti pertemuan tingkat desa ini adalah peserta
tingkat kecamatan yaitu camat/stafnya, kepala puskesmas. & staf, depag, deptan. dan
juga peserta tingkat desa yaitu kades/lurah, bidan desa, kader, pimpinan lsm, dan tokoh
masyarakat. dengan pokok bahasan pertemuan adalah sebagai berikut :
- Pembukaan pertemuan oleh kades

15
- Sambutan camat
- Penjelasan masalah kesehatan & pentingnya gmds oleh bidan desa
- Persiapan smd (rincian kegiatan & peralatan) & rencana jadwal
B. Survei Mawas Diri (SMD)
Adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masalah kesehatan oleh
sekelompok masyarakat setempat. hal ini dilakukan dengan tujuan masyarakat
mengenal, mengumpulkan data, mengkaji masalah kesehatan yang ada serta
menumbuhkan minat & kesadaran masyarakat untuk mengetahui masalah kesehatan &
pentingnya desa siaga (gmds). kader yang telah dilatih tentang apa survei mawas
diri ,cara pengumpulan data (menyusun daftar pertanyaan sederhana), cara
pengamatan, cara pengolahan/analisa data sederhana & cara penyajian. cara
pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Pengamatan langsung: - observasi partisipatif - berjalan bersama masyarakat
mengkaji lapangan (Transection Walk)
b. Wawancara dengan kunjungan rumah atau
c. Wawancara mendalam (Dkt/Fgd)
Dan langkah-langkah survey mawas diri adalah
1) Persiapan
Menyusun daftar pertanyaan berdasarkan prioritas masalah yg ditemui di puskesmas
dan desa (data sekunder) yang dipergunakan untuk memandu pengumpulan data.
pertanyaan harus jelas, singkat, padat dan tidak bersifat mempengaruhi responden,
kombinasi pertanyaan terbuka, tertutup dan menjaring, menampung juga harapan
masyarakat. selanjutnya adalah menyusun lembar observasi (pengamatan) utk
mengobservasi rumah, halaman rumah, lingkungan sekitarnya serta menentukan
kriteria responden, termasuk cakupan wilayah dan jumlah KK
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan interview/wawancara terhadap responden, pengamatan terhadap rumah-
tangga dan lingkungan
3) Tindak Lanjut
Kembali pelaksanaan smd, merangkum, mengolah dan menganalisis data yang telah
dikumpulkan, menyusun laporan smd, sbg bahan untuk mmd

16
4) Pengolahan Data
Setelah data diolah, sebaiknya disepakati masalah yang dirasakan oleh
masyarakat, prioritas masalah dan kesediaan masyarakat untuk ikut berperan serta
aktif dalam pemecahan masalah. ada 3 macam cara penyajian data:
• Secara Tekstular (Mempergunakan Kalimat)
• Secara Tabular (Menggunakan Tabel)
• Secara Grafikal (Menggunakan Grafik)
C. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Merupakan musyawarah yang dihadiri oleh perwakilan masyarakat (fkmd)
untuk membahas masalah-masalah (terutama yang erat kaitannya dengan kemungkinan
klb, kegawatdaruratan & bencana) yg ada di desa dan merencanakan
penanggulanggannya. topik yg dibahas fokus kepada hasil smd yg telah diperoleh.
tujuan musyawarah masyarakat desa adalah agar masyarakat mengenal masalah
kesehatan yg dihadapi dan dirasakan diwilayahnya, agar masyarakat sepakat untuk
bersama-sama menanggulangi dan tersusunnya rencana kerja untuk penanggulangan
masalaha yang disepakati bersama.
Pesertanya adalah para kader pelaksana smd , kepala desa dan perangkat desa,
tokoh masyarakat setempat formal & non-formal, pkk, karang taruna, saka bhakti
husada, pmr dan beberapa kepala keluarga yang di smd. dan juga pimpinan puskesmas
& staf, lintas sektor kecamatan (bangdes, bkkbn, agama, dll) serta ketua organisasi
masyarakat (nu, muhammadiyah, perempuan, pemuda, partai). bertempat di kantor
kelurahan dengan pola penyelenggaraan sebagai berikut.
1) Susunan tempat duduk berbentuk lingkaran (round table), tidak ada peserta
membelakangi peserta yang lainnya, komposisi jangan seperti diruangan kelas,
pimpinan pertemuan duduk sederetan, setara dan berada diantara para peserta, tidak
memisah atau duduk dikursi istimewa, duduk tidak harus selalu dikursi, boleh juga
dilantai diatas tikar/permadani/matras.
2) Suasana mmd adalah suasana kekeluargaan yg akrab , jangan ciptakan suasana
formal dengan meja yang ditata seperti dimeja persidangan.
3) Mulai dengan tepat waktu, sesuai dengan rencana & jadwal, jangan sampai peserta
menunggu, yang mengundang hadir terlebih dahulu, dan jangan terlambat
4) Peran Ketua Mmd:
- Mengarahkan pembicaraan agar jangan menyimpang dari arah yang ditetapkan.
- Menjadi penengah jika terjadi perselisihan pendapat dalam pembicaraan.
- Mengatur lalu-lintas pembicaraan diantara sesama peserta

17
- Ketua harus selalu berusaha memotivasi setiap peserta
- Ketua jangan terlalu banyak berbicara, ketua sebaiknya lebih banyak memandu,
- Ketua harus sabar, tidak emosional bila ada hal-hal yang menjengkelkan ketua harus
jeli, cerdik & segera bisa menangkap apa yang dimaksud oleh peserta, setiap pendapat
harus dihargai, jangan memaksakan kehendak untuk disetujui, semua keputusan harus
berdasarkan musyawarah, bukan paksaan, ketua harus selalu memantau kepada bahasa
tubuh, ekspresi, gerak-gerik peserta, apakah mereka kelihatan bosan/jengkel
mendengarkan, bila perlu diselingi dengan gurauan untuk mencairkan, bila ada hal-hal
teknis yang kurang jelas, terutama tentang masalah/info yang berkaitan dengan
kesehatan, dapat meminta kejelasan & penjelasan dari dokter puskesmas/staffnya
D. Pengembangan Desa Siaga
1) Setiap desa: memiliki potensi untuk mengembangkan desa siaga
2) Setiap desa, umumnya memiliki ukbm
3) Ukbm yang mandiri, entry point pengembangan desa siaga
4) Ukbm mandiri (contoh: posyandu): - jumlah kader = minimal 5 orang - frekwensi
buka posyandu = > 8 kali - cakupan program = > 50% - d/s = >50% - memiliki program
tambahan - memiliki dana sehat. ukbm yang ada di desa siaga :
- Ukbm dalam pemeliharaan kesehatan: pos kesehatan desa (poskesdes), pos ukk, pos
kesehatan pesantren, dana sehat, tabulin, jambulin, dasolin, ambulan desa, suami siaga,
kelompok donor darah , kader dan dokter kecil
- Ukbm di bidang kesehatan ibu & anak: bkb (bina kesehatan balita), kp-kia (kelompok
peminat kesehatan ibu dan anak), paud (pendidikan anak usia dini), gsi (gerakan sayang
ibu)
- Ukbm di bidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan: pokmair
(kelompok pemakai air), dpkl (desa percontohan kesehatan lingkungan), jumantik,
kader kesehatan lingkungan, kelompok siaga bencana, kelompok pengelola sampah
dan limbah, kelompok pengamat (surveilans) dan pelaporan.
- Ukbm di bidang gizi dan farmasi: posyandu, posyandu usila, warung sekolah,
pod/wod, taman obat keluarga (toga), kader: posyandu, usila, pod
E Indikator Keberhasilan Pengembangan Desa Siaga (Gmds)
1) Indikator Masukan (Input):
- Ada/tidaknya forum kesehatan masyarakat desa
- Ada/tidaknya poskesdes & sarananya

18
- Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)
- Ada/tidaknya ukbm lain
2) Indikator Proses (Process):
- Frekuensi pertemuan forum kesehatan masyarakat desa
- Berfungsi/tidaknya poskesdes
- Berfungsi/tidaknya ukbm yang ada
- Berfungsi/tidaknya sistem kesiapsiagaan & penanggulangan kegawatdaruratan &
bencana
- Berfungsi/tidaknya sistem surveilans (pengamatan & pelaporan)
- Ada/tidaknya kunjungan rumah utk kadarzi & phbs (oleh nakes & kader)
3) Indikator Keluaran (Output):
- Cakupan pelayanan kesehatan poskesdes
- Cakupan pelayanan ukbm yang ada
- Jumlah kasus kegawatdaruratan & kejadian luar biasa (klb) yang dilaporkan/diatasi -
cakupan rumah tangga yg mendpt kunjungan rumah untuk kadarzi & phbs
4) Indikator Dampak (Outcome):
- Jumlah yang menderita sakit (kesakitan kasar)
- Jumlah yang menderita gangguan jiwa
- Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
- Jumlah bayi & balita yang meninggal dunia
- Jumlah balita dengan gizi buruk
5) Pembinaan Dan Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat
- Mengembangkan alat format evaluasi diri, sejauhmana pemberdayaan masyarakat
mampu memandirikan mereka. contoh: pada posyandu, phbs dsbnya ada stratifikasi.
- Studi banding ke daerah yang lebih maju, akan memacu semangat untuk lebih maju.
- Menelaah “Kisah Sukses” antar daerah, tukar menukar pengalaman.
- Fasilitasi dan bimbingan teknis dari tingkat administrasi diatas.

19
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Community development (pengembangan masyarakat) merupakan upaya
mengembangkan sebuah kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif
berdasarkan prinsip-prinsip keadilan sosial dan saling menghargai. Dalam
penerapannya sering kali diimplementasikan dalam bentuk kegiatan seperti program
pembangunan, kampanye dan aksi sosial. Tujuan adanya pengembangan masyarakat
adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat serta mampu memperbesar
pengaruh terhadap proses-proses yang memengaruhi hidup masyarakat. Dalam
implementasinya diperlukan prinsip-prinsip, asas dan pendekatan yang mendukung
agar pengembangan masyarakat dapat berjalan dengan baik, juga digunakan model
yang berguna dalam memahami konsepsi tentang community development.
Community development dalam penerapannya secara langsung digunakan agar
masyarakat memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah yang ada didalam masyarakat, sehingga diharapkan
nantinya ketika masyarakat memiliki suatu permasalahan mereka dapat mengambil
keputusan untuk menyelesaikannya sendiri.

3.2 Saran
Dalam penerapannya pengembangan masyarakat memerlukan perhatian dan
kesungguhan, agar hasil keluaran yang diperoleh mampu dicapai secara maksimal.
Diperlukan model dan pendekatan yang tepat sesuai dengan permasalahan yang ada di
masyarakat, sehingga pengembangan masyarakat dapat berjalan dengan baik dan
efektif. Pelaku community development juga harus menganalis dengan baik
permasalahan yang ada, sehingga solusi yang diberikan dapat tepat sasaran.

20
Daftar Pustaka

Rohman, Fatkhul. 2015. Asas dan Prinsip Community Development.


Lampung : Universitas Lampung
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65482/Chapter%20II.p
df?sequence=4&isAllowed=y (diakses pada 8 Mei 2019 pukul 20.55 WIB)
Elwamendri. 2017. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pemberdayaan
Masyarakat di https://elwamendri.wordpress.com/2017/03/05/pendekatan-strategi-
dan-metode-pemberdayaan-masyarakat/ (diakses 08 Mei 2019)

Firmansyah, Igusti. 2012. Pengembangan Komunitas (Community


Development) di http://firmansyahsikumbang.blogspot.com/2012/01/pengembangan-
komunitas-community.html (diakses 08 Mei 2019)
Muldi, Ail. 2010.Model-Model Pengembangan Masyarakat.
https://www.academia.edu/8431873/Model2_PM. (diakses 8 Mei 2019)

21

Anda mungkin juga menyukai