Anda di halaman 1dari 20

2

Sebagaimana firman Allah Terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5.

‫۝ ْق َرْأ َو َربُ َك ْاَأل ْك َر ُم‬۲‫۝ َخلَ َق ْا ن ْ َس َان ِم ْن عَلَ ٍق‬١‫ْق َرْأاِب مْس ِ َرب ّ َِك اذَّل ِ ْي َخلَ َق‬
‫ِإ‬ ‫ِإل‬ ‫ِإ‬
َ ‫۝عَمَّل َ ْا ن ْ َس‬۴ ِ ‫۝اذَّل ِ ْي عَمَّل َ اِب لْ َقمَل‬۳
‫۝‬۵ ْ ‫ان َمال َ ْم ي َ ْعمَل‬
‫ِإل‬
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
tuhanmulah yang maha mulia Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q. S. Al-Alaq [96]:1-
5)
Sekarang ini, seiring dengan perkembangan dunia teknologi yang begitu pesat
menjadi tantangan bagi anak remaja agar mampu mengikuti perkembangan
zaman, terutama dalam dunia pendidikan agama islam. Pendidikan agama Islam
adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan
bimbingan pengajaran dan latihan. (Ramayulis, 2005, hal. 21).
Tujuan pendidikan agama Islam diharapkan mampu menghasilkan manusia
yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan berakhlak mulia.akhlak
mulia mencakup etika budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari
Pendidikan. (Permendiknas, 2006, hal. 2). Salah satu pelajaran yang terdapat
dalam pendidikan agama Islam yaitu baca tulis Al-Quran.
Membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang,
tanda, tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat
diterima oleh pembaca (Dalman, 2014, hal. 5 ). Dalam hal ini membaca berarti
melihat tulisan dan mengerti atau melisankan apa yang tertulis itu. Tulis adalah
membuat huruf (angka dan sebagainya dengan menggunakan pena, pensil, kapur
dan sebagainya. (Poerwadarminta, 1908, hal. 7). Adapun pengertian dari Al-
Qur’an adalah kalam Allah swt yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan
mutawattir dan membacanya adalah ibadah. (Al-Mushaf, 1481 H, hal. 15).
3

Jadi yang dimaksud dengan Baca tulis Al-Qur’an adalah melafalkan dan
menulis ayat-ayat Al-Qur’an dengan mengetahui aturan yang telah ditetapkan
seperti makhorijul huruf, tajwid dan gharib sehingga tidak terjadi perubahan
makna.
Tujuan pembelajaran baca tulis Al-Quran yaitu agar dapat membaca sesuai
dengan tajwid yang benar dan dapat menulis huruf Arab dengan rapi dan benar.
Pengajaran baca tulis Al-Quran di Indonesia pada masa sekarang ini diberikan
secara formal pada lembaga pendidikan baik sekolah umum maupun sekolah
berbasis agama Islam.Tidak sedikit anak muda yang belum lancar membaca Al-
Quran.Pendidikan baca tulis Al-Quran hendaknya sedini mungkin untuk diajarkan
kepada anak ,terlebih dalam hal membaca dan menulis Al-Quran. Seseorang yang
mempelajari Al-Quran hukumnya fardhu kifayah sedangkan membaca sesuai ilmu
tajwid hukumnya fardhu ‘ain . Maka untuk dapat mempelajari dan memahami isi
kandungan Al-Quran seorang muslim haruslah memiliki kemampuan dalam
membaca dan menulis Al-Quran (Surasman, 2002, hal. 20).
Oleh sebab itu hal yang perlu diperhatikan dalam baca tulis Al-Qur’an yaitu
dengan tartil dan tajwid. Membaca Al-Qur’an yang benar haruslah memenuhi
kriteria tata cara yang benar. Bermula dari pengucapan yang stabil di masing-
masing huruf , dengung , panjang pendek dan beberapa hal yang berhubungan
dengan cara baca Al-Qur’an , yang mana semua ini terangkum dalam ilmu tajwid.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, pasal 1 (6) bahwa Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan
yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Tujuan perguruan tinggi dalam
menyelenggarakan pendidikan tinggi adalah mengembangkan potensi mahasiswa
agar menjadi manusia yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan
berbudaya untuk kepentingan bangsa. Sedangkan berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Kepdirjen Diktis) nomor 102 tahun 2019
tentang standar keagamaan pendidikan tinggi keagamaan islam menjelaskan
bahwa lulusan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) memiliki kemampuan
keterampilan keagamaan islam secara umum yang ada di masyarakat yaitu baca
4

dan tulis Al-Qur’an, berbahasa arab, mengamalkan ibadah, seni islami,


berdakwah, kepemimpinan (leadership) yang memadai, bekerjasama dengan
berbagai pihak, serta penyelesaian masalah-masalah kehidupan.
Mengingat pentingnya pendidikan agama Islam di saat kondisi sekarang ini
STIT Al Khairiyah cilegon pada prodi pendidikan agama Islam merupakan salah
satu kampus yang ada di Cilegon. Mahasiswa STIT Al-Khairiyah prodi PAI
dituntut mampu untuk mengajarkan baca tulis Al-Qur’an ketika menjadi guru
PAI. Oleh karena itu mahasiswa jurusan PAI harus mampu membaca dan menulis
Al-Qur’an.
Dengan hal ini pada semester 2 mahasiswa prodi PAI diwajibkan mengampu
mata kuliah baca tulis Al-Qur’an (BTQ) tetapi kenyataan yang penulis ketahui di
STIT Al-Khairiyah citangkil mahasiswanya mempunyai latar belakang
pendidikan yang berbeda. Ada siswa lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) ,ada
mahasiswa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan ada juga yang
lulusan Madrasah Aliyah (MA). Sementara sekarang mereka belajar disatu
sekolah yang sama. Adanya perbedaan latar belakang pendidikan yang telah
dilalui merupakan salah satu bagian dari faktor yang mempengaruhi kurang
lancarnya membaca dan menulis Al-Qur’an.
Perbedaan latar belakang antara mahasiswa lulusan SMA dengan mahasiswa
lulusan MA mempengaruhi kemampuan baca tulis Al-Qur’an mahasiswa di
kelas , karena perbedaan proses belajar mengajar antara SMA dan MA pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam. Pada Sekolah menengah atas pengajaran Al-
quran diberikan hanya melalui bagian pokok bahasan dari satu bidang studi yaitu
pendidikan agama Islam. Dalam artian di tingkat SMA materi pembelajaran
pendidikan agama Islam disajikan secara global dan dalam satu minggu alokasi
yang waktu yang diberikan berkisar 2 sampai 3 jam.
Berbeda dengan di tingkat MA pengajaran Al-Qur’an pada materi
pembelajaran pendidikan agama Islam yang diberikan lebih rinci yaitu terdapat
empat rumpun yaitu Alquran hadits, aqidah akhlak, fiqih dan sejarah sehingga
dalam satu minggu alokasi waktunya berkisar 6 sampai 8 jam. Maka dari itu
siswa tingkatan MA lebih sering menerima materi pembelajaran pendidikan
5

agama Islam dibandingkan dengan siswa tingkatan SMA, di mana siswa yang
berlatar belakang MA beban materi agama yang ditempuh lebih banyak
dibandingkan dengan siswa yang berlatar belakang SMA.
Adanya problematika tersebut menjadi suatu bukti bahwa penelitian ini
dianggap penting karena adanya penelitian ini menunjukkan bahwa ada tidaknya
perbedaan kemampuan baca tulis Al-Qur’an (BTQ) antara mahasiswa lulusan
SMA dan lulusan MA.
Idealnya banyak orang yang berargumen bahwa mahasiswa yang berlatar
belakang MA memiliki penguasaan BTQ yang lebih baik dari pada mahasiswa
yang berlatar belakang SMA. Tetapi semua itu tidak menutup kemungkinan
bahwa siswa yang berlatar belakang SMA memiliki penguasaan yang lebih bagus
pula.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perbandingan Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an
(BTQ) Mahasiswa PAI Antara Lulusan SMA (Sekolah Menengah Atas)
Dengan Lulusan MA (Madrasah Aliyah) (Studi Komparasi Di STIT Al-
Khairiyah pada mahasiswa Semester 2 Jurusan Pendidikan Agama Islam
Tahun Ajaran 2021)”

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan pentingnya masalah yang dikemukakan di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Seberapa tinggi kemampuan baca Tulis Al-Qur’an pada mahasiswa lulusan
MA?
2. Seberapa tinggi kemampuan baca Tulis Al-Qur’an pada mahasiswa lulusan
SMA?
3. Adakah perbedaan kemampuan baca tulis Al-Qur’an antara mahasiswa
lulusan MA dengan mahasiswa lulusan SMA?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Seberapa tinggi kemampuan baca Tulis Al-Qur’an pada
mahasiswa lulusan MA.
6

2. Untuk mengetahui Seberapa tinggi kemampuan baca Tulis Al-Qur’an pada


mahasiswa lulusan SMA.
3. Untuk mengetahui Adakah perbedaan kemampuan baca tulis Al-Qur’an
antara mahasiswa lulusan MA dengan mahasiswa lulusan SMA.

D. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis hasil dari temuan-temuan dalam penelitian ini dapat
menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan dalam dunia pendidikan
agama Islam khususnya untuk berpartisipasi memberikan solusi atas berbagai
problematika pendidikan yang berkaitan dengan kemampuan baca tulis Al-
Qur’an.
b. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Dengan adanya perbedaan ini penulis dapat mengetahui
perbandingan kemampuan baca tulis Al-quran pada mahasiswa lulusan
MA dan SMA bagi kampus atau lembaga pendidikan
Diharapkan dengan adanya penelitian ini kampus dapat lebih
memperhatikan lagi kegiatan proses belajar mengajar agar terciptanya
hasil belajar yang baik bagi mahasiswa.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan dengan adanya penelitian ini siswa dapat lebih
memahami tentang perbandingan kemampuan baca tulis Alquran pada
mahasiswa lulusan MA dan mahasiswa lulusan SMA.
E. Kerangka pemikiran
Perbedaan materi pelajaran BTQ pada tingkat SMA dan MA sangat
berbeda. Jika pada tingkat SMA materi BTQ tidak dijabarkan secara detail lebih
bersifat global, hal ini tidak lain karena mata pelajaran BTQ pada tingkat SMA
adalah satu kesatuan mata pelajaran yaitu pendidikan agama Islam sedangkan
7

pada tingkat SMA pelajaran BTQ materinya lebih detail dan lebih lengkap hal ini
latar belakang mahasiswa berpengaruh pada kemampuan baca tulis Al-Qur’an.
Mengacu kepada kerangka berpikir di atas maka arah penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara hasil kemampuan baca Al-
quran antara mahasiswa lulusan SMA dengan mahasiswa lulusan MA di STIT Al
Khairiyah semester 2 tahun ajaran 2021. Penelitian komparasi ini dibangun
berdasarkan paradigma bahwa siswa lulusan SMA maupun MA yang didukung
oleh faktor-faktor intern maupun ekstern yang dapat lebih menunjang pencapaian
hasil baca tulis Alquran pada mahasiswa di STIT Al Khairiyah.
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti bisa atau dapat,
kemudian mendapat awalan ke- dan akhiran–an, yang selajutnya menjadikan
kemampuan mempunyai arti menguasai berasal dari nomina yang sifatnya suka
(Hidayat, 2010, hal. 27). Bagi Gordon dalam (Ramayulis, 2008, hal. 37)
kemampuan adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas
atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.Dari beberapa definisi dapat penulis
pahami bahwa kemampuan adalah kecakapan atau potensi yang dimiliki oleh
individu untuk menguasai keahlian dalam mengerjakan tugas ataupun pekerjaan.
Membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan
lambang, tanda, tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis
dapat diterima oleh pembaca (Dalman, 2014, hal. 5 ). Sedangkan tulis yaitu
membuat huruf, angka dan sebagainya dengan menggunakan pena (pensil, kapur
dan sebagainya). (Poerwadarminto, 1984, hal. 7). Adapun pengertian Al-Qur’an
menurut (Shiddieqy, 2000, hal. 3) yaitu nama bagi kalamullah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw yang ditulis dalam mushaf.
Dari definisi-definisi di atas dapat difahami bahwa Baca Tulis Al-Qur’an
(BTQ) merupakan kegiatan pembelajaran Al-Qur’an meliputi membaca dan
menulis Al-Qur’an kesanggupan atau kecakapan yang berkaitan dengan
keterampilan membaca Al-Qur’an dengan baik, lancar dan benar.
Kemampuan dalam hal ini adalah berkenaan dengan kemampuan
mahasiswa setelah mendapatkan pengalaman belajar tertentu, yang dimaksud
dalam hal ini yaitu kemampuan membaca Al-Quran. Bagi umat Islam memiliki
8

kemampuan membaca Al-Qur’an sangatlah diperlukan. Tidak hanya berguna


dalam lingkup sekolah saja, tetapi berguna untuk kegiatan sehari-hari. Kita
sebagai umat Islam alangkah baiknya menomorsatukan hal kemampuan membaca
Al-Qur’an. Karena mampu membaca Al-Qur’an merupakan ciri dari umat Islam.
Sangatlah berpengaruh kemampuan membaca yang diperoleh seseorang pada
pemahaman. Karena kemampuan membaca merupakan dasar untuk kita
menguasai berbagai bidang studi. Contohnya jika kita masuk pada mata pelajaran
baca tulis Al-Qur’an maka pertama adalah kita harus mampu membaca Al-
Qur’an. Bagaimana tidak, karena dalam mata pelajaran tersebut banyak terdapat
ayat-ayat Al-Qur’an yang mengharuskan mahasiswa tersebut mampu menguasai.
Dalam hal ini Mahasiswa harus mampu membaca teks Al-Qur’an dengan
menggunakan ilmu tajwid dengan benar. Ilmu Tajwid merupakan bagian dari
ulumul Qur’an yang perlu dipelajari, mengingat ilmu ini berkaitan dengan
bagaimana seseorang dapat membaca Al Qur’an dengan baik. Sebagai ilmu,
tajwid dapat berdiri sendiri, karena mempunyai syarat-syarat ilmiah, seperti
adanya tujuan, fungsi dan objek serta sistematika tersendiri. (Mujib, 1994, hal.
17). Macam-macam hukum bacaan dalam ilmu tajwid ialah Nun sukun dan
tanwin, Mim sukun, Nun bertasydid dan Mim bertasydid, Idghom, Lam Ta’rif,
Tarqiq-Tafkhiem, Lam sukun, Qolqolah, Mad dan Waqaf. Selain tajwid
mahasiswa juga harus mengetahui makharijul huruf. Makharijul huruf adalah
tempat-tempat keluar huruf dari huruf pembaca. Semua huruf mempunyai tempat
asal yang dikeluarkan pembaca, sehingga membentuk bunyi tertentu. Jika huruf
itu tidak dikeluarkan dari tempat asalnya, maka menjadikan kekaburan bagi
pembaca sendiri dan yang mendengarkan, serta tidak dapat dibedakan antara huruf
satu dengan huruf lainnya (Mujib, 1994, hal. 39). Tujuan dari mahasiswa harus
mampu menguasai makharijul huruf yaitu agar Mahasiswa mampu menghafalkan
surat-surat pendek dalam Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Didasarkan pada perkembangannya Perguruan tinggi di indonesia yang
didalamnya Prodi PAI Fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan mulai
mengembangkan tentang penyetaraan antara kualifikasi lulusan dan kualifikasi
dari proses pendidikan mengacu pada kerangka kualifikasi nasional indonesia
9

(KKNI). kurikulum pendidikan tinggi sebagaimana diatur dalam UU No. 12


Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi memuat pengertian kurikulum pendidikan
tinggi pada pasal 35 ayat 1 sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi,dan bahan ajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan
Tinggi. Kurikulum yang dikembangkan program studi haruslah memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan Menteri. Dalam Pasal 29 UU Pendidikan Tinggi
dinyatakan acuan pokok dalam penetapan kompetensi lulusan Pendidikan
Akademik, Pendidikan Vokasi, dan Pendidikan Profesi adalah Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang diatur melalui Peraturan Presiden
No. Tahun 2012. Pengembangan kurikulum program studi juga mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan Tinggi berdasarkan Permendikbud No. 03 Tahun
2020 dimana pengembangan kurikulum untuk setiap Program Studi mencakup
pengembangan kecerdasan intelektual, akhlak mulia, dan Keterampilan. Oleh
karena itu, lembaga Peguruan Tinggi khusunya di Pendidkan Tinggi Keagamaan
Islam harus mencetak lulusan PAI baik guru PAI di sekolah atau madrasah)
menjadi lulusan yang berkualitas dan mampu mengaplikasikan pembelajaran baca
tulis Al-Qur’an dengan baik dan benar.
10

Tabel 1.1
Kerangka pemikiran

Lulusan MA Lulusan SMA


(Variabel X1) (Variabel X2)
1. Al-Qur’an dan 1. Al-Qur’an dan
keutamaannya dalam islam keutamaannya dalam islam
2. Makharijul huruf 2. Makharijul huruf
3. Sifat huruf 3. Sifat huruf
4. Hukum nun sukun dan 4. Hukum nun sukun dan
tanwin tanwin
5. Hukum mim sukun 5. Hukum mim sukun
6. Hukum Ra’ 6. Hukum Ra’
7. Qalqlah 7. Qalqlah
8. Hukum mad 8. Hukum mad
9. Waqaf 9. Waqaf
10. Bacaan-bacaan ghorib 10. Bacaan-bacaan ghorib
11. Menghafal surat pendek 11. Menghafal surat pendek
12. Menghafal ayat ahkam 12. Menghafal ayat ahkam

Kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an (Variabel Y)


1. Mahasiswa mampu membaca teks Al-Qur’an dengan menggunakan
ilmu tajwid dengan benar
2. Mahasiswa mampu menulis aksara arab dengan baik dan benar
3. Mahasiswa mampu menghafalkan surat-surat pendek dalam Al-
Qur’an

Sumber data : RPS semester 2 PAI STIT Al-Khairiyah

F. Hipotesis penelitian
11

Hipotesis adalah kesimpulan sementara atas masalah penelitian (Pohan,


2007, hal. 31). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian belum
jawaban yang empirik (Sinambela, 2014, hal. 55).
Sesuai dengan kerangka pemikiran maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu kemampuan baca tulis Al-Qur’an
pada mahasiswa semester 2 tahun ajaran 2021 di STIT Al-Khairiyah variabel Y
dan mahasiswa lulusan MA dengan mahasiswa lulusan SMA variabel X secara
statistik dapat diajukan melalui hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (Ha) yang
dinyatakan dalam bentuk kalimat positif dan hipotesis statistik atau hipotesis nol
(H0) dinyatakan dalam kalimat negatif sebagai berikut :
1. Ha : Terdapat perbedaan kemampuan baca tulis Al-quran antara mahasiswa
lulusan SMA dengan lulusan MA semester 2 STIT Al-Khairiyah.
2. H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan baca tulis Al-Quran antara
mahasiswa lulusan SMA dengan lulusan MA semester 2 STIT Al-
Khairiyah.

G. Langkah-langkah penelitian
Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Penelitian yang baik adalah penelitian yang didasarkan
pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional (masuk akal), empiris (dapat teramati oleh
indera) dan sistematis (menggunakan langkah-langkah tertentu). (Sugiyono, 2015,
hal. 2).
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis dan pendekatan penelitian
Penelitian dengan judul perbandingan kemampuan baca tulis Al-Quran
antara mahasiswa lulusan SMA dengan lulusan SMA pada mahasiswa semester
12

2 STIT Al-Khairiyah menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian


kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka yang datanya terwujud
bilangan skor nilai peringkat atau frekuensi yang dianalisis dengan
menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian
yang sifatnya spesifik dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel
tertentu mempengaruhi variabel yang lain. (Alsa, 2014, hal. 13).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis kuantitatif komparatif
yang bermaksud untuk mengetahui apakah antara dua variabel atau lebih
terdapat perbedaan dalam suatu aspek yang diteliti.
Penulis menggunakan jenis penelitian ini dikarenakan ingin
membandingkan kemampuan baca Tulis Al-Quran antara mahasiswa lulusan
MA dan SMA pada mahasiswa semester 2 di STIT Al-Khairiyah.
2. Menentukan sumber data
Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran
tentang suatu keadaan atau masalah baik yang berupa angka-angka golongan
maupun yang berbentuk kategori sumber data. dalam penelitian ini adalah
subjek dari mana data diperoleh dalam hal ini sumber data yang dituju oleh
penulis adalah mahasiswa semester 2 di STIT Al Khairiyah.
a. Sumber Data primer
Data primer adalah data statistik yang diperoleh atau bersumber dari
tangan pertama (first hand data) yaitu sumber yang memang benar mewakili
atau yang berhak memberikan informasi. (Darwansyah, 2009, hal. 12).
1) Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 2017, hal. 80). Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh mahasiswa PAI semester 2 lulusan MA
dan lulusan SMA. Jumlah mahasiswa lulusan MA sebanyak 43 dan
jumlah Mahasiswa lulusan SMA sebanyak 22.
2) Sampel
13

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang


dimiliki oleh populasi tersebut bila populasi besar dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada populasi misalnya karena
keterbatasan dana tenaga dan waktu maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu apa yang
dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus
betul-betul representative. (Sugiyono, 2017, hal. 81)
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu .Alasan meggunakan teknik purposive sampling ini karena
sesuai untuk digunakan untuk penelitian kuantitatif, atau penelitian-
penelitian yang tidak melakukan generalisasi (sugiyono, 2016, hal.
85)
Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus Slovin, dengan taraf kepercayaan sebesar 95%
dan taraf kesalahan (error) sebesar 5%. Adapun proses
perhitungannya sebagai berikut :
N
n=
1+(N ×e 2)
111
¿ 2
1+(111× 5 % )
111
¿
1+(111× 0,0025)
111
=
1+ 0,2775
111
= = 86,88
1,2775
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh sampel sebanyak 86,88
dibulatkan menjadi 87 mahasiswa. Karena sampel tersebut tidak
memungkinkan untuk diteliti, maka peneliti menggunakan teknik sampling
14

berupa purposive sampling, yang bertujuan untuk pengambilan sampel


dengan memperhatikan pertimbangan tertentu. Sehingga penulis
menentukan sampel dalam penelitian ini adalah 65 mahasiswa yang terdiri
dari 22 mahasiswa lulusan SMA dan 43 lulusan MA.
b. Sumber data sekunder

Data sekunder yaitu data statistik yang diperoleh atau bersumber


dari tangan kedua ( second hand data) atau diperoleh bukan dari
sumbernya langsung biasanya data ini diambil dari sumber kedua
maksudnya data data yang diambil dari berbagai buku-buku yang relevan
dengan judul penelitian.

3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di “Kampus Sekolah Tinggi Ilmu


Tarbiyah (STIT) Al-Khairiyah” Jl. Enggus Arja No. 1 Citangkil, Cilegon
Banten.
4. Teknik pengumpulan data
Dalam penulisan penelitian yang tertuang dalam skripsi ini penulis
menggunakan teknik teknik penelitian :
a. Observasi
Teknik pengamatan yaitu cara pengumpulan data dengan terjun
langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti. Menurut Sutrisno
Hadi dalam (Sugiyono, 2019, hal. 145). mengemukakan bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
Data yang diperoleh dalam observasi ini dicatat dalam satuan
catatan observasi dengan pencatatan secara sistematis observasi ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemampuan baca tulis Al-
Qur’an antara mahasiswa lulusan MA dengan mahasiswa lulusan SMA.di
STIT Al Khairiyah.
b. Dokumentasi
15

Dokumentasi adalah penggunaan dokumentasi penting yang berada


di lapangan (Darwyansyah, 2009, hal. 19). Salah satu metode yang
digunakan peneliti untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yaitu berupa buku-buku yang berkaitan.
c. Angket/kuesioner
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014, hal. 142)
d. Wawancara atau interview
Teknik wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan kepada para informan. Sedangkan menurut Larry
Cristensen dalam (Sugiyono, 2017, hal. 137) menyatakan bahwa
wawancara merupakan sebuah teknik pengumpulan data dengan
mengajukan suatu pertanyaan kepada yang diwawancarai. Teknik
wawancara ini ditujukan kepada mahasiswa untuk memperoleh informasi
tentang kesulitan apa yang dialami mahasiswa saat proses belajar
mengajar berlangsung mengingat latar belakang pendidikan dari
mahasiswa yang berbeda.
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan tahapan yang
dilakukan secata keseluruhan data penelitian terkumpul.. Analisis data
diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga
karakteristik atau sifat-sifat data dapat dengan mudah dipahami dan
dimanfaatkan untuk menjawab rumusan masalah (Agung Widhi kurniawan,
2016, hal. 102).
Bentuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, setelah data hasil
penelitian terkumpul, selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis dengan
menggunakan rumus statistik. Rumus yang digunakan yaitu menguji dengan
rumus Uji Perbedaan / Uji-t (Sudjana, 2005, hal. 70).
16

Adapun langkah-langkah yang digunakan penulis dalam menganalisis data


yaitu sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan statistik deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang akan
diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya.
(sugiyono, 2014, hal. 137). Adapun penyajian data secara deskriptif,
yaitu sebagai berikut:
a. Menentukan ranking kelas (R), yaitu selisih antara data tertinggi dan
data terendah dengan rumus :
R=Xmaks−Xmin
b. Menentukan jumlah kelas dengan rumus Sturges sebagai berikut :
K=1+ 3,3 log n
Keterangan:
K = jumlah kelas interval
n = jumlah data
c. Menentukan interval atau panjang kelas dengan rumus :
R
P=
K

Keterangan :

P = panjang kelas (interval)


R = rentang (jangkauan)
K = banyak kelas
d. Membuat table distribusi frekuensi dari masing-masing variabel
e. Membuat normalitas dari masing-masing variabel dengan cara :
1. Menghitung mean. Mean merupakan teknik penjelasan kelompok
yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Mean
didapat dengan menjumlahkan data seluruh individu yang
kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada dalam
kelompok tersebut (Sugiyono,2014, hal.172) Hal ini dapat
dirumuskan dengan rumus :
17

Ʃxi
X=
n
Keterangan :
X = mean
Ʃxi = jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor
dengan frekuensinya
n = jumlah individu
2. Menghitung median. Median adalah suatu nilai atau angka yang
membagi suatu distribusi frekuensi dalan dua bagian sama besar
(nilai tengah) dengan rumus:

( )
1
n−F
2
Me=b+ p
f
Keterangan :
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas
n = banyak data
F = jumlah frekuensi sebelum kelas median
f = frekuensi kelas median
3. Menghitung modus. Modus merupakan angka yang paling sering
muncul dalam suatu bilangan. Menghitung modus dengan rumus :

Mo=b+ p ( b 1+b 1b2 )


Keterangan :
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi berikutnya
f. Diagram histogram. Histogram merupakan diagram batang yang
saling berimpitan dan menghubungkan batas bawah dan batas atas
18

kelas interval (nilai) dengan frekuensi. (Darwyansyah & Supardi,


2009, hal. 3)
g. Mencari standar deviasi (SD). Deviasi merupakan penyimpangan dari
masing-masing nilai interval dengan nilai rata-rata hitungnya.
(Darwyansyah & Supardi, 2009, hal. 4). Standar deviasi dapat dicari
dengan rumus :

SD=
√ Ʃfi (x−x )²
n
2. Statistik inferensial
Statistik inferensial merupakan statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk
populasi dimana sampel tersebut diambil. Statistik inferensial dibagi
menjadi dua macam, yaitu statistik parametris dan statistik non-
parametris. (sugiyono, 2014, hal. 23).
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan Statistik
parametris yang digunakan yaitu teknik analisis komparatif uji beda
sampel bebas (Independent t-Test) yang digunakan untuk menguji
kebenaran tentang apakah ada perbedaan rata-rata antara dua variabel
yang sedang diteiti. Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :
a. Menentukan tingkat signifikansi. Tingkat signifikansi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 5% atau 0,05.
b. Uji homogenitas Fisher dengan rumus :
varians besar
F=
varians kecil
Data dinyatakan memiliki varian yang sama jika Fhitung < Ftabel
Sebaliknya, varian data tidak sama jika Fhitung > Ftabel
c. Berdasarkan uji homogenitas varians, maka digunakan rumus uji t
dua sampel sebagai berikut:
Jika memiliki varians yang sama maka menggunakan rumus
X 1−X 2
t=
Sp
√ 1
+
1
n1 n 2
19

Dimana Sp=
√ ( n 1−1 ) S 1²+ ( n2−1 ) S 2²
n 1+n 2−2
Jika memiliki varians yang berbeda maka menggunakan rumus
X 1−X 2
t=

√ S 1² S 2²
+
n1 n2
Tolak H0 jika thitung > ttabel atau menerima Ha jika thitung < ttabel
d. Membuat kesimpulan

H. Sistematika pembahasan
Sistematika penulisan berisi tentang deskripsi alur pembahasan yang
dimulai dari bab pendahuluan hingga bab terakhir dapat diuraikan sebagai
berikut :
Bab I pendahuluan : Merupakan pendahuluan yang berisi gambaran
penjelasan seluruh pokok pikiran yang terkandung dalam skripsi yang meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, langkah-langkah penelitian dan
sistematika pembahasan
Bab II kerangka teori : Memuat landasan teori meliputi landasan teoritis
yang berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti dan model konseptual
penelitian
Bab III kondisi objek : Penelitian sejarah berdirinya STIT Al-Khairiyah
citangkil, letak geografis STIT Al- Khairiyah citangkil, keadaan dosen, staf,
akademik serta mahasiswa STIT Al Khairiyah citangkil dan sarana prasarana
kampus visi, misi dan tujuan kampus kurikulum yang digunakan kampus dan
struktur organisasi
Bab IV hasil penelitian dan pembahasan : Deskripsi hasil penelitian yang
terdiri dari analisis data variabel Y yaitu hasil kemampuan baca tulis Alquran
pada mahasiswa semester 2. Analisis data variabel X yaitu mahasiswa lulusan MA
dengan mahasiswa lulusan SMA dan analisis perbandingan hasil kemampuan baca
20

tulis Alquran pada mahasiswa lulusan SMA dengan mahasiswa lulusan SMA serta
pembahasan hasil penelitian
Bab V penutup : Bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan Dan beberapa saran yang berhubungan dengan
penelitian serupa di masa mendatang serta kritik yang bersifat konstruktif dan kata
penutup.

DAFTAR PUSTAKA
Agung Widhi kurniawan, Z. p. (2016). metode penelitian kuantitatif. yogyakarta:
Pandiva buku.
Akhmad. (1988). Ilmu Al-Qur’an Pengenalan Dasar. Jakarta: rajawali.
Al-Mushaf, M. A. (1481 H). Al-Qur'an dan terjemah. Madinah Munawwarah:
yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir Al-Qur'an Depag RI.
Alsa, A. (2014). kuantitatif & kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian
psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darwansyah. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Darwyansyah, & Supardi. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan. Diadit Media.
Hadi, S. (1994). Methodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
Hawi, A. (2013). kompetensi guru PAI. jakarta: rajawali pers.
Jaya, I. M. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:
Quadrant.
Mujib, A. (1994). Pedoman Ilmu Tajwid. Gresik: Karya Abditama.
Nurhadi. (2016). teknik membaca. jakarta: bumi aksara.
Penyusun, T. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Permendiknas. (2006). tentang standar isi untuk satuan pendidikan tingkat dasar
dan menengah.
Poerwadarminta. (1908). Kamus umum bahasa indinesia. jakarta.
21

Poerwadarminto. (1984). Kamus umum Bahasa Indonesia. surabaya: usaha


nasional.
Pohan, R. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. yogyakarta: Lanarkan
Publisher.
Ramayulis. (2005). Metodologi pendidikan agama islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sinambela, L. P. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Graha
ilmu.
Sudirman. (1992). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. (2005). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiyah. bandung: sinar baru
algesindo.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
sugiyono. (2014). Statistika Untuk Penelitian . Bandung: Alfabeta.
sugiyono. (2016). metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. bandung:
PT.Alfabet.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Surasman, O. (2002). Metode Insani : kunci praktis membaca Al-Qur'an baik dan
benar. Jakarta: Gema Insani Press.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
https://stitalkhairiyah.siakadcloud.com.

Anda mungkin juga menyukai