Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Al – Islam dan Kemuhammadiyaan

( HIKMAH SHOLAT )

DOSEN PENGAMPUH : Drs. Abd.Latif Littie, M,Si

Disusun
O
L
E
H
Kelompok 5 :
1. Dela Rizkita Affandi
2. Karmila K. Nggea
3. Mohamad Syahrial Deluma
4. Mohamad Jufri Mahmud
5. Mega Permatasari Kai
6. Rivanda Baroqah Butang
7. Riska Amalia Ina
8. Siti Nurhaliza
9. Siti Zohra Lastuan

PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
TAHUN 2020
Abstrak

Agama Islam dalam sumber ajarannya, Alqur'an maupun Sunnah Nabi, amat
memberi perhatian pada perkara shalat. Shalat merupakan wujud kepatuhan
yang tertinggi seorang hamba kepada Tuhannya. Ia tidak hanya dipandang
sebagai ibadah mahdhah (khusus) pertama yang diwajibkan atas umat Islam.
Melainkan lebih dari itu, shalat adalah pilar utama agama, kunci pembuka
pintu surga, amal yang paling baik, dan merupakan amal perbuatan orang
mukmin pertama yang dihisab oleh Allah ta'ala pada Hari Kiamat kelak.

Abstract

Islam in its source of teachings, alqur'an and Sunnah of the Prophet,


is very attentive to the matter of prayer. Prayer is the highest form of
obedience of a servant to his Lord. It is not only seen as the first mahdhah
(special) worship that is required of Muslims. Moreover, prayer is the main
pillar of religion, the key to the opening of the gates of Paradise, the best
deeds, and the deeds of the first believers who are reckoned by Allah ta'ala
on the Day of Resurrection.
Daftar Isi

COVER...........................................................................................................1
Abstrak............................................................................................................2
Abstract...........................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................3
KATA PENGANTAR....................................................................................4
BAB I..............................................................................................................5
PENDAHULUAN..........................................................................................5
1.1 Latar Belakang......................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................6
1.3 Tujuan...................................................................................................6
BAB II............................................................................................................8
PEMBAHASAN.............................................................................................8
2.1 Hikmah Shalat.......................................................................................8
2.1 Pendapat-pendapat satu ulama............................................................11
BAB II..........................................................................................................12
PENUTUP....................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.........................................................................................12
3.2 Saran...................................................................................................12
Daftar Pustaka...............................................................................................13
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatrahmat dan karuniaNyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik, tepat pada waktunyaadapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Al-Islam dan Kemuhammadiyaan ( AIK ) II, pada semester
2, dengan judul “ Hikmah Shalat “

Dalam penyelesaian makalah ini , kami banyak mengalami kesulita, 
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang.
Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak dan kami
ucapkan terima kasih kepada Drs. Abd.Latif Littie, M,Si yang telah
memberi pengarahan kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini.

Karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih


kepada semua pihak yang terlibat. Penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi
dimasa yang akan datang. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana
ini, dapat memberi manfaat terutama ilmu pengetahuan menganai “ Hikmah
Shalat.”

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mendirikan shalat merupakan suatu ibadah yang wajib dilakukan bagi
seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah
kepada manusia tersebut, sungguh mengandung berbagai hikmah yang luar
biasa. Sudah semestinya kita sadar dan bersyukur atas kasih sayang Allah
yang diberikan kepada kita melalui perintah untuk melaksanakan ibadah
shalat. Atas dasar kewajiban, shalat hanya dilakukan sebagai suatu ibadah
yang rutinitas saja. Selama mendirikan shalat, ada pula yang merasakannya
sebagai suatu hal yang memberatkan tanpa mengetahui dan merasakan
ketinggian nilai spiritual yang ada di dalamnya.
Dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist, shalat dimaknakan
pertemuan antara hamba dengan Tuhannya (Allah Subhanahu wa Ta’ala)
dan amalan yang utama. Firman Allah SWT dalam QS. Thaha :14, yaitu
“Tegakkan shalat untuk mengingat-Ku. (QS. Thaha: 14). Jauh dari hal yang
kita sadari di atas, bahwa ada yang terpenting dari hakikat shalat yaitu
khusyuk. Tercermin pada kisah salah seorang sahabat yang bernama
Mahmud bin Rabi' Al Anshari dan diriwayatkan Imam Bukhari dalam
Shahih-nya, memberikan gambaran bahwa shalat tidak cukup sekadar
"benar" gerakannya saja, tapi juga harus dilakukan dengan thuma’ninah,
tenang, dan khusyuk. (Republika. Sabtu, 25 Februari 2006)
Kekhusyukan di dalam mendirikan ibadah shalat, pikiran dan mental
tertata sedemikian rupa sehingga perasaan batin menjadi lebih tenang,
hening dan khusyuk. Kita dapat merasakan bahwa banyak sekali keajaiban
yang diperlihatkan mengenai hikmah dari shalat khusyuk, yang berpotensi
menjadi penolong kita menuju kejayaan dunia akhirat dan pencegah
perbuatan keji dan munkar.
Seperti dalam QS Al-Baqarah : 45-46, “ Jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh amat
berat, kecuali bagi orang-orang khusyu’. Yaitu orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akan menemukan Tuhannya dan bahwa mereka kembali
kepada-Nya.” William James (Haryanto, Sentot. 2002) berpendapat bahwa
terapi yang terbaik bagi keresahan jiwa adalah keimanan kepada Tuhan.
Keimanan kepada Tuhan adalah salah satu kekuatan yang harus dipenuhi
untuk membimbing seseorang dalam hidup ini. Selanjutnya dijelaskan
bahwa antara manusia dan Tuhan terdapat suatu ikatan yang tidak putus.
Individu yang benar-benar religius akan terlindung dari keresahan dan
selalu terjaga keseimbangannya. Ahli lain yaitu Toynbee (Haryanto, Sentot.
2002) melihat bahwa krisis yang dialami oleh orang-orang Eropa pada
jaman modern ini disebabkan oleh adanya kemiskinan spiritual, dan jalan
penyembuhannya adalah kembali kepada agama, akal manusia harus
bekerjasama dengan iman kepada Maha Pencipta. Ditambahkan oleh Nasr
(Haryanto, Sentot. 2002) bahwa manusia sangat membutuhkan agama, tanpa
agama dia belum menjadi manusia utuh. Setelah manusia dipisahkan dari
agama, ia menjadi gelisah, tidak tenang dan mulai membuat atau
menciptakan agamaagama semu (pseudo-religion).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa saja hikmah yang terkandung dalam shalat?
2.      Bagaimana pendapat-pendapat ulama tentang hikmah yang
terkandung dalam shalat?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tujuan disusunnya makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui hikmah yang terkandung dalam sholat
2. Untuk mengetahui pendapat-pendapat ulama tentang hikmah yang
terkandung dalam sholat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hikmah Shalat


Shalat Pada Waktunya dan Pelatihan Kedisiplinan. Sengaja hikmah
ini diletakkan yang paling awal disebabkan hikmah yang pertama ini
(Shalat awal waktu) merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah.
SWT., serta merupakan hikmah yang selalu kita lupakan. Maksudnya,
bahwa sedari dulu sampai sekarang yang namanya manusia itu adalah
pelupa bahkan pada hal-hal yang sifatnya sangatlah penting, baik bagi
dirinya atau bahkan pada agamnya. Kita ambil contoh salah satunya
misalnya terhadap shalatnya. Maka dengan membiasakan diri
melaksanakan shalat barjama‟ah awal waktu, kita biasa dan akan
terbiasa melaksanakan shalat pada watunya (awal waktu).
Setelah membaca hadis ini, masihkah kita melalikan shalat
barjama‟ah? Betapa ia disebut bahkan sebelum berjihad di jalan Allah.
Tentunya bukan tanpa alasan Kanjeng Rasul menyebut shalat
barjama‟ah sebagai amalan yang paling dicintai Allah, yang
penyebutannya didahulukan dari jihad di jalan-Nya. Kalau kita
perhatikan lebih seksama lagi tentang hikmah yang pertama ini, maka
kita akan menjumpai bahwa Agama Islam, dengan dianjurkannya shalat
barjama‟ah juga mengajari kita untuk displin. Mengembangkan
kedisiplinan dan berakhlak mulia. Sholat berjama‟ah mengajarkan
disiplin seorang makmun senantiasa mengikuti gerakan imam dan
berada di belakang imam. Hal ini tentu membiasakan melatih
kedisiplinan dalam kehidupan seseorang, menghilangkan ego, perbedaan
dan dengan penuh kerendahan hati patuh dan taat pada pimpinannya,
yaitu imam.
Hikmah Shalat Dimulai Dengan Takbir Hikmah shalat dimulai
dengan takbir adalah dalam rangka memulai ibadah shalat dengan
menyucikan dan mengagungkan Allah SWT serta menyifatinya dengan
sifat-sifat kesempurnaan. Menurut Al-Qadhi ‘Iyadh, hikmahnya adalah
orang yang shalat dikondisikan untuk menghadirkan sifat keagungan
Zat-Nya dan dipersiapkan untuk patuh dan berdiri di hadapan-Nya agar
ia penuh rasa takut sehingga hatinya hadir, benar-benar khusyuk, serta
tidak ada kesempatan baginya untuk bersenda gurau. Kemudian hikmah
Mengangkat Kedua Tangan, Para ulama sedikit berbeda dalam
menguraikan hikmah tentang mengangkat kedua tangan. Menurut Imam
Asy-Syafi’I, hikmahnya adalah untuk mengagungkan Allah SWT dan
mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW. Ada ulama lain yang
berpendapat, mengangkat dua tangan itu karena tunduk, merendahkan
diri, pasrah, dan patuh. Ini dianalogikan dengan orang yang tertawan.
Ketika ia sudah terkalahkan, maka dia mengangkat kedua tangan sebagai
tanda kepasrahan. Setelahnya hikmah Meletakkan Dua Tangan di
Bawah Dada dan di Atas Pusar.
Hikmah meletakkan dua tangan di bawah dada dan di atas pusat
adalah agar kedua tangan itu berada  di atas anggota badan yang paling
mulia, yaitu hati. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga iman di dalamnya,
karena orang yang ingin memelihara sesuatu, maka kedua tangannya
harus diletakkan di atas sesuatu tersebut. Ada yang berpendapat bahwa
hal ini lebih mendorong kekhusyukan dalam melaksanakan shalat.
Hikmah Doa Iftitah Doa iftitah merupakan ketetapan dari Rasulullah
SAW pada awal rakaat pertama shalat. Doa iftitah berisi ungkapan
pujian kepada Allah SWT, pengakuan diri akan kelengahan dan aniaya,
permohonan ampunan pada Allah SWT, dan permintaan memiliki
akhlak yang terbaik, serta permohonan perlindungan kepada Allah agar
dijauhkan dari akhlak buruk.
Hikmah Membaca Surah Al-Fatihah Membaca Al-Fatihah dimulai
dengan basmalah menunjukkan bahwa hanya dengan nama Zat yang
menjadi tujuan pelaksanaan kewajiban, orang shalat bisa memiliki
kemampuan untuk melaksanakan setiap kewajiban. Ia pun bisa
memohon pertolongan Allah SWT untuk mencapai keridhaan dan
rahmat-Nya, juga memohon untuk dijauhkan dari siksa-Nya.
Hikmah Membaca Surah Setelah Membaca Al-Fatihah Hikmahnya
adalah untuk mengikuti jejak langkah Nabi Muhammad SAW, seperti
yang terdapat dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim.
Hikmah Rukuk Yaitu agar orang yang shalat termasuk dalam
kelompok orang yang diseru dalam firman Allah QS. Al-Hajj ayat 77.
Hikmah Iktidal Berdiri Yaitu sebagai suatu penggambaran diri
seseorang di sisi Allah Azza wa Jalla untuk memperingatkan hati agar
tetap bersikap rendah diri, merasa hina, menjauhi sifat gila jabatan dan
perilaku sombong, serta mengingatkan betapa bahayanya berdiri di sisi
Allah.
Hikmah Sujud Yaitu untuk menghina setan yang tidak mau sujud
kepada Nabi Adam as. sujud juga dapat memudahkan diterimanya doa.
Hikmah lainnya menurut Imam Al-Iraqi yaitu menanamkan sikap
rendah hati, karena orang yang sujud itu mengguling-gulingkan
wajahnya di tempat sujud.
Hikmah Mengangkat Jari Telunjuk ketika Membaca Syahadat, Yaitu
menunjukkan bahwa Tuhan yang berhak disembah hanyalah Tuhan
Yang Maha Esa. Jadi, pada waktu mengangkat jari telunjuk tersebut
orang yang shalat menyelaraskan antara ucapan, pekerjaan, dan
keyakinan dalam mengesakan Allah SWT.
Hikmah Bacaan Pada Waktu Tasyahud, Dua kalimat syahadat
disebut tasyahud karena dikalimat itu ada dua
kesaksian. Pertama, kesaksian akan keesaan Allah
SWT. Kedua, kesaksian akan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Tujuan
bacaan tasyahud adalah memuji Allah SWT yang memiliki seluruh
penghormatan yang datang dari makhluk. Kata at-tahiyyat sendiri
berbentuk jamak, karena setiap raja itu mempunyai penghormatan
tersendiri yang dikenal luas untuk dihormati.
Hikmah Mengucapkan Salam, Menurut Al-Qaffal, saat bertakbiratul
ihram orang yang shalat berpaling dari manusia dan hanya menghadap
Allah SWT, sedangkan pada waktu salam ia menghadap manusia
kembali.[2]
2.2 Pendapat-pendapat satu ulama

Ada banyak sekali hikmah yang terkandung di dalam shalat,


diantaranya seperti yang dirangkum oleh Mustafa al-Khin dan Musthafa al-
Bugha, dalam al-Fiqh al-Manhaji ‘ala Madzhabi Imam al-Syafi’i (Surabaya:
Al-Fithrah, 2000), Juz I, hal. 98:
1. Dalam shalat, ada sujud; sebuah posisi di mana kita merendahkan
diri hingga mencium tanah. Ini merupakan pengingat bagi kita akan
kerendahan kita di hadapan Allah Sang Pencipta, karena
sesungguhnya di hadapan Allah, kita hanyalah hamba yang mutlak
sepenuhnya milik Allah.
2. Menyadarkan kita bahwa pada hakikatnya tiada yang mampu
memberikan pertolongan pada kita selain Allah.
3. Shalat dilakukan sehari semalam sebanyak 5 kali. Ini berarti ada 5
kali dalam sehari semalam kita bisa bertobat, kembali kepada Allah,
karena memang pada dasarnya dalam sehari semalam, tidaklah
mungkin kita terluput dari dosa, baik disengaja ataupun tidak.
4. Memperkuat akidah dan keimanan kita pada Allah SWT, karena
sesungguhnya sehari-hari godaan kenikmatan duniawi dan godaan
setan senantiasa mengganggu akidah kita hingga kita lupa akan
keberadaan Sang Khaliq yang Maha Mengawasi. Dengan melakukan
ibadah shalat, kita kembali mempertebal keyakinan dan keimanan
kita, sebagaimana tumbuhan kering yang segar kembali sesudah
diguyur hujan. Demikian pemaparan tentang makna dan hikmah
shalat yang kami sarikan dari berbagai sumber, semoga dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Wallahu a’lam bi shawab.
(Muhammad ibnu Sahroji)
BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Shalat merupakan inti (kunci) dari segala ibadah juga merupakan
tiang agama, dengannya agama bisa tegak, dengannya pula agama bisa
runtuh. Shalat mempunyai dua unsur yaitu dzohiriyah dan batiniyah. Unsur
dzohiriyah adalah yang menyangkut perilaku berdasar pada gerakan shalat
itu sendiri, sedangkan unsur batiniyah yaitu sifatnya tersembunyi dalam hati
karena hanya Allah-lah yang dapat menilainya. Shalat banyak macamnya
ada shalat sunnah, ada juga shalat fardhu yang telah ditentukan waktunya.
Shalat merupakan pergerakan diri secara totalitas untuk menghadap Tuhan,
dengan perkataan maupun perbuatan menurut syarat dan rukun yang telah
ditentukan syara’. Shalat merupakan kewajiban bagi kaum muslimin yang
mukallaf tanpa kecuali.

3.2 Saran
Dalam pengumpulan materi pembahasan di atas tentunya kami
banyak mengalami kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya
pembaca memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami.
Sebelum dan sesudahnya kami haturkan banyak terima kasih.
Daftar Pustaka

Syaid bin Ali bin Waqf al-Qahthani, Lebih berkah dengan Shalat
berjamaah, (Surakarta: Qaula, 200), 17 Imam Muhyiddin an-Nawawi, Al-
Maju Syarhu al-Muhadzdzab, (Beirut: Dar alFikr, Vol 3) Ibnu Qudamah al-
Hanbali, Al-Mughni, ( Beirut: Dar al-Hijar Li ath-Thiba’ah wa an-Nasyr wa
at-Tauzi’ wa al-I’lam, 19920) Alauddin Abu al-Hasan ‘Ali bi Sulaiman bin
Ahmad al-Mawardi, al-Inshaf fi Ma’rifati ar-rajih min al-Khilaf, (Beirut:
Dar al-Hijar Li ath-Thiba’ah wa an-Nasyr wa at-Tauzi’ 1993) al-Qaththân,
Mannâ’ Khalîl. Mabâhîs fi ‘Ulûm al-Qur’ân, Beirut: Mansyûrât al- ‘Ashr al-
Hadîs. Shalih bin Ghanim As-Sadlaan, Shalatul Jama’ah Hukmuha wa
Ahkaamuha watTanbih ‘Alaa maa Yaqa’u fiiha min Bida’ wa Akhtaa’,
(Daarul Wathan)., terj. Abu Ihsan al- Maidani al-Atsari, Bimbingan
Lengkap Shalat Berjama’ah Menurut Sunnah Nabi, (Solo: At-Tibyan, 2002)
Prof. DR. Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas. 1984)
Hanif Yahya, Sirah Ibnu Hisyam, (Jakarta: Darul Haq, 2008) Al-Qahthani, ,
Lebih berkah dengan Shalat berjamaah, (Surakarta: Qaula, 2000),
http://catatan-pelajaran-sd.blogspot.co.id/2014/03/fiqih-kelas-2-semester-
2.html Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, -Shiddieqy,
Muhammad, Tengku, Pedoman Sholat. Jakarta: Bulan Bintang, Cet. 21,
1993.Masykuri , Abdurrahman, Kupas Tuntas Salah. Jakarta: Erlangga,
2006.

Anda mungkin juga menyukai