Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN AQIDAH

ADAB BERTAMU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran Aqidah


Dosen Pengampu: Zikriadi, M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Ade Mulyawan
NIM. 20.0121.2407

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) SYARIF ABDURRAHMAN

SINGKAWANG

TAHUN 2022
Bertamu merupakan kegiatan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Saling berkunjung di antara sanak keluarga, tetangga, maupun teman. Kegiatan ini dapat

memperkuat tali silaturahim dan juga membentuk hubungan yang baik dengan orang lain.

Islam sebagai agama yang sempurna tentunya telah mengatur mengenai perkara

bertamu ini. Terdapat adab-adab dalam bertamu yang mestinya diketahui oleh seorang

muslim agar saat bertamu mendapatkan pahala dari Allah ‘Azza wa jalla. Selain itu,

dengan mengetahui adab-adab dalam bertamu akan membuat tuan rumah yang dikunjungi

menjadi nyaman dan tidak terganggu.

Di antara adab-adab bertamu yang dapat diamalkan adalah sebagaimana yang

telah diajarkan dan juga dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

berikut ini:

1. Jangan Bertamu di Waktu Larut Malam Jika Tidak Darurat

Hendaknya seseorang yang hendak bertamu tidak datang pada saat larut malam

atau saat tuan rumah sedang beristirahat di malam hari, kecuali ada suatu hal yang

darurat atau mendesak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ َ‫ فَ ََل ي‬،َ‫طا َل أ َ َحدُكُ ِم ْالغَ ْيبَة‬


‫ط ُرق أ َ ْهلَهُ لَي ًَْل‬ َ َ ‫إِذَا أ‬

“Jika salah seorang dari kalian pergi dalam waktu yang lama, maka janganlah ia

mendatangi keluarganya (secara mendadak) di malam hari.” (HR. Bukhari)

Pada hadits di atas, Nabi melarang seorang suami datang ke rumahnya pada saat

malam hari secara mendadak setelah bepergian dalam waktu yang lama. Padahal

yang didatangi adalah rumahnya sendiri, apalagi jika seorang muslim berkunjung ke
rumah orang lain, maka sangat kurang baik jika ia bertamu pada saat tuan rumah

beristirahat.

2. Mengucapkan Salam dan Minta Izin Masuk

Terkadang seseorang bertamu dengan memanggil-manggil nama yang hendak

ditemui atau dengan kata-kata sekedarnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

mengajarkan, hendaknya seseorang ketika bertamu memberikan salam dan meminta

izin untuk masuk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫علَى أ َ ْه ِل َها ذَ ِلكُ ْم َخي ٌْر لَكُ ْم‬ ُ ‫غي َْر بُيُو ِتكُ ْم َحتَّى ت َ ْست َأ ْ ِن‬
َ ُ ‫سوا َوت‬
َ ‫س ِل ُموا‬ َ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل تَدْ ُخلُوا بُيُوتًا‬

‫لَ َعلَّكُ ْم تَذَّ َّك ُرون‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan

rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang

demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nur: 27)

3. Minta Izin Maksimal Tiga Kali

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya, bahwa

batasan untuk meminta izin bertamu adalah sebanyak tiga kali.

ُ‫ اَلستئذان‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬:‫عن أبى موسى اَلشعري رضي هللا عمه قال‬

ٌ
‫ فان أذن لك و اَل فارجع‬،‫ثَلث‬

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu’anhu, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan

untuk kamu (masuklah) dan jika tidak maka pulanglah.” (HR. Bukhari & Muslim)
Maksudnya adalah, jika kita telah memberi salam tiga kali namun tidak ada

jawaban atau tidak diizinkan, maka itu berarti kita harus menunda kunjungan kita

kali itu. Adapun ketika salam kita telah dijawab, bukan berarti kita dapat membuka

pintu kemudian masuk begitu saja atau jika pintu telah terbuka, bukan berarti kita

dapat langsung masuk. Mintalah izin untuk masuk dan tunggulah izin dari tuan

rumah untuk memasuki rumahnya.

Hal ini disebabkan sangat memungkinkan jika seseorang langsung masuk, maka

aib atau hal yang tidak diinginkan untuk dilihat belum sempat ditutupi oleh tuan

rumah.

4. Ketukan Yang Tidak Mengganggu

Sering kali ketukan yang diberikan seorang tamu berlebihan sehingga

mengganggu pemilik rumah. Baik karena kerasnya atau cara mengetuknya. Maka,

hendaknya ketukan itu adalah ketukan yang sekedarnya dan bukan ketukan yang

mengganggu seperti ketukan keras yang mungkin mengagetkan atau sengaja

ditujukan untuk membangunkan pemilik rumah. Sebagaimana diceritakan oleh Anas

bin Malik radhiyallahu’anhu,

‫إن أبواب النبي صلى هللا عليه وسلم كانت تقرع باألظافير‬

“Kami di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetuk pintu dengan kuku-

kuku”. (HR. Bukhari)

5. Posisi Berdiri Tidak Menghadap Pintu Masuk


Hendaknya posisi berdiri tamu tidak di depan pintu dan menghadap ke dalam

ruangan. Hal ini juga berkaitan hak tuan rumah untuk mempersiapkan dirinya dan

rumahnya dalam menerima tamu.

Sehingga dalam posisi demikian, apa yang ada di dalam rumah tidak langsung

terlihat oleh tamu sebelum diizinkan oleh pemilik rumah. Sebagaimana amalan

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abdullah bin Bisyr ia berkata,

‫كان رسول هللا إذا أتى باب قوم لم يستقبل الباب من تلقاء و جهه و لكن ركنها األيمن أو األيسر‬

‫و يقول السَلم عليكم السَلم عليكم‬

“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mendatangi pintu suatu

kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi berada di sebelah

kanan atau kirinya dan mengucapkan assalamu’alaikum, assalamu’alaikum.” (HR.

Abu Dawud)

6. Tidak Mengintip

Mengintip ke dalam rumah sering terjadi ketika seseorang penasaran apakah ada

orang di dalam rumah atau tidak. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

sangat mencela perbuatan ini dan memberi ancaman kepada para pengintip,

sebagaimana dalam sabdanya,

‫لو أن امرأ اطلع عليك بغير إذن فخذفته بحصاة ففقأت عينه لم يكن عليك جناح‬

“Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, engkau melemparnya dengan

batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada dosa bagimu.” (HR. Bukhari)

7. Pulang Kembali Jika Disuruh Pulang


Seseorang yang hendak bertamu harus menunda kunjungannya atau dengan kata

lain pulang kembali ketika setelah tiga kali salam tidak di jawab atau pemilik rumah

menyuruh kita untuk pulang kembali.

Sehingga jika seorang tamu disuruh pulang, hendaknya ia tidak tersinggung atau

merasa dilecehkan karena hal ini termasuk adab yang penuh hikmah dalam syari’at

Islam. Di antara hikmahnya adalah hal ini demi menjaga hak-hak pemilik rumah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫ار ِجعُوا ه َُو أ َ ْز َكى لَكُ ْم‬ ْ ‫فَإ ِ ْن لَ ْم ت َِجد ُوا ِفي َها أ َ َحدًا فَ ََل تَدْ ُخلُوهَا َحتَّى يُؤْ ذَنَ لَكُ ْم َو ِإ ْن ِقي َل لَكُ ُم‬
ْ َ‫ار ِجعُوا ف‬

َ َ‫َّللاُ ِب َما ت َ ْع َملُون‬


‫ع ِلي ٌم‬ َّ ‫َو‬

“Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk

sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: Kembali (saja)lah,

maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa

yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nur: 28)

8. Menjawab Dengan Nama Jelas Jika Tuan Rumah Bertanya “Siapa?”

Terkadang tuan rumah ingin mengetahui dari dalam rumah siapakah tamu yang

datang sehingga bertanya, “Siapa?” Maka hendaknya seorang tamu tidak menjawab

dengan “saya” atau “aku” atau yang semacamnya, tetapi sebutkan nama dengan jelas.

Sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Jabir radhiyallahu’anhu, dia berkata,

‫اب فَقَا َل َم ْن ذَا فَقُ ْلتُ أ َنَا فَقَا َل أَنَا‬


َ َ‫علَى أَبِي فَدَقَ ْقتُ ْالب‬
َ َ‫سلَّ َم فِي دَي ٍْن َكان‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫أَتَيْتُ النَّ ِب‬
َ ‫ي‬

‫أَنَا َكأَنَّهُ َك ِر َه َها‬


“Aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku mengetuk

pintu, lalu beliau bertanya, ‘Siapa?’ Maka Aku menjawab, ‘Saya.’ Lalu beliau

bertanya, ‘Saya, saya?’ Sepertinya beliau tidak suka.” (HR. Bukhari & Muslim)

9. Menerapkan Batas Waktu Bertamu

Seorang tamu hendaknya memperhatikan batas waktu dalam bertamu. Karena jika

seseorang bertamu terlalu lama dikhawatirkan akan menimbulkan rasa tidak nyaman

dan membebani tuan rumah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫الض َيافَةُ ثََلَثَةُ أَي ٍَّام َو َجا ِئزَ تُهُ َي ْو ٌم َولَ ْيلَةٌ َوَلَ َي ِح ُّل ِل َر ُج ٍل ُم ْس ِل ٍم أ َ ْن يُقي َْم ِع ْندَ أ َ ِخ ْي ِه َحتَّى يُؤْ ِث َمهُ قاَلُ ْوا‬
ِ

‫ئ لَهُ ي ْق ِر ْي ِه ِب ِه‬ َ َ‫يُ ِق ْي ُم ِع ْندَهُ َوَل‬: ‫ْف يُؤْ ِث َمهُ؟ قَا َل‬
َ ‫ش ْي‬ َ ‫هللا َو َكي‬
ِ ‫س ْو َل‬
ُ ‫ار‬
َ ‫َي‬

“Menjamu tamu adalah tiga hari, adapun memuliakannya sehari semalam dan tidak

halal bagi seorang muslim tinggal pada tempat saudaranya sehingga ia

menyakitinya.’Para sahabat berkata: ‘Ya Rasulullah, bagaimana menyakitinya?’

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sang tamu tinggal bersamanya

sedangkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk menjamu tamunya.” (HR. Baihaqi)

10. Masuk Dalam Keadaan Buta, Pulang Dalam Keadaan Bisu

Seorang tamu yang baik ketika bertamu maka ia akan senantiasa menjaga

pandangannya dengan tidak melirik ke setiap sudut rumah. Adapun jika ia melihat

aib yang ada pada rumah yang dikunjunginya maka sebaiknya ia tidak

membicarakannya ketika selesai bertamu.

Jika diibaratkan, seorang muslim yang baik ketika bertamu adalah ia masuk ke

dalam rumah yang dikunjunginya dalam keadaan buta, dalam kata lain ia tidak
melihat apa-apa, dan pulang dalam keadaan bisu, artinya jika ia melihat sesuatu yang

kurang baik di dalam rumah tersebut maka ia tidak membicarakannya sedikitpun.


REFERENSI

https://www.dakwahmanhajsalaf.com/2019/08/adab-bertamu-bagian-1.html

https://muslimah.or.id/58-bertamu-dengan-cara-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html

https://mui.or.id/hikmah/33094/5-adab-bertamu-yang-penting-diperhatikan-menurut-

islam

Anda mungkin juga menyukai