Anda di halaman 1dari 12

Bertamu adalah datang berkunjung (melawat,dsb) ke tempat orang lain.

Dalam pergaulan
bermasyarakat bertamu dan menerima tamu merupakan hal yang lazim dilakukan. Dan oleh
karena itu agama Islam memberikan tuntunan sesuai dengan Al Quran dan hadist.
Adab bertamu :
1. meminta ijin dan mengucapkan salam meminta ijin dapat dengan kata-kata dapat pula
dengan ketuka pintu atau tekan tombol bel atau cara-cara lain yang dikenal baik oleh
masyarakat setempat. Menurut Rasulullah SAW meminta ijin maksimal boleh dilakukan
tiga kali. Apabila idak ada jawabanya seyogyanya yang akan bertamu pulang. Jangan
sekali kali masuk rumah orang lain tanpa ijin.
2. hendaklah memakai pakaian yang pantas, sederhana sesuai dengan kedudukan orang
yang kita tamui.
3. Jangan bertamu sembarang waktu. Bertamulah pada saat yang tepat, saat mana tuan
rumah diperkirakan tidak akan terganggu.
4. Kalau diterima bertamu, jangan terlalu lama sehingga merepotkan tuan rumah. Setelah
urusan selesai segeralah pulang.
5. Jangan melakukan kegiatan yang menyebabka tuan rumah terganggu.
6. Kalau disuguhi minuman atau makanan hormatilah jamuan itu dengan penuh gembira.
7. Bila ingi bermalam alangkah baiknya kalau melihat dahulu kemungkinankemungkinanya. Apakah tuan rumah mempunyai tempat untuk bermalam atau tidak.
8. Hendaklah pamit waktu mau pulang.
Adab menerima tamu :
1. Tamu yag datang hendaklah diterima/ disambut dengan penuh rasa gembira, muka manis
dan sikap ramah
2. jawablah salam dan ucapkanlah selamat datang kemudian persilahkan duduk ditempat
yang baik
3. bila diwaktu tamu datang kita sedang mengerjakan saesuatu dan tidak dapat kita
tinggalkan maka kita mita ijin untuk menyelesaikanya.
4. Berpakaian yang pantas, sopan sesuai kedudukan tamu terhadap kita
5. Tamu yang datang tidak usah didesak dengan pertanyaan apa maksud kunjungannya,
tetapi nantikan saja sampai tamu itu menyatakan dengan kemauanya sendiri.
6. Memberikan jamuan tamu sesuai dengan kemampuan.
7. Kalau tamu itu berasal dari luar daerah dan akan bermalam, kita tawari bermalam
dirumah kita bila tempat memungkinkan tetapi apabila tidak lebih baik kita diam.
8. Hindari suatu desakan agar tamu itu segera meninggalkan rumah kita.

9. Bila tamu telah meminta ijin pulang kita ucapkan terimakasih disertai ucapan selamat
jalan.

Adab Bertamu
Siapapun kita, tentu pernah bersilaturrahmi ke rumah teman, walau sekadar bercakap-cakap
atau karena ada kepentingan bisnis.Sebab manusia selalu membutuhkan orang lain,
siapapun dia tua-muda, pria maupun wanita. Islam sebagai agama yang sempurna tidak
membiarkan masalah ini begitu saja, namun Islam mengajarkan adab-adab bertamu,
sehingga tujuan bersilaturrahmi bisa terlaksana dengan baik. Berikut adalah beberapa adab
bertamu yang diajarkan agama Islam yang mulia ini.
1. Mengucapkan Salam

Ucapkanlah salam dengan suara yang sekiranya didengar tuan rumah, tidak terlalu pelan
dan tidak pula terlalu keras. Dengan salam berarti sang tamu berdo'a semoga tuan rumah
memperoleh keberkahan dan keselamatan. Demikianlah perintah Allah dalam Alquran .
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah
kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya ." (QS.An-Nur ayat 27).
Dalam riwayat Turmudzi dikisahkan bahwa

Kaldah bin Hanbal disuruh Shafwan bin

Umaiyah untuk mengantarkan susu dan makanan kepada Rasulullah yang sedang berada
di atas lembah Kaldah langsung menemui Rasulullah tanpa mengucapkan salam dan tidak
minta

izin.

Rasulullah

lalu

menyuruhnya

keluar

kembali

dan

mengucapkan,

Assalamualaikum, apakah aku boleh masuk ?" Inilah ajaran Rasulullah yang seharusnya
dilakukan setiap muslim.
2. Mengucapkan Salam Tiga Kali

Bila salam belum terdengar ulangi kembali hingga tiga kali. Tentunya, dengan rentang
waktu yang tidak terlalu rapat. Imam Muslim meriwayatkan bahwa Abu Musa al-Asyari
menemui Umar bin Khathab, lalu ia berkata: "Assalaamu alaikum, ini Abdullah bin Qais.
Namun, Umar tidak mengizinkannya masuk. Lalu Abu Musa al-Asyari mengucapkan salam
kembali seraya mengatakan ini Abu Musa, lalu ia mengucapkan salam (ketiga kalinya)
sambil mengatakan ini Al-Asyari kemudian ia pun pulang. Abu Musa berkata: "Jawablah

salamku, jawablah salamku." Tak lama setelah itu, datanglah Umar bin Khathab: "Wahai
Abu Musa, kami tidak menjawab salammu karena kami sedang sibuk." Abu Musa berkata:
"Saya mendengar Rasulullah bersabda: "Minta idzin itu hanya tiga kali, bila diizinkan
(silahkan masuk) dan bila tidak diizinkan pulanglah kembali." (HR Muslim).

3. Meminta Izin Masuk


Langsung masuk ke rumah orang lain tanpa izin bukanlah kebiasaan terpuji. Sebaliknya
kebiasaan yang terlarang dalam Islam. Meskipun hal ini sering kita jumpai di masyarakat
bukan berarti kebiasaan itu diperbolehkan sebab tidak semua kebiasaan itu dibenarkan
agama dan etika. Barangkali saat itu tuan rumah sedang beristirahat, atau tidak mau
diganggu atau mungkin berpakaian yang tidak layak dilihat orang lain. Dengan minta izin
berarti sang tamu member! kesempatan tuan rumah berbenah diri lalu menyambutnya.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah
kalian sebelum meminta izin dan member! salam kepada penghuninya. " (QS. M-Nur ayat 27)
4. Membelakangi Pintu

Janganlah berdiri menghadap ke dalam rumah melalui pintu yang terbuka atau mengintip
dari balik jendela, ketika anda mengetuk pintu atau mengucapkan salam. Tapi, berdirilah
membelakangi pintu. Hal ini untuk lebih menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak
diinginkan. Saad berkata: "Seseorang berdiri di depan pintu Rasulullah sambil menghadap
ke dalam rumah, ia bermaksud minta izin. Kemudian Rasutullah berkata: Seharusnya
kamu begini atau begitu, sesungguhnya disunahkannya minta izin hanyalah untuk
menjaga pandangan. (HR Abu Dawud.)
5.

Bertamu Tidak Lebih dan Tiga Hari

Boleh saja seorang tamu menginap, namun sebaiknya tidak melebihi tiga hari. cukuplah
kiranya tiga han untuk melayani sang tamu. Janganlah menunggu hingga diusir tuan
rumah. Rasulullah bersabda, Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah
ia memuliakan tamunya. Kewajiban menenima tamu selama tiga hari bila lebih dan itu
maka ini adalah shadaqah.

(HR Bukhari Muslim).

6. Kembali Pulang bila Tuan Rumah Tidak Mengizinkan Masuk


Tak jarang tenjadi tuan rumah tidak suka diganggu dan tidak mau menenima tamu. Karena
itu, pilihlah waktu yang tepat untuk bertamu. Dan bila anda mengalami ha! mi, pulangtah

dan jangan memaksakan din untuk menemuinya. Sebab seandainya bisa bertemu pun
suasana nya tentu tidak kondusif dan mungkin serba canggung dan kaku. Allah berfirman:

Dan jika dikatakan kepadamu.Kembali (saja) lah. Maka hendaklah k.amu kembali . (QS.
An-Nur ayat 28).
7. Tidak Memandang Sekeliling Ruangan Penuh Selidik.
Bila

telah diizinkan masuk, jagalah mata dan hal-hal yang tidak boleh dilihat. Jangan biarkan

mengikuti nafsu penasaran yang serba ingan tahu dan menyelidiki sekitan. lnilah alasan
mengapa disyariatkan minta izin. Rasulullah bersabda, Sesungguhnyo disyanatkan minta
izin tidak lain untuk menjaga pandangan. (HR Turmudzi)

8. Bersikap Tawadlu dalam Majlis Tuan Rumah

Hal ini, sudah menjadi hal biasa, bahwa siapapun yang menjadi tuan rumah tentu ia tidak
ingin melihat tamunya berlaku tidak sopan. Misalnya dengan mencari-cari majalah untuk
dibaca tanpa izin. Demikianlah adab-adab dalam bertamu Dengan memperhatkan adabadab tersebut. sebuah kunjungan tidak saja sesuai syaniat Islam, tapi juga bisa menjadi
ajang silaturahmi yang mudah-mudahan mendatangkan berkah.

Beberapa Adab Pergaulan Dalam Islam


Beberapa Adab Pergaulan Dalam Islam
1.

Menundukkan pandangan ALLAH memerintahkan kaum lelaki untuk


menundukkan pandangannya, sebagaimana firman- NYA; Katakanlah kepada
laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
memelihara
kemaluannya.
(an-Nuur: 30) Sebagaimana hal ini juga diperintahkan kepada kaum wanita
beriman, ALLAH berfirman; Dan katakanlah kepada wanita yang beriman:
Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.
(an- Nuur: 31)
2. Menutup Aurat; ALLAH berfirman dan jangan lah mereka mennampakkan
perhiasannya, kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah
mereka melabuhkan kain tudung ke dadanya. (an-Nuur: 31) Juga FirmanNYA; Hai nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu

dan isteri- isteri orang mukmin: Hendaklah mereka melabuhkan jilbabnya ke


seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah
dikenali, kerana itu mereka tidak diganggu. Dan ALLAH adalah Maha
Pengampun lagi Mah Penyayang. (an-Nuur: 59) Perintah menutup aurat juga
berlaku bagi semua jenis. Dari Abu Daud Said al-Khudri .a. berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seseoranglelaki memandang aurat
lelaki, begitu juga dengan wanita jangan melihat aurat wanita.
3. Adanya pembatas antara lelaki dengan wanita; Kalau ada sebuah keperluan
terhadap kaum yang berbeza jenis, harus disampaikan dari balik tabir
pembatas. Sebagaimana firman-NYA: Dan apabila kalian meminta sesuatu
kepada mereka (para wanita) maka mintalah dari balik hijab. (al-Ahzaab: 53)
4. Tidak berdua-duaan Di Antara Lelaki Dan Perempuan;Dari Ibnu Abbas .a.
berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seoranglelaki
berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahramnya. (Hadis
Riwayat Bukhari & Muslim) Dari Jabir bin Samurah berkata; Rasulullah SAW
bersabda: Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duan dengan seorang
wanita, kerana syaitan akan menjadi ketiganya. (Hadis Riwayat Ahmad &
Tirmidzi dengan sanad yang sahih)
5. Tidak Melunakkan Ucapan
(Percakapan): Seorang wanita dilarang
melunakkan ucapannya ketika berbicara selain kepada suaminya. Firman
ALLAH SWT; Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang
lain,
jika
kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (berkata-kata yang
menggoda) sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit di dalam
hatinya tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik
Macam Macam Pergaulan Dalam Islam
1. Pergaulan Seorang Muslim dengan Non Muslim
Dalam perkara-perkara umum (sosial) kita tetap menjalin hubungan
yang baik dengan non muslim sekalipun. Contoh baik: Nabi berdiri ketika
iring-iringan jenazah non muslim melewati beliau. Kita perlu tahu bahwa ada
tiga jenis non muslim: 1) kafir harbi, 2) kafir dzimmi, dan 3) kafir muaahad.
Masing-masing mendapat perlakuan yang berbeda.
Dalam masalah aqidah dan ubudiyah, kita tegas terhadap non muslim.
Seperti: kita tidak mengucapkan dan menjawab salam kepada mereka, tidak
mengikuti ritual ibadah mereka, dan semacamnya.
2. Pergaulan Sesama Muslim
Sesama muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan
seperti satu bangunan yang kokoh dan saling mendukung antar bagiannya.
Pergaulan sesama muslim dibalut dengan ukhuwah islamiyah. Derajatderajat ukhuwah islamiyah adalah: 1) salamatus shadr wal lisan wal yad, 2)
yuhibbu liakhihi maa yuhibbu linafsih, dan 3) iitsaar.
Ada banyak hak saudara kita atas diri kita, diantaranya sebagaimana
dalam hadits Nabi: 1) jika diberi salam hendaknya menjawab, 2) jika ada
yang bersin hendaknya kita doakan, 3) jika diundang hendaknya
menghadirinya, 4) jika ada yang sakit hendaknya kita jenguk, 5) jika ada

3.
4.

5.

6.

7.

yang meninggal hendaknya kita sholatkan dan kita antar ke pemakamannya,


6) jika dimintai nasihat hendaknya kita memberikannya. Juga: tidak mengghibah saudara kita, tidak memfitnahnya, tidak menyebarkan aibnya,
berusaha membantu dan meringankan bebannya, dan sebagainya. Jika kamu
mencintai saudaramu, ungkapkan. Hadiah juga bisa menumbuhkan rasa
cinta diantara kita. Jangan mudah mengkafirkan sesama muslim kecuali jika
ada sebab yang benar-benar jelas dan jelas.
Pergaulan Antar Generasi
Yang tua menyayangi yang lebih muda. Yang muda menghormati yang lebih
tua.
Pergaulan dengan Orang yang Dihormati
Hormatilah orang yang dihormati oleh kaumnya. Bagi orang-orang
yang biasa dihormati, jangan gila hormat. Juga, penghormatan harus tetap
dalam bingkai syariat Islam. Contoh orang-orang yang biasa dihormati: tokoh
masyarakat, pejabat atau penguasa, orang-orang yang mengajari kita, dan
sebagainya.
Pergaulan dengan Ortu dan Keluarga
Bersikap santun dan lemah lembut kepada ibu dan bapak, terutama
jika telah lanjut usianya. Jangan berkata uff kepada keduanya. Terhadap
keluarga, hendaknya kita senantiasa saling mengingatkan untuk tetap taat
kepada ajaran Islam. Sebagaimana Nabi telah melakukannya kepada Ahlu
Bait. Dan Allah berfirman: Quu anfusakum wa ahliikum naara.
Pergaulan dengan Tetangga
Tetangga harus kita hormati. Misalnya dengan tidak menzhalimi,
menyakiti
dan
mengganggunya,
dengan
membantunya,
dengan
meminjaminya sesuatu yang dibutuhkan, memberinya bagian jika kita
sedang masak-masak.
Pergaulan Antar Jenis
Sudah menjadi fithrah, laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian
pula sebaliknya. Islam telah mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa
cinta diantara dua jenis manusia itu dapat disalurkan. Bukan dengan pacaran
dan pergaulan bebas. Tetapi dengan ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh):
pernikahan.
Jadi, ada batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan
diluar pernikahan. Terutama diantara muda-mudi karena sedang berada
dalam puncak emosi, hasrat dan gelora. Ini semua untuk mencegah
terjadinya perbuatan yang keji. Boleh saling mengenal antara laki-laki dan
perempuan, Boleh berkomunikasi antara laki-laki dan perempuan, tapi ada
batas-batasnya.
Wanita muslimah boleh bersuara diantara kaum laki-laki, tapi
Hendaknya masing-masing berbusana sesuai syariat: 1) menutup aurat, 2)
tidak transparan, 3) tidak ketat dan memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh, 4)
tidak tabarruj, 5) pakaian laki-laki tidak menyerupai pakaian wanita, begitu
pula sebaliknya, 6) tidak menunjukkan perhiasan secara berlebihan, 7) tidak
berpakaian dengan sombong, 8) sopan dan tidak memunculkan fitnah. Tidak
berkhalwat, tidak ikhtilath, menundukkan pandangan.

Tidak melakukan hal-hal yang bisa memunculkan fitnah diantara kedua


jenis, seperti: 1) bersuara merayu, atau seorang wanita bernyanyi atau
berucap dengan suara yang dimerdukan, dilemahlembutkan, mendesah,
penuh harap dan semacamnya. 2) bercanda yang berlebihan dan tidak perlu,
misalnya saat syura ataupun pada kesempatan-kesempatan yang lain. 3)
membuka pintu-pintu fitnah seperti: sms-an yang tidak perlu, telepon terlalu
lama atau terlalu sering diluar kadar kebutuhan, chatting yang mengarah
keluar batas, memberikan cinderamata yang penuh makna dan kepentingan
khusus, pembicaraan yang nyerempet-nyerempet, dan sebagainya.
1.4 Etika Dalam Islam
Sikap sikap yang disukai manusia :
1. Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Perhatian Kepada Orang Lain.
Diantara bentuk perhatian kepada orang lain, ialah mengucapkan salam,
menanyakan kabarnya, menengoknya ketika sakit, memberi hadiah dan
sebagainya. Manusia itu membutuhkan perhatian orang lain. Maka, selama
tidak melewati batas-batas syari, hendaknya kita menampakkan perhatian
kepada orang lain. seorang anak kecil bisa berprilaku nakal, karena mau
mendapat perhatian orang dewasa. orang tua kadang lupa bahwa anak itu
tidak cukup hanya diberi materi saja. Merekapun membutuhkan untuk
diperhatikan, ditanya dan mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Apabila
kasih sayang tidak didapatkan dari orang tuanya, maka anak akan
mencarinya dari orang lain.
2. Manusia Suka Kepada Orang Yang Mau Mendengar Ucapan Mereka.
Kita jangan ingin hanya ucapan kita saja yang didengar tanpa bersedia
mendengar ucapan orang lain. kita harus memberi waktu kepada orang lain
untuk berbicara. Seorang suami misalnya-ketika pulang ke rumah dan
bertemu istrinya, walaupun masih terasa lelah, harus mencoba menyediakan
waktu untuk mendengar istrinya bercerita. Istrinya yang ditinggal sendiri di
rumah tentu tak bisa berbicara dengan orang lain. Sehingga ketika sang
suami pulang, ia merasa senang karena ada teman untuk berbincangbincang. Oleh karena itu, suami harus mendengarkan dahulu perkataan istri.
Jika belum siap untuk mendengarkannya, jelaskanlah dengan baik
kepadanya, bahwa dia perlu istirahat dulu dan nanti ceritanya dilanjutkan
lagi.
3. Manusia Suka Kepada Orang Yang Menjauhi Debat Kusir.
Allah berfirman. "Artinya: Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah,
dan nasehat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang baik,
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah dalam kasetnya,
menerangkan tentang ayat : "Serulah kepada jalan Rabbmu dengan
hikmah". Beliau berkata, manusia tidak suka kepada orang yang berdiskusi
dengan hararah (dengan panas). Karena umumnya orang hidup dengan latar
belakang dan pemahaman yang berbeda dengan kita dan itu sudah
mendarah daging sehinnga para penuntut ilmu, jika akan berdiskusi dengan
orang yang fanatik terhadap madzhabnya, (maka) sebelum berdiskusi dia
harus mengadakan pendahuluan untuk menciptakan suasana kondusif
antara dia dengan dirinya. target pertama yang kita inginkan ialah agar

4.

5.

6.

7.

orang itu mengikuti apa yang kita yakini kebenarannya, tetapi hal itu
tidaklah mudah. Umumnya disebabkan fanatik madzhab, mereka tidak siap
mengikuti kebenaran. target kedua, minimalnya dia tidak menjadi musuh
bagi kita. Karena sebelumnya tercipta suasana yang kondusif antara kita
dengan dirinya. Sehingga ketika kita menyampaikan yang haq, dia tidak
akan memusuhi kita disebabkan ucapan yang haq tersebut. Sedangkan
apabila ada orang lain yang ada yang berdiskusi dalam permasalahan yang
sama, namun belum tercipta suasana kondusif antara dia dengan dirinya,
tentu akan berbeda tanggapannya.
Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberikan Penghargaan Dan
Penghormatan Kepada Orang Lain.
Nabi mengatakan, bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang
yang lebih tua, dan yang lebih tua harus menyayangi yang lebih muda.
Permasalahan ini kelihatannya sepele. Ketika kita shalat di masjid namun
menjadikan seseorang tersinggung karena dibelakangi. Hal ini kadang tidak
sengaja kita lakukan. Oleh karena itu, dari pengalaman kita dan orang lain,
kita harus belajar dan mengambil faidah. Sehingga bisa memperbaiki diri
dalam hal menghormati orang lain. Hal-hal yang membuat diri kita
tersinggung, jangan kita lakukan kepada orang lain. Bentuk-bentuk sikap
tidak hormat dan pelecehan, harus kita kenali dan hindarkan.
Manusia Suka Kepada Orang Yang Memberi Kesempatan Kepada Orang Lain
Untuk Maju.
Sebagai seorang muslim, seharusnya senang jika saudara kita maju, berhasil
atau mendapatkan kenikmatan, walaupun secara naluri manusia itu tidak
suka, jika ada orang lain yang melebihi dirinya. Naluri seperti ini harus kita
kekang dan dikikis sedikit demi sedikit. Misalnya, bagi mahasiswa. Jika di
kampus ada teman muslim yang lebih pandai daripada kita. Maka kita harus
senang. Jika kita ingin seperti dia, maka harus berikhtiar dengan rajin belajar
dan tidak bermalas-malasan. Berbeda dengan orang yang dengki, tidak suka
jika temannya lebih pandai dari dirinya. Malahan karena dengkinya itu dia
bisa-bisa memboikot temannya dengan mencuri catatan pelajarannya dan
sebagainya.
Manusia Suka Kepada Orang Yang Tahu Berterima Kasih Atau Suka
Membalas Kebaikan.
Hal ini bukan berarti dibolehkan mengharapkan ucapan terima kasih atau
balasan dari manusia jika kita berbuat kebaikan terhadap mereka. Akan
tetapi hendaklah tidak segan-segan untuk mengucapkan terima kasih dan
membalas kebaikan yang diberikan orang lain kepada kita.
Manusia Suka Kepada Orang Yang Memperbaiki Kesalahan Orang Lain Tanpa
Melukai Perasaannya.
Kita perlu melatih diri untuk menyampaikan ungkapan kata-kata yamg tidak
menyakiti perasaan orang lain dan tetapSampai kepada tujuan yang
diinginkan. Dalam sebuah buku diceritakan, ada seorang suami yang
memberikan ceramah dalam suatu majelis dengan bahasa yang cukup
tinggi, sehingga tidak bisa dipahami oleh yang mengikuti majelis tersebut.
Ketika pulang, dia menanyakan pendapat istrinya tentang ceramahnya.

Istrinya menjawab dengan mengatakan, bahwa jika ceramah tersebut


disampaikan di hadapan para dosen, maka tentunya akan tepat sekali.
Sikap sikap yang tidak disukai manusia :
Kita mempelajari sikap-sikap yang tidak disukai manusia agar terhindar
dari sikap seperti itu. Maksud dari sikap yang tidak disukai manusia, ialah
sikap yang menyelisihi syariat. berkaitan dengan sikap-sikap yang tidak
disukai manusia, tetapi Allah ridho, maka harus kita utamakan. Dan
sebaliknya, terhadap sikap-sikap yang dibenci oleh Allah, maka harus kita
jauhi.
Adapun perbuatan-perbuatan yang tidak disukai manusia ialah sebagai
berikut.
1. Memberi Nasehat Kepadanya Di Hadapan Orang Lain.
Al Imam Asy Syafii berkata dalam syairnya yang berbunyi.
Sengajalah engkau memberi nasehat kepadaku ketika aku sendirian
Jauhkanlah memberi nasehat kepadaku dihadapan orang banyak
Karena sesungguhnya nasehat yang dilakukan dihadapan manusia
Adalah salah satu bentuk menjelek jelekkan
Aku tidak ridho mendengarnya
Apabila engkau menyelisihiku dan tidak mengikuti ucapanku
Maka janganlah jengkel apabila nasehatmu tidak ditaati
Kata nasehat itu sendiri berasal dari kata nashala, yang memiliki arti
khalasa, yaitu murni. Maksudnya, hendaklah jika ingin memberikan nasehat
itu memurnikan niatnya semata mata karena Allah. Selain itu, kata nasehat
juga bermakna khaththa, yang artinya menjahit. Maksudnya, ingin
memperbaiki kekurangan orang lain. maka secara istilah, nasehat itu artinya
keinginan seseorang yang memberi nasehat agar orang yang diberi nasehat
itu menjadi baik.
2. Manusia Tidak Suka Diberi Nasehat Secara Langsung.
Hal ini dijelaskan Al Imam Ibn Hazm dalam kitab Al Akhlaq Was Siyar Fi
Mudawatin Nufus, hendaklah nasehat yang kita berikan itu disampaikan
secara tidak langsung. Tetapi, jika orang yang diberi nasehat itu tidak
mengerti juga, maka dapatlah diberikan secara langsung.
Ada suatu metoda dalam pendidikan, yang dinamakan metoda bimbingan
secara tidak langsung. Misalnya sebuah buku yang ditulis oleh Syaikh Shalih
bin Humaid, imam masjidil Haram, berjudul At Taujihu Ghairul Mubasyir
(bimbingan secara tidak langsung).
Metoda ini perlu dipraktekkan, walaupun tidak mutlak. Misalnya, ketika
melihat banyak kebidahan yang dilakukan oleh seorang ustadz di suatu
pengajian, maka kita tanyakan pendapatnya dengan menyodorkan buku
yang menerangkan kebidahan-kebidahan yang dilakukannya.
3. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Selalu Memojokkannya Dengan
Kesalahan Kesalahannya.
Yang dimaksud dengan kesalahan-kesalahan disini, yaitu kesalahan yang
tidak fatal; bukan kesalahan yang besar semisal penyimpangan dalam
aqidah. Karena manusia adalah makhluk yang banyak memiliki kekurangan-

kekurangan pada dirinya. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alus Syaikh
menjelaskan dalam ceramahnya, bahwa ada empat fenomena yang
mengotori dakwah Ahlu Sunnah Wal Jamaah.
Memandang sesuatu hanya dari satu sisi, yaitu hanya dalam masalahmasalah ijtihadiyah.
Istijal atau terburu-buru.
Taashub atau fanatik.
Thalabul kamal atau menuntut kesempurnaan.
Syaikh Shalih menjelaskan, selama seseorang berada di atas aqidah yang
benar, maka kita seharusnya saling nasehat-menasehati, saling mengingati
antara satu dengan yang lain. bukan saling memusuhi. Rasulullah bersabda
yang artinya, janganlah seorang mukmin membenci istrinya, karena jika dia
tidak suka dengan satu akhlaknya yang buruk, dia akan suka dengan
akhlaqnya yang baik. Imam Ibn Qudamah menjelaskan dalam
kitabMukhtasar Minhajul Qashidin, bahwa ada empat kriteria yang patut
menjadi pedoman dalam memilih teman.
Aqidahnya benar.
Akhlaqnya baik.
Bukan dengan orang yang tolol atau cerdik sungguh. dalam hal berprilaku.
Karena dapat menimbulkan mudharat.
Bukan dengan orang yang ambisius terhadap dunia atau bukan orang yang
materialistis.

4. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Tidak Pernah Melupakan Kesalahan
Orang Lain.
Sebagai seorang muslim, kita harus bisa memafkan dan melupakan
kesalahan orang lain atas diri kita. tidak secara terus-menerus mengungkitungkit, apalagi menyebut-nyebutnya di depan orang lain. terkadang pada
kondisi tertentu, membalas kejahatan itu bisa menjadi suatu keharusan atau
lebih utama. Syaikh Utsaimin dalam kitab Syarh Riyadush Shalihin
menjelaskan, bahwa memaafkan dilakukan bila terjadi perbaikan atau ishlah
dengan pemberian maaf itu. Jika tidak demikian, maka tidak memberi maaf
lalu membalas kejahatannya.
5. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Sombong.
Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak akan masuk surga, barang
siapa yang di dalam hatinya ada sifat sombong, walau sedikit saja.. "
sombong itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. ada
beberapa faktor yang bisa menyebabkan manusia menjadi sombong.
Harta atau uang .

Ilmu

Nasab atau keturunan.

6. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Terburu-Buru Memvonis Orang Lain.

Dr. Abdullah Al Khatir rahimahullah menjelaskan, bahwa di masyarakat ada


fenomena yang tidak baik. Yaitu sebagian manusia menyangka, jika
menemukan orang yang melakukan kesalahan, mereka menganggap, bahwa
cara yang benar untuk memperbaikinya, ialah dengan mencela atau
menegur dengan keras. Padahal para ulama memilik kaedah, bahwa hukum
seseorang atas sesuatu, merupakan cabang persepsinya atas sesuatu
tersebut.
7. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Mempertahankan Kesalahannya,
Atau Orang Yang Berat Untuk Rujuk Kepada Kebenaran Setelah Dia Meyakini
Kebenaran Tersebut.
Syaikh Abdurrahman bin Yahya Al Muallimi rahimahullah berkata, pintu
hawa nafsu itu tidak terhitung banyaknya. oleh karena itu, kita harus
berusaha menahan hawa nafsu dan menundukkannya kepada kebenaran.
Sehingga lebih mencintai kebenaran daripada hawa nafsu kita sendiri.
8. Manusia Tidak Suka Kepada Orang Yang Menisbatkan Kebaikan Kepada
Dirinya Dan Menisbatkan Kejelekan Kepada Orang Lain.
Syaikh Utsaimin rahimahullah dalam kasetnya yang menjelaskan syarh
Hilyatul ilm, tentang adab ilmu. Beliau menjelaskan, bahwa jika kita
mendapati atsar dari salaf yang menisbatkan kebaikan kepada dirinya, maka
kita harus husnudzan. Bahwa hal itu diungkapkan bukan karena
kesombongan, tetapi untuk memberikan nasehat kepada kita.
Dalam kitab Ighasatul Lahfan, Al Imam Ibn Qayyim menjelaskan, bahwa
manusia diberi naluri untuk mencintai dirinya sendiri. Sehingga apabila
terjadi perselisihan dengan orang lain, maka akan menganggap dirinya yang
berada di pihak yang benar, tidak punya kesalahan sama sekali. sedangkan
lawannya, berada di pihak yang salah. Dia merasa dirinya yang didhalimi
dan lawannyalah yang berbuat dhalim kepadanya. Tetapi, jika dia
memperhatikan secara mendalam, kenyataannya tidaklah demikian. Oleh
karena itu, kita harus terus introspeksi diri dan hati-hati dalam berbuat. Agar
bisa menilai apakah langkah kita sudah benar. Wallahu alam.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tips Tips Pergaulan Yang Untuk Dipraktikkan


Tips yang mungkin bermanfaat untuk dikongsikan dalam amalan
pergaulan supaya disenangi adalah :
Bersangka baik elakkan bersangka buruk kerana ia menhjadi punca
permusuhan
Murah dengan senyuman tidak memerlukan modal dan dari aspek
kesihatan, kajian mendapati kita hanya menggunakan 17 otot muka sewaktu
senyum berbanding 43 otot sewaktu mengerutkan dahi (rahasia awet muda)
Lahirkan simpati dan empati turut berdukacita dengan musibah yang
menimpa kawan-kawan dan cuba meletakkan diri di tempat mereka.
Sebarkan salam tidak terbatas kepada orang yangdikenali sahja tetapi
kepada semua
Pamerkan kasih sayang saling membantu, mengambil berat dsb
Latih diri ingat nama kawan - insan lain akan merasa dihargai

g. Hormati pandangan pihak lain sekalipun tidak bersetuju, cuba raikan atau
bangkang dengan cara yang penuh berhikmah
h. Minta maaf dan sedia memaafkan meminta maaf dan mengakui kesalahan
tidak akan menjadikan diri kita hina malah kita menjadi lebih mulia. Bersedia
memaafkan orang lain pada bila-bila masa sahaja. Siapa kita untuk tidak
memaafkan kesalahan orang lain sedangkan Allah itu maha Pemaaf
(AlAfuwwu) dan Nabi juga sentiasa memafkan kesalahan umatnya.
i.
Tepati janji salah satu tanda orang munafiq ; apabila berjanji tidak
menepati
j. Doakan kebahagiaan sahabat dan doakan semoga persahabatan dipelihara
Allah antara amalan doa yang boleh diamalkan adalah Doa Rabitah (di
dalam Al-Mathurat).
Ketika membaca doa tersebut, bayangkan wajah
insan-insan yang disayangi, mudah-mudahan Allah akan sentiasa
mempertautkan hati antara kita.
Hindarkankan :
a. Menyakiti hati orang lain
b. Gurauan melampaui batas
c. Memperkecilkan orang lain
d. Bercakap kasar (sekalipun bergurau)
e. Mempamerkan riak wajah tidak selesa atau tidak suka

Anda mungkin juga menyukai