Orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir akan mengimani wajibnya memuliakan tamu sehingga ia akan menempatkannya sesuai dengan kdudukannya.Hal ini sebagaimana sabda Rasullulah shallahahu alihiwasalam Artinya; “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari) Bertamu adalah berkunjung kerumah orang lain dlam rangka mempererat silahturahim.Maksud orang lain disini bisa tetangga, saudara (sanak famili), Teman sekantor, teman seprofesi ,dan sebagainya. Bertamu tentu ada maksud dan tujuan nya, antara lain menjenguk yang sedang sakit,ngobrol ngobrol biasa,membicarakan bisnis,membicarakan masalah keluarga, dan sebaginya. Tujuan utama bertamu menurut Islam adalah menyambung persaudaraan atau silahturahim. Silahturahim tidak hanya bagi saudara sedarah (senasab), saudara seiman dan dengan non muslim juga. Allah swt memerintahkan agar kita menyambung hubungan baik dengan orang tua, saudara, kaum kerabat, dan orang orang mu’min yang lain. Silahturahim tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan banyak menambah wawasan ataupun pengalaman karena bisa saja pada saat berinteraksi terjadi pembicaraan pembicaraan yang berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan baru tentang bagaimana caranya mendapatkan rezeki, dan sebagainya. Apabila manusia memutuskan apa yang diperintahkan oleh allah untuk dihubungkan,maka ikatan sosial masyarakat akan berantakan, kerusakan menyebar disetiap tempat,permusuhan terjadi dimana mana, sifat egoisme sifat dipermukaan. Didalam Al-qur’an surat An-nisa ayat 1 Allah berfirman. Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Alaah memperkembangkan baikkan perempuan dan laki-laki yang banyak. Dn bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silahturahim. Sesungguhnya allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS; An-nisa :1) Adab bagi tuan rumah. 1. Ketika mengundang seseorang, hendaknya mengundang orang-orang yang bertakwa, bukan orang yang fajir (bermudah-mudahan dalam doa). 2. Tidak mengkhususkan mengundang orang orang kaya saja, tanpa mengundang orang miskin. 3. Tidak mengundang seseorang yang diketahui akan memberatkannya kalau diundang. 4. Disunahkan mengucapkan slamat datang kepada para tamu . 5. Menghormati tamu dan menyediakan hidangan untuk tamu makanan semampunya saja. Akan tetapi, tetap berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan makanan yang terbaik. 6. Jangan mengangkat makanan yang dihidangkan sebelum tamu selesai menikmatinya. 7. Mendekatkan makanan kepada tamu tatkala menghidangkan makanan tersebut kepada nya. 8. Hendaknya mengantar kan tamu yang mau pulang sampai kedepan rumah. Adab bagi Tamu 1. Bagi seorang yang diundang, hendaknya memenuhinya sesuai waktunya kecuali ada udzur, seperti takut ada sesuatu yang menimpa dirinya atau agamanya. Hal ini berdasarkan sabda rasullulah shallalahu alaihiwassalam. Artinya; “Barang siapa yang tidak memenuhi undangan maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-nya“(HR. Bukhari ) Untuk menghindari undangan, maka hendaknya memperhatikan syarat” berikut: - Orang yang mengundang bukan orang yang harus dihindari dan dijauhi. - Tidak ada kemungkaran pada tempat undangan tersebut. - Orang yang mengundang adalah muslim. Penghasilan orang yang mengundang bukan dari penghasilan yang diharamkan. Namun ada sebagian ulama menyatakan boleh menghadiri undangan yang mengundangnya berpenghasilan haram. Dosanya bagi yang mengundang, tidak bgi yang diundang. 2. Hendaknya tidak membeda-bedakan siapa yang mengundang , baik orang yang kaya maupun miskin. 3. Berniatlah bahwa kehadiran kita sebagai tanda hormat kepada sesama muslim. Sebagaimana hadist yang menerangkan bahwa, “ Semua amal tergantung niatnya, karena setiap orang tergantung niat nya”.( HR.Bukhari Muslim) 4. Masuk dengan seizin tuan rumah, begitu juga segera pulang setelah selesai memakan hidangan, kecuali tuan rumah menghendaki tinggal bersama mereka. 5. Apabila kita dalam keadaan berpuasa, tetap disunahkan untuk menghadiri undangan karena undangan karena menampakan kebahagiaan kepada muslim termasuk bagian ibadah.Puasa tidak menghalangi seseorang untuk menghadiri undangan. 6. Seorang tamu meminta persetujuan tuan rumah untuk menyantap, tidak melihat lihat kearah tempat keluarnya perempuan,tidak menolak tempat duduk yang telah disdiakan. 7. Termasuk adab bertamu adalah tidak banyak melirik lirik kepada wajah orang-orang yang sedang makan. 8. Sebagai tamu, kita dianjurkan membawa hadiah untuk tuan rumah karena hal ini dapat mempererat kasih sayang antara sesama muslim. 9. Setelah selesai bertamu hendaknya seorang tamu pulang dengan lapang dada, memperlihat budi pekerti yang mulia, dan memaafkan segala kekurangan tuan rumah. Disamping hal-hal tersebut diatas ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh tamu, seperti meminta izin, permisi kepada tuan rumah sebelum memasuki rumah. Dalam hal ini (memberi salam dan meminta izin), maka batasannya adalah tiga kali. Maksudnya adalah, Jika kita telah memberi salam tiga kali namun tidak ada jawaban atau tidak diizinkan, maka itu kita harus menunda kunjungan kita pada kala itu. Adapun ketika salam kita telah dijawab, bukan berarti kita dapat langsung masuk. Mintalah izin untuk masuk dan tunggulah izin dari sang pemilik rumah untuk memasuki rumahnya. Hal ini disebabkan, sangat dimungkinkan jika seseorang langsung masuk, maka aib atau hal yang tidak diinginkan untuk dilihat belum sempat ditutupi oleh sang pemilik rumah. Berpakaian yang rapi dan pantas. Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita. Dalam hal ini, perempuan yang berada didalam rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi izin masuk tamunya. Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari istimewanya. Selebihny dari waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda Rasullullah . “Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah merupakan sedekh baginya.”(HR Muttafaqu Alaihi)