Anda di halaman 1dari 8

AKHLAK BERTAMU

Dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan
bertamu. Adakalanya kita yang datang mengunjungi sanak saudara, teman-teman atau
para kenalan, namun kesempatan lain berganti kita yang di kunjungi. Supaya kegiatan
saling berkunjung tetap berdampak positif bagi kedua belah pihak, maka Islam
memberikan tuntunan bagaimana sebaiknya bertamu dan menerima tamu dilakukan.
Untuk memberikan gambaran tentang tata cara bertamu, berikut ini akan dibahas
secara mendalam tentang : pengertian akhlak bertamu, bentuk akhlak bertamu, nilai
positif akhlak bertamu, dan membiasakan akhlak bertamu.

A. Pengertian Akhlak Bertamu


Bertamu merupakan tradisi masyarakat yang selalu dilestarikan. Dengan
bertamu seorang bisa menjalin persaudaraan bahkan dapat menjalin kerjasama
untuk meringankan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Bertamu
sebagai kegiatan yang lazim dilakukan masyarakat dalam berbagai tingkatan.
Adakalanya seorang bertamu karena adanya urusan yang serius, misalnya untuk
mencari solusi terhadap problema masyarakat yang aktual. Di samping itu
adakalanya bertamu hanya sekedar bertandang, karena lama tidak bertemu
(berjumpa) ataupun sekedar untuk mampir sejenak. Dengan bertandang ke rumah
kerabat ataupun sahabat, maka kerinduan terhadap kerabat ataupun sahabat dapat
tersalurkan, sehingga jalinan persahabatan menjadi kokoh.
Bertamu dalam Bahasa Arab disebut dengan kata Ataa liziyaroti atau
Istadloofa – Yastadliifu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bertamu
diartikan, “datang berkunjung ke rumah seorang teman ataupun kerabat untuk
suatu tujuan ataupun maksud (melawat dan sebaginya)”. Secara istilah bertamu
merupakan kegiatan mengunjungi rumah sahabat, kerabat ataupun orang lain,
dengan tujuan untuk menjalin persaudaraan ataupun untuk suatu keperluan lain,
dalam rangka menciptakan kebersamaan dan kemaslahatan bersama.
Berdasarkan pengertian dimaksud, maka bertamu dilakukan kepada
orang yang sudah dikenal, baik sahabat ataupun kerabat. Tujuan bertamu sudah
barang tentu untuk menjalin persaudaraan ataupun persahabatan. Sedangkan
bertamu kepada orang lain yang belum dikenal, memiliki tujuan untuk saling
memperkenalkan diri ataupun maksud lain, yang belum tentu dipahami oleh
kedua belah pihak. Jika dari intensitas bertamu, maka yang sering dilakukan
adalah bertamu terhadap orang yang sudah dikenal.
Bertamu merupakan kebiasaan positif dalam kehidupan bermasyarakat
dari zaman tradisional sampai zaman modern. Untuk menjaga kebiasaan ini sudah
barang tentu diperlukan kesadaran dan pengorbanan dari semua pihak untuk
saling kunjung mengunjungi. Dengan melestarikan kebiasaan kunjung
mengunjungi, maka segala persoalan mudah diselesaikan, segala urusan mudah
dibereskan dan segala mudah diatasi.

B. Bentuk Akhlak Bertamu


Sebelum memasuki rumah seseorang, hendaklah orang yang bertamu
terlebih dahulu meminta izin dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah.
Allah berfirman : Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingan” (Q.S. an-Nur/24:27).
Berdasarkan isyarat al-Qur’an di atas, maka yang pertama dilakukan
adalah meminta izin, baru kemudian mengucapkan salam. Sedangkan menurut
mayoritas ahli fiqh berpendapat sebaliknya. Mereka berargumentasi berdasarkan
beberapa hadits Rasulullah Saw, yang sekalipun dengan redaksi yang berbeda-
beda tapi semuanya menyatakan bahwa ; mengucapkan salam dilakukan terlebih
dahulu sebelum meminta izin (as-salam qabl al-kalam) kepada tuan rumah.
Meminta izin bisa dengan kata-kata, dan bisa pula dengan ketukan pintu atau
tekan tombol bel atau cara-cara lain yang dikenal baik oleh masyarakat setempat.
Bahkan salam itu sendiri bisa juga dianggap sekaligus sebagai permohonan izin.
Menurut Rasulullah saw, meminta izin maksimal oleh dilakukan tiga
kali. Apabila tidak ada jawaban seyogyanya yang akan bertamu kembali pulang.
Jangan sekali-kali masuk rumah orang lain tanpa izin, karena di samping tidak
menyenangkan bahkan menganggu tuan rumah, juga dapat berakibat negatif
kepada tamu itu sendiri. Rasulullah saw, bersabda : artinya : “dari Abu Musa :
Rasulullah saw bersabda : jika seseorang diantara kamu telah meminta izin tiga
kali, lalu tidak diizinkan, maka hendaklah dia kembali” (H.R. Abu Dawud:4510).
Di samping meminta izin dan mengucapkan salam, hal lain yang perlu
diperhatikan oleh setiap orang yang bertamu sebagai berikut :
1. Jangan bertamu sembarang waktu,
2. Kalau diterima bertamu, jangan terlalu lama sehingga merepotkan tuan tumah.
Setelah urusan selesai segeralah pulang
3. Jangan melakukan kegiatan yang menyebabkan tuan rumah terganggu
4. Kalau disuguhi minuman atau makanan hormatilah jamuan itu. Bahkan
Rasulullah saw menganjurkan kepada orang yang puasa sunah sebaiknya
berbuka puasanya untuk menghormati jamuan
5. Hendaklah pamit pada waktu mau pulang

C. Nilai Positif Akhlak Bertamu


Agama Islam telah mengajarkan bagaimana sikap seorang muslim yang
sedang bertamu ke rumah sahabat, kerabat ataupun orang lain. Apabila prinsip-
prinsip bertamu ditegakkan secara baik, maka akan melahirkan manfaat yang
besar bagi orang yang bertamu ataupun orang yang kedatangan tamu. Diantara
manfaat tersebut yaitu :
Bertamu secara baik dapat menumbuhkan sikap toleran terhadap orang
lain dan menjauhkan sikap paksaan, tekanan, intimidasi dan lain-lain. Islam tidak
mengenal tindakan kekerasan. Bukan saja dala usaha menyakinkan orang lain
terhadap tujuan dan maksud baik kedatangan, tapi juga dalam tindak laku dan
pergaulan dengan sesama manusia harus dihindarka cara-cara paksaan dan
kekerasan.
Islam memandang setiap orang mempunyai persamaan dan kesesuaian
dalam berbagai aspek dan kepentingan. Karena itu dengan bertamu ataupun
bertandang, seorang akan mempertemukan persamaan atau kesesuaian, sehingga
akan terjalin persahabatan dan kerjasama dalam menjalani kehidupan.
Agama Islam menganjurkan setiap ummatnya untuk mengulurkan
tangan dan mengokohlan persahabatan dengan sesama muslim ataupun terhadap
pemeluk-pemeluk agama lain, selama pihak yang bersangkutan tidak
menunjukkan sikap dan tindakan permusuhan. Bertamu sebagai alternatif yang
efektif untuk membina persahabatan diantara sesama manusia.
Bertamu sebagai pendekatan (approach) terhadap semua orang yang
berada dalam wilayah konflik tertentu. Karena dengan bertamu orang akan
semakin terbuka dan bertegur sapa untuk mencari titik temu terhadap berbagai
masalah yang dihadapi. Dengan bertamu seorang akan melakukan diskusi yang
baik, sikap yang sportif dan elegan terhadap sesamanya.
Bertamu sebagai media berdakwah, meningkatkan kualitas diri setiap
muslim. Orang yang bertamu dalam menyampaikan kabar dan kebenaran yang
diyakini secara terbuka, demikian pula tuan rumah dapat memahami kabar dan
berita kebenaran yang disampaikan seorang tamu. Karena itu bertamu dianggap
sebagai sarana yang efektif untuk berdakwah dan menciptakan kehidupan
masyarakat yang bermartabat.
Jelaslah, bahwa bertamu yang baik itu ada ketentuan-ketentuan yang
berdasarkan hukum menurut ajaran Islam. Tentu saja sikap bertamu itu tidak
boleh memaksa atau merugikan tuan rumah. Islam tidak mengajarkan cara
bertamu yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan tuan rumah, demikian pula
Islam tidak mengajarkan menyambut tamu dengan cara yang menyakitkan dan
mengecewakan.

D. Membiasakan Akhlak Bertamu


Sesungguhnya bertamu itu sebagai kegiatan yang cukup mengasyikkan.
Dengan bertamu seorang dapat menemukan berbagai manfaat, baik berupa
wawasan, pengalaman berharga ataupun dapat menikmati segala bentuk
penyambutan tuan rumah. Bertamu sebagai kebiasaan yang harus dilestarikan
untuk menciptakan persaudaraan dan kerukunan hidup umat manusia.
Menurut ungkapan Al-Qur’an, sebaiknya orang yang bertamu tidak
memaksa masuk pada saat tidak ada orang di rumah, atau ditolak oleh tuan
rumah, karena hal ini lebih baik bagi orang yang akan bertamu. Apabila orang
yang bertamu tidak memaksakan kehendaknya, maka lebih menjaga nama
baiknya dan kehormatan dirinya. Kalau dia mendesak terus untuk bertamu, dia
akan dinilai kurang memiliki akhlak, terlebih lagi jika dia masuk padahal tidak
ada orang di rumah, bisa jadi tamu dituduh bermaksud mencuri. Allah berfirman :
artinya : “Dan jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah
kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu,
“Kembalilah!” maka (hendaklah) kamu kembali, itu lebih suci bagimu dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. an-Nur/24:28).
Al-Qur’an memberikan isyarat yang tegas, betapa pentingnya setiap
orang yang bertamu dapat menjaga diri agar tidak menghormati tuan rumah.
Setiap tamu harus berusaha menahan segala keinginan dan kehendak baiknya
sekalipun, jika tuan rumah tidak berkenan menerimanya. Ketika tuan rumah telah
siap untuk menerima kedatangan tamu, maka seorang tamu harus tetap konsisten
menjaga sikap yang baik, bahkan harus selalu mengikuti kehendak tuan
rumahnya. Bukan sebaliknya seorang yang bertamu malah mengatur tuan rumah
dengan berbagai keinginan yang menyusahkan. Demikian pula apabila kegiatan
bertamu telah, usai, maka seorang yang bertamu harus meninggalkan kesan yang
baik dan menyenangkan bagi tuan rumah. Karena itu haram hukumnya orang
yang bertamu meninggalkan kekecewaan ataupun kesusahan bagi tuan rumah.

GAMBAR AKHLAK BERTAMU

Anda mungkin juga menyukai