Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ETIKA DAN PROFESI

TATAKRAMA BERTAMU DAN MENERIMA TAMU

Disusun oleh :

FIRDA DAMAYANTI (P17335117023)


AYATILLA NIRMALASARI (P17335117034)
RADEN AJENG MUFIDAH M (P17335117038)
RAMLAN IRAWAN (P17335117040)

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN FARMASI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Tatakrama Bertamu dan Menerima Tamu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Tatakrama Bertamu
dan Menerima Tamu ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, 29 Agustus 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bertamu merupakan tradisi masyarakat yang selalu dilestarikan. Dengan
bertamu seorang bisa menjalin persaudaraan bahkan dapat menjalin kerja sama untuk
meringankan berbagai maalah yang dihadapi dalam kehidupan. Adakalanya seorang
bertamu karena adanya urusan yang serius, mialnya untuk mencari solusi terhadap
problema masyarakat actual, sekedar bertandang, karena lama tidak ketemu
(berjumpa) ataupun sekedar untuk mampir sejenak. Dengan bertangang ke rumah
kerabat atau sahabat, maka kerinduan terhadap kerabat ataupun ahabat dapat
tersalurkan, sehingga jalinan persahabatan menjadi kokoh.
Bertamu dalam bahasa Arab disebut dengan kata “Ataa liziyaroti, atau
“Iatadloofa-Yastadliifu”. Menurut kamus bahasa Indonesia, bertamu diartikan
“datang berkunjung kerumah seorang teman atupun kerabat untuk suatu tujuan
ataupun maksud (melawat dan sebagainya)”. Secara istilah bertamu merupakan
kegiatan mengunjungi rumah ahabat, kerabat atau[un orang lain, dalam rangka
menciptakan kebersamaan dan kemalahatan bersama.
Tujuan bertamu tentu untuk menjalin persaudaraan ataupun perahabatan.
Sedangkan bertamu kepada orang yang belum dikenal, memiliki tujuan untuk saling
memperkenalkan diri ataupun bermaksud lain yang belum diketahui kedua belah
pihak.
Bertamu merupakan kebiaaan positif dalam kehidupan bermasyarakat dari
zaman tradisional sampai zaman modern. Dengan melestarikan kebiassan kunjung
mengunjungi, maka segala persoalan mudah dilestarikan, segala urusan mudah
dibereskan dan segala maalah mudah diatasi.
1.2. Rumusan masalah
Bagaimana tatakrama dalam bertamu?
Bagaimana tatakrama menerima tamu?
1.3. Tujuan
Mengetahui tatakrama dalam bertamu
1.4. Manfaat
Dapat menambah pengetahuan tentang tatakrama bertamu
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Pengertian Bertamu
Bertamu dalah berkunjung ke rumah orang lain dalam rangka mempererat
silahturrahim. Maksud orang lain disini bisa tetangga, saudara (sanak famili), teman
sekantor, teman seprofesi, dan sebagainya. Bertamu tentu ada maksud dan tujuannya,
antara lain menjenguk yang sedang sakit, ngobrol-ngobrol biasa, membicarakan
bisnis, membicarakan masalah keluarga, dan sebagainya.
Tujuan utama bertamu menurut islam adalah menyambung persaudaraan atau
silaturrahim. Silaturrahim tidak hanya bagi saudara sedarah (senasab) tapi juga
saudara seiman. Allah Swt memerintahkan agar kita menyambung hubungan baik
dengan orang tua, saudara, kaum kerabat, dan orang-orang mu`min yang lain.
Mempererat tali sillaturahim baik dengan tetangga, sanak keluarga, maupun teman
sejawat merupakan perintah agama islam agar senantiasa membina kasih sayang,
hidup rukun, tolong menolong, dan saling membantu antara yang kaya dengan yang
miskin.
Silahturahim tidak saja menghubungkan tali persaudaraan, tetapi juga akan
banyak menambah wawasan ataupun pengalaman karena bisa saja pada saat
berinteraksi terjadi pembicaraan-pembicaraan yang berkaitan dengan masalah-
masalah perdagangan baru tentang bagaimana caranya mendapatkan rezeki, dan
sebagainya.
1.2. Etika bertamu
a. Meminta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali
Dalam hal ini (memberi salam dan minta izin), sesuai dengan poin pertama,
maka batasannya adalah tiga kali. Maksudnya adalah, jika kita telah memberi salam
tiga kali namun tidak ada jawaban atau tidak diizinkan, maka itu berarti kita harus
menunda kunjungan kita kali itu. Adapun ketika salam kita telah dijawab, bukan
berarti kita dapat membuka pintu kemudian masuk begitu saja atau jika pintu telah
terbuka, bukan berarti kita dapat langsung masuk. Mintalah izin untuk masuk dan
tunggulah izin dari sang pemilik rumah untuk memasuki rumahnya. Hal ini disebabkan,
sangat dimungkinkan jika seseorang langsung masuk, maka ‘aib atau hal yang tidak
diinginkan untuk dilihat belum sempat ditutupi oleh sang pemilik rumah.
b. Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan
rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih
dihormati oleh tuan rumah
c. Jangan mengintip kedalam rumah
Mengintip ke dalam rumah sering terjadi ketika seseorang penasaran apakah
ada orang di dalam rumah atau tidak. hal ini sebaiknya di hindari dalam bertamu
untuk menghormati privasi dari pemilik rumah.
d. Memperkenalkan diri sebelum masuk
Jika ditanya siapa oleh tuan rumah, jawablah dengan nama atau julukan yang
ia mengenalnya. Kemudian apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya
tamu memperkenalkan diri secara jelas.
e. Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendaknya tamu masuk
dan duduk dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya
membatasi diri, tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak
dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah.
f. Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Hendaknya tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika
sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa
dirinya tidak terbiasa menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah
telah mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak
usah menunggu sampai berkali-kali tuan rumah mempersilahkan dirinya dan
makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih.
g. Memilih waktu yang tepat untuk bertamu
Sebaiknya kita tidak bertamu pada waktu-waktu makan, istirahat, atau jika
waktu sudah larut malam, karena akan mengganggu kenyamanan tuan rumah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat berbicara dengan orang pada saat
kita berkunjung yaitu :
a) Jangan menggerakkan kedua tangan saat berbicara.
b) Kedua mata memperhatikan orang yang sedang berbicara.
c) Menjaga tutur kata dan emosi.
d) Tidak memotong pembicaraan.
e) Volume suara diatur.
f) Hindari ungkapan-ungkapan yang bernada sombong atau meremehkan orang
yang menerima kita.
g) Bila kita datang untuk complaint, sebaiknya tidak perlu marah-marah cukup
tegas tetapi sopan.
h) Hindari perdebatan, percekcokan/pertengkaran dengan alasan apapun.
Pada saat kita berada didalam ruangan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
a) Jangan sembarangan duduk saat belum dipersilahkan untuk duduk.
b) Ucapkan terima kasih, setelah dipersilahkan duduk.
c) Posisi tubuh tegak.
d) Tidak boleh terlihat loyo/tidak bersemangat.
e) Jika disediakan minuman atau makanan kecil, jangan terburu-buru diminun
atau disantap.
f) Jagalah selalu kebersihan di dalam ruangan dengan tidak meninggalkan
sampah dalam bentuk apapun, dan hal ini juga penting diterapkan dimana saja
kita berada.
1.3. Etika menerima tamu
a. Berpakaian yang pantas
Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya mengenakan
pakaian yang pantas pula dalam menerima kedatangan tamunya.
b. Menerima tamu dengan sikap yang baik
Hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap yang baik, misalnya
dengan wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya. Menggunakan tutur kata
yang santun. Sekali-kali jangan acuh, apalagi memalingkan muka dan tidak mau
memandangnmya secara wajar. Memalingkan muka atau tidak melihat kepada tamu
berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi.
c. Menjamu tamu sesuai kemampuan dan tidak perlu mengada-ngadakan
Termasuk salah satu cara menghormati tamu ialah memberi jamuan
kepadanya. Jika hanya mampu memberikan air putih maka air putih itulah yang
disuguhkan. Apabila air putih tidak ada, cukuplah menjamu tamunya dengan senyum
dan sikap yang ramah.
d. Antarkan sampai pintu halaman jika tamu pulang
Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila tuan
rumah mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu akan merasa lebih
semangat karena merasa dihormati tuan rumah dan kehadirannya diterima dengan
baik.
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
a. Etika bertamu yang baik dan benar yaitu Meminta ijin masuk, Jangan
mengintip ke dalam rumah, Berpakaian yang rapi dan pantas,
Memperkenalkan diri sebelum masuk, Masuk dan duduk dengan sopan,
Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati, memilih waktu yang tepat
untuk bertamu, Tidak Menjadi Beban bagi Tuan Rumah, Tidak Menjadi
Beban bagi Tuan Rumah dan Berterima Kasih Terhadap Tuan Rumah.
b. Etika menerima tamu yang baik dan benar yaitu Berpakaian yang pantas,
Menerima tamu dengan sikap yang baik, Mempersilahkan tamu untuk duduk,
Menghargai tamu, Menjamu tamu sesuai kemampuan dan tidak perlu
mengada-adakan, Tidak memaksakan diri dan Antarkan sampai ke pintu
halaman jika tamu pulang.
1.2. Saran
Demikianlah penulisan makalah ini.Makalah ini masih jauh dari
sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan, demi kesempurnaan makalah ini.segala bentuk kesalahan dalam
penulisan makalah ini mohon di maafkan.Akhir kata, semoga makalah ini banyak
memberikan manfaat untuk kita semua,dan penulis mengucapkan limpah terima
kasih untuk kita semua.

Anda mungkin juga menyukai