Anda di halaman 1dari 2

Waktu itu aku masih baru di bangku SMA 1 Bone-Bone di kelas X Mia 1,

aku memiliki teman kelas yang karakternya berbeda-beda, tetapi ada 2


orang yang menarik dan unik menurut aku. Namanya Abdi orang yang
sangat pendiam, berbadan mungil, pintar dan tidak sombong kami
memanggilnya dengan “ Si Kecil Cabe Rawit “. Kemudian Malik, orangnya
baik, cool, cuek, pintar, ganteng, dan yang lebih uniknya lagi dia selalu
menggunakan ransel yang sangat besar entah apa saja yang ia bawa, dia
juga bersikap dingin terhadap wanita. Rasanya selama aku sekelas
dengannya tidak pernah aku melihat dia dekat dengan wanita. Aku sangat
penasaran dengan dia, hingga suatu hari aku mencoba mendekatinya, dia
sedang duduk di bangku pojok belakang sebelah kiri. Aku mencoba
bertanya soal pelajaran denganya lalu perlahan-lahan aku mencoba
bertanya tentang kehidupannya. Ternyata dia tidak sedingin yang saya
kira. Aku fikir dia tidak bisa tertawa karena hampir setiap hari dia hanya
menyendiri tanpa sepatah kata pun. Kadang dia berbicara itupun hanya
secukupnya.Hari-hari pun berlalu aku semakin dekat dengannya , mungkin
kamu berfikir bahwa aku dan Malik nantinya akan berpacaran, oh tidak
seperti itu. Aku dan dia hanya menjadi sahabat. Tapi setelah penaikan kelas
XI aku tidak lagi sekelas dengannya. Dia si kelas XI IPA 1 sedangkan aku di
kelas XI IPA 2, bukannya bodoh aku turun kelas tapi aku hanya sedikit ,alas.

Kelas XI adalah kelas yang sangat ku rindukkan, pertama kali aku


masuk kelas itu rasanya memang berbeda, orang-oran yang tidak terlalu
aku kenal tetapi lama kelamaan kami semua mulai akrab karena ternyata
mereka semua senang bercanda dan heboh seperti diriku. Aku bertemu
dengan pria yang bersikap hampir sama dengan Malik, tetaatpi aku sangat
membenci pria itu, dia sering membuatku marah. Gayanya yang sok dan
cuek itu sangat tidak ku suka, sebernya dia itu pintar tapi sayangnya dia
pemalas, pertama-tama memang pendiam tapi lama –kelamaan ternyata
dia tidak sependiam yang aku lihat, hari demi hari dia mulai
menampaakkan keberandalanny, dia jarang masuk sekolah, malas
mengerjakan tugas dia selalu mengejekku hampir setiap hari aku
bertengkar dengnnya. Hingga suatu hari dia bertingkah aneh dia selalu
menghubungi ku entah dari mana dia mendapatkan nomor ku. Seiring
berjalannya waktu aku dan dia berbaikan dan tidak pernah bertengkar lagi
hingga akhirnya ia menyatakan perassannya pdaku, aku pun menerimanya
hubungan itu berlangsung hanya selama sebulan tanpa ada teman kelasku
yang mengetahui, mereka mengetahui kami berpacaran setelah kami putus,
aku memutuskannya karna aku mulai merasa risih berpacaran dengan
teman sekelas, seperti aku tidak bebas bergerak karna setiap hari ada yang
memandangiku.

Ada kejadian yang tidak akan kulupakan selama hidupku. Hari itu jam
pelajaran matematika dimulai aku duduk dibangku ke 2 baris ke 2,
sementara pak Mustafa menulis di papantulis aku berbisik-bisik dengan
teman dibelakang ku, sakin asiknya bercerita tiba-tiba pak Mustafa
memukul kepala kami dengan buku yang ia pengang, dengan wajah takut
kami menatap pak Mustafa, ia mengeluarkan kami dari kelas, di pukul buku
itu tidak sakit tapi malunya yang bikin sakit. Baru pertama aku di pukul
oleh guru dan baru pertama jga aku melihat pak Mustafa sem,arah itu.
Mungkin saja saat itu hatinya sedang tidak baik, tapi aku dan temanku itu
meminta maaf setelah pelajaran berakhir. Kami akui kami memang salah
dan pak Mustafa memaafkan kami.

Semester 2 kelas XI pun terlewati sekarang saya sudah kelas XII, pak
Musrafa menjadi wali kelas ku di kelas XII ini saya mulai fokus belajar. Aku
harus merubah masa depanku agar bisa mencapai cita-cita dan
membahagiakan orangtuaku. Masa SMA ini yang nantinya sangat aku
rindukan, kacaunya kelas, cinta monyet, teman-teman gila dan guru-guru
yang selalu sabar menghadapiku. Tinggal menhitung bulan aku akan
meninggalkan sekolah tercintaku untuk mengejar cita-cita ku, aku harus
bekerja keras untuk hasil yang memuaskan.

Oleh : 1. SITTI AMINA


2. SALMANIAR
3. YULIA DEWI
4. AWAL

Anda mungkin juga menyukai