Anda di halaman 1dari 1

Mewujudkan Mimpi

Andi: "Shan, aku ingin cerita nih?"

Shani: "Cerita apa? Soal mimpi gilamu, kan? Kamu sekarang mau bermimpi apa lagi? Jadi astronot?
Atau, berkelana ke Planet Neptunus?"

Andi: "Hahaha, kau ini tahu saja. Aku memang mau menceritakan mimpiku. Tapi, mimpiku kali ini
tidak seaneh yang dulu. Kali ini, mimpi yang aku wujudkan ini lebih realistis. Aku ingin jadi penulis
novel, Shan. Tepatnya menjadi penulis novel fantasi. Kamu tahu sendiri kan kalau aku ini tukang
ngayal. Jadi, aku merasa bahwa menjadi penulis novel fantasi adalah impian yang sepertinya bisa aku
wujudkan."

Shani: "Widih, tumben-tumbenan mimpimu realistis, mana bagus juga lagi. Eh, ngomong-ngomong,
kamu udah bikin naskahnya belum?"

Andi: "Udah, dong. Malah kemarin aku kirim ke penerbit."

Shani: "Widih, mantap kali kalau begitu! Semoga naskah kamu diterima penerbit ya, Ndi."

Andi: "Aamiin. Makasih ya Shan."

Beberapa waktu kemudian.

Shani: "Ndi, bagaimana dengan naskah novel? Diterima penerbit tidak?"

Andi: "Enggak, nih, Shan. Malahan, aku disuruh revisi sama penerbitnya. Mana revisiannya banyak
lagi. Ah, sepertinya impianku untuk bikin novel fantasi bukanlah impian yang bisa aku wujudkan."

Shani: "Yaelah, Ndi. Naskah kamu kan cuma disuruh direvisi; bukan ditolak. Jadi, naskah kamu
masih punya kesempatan buat diterbitkan oleh penerbit. Lagian, kalau tidak diterbitkan di penerbit
yang kamu tuju itu, kamu masih bisa kirim ke penerbit lain. Iya, kan?"

Andi: Iya sih, Shan. Eh, ngomong-ngomong, terima kasih ya atas masukannya."

Shani: "Sama-sama, Ndi."

Andi pun kembali merevisi naskah novelnya tersebut. Shani sebagai sahabatnya pun terus memberi
dukungan dan masukan kepada Andi. Singkat cerita, novel fantasi karangan Andi pun terbit dan
digemari oleh banyak pembaca.

Anda mungkin juga menyukai