Anda di halaman 1dari 13

AKHLAQ BERMASYARAKAT

      


     
        
. 
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal” (QS al-Hujurat, 13).
 Manusia adalah makhluq sosial yang memerlukan
komunikasi antar sesama
 Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup
tanpa bantuan orang lain
 “Manusia akan ditimpa “kehinaan” di mana
saja/kapan saja, kecuali baik hubungannya dengan
Allah (hablun minAllah) dan baik hubungannya
dengan sesama manusia (hablun minannas).
 Menjaga dan meningkatkan hubungan baik
dengan Allah dapat dilakukan dengan ibadah,
sedangkan hubungan baik dengan sesama manusia
1
dilakukan dengan muamalah yang baik berupa
kegiatan/komunikasi langsung dengan anggota
masyarakat: (i) dekat/sempit (keluarga dan
tetangga), dan (ii) jauh/luas (regional, nasional,
global).
 Satu kegiatan yang sangat bermanfaat bermanfaat
dan lazim dilakukan adalah “bertamu”, termasuk
juga hubungan diplomatik antar bangsa/negara.

A. Bertamu dan Menerima tamu


Akhlaq bertamu
a. Meminta izin dan mengucapkan salam kepada
yang dikunjungi (pemilik rumah)
     
    
      
 
27. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu,
agar kamu (selalu) ingat”.

2
Meminta izin bisa dilakukan dengan “mengetuk
pintu”” atau ucapan lain sesuai dengan budaya
yang lazim berlaku (kula nuwun, selamat pagi,
anybody home, hello, dsb.). Islam mengajarkan
dengan do’a atau salam: “Assalmu ‘alaikum”.

Kalau sudah 3 kali mengetuk pintu atau ucapan


salam, tidak ada respon, sebaiknya tamu kembali
(tidak mengintip ke dalam rumah, dan sejenisnya)”
“Jika seseorang sudah minta izin 3 kali, lalu tidak
diizinkan, hendaklah dia kembali”

Tamu tidak berhak/boleh mendesakkan


kemauannya untuk bertamu
      
       
       
  
“Jika kamu tidak menemui seorangpun
didalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum
kamu mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu:
"Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali.
itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan”.
(QS. An-Nur, 24: 28)
3
b. Jangan bertamu di sembarang waktu, misalnya
waktu yang biasanya untuk istirahat (commen
sense)
c. Jangan terlalu lama sehingga merepotkan tuan
rumah. Bicara secukupnya saja. Kalau dirasa sudah
cukup segera kembali. Mungkin tuan rumah
mempunyai acara dan malu untuk menyampaikan
kepada tamunya.
d. Jangan melakukan hal yang membuat tuan rumah
terganggu (melihat-lihat keadaan rumah,
memperhatikan ruang pribadi, dsb).
e. Menghormati jamuan tuan rumah (makan/minum
yang dihidangkan dengan penuh rasa syukur dan
suka). Tidak menunjukkan ketidak senangan
jamuan (makan/minum) yang disajikan.
f. Berpamitan sewaktu pulang. “Datang nampak
dada pulang nampak punggung”.
Akhlaq menerima tamu
a. Menerima dan memuliakan tamu tanpa
membedakan satus sosial tamu
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia berkata yang baik atau diam.
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah ia memuliakan tetangganya.
4
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah ia memuliakan tamunya”. (HR Bukhari-
Muslim).
b. Tamu jauh yang ingin menginap “wajib” diterima,
maksimal 3 hari.
“Menjamu tamu hanya tiga hari. Jizahnya
(hidangan istimewa) sehari semalam. Apa yang
dibelanjakan untuk tamu di atas tiga hari adalah
sedekah.dan tidak boleh bsgi tsmu tetap menginap
(lebih dari tiga hari) karena hal itu akan
memberatkan tuan rumah”. (HR. Tirmidzi)

B.Hubungan Baik dengan Tetangga

- Tetangga merupakan orang yang paling dulu


memberi bantuan dalam kesulitan
- Dalam hal membeli tanah/rumah Nabi
berpesan: “Tetangga sebelum rumah, kawan
sebelum jalan, dan bekal sebelum perjalanan”.
(HR. Khatib).
- Merupakan faktor kebahagiaan yang penting,
seperti disabdakan Nabi saw. “di antara yang
membuat bahagia seorang muslim adalah

5
tetangga yang baik, rumah yang lapang, dan
kendaraan yang nyaman”. (HR. Hakim)
- Kita harus bersikap baik kepada tetangga agar
mereka juga bersikap baik kpd kita. Allah
berfirman (QS. An-Nisa’, 4 : 36)
       
   
   
   
    
        
 
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa,
karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295]
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri”

- Ada 3 kategori tetangga dalam pandangan


islam, yaitu

6
- Pertama, yang memiliki satu hak, yaitu yang
bukan famili dan bukan seagama
- Kedua, memiliki dua hak, seagama, tetapi bukan
famili
- Ketiga, yang seagama dan famili (ada hubungan
nasab)

Pentingnya Hubungan Baik dengan Tetangga


       
       
         
    
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan
di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
(QS. Al –Qashash, 28: 77).

Nabi saw bersabda “Selalu Jibril memesankan


kepadaku (untuk berbuat baik) kepada tetangga,

7
sampai-sampai aku menduga tetangga akan
menerima warisan” (HR. Bukhari-Muslim)

Nabi saw juga bersabda seperti hadits sebelumnya


yang berkaitan dengan tamu

Hubungan dengan tetangga dapat mengantar ke


syurga atau neraka. Perhatikan hadits berikut:
“Demi Allah dia tidak beriman!”. ““Demi Allah dia
tidak beriman!”. “Demi Allah dia tidak beriman!”.
Seorang sahabat bertanya: Siapa dia yang tidak
beriman, Ya Rasulullah? Beliau menjawab: “orang
yang tetangganya tidak aman dari keburukannya”
(HR. Bukhari-Muslim)

Dengan bunyi hadits lain, Nabi saw bersabda:


“Laa yad-hulul-jannata man laa ya’manu jaaruhu
bawaa-iqahu” (“tidak masuk syurga orang yang
tetangganya tidak aman dari keburukannya”). (HR.
Mutafaqun ‘alaih)

Bentuk Hubungan Baik


 Tidak menyakiti hati/menyusahkan hati tetangga.
Tidak berkata kasar dan kotor atau perbuatan yang
merugikan.
8
 Berbuat baik dengan tetangga (bertegur sapa
dengan baik dan/sopan, memberi bantuan)
Sabda Nabi saw: “jika engkau memasak gulai,
perbanyaklah kuahnya, kemudian perhatikan
tetanggamu, dan berilah mereka sepantasnya”
(HR. Muslim).

Hadits lain menyatakan: “Hak tetangga itu ialah,


apabila sakit kamu menjenguknya,apabila
meninggal engkau mengiringi jenazahnya, apabila
membutuhkan sesuatu engkau meminjaminya,
apabila tidak memiliki pakaian engkau
memberinya pakaian, apabila mendapat
kebajikan/kebahagiaan engkau mengucapkan
selamat kepadanya, apabila mendapat musibah
engkau takziah kepadanya, jangan engkau
meninggikan rumahmu sehingga angin terhalang
masuk ke rumahnya, dan jangan engkau menyakiti
dengan bau periukmu kecuali engkau memberinya
sebagian dari masakan itu” (HR. Thabrani).
 Peduli dengan tetangga, menawarkan bantuan
sebelum diminta, terkait dengan kesulitan
yang mungkin dialami.

9
“Tidakalah beriman kepadaku orang yang dapat
tidur dengan perut kenyang sementara
tetangganya kelaparan, padahal dia mengetahui”
(HR. Bazzar)

Hubungan baik dengan Masyarakat


 Manusia juga harus berhubungan baik dengan
masyarakat yang lebih luas ----> global
 Firman Allah dalam Surah Al-Hujurat, ay 11:
      
      
       
     
     
      
 
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah
sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan
itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik.
dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409]
dan jangan memanggil dengan gelaran yang
10
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410]
dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka
Itulah orang-orang yang zalim.

[1409] Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya


ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-
orang mukmin seperti satu tubuh.
[1410] Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak
disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan
kepada orang yang sudah beriman, dengan
panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan
sebagainya.
Kewajiban Sosial sesama Muslim
Ada lima kewajiban sesama muslim seperti
disabdakan rasulullah saw. :”Keawjiban seorang
muslim atas muslim lainnya ada lima: (i) menjawab
salam, (ii) mengunjungi orang sakit, (iii)
mengiringkan jenazah, (iv) memenuhi undangan,
dan (v) menjawab orang bersin” (HR. Khamsah)

Menjawab salam; Firman Allah, QS. An-Nisa’, 4:


86.

11
     
        
 
86. apabila kamu diberi penghormatan dengan
sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari
padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan
yang serupa)[327]. Sesungguhnya Allah
memperhitungankan segala sesuatu.

[327] Penghormatan dalam Islam ialah: dengan


mengucapkan Assalamu'alaikum.

Mengunjungi orang sakit


Perhatikan Hadits berikut: “Sesungguhnya Allah
Azza wa jalla berfirman pada hari Kiamat: “hai
anak Adam, Aku sakit, kenapa kamu tidak datang
mengunjungiKU?. Anak adam menjawab: Ya
Tuhan, bagaimana aku akan mengunjungi-MU,
sedangkan Engkau adalah tuhan semesta alam?.
Allah berfirman: “Tidakkah kamu tahu bahwa si
Fulan hamba-KU sakit, kenapa kamu tidak
mengunjunginya, niscaya kamu akan menemuiKU
di sisinya.......”. HR Muslim

Mengiringi jenazah.
12
“Barabngsiapa yang menyaksikan jenazah lalau ia
ikut menshalatkan baginya satu qirath. Dan
barangsiapa menyaksikannya sampai dikuburkan,
baginya dua qirath. Ditanyakan orang: “apa itu dua
qirat? Beliau bersabda:”seperti dua gunung yang
besar (pahalanya)” (HR. Bukhari-Muslim)

Mengabulkan undangan
“Apabila seseorang di antara kamu diundang
menghadiri walimahan, maka hendaklah dia
menghadirinya” (HR. Bukhari-Muslim)

Manyahuti bersin
Hamdalah ----> yarhamukallah ----->
yubdikumullah wayuslih balakum (smg Allah
menunjuki dan memperbaiki keadaanmu)

Renungan: akhlaq mana yang sudah kita lakukan


dan mana yang belum?

13

Anda mungkin juga menyukai