1900023121 / 4B
STUDI ISLAM 3
1. Siapa yang dimaksud dengan tetangga, bagaimana bentuk berakhlak dengan
tetangga apa sumber aturannya dan kenapa kita harus berakhlak dengan
tetangga, jelaskan dengan contoh.
a. Siapa yang dimaksud dengan tetangga?
Tetangga adalah orang atau rumah yang saling berdekatan dengan kita, dalam
batas empat puluh rumah dari segala arah, baik kanan, kiri, depan, dan belakang.
Dalam perkembangan zaman sekarang, seperti yang kita kenal dengan adanya
apartemen, pengertian tetangga itu bisa lebih luas lagi dimana dapat dikatakan
bahwa batasan tetangga itu dapat ditambah dengan empat puluh tingkat ke atas
dan empat puluh tingkat ke bawah.
b. Bagaimana bentuk berakhlak dengan tetangga apa sumber aturannya?
1) Tidak Menyakiti Tetangga dan Memuliakannya.
Tidak salah lagi bahwa menyakiti tetangga adalah perbuatan
yang diharamkan dan termasuk di antara dosa-dosa besar yang wajib
untuk dijauhi.
Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada
Allah Swt dan hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya".
(Muttafaq'alaih)
Amar ma’ruf nahi munkar adalah dalam bahasa Arab yang dimaksud sebuah
perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah
hal-hal yang buruk (kejahatan dan kemaksiatan) bagi masyarakat. Dalam hal ini
Allah SWT berfirman:
َ ِويَأ ْ ُم ُرونَ ِب ْٱل َم ْع ُروف
ِ ِويَ ْن َه ْونَ ِ َع ِن ْ َون ِ ِإل
َ ى ِٱل َخيْر َ ع ُ َو ْلت َ ُكن ِمن ُك ْم ِأ ُ َّمةٌ ِيَ ْد
ْ ۚ ِوأ ُ ۟و َٰٓلَئ َك ِ ُه ُم
ِ َ ِٱل ُم ْفل ُح
ون َ ِ ْٱل ُمن َكر
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru
kepada kebajikan, menyeruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung”(QS. Ali Imran:104).
Mengajak kepada perkara yang ma’ruf dan mencegah dari perkara yang
mungkar, hukumnya adalah fardu kifayah atas umat ini, bukan wajib ain. Jika amar
ma’ruf nahi mungkar telah ditegakkan oleh sebagian orang yang mencukupi,
gugurlah dosa (jika tidak ada yang menunaikannya,) atas yang lainnya. Akan tetapi,
jika tidak ada satu pun yang melaksanakannya maka seluruhnya (kaum muslimin)
berdosa.
b. Bagaimana prosesnya dan penerapannya dan beri contoh
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya : Dari Abu Sa’id Al
Khudry -radhiyallahu ‘anhu- berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu
‘alahi wa sallam bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang melihat
kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika
tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak
mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling
lemah.”(HR. Muslim no. 49)
Tingkatan pertama dan kedua wajib bagi setiap orang yang mampu melakukannya,
sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits di atas, dalam hal ini seseorang apabila
melihat suatu kemungkaran (kejahatan dan kemaksiata) maka ia wajib
mengubahnya dengan tangan jika ia mampu melakukannya, seperti seorang
penguasa terhadap bawahannya, kepala keluarga terhadap istri, anak dan
keluarganya, dan mengingkari dengan tangan bukan berarti dengan senjata.
Adapun dengan lisan seperti memberikan nasihat yang merupakan hak di
antara sesama muslim dan sebagai realisasi dari nahi mungkar itu sendiri, dengan
menggunakan tulisan yang mengajak kepada kebenaran dan membantah syubuhat
(kerancuan) dan segala bentuk kebatilan.
Adapun tingkatan terakhir (mengingkari dengan hati) artinya adalah
membenci kemungkaran- kemungkaran tersebut, ini adalah kewajiban yang tidak
gugur atas setiap individu dalam setiap situasi dan kondisi, oleh karena itu barang
siapa yang tidak mengingkari dengan hatinya maka ia akan binasa.
c. Kalau orang salah dalam sholat apakah pelu ditegur misalnya berqunut dalam
setiap sholat subuh?
Ada 2 kesalahan dalam shalat, yaitu yang membatalkan dan tidak membatalkan.
Atas dasar sesama manusia perlu saling mengingatkan, maka jika ada orang yang
salah dalam sholat perlu diingatkan. Tetapi, ada hal yang perlu diperhatikan
dalam menegur: Pertama, tidak merendahkan ego orang yang ditegur. Karena,
bila ego seseorang direndahkan, dia justru membuat pertahanan diri untuk
menyelamatkan egonya dari gangguan pihak luar. Kedua, cari waktu yang tepat.
Salah waktu juga membuat teguran dipahami sebaliknya. Niat untuk meluruskan
kesalahan pun tidak akan tercapai.
Ketiga, pahami posisi sosial orang yang ditegur. Jangan sampai teguran dianggap
sebagai ancaman bagi posisi orang yang kita tegur.
Dalam kasus imam dan makmum, apabila Imam dalam melakukan gerakan shalat
salah maka makmum berkewajiban memperbaiki kesalahannya.Cara
memperbaiki kesalahan, untuk laki-laki dengan mengucapkan Subhanallah
Sedangkan makmum perempuan dengan cara: bertepuk tangan, yakni,
memukulkan tangan kanannya ketangan kiri bagian atas.
Lalu, bagaiana jika berqunut dalam setiap shalat subuh? Baca doa qunut shubuh
hukumnya sunnah menurut Mazhab Syafii. Namun, tidak bagi mazhab lainnya,
bahkan Imam Malik menganggap qunut subuh adalah bid'ah (satu amalan yg
tidak dicontohkan oleh Rasulullah saw) sebagaimana hadits yg bersumber dari
Anas ibnu Malik ra. Oleh karena tidak ada satu pun mazhab yg mewajibkan
qunut shubuh, maka dpt dipastikan shalat shubuh tanpa qunut adalah sah.
Sehingga dalam kasus ini, kembali lagi kepada mahzab mana yang diikuti karena
ketika shalat subuh dengan qunut maupun tanpa qunut shalat orang tersebut tetap
sah.
d. Kritik terhadap makalah
Dalam makalah yang berujudul “Nahi Munkar” sudah dijelaskan dengan detail
dari mulai pengertian, bagaimana bersifat nahi munkar, untuk apa manusia
melakukan nahi munkar. Dengan demikian, memahami dan mengimplemetasikan
tema tersebut akan memberikan jalan seorang muslim untuk memperoleh
kemenangan di dunia maupun akhirat. Akan tetapi, mungkin bisa ditambahkan
pembahasan lebih detail mengenai contoh-contoh pemrbuatan nahi munkar.
Selanjutnya, secara metode penulisan sudah disajikan dengan baik dan menarik.
Akan tetapi, dalam makalah tidak disertakan footnote dan penulisan daftar
pustaka masih salah.