Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki konserpsi dan
prinsip-prinsip yang dapat memberikan solusi yang konkret dalam memecahkan problem
hidup bertetangga ini. Konsepsi dan prinsip-prinsip Islam tertuang dalam ajaran
akhlaknya. Akhlak merupakan institusi yang dapat digunakan mendorong manusia bagaimana
berbuat baik kepada Khaliq (Allah) dan makhluk (sesame manusia). Dalam hubungan ini
termasuk pula bagaimana berbuat baik kepada tetangga. Oleh sebab itulah akhlak bertetangga
menjadi penting dalam hidup dan kehidupan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya.
Masalah akhlak bertetangga bagi seorang muslim sudah seharusnya menjadi tuntunan hidup
bersama dengan orang lain dalam satu lingkungan sosisal.
Yang dinamakan tetangga bukan hanya mencakup seorang muslim dan seorang
kafir, tetapi juga seorang ahli ibadah dan seorang fasik, teman dan musuh, orang asing dan
orang senegeri, orang yang bisa memberi manfaat dan orang yang memberi madharat, orang
dekat dan orang jauh serta yang paling dekat dengan rumahnya dan paling jauh. Bertangga
adalah bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa ditolak. Sebab manusia memang tidak
semata-mata makhluk individu, tetapi juga makhluk sosial. Satu sama lain harus bermitra
dalam mencapai kebaikan. Islam memerintahkan segenap manusia untuk senantiasa
berjamaah dan berlomba dalam berbuat kebaikan. Sebaliknya, Islam melarang manusia
bersekutu dalam melakukan dosa dan permusuhan.
Setiap orang tentu ingin hidup rukun dan harmonis dengan tetangganya. Hanya orang-
orang yang memiliki penyakit hati saja yang menolak suasana hubungan harmonis itu.
Keharmonisan hubungan bertetangga sebenamya sangat amat penting, sebab kekuatan sendi-
sendi sosial suatu masyarakat sangat ditentukan oleh keharmonisan hubungan antar
anggotanya. Sebaliknya, bila dalam suatu masyarakat terjadi disharmoni (ketidak harmonisan)
hubungan di antara anggotanya, maka akan melemahkan sendi-sendi sosial masyarakat
tersebut.

Kendati demikian kita tidak pernah bisa memaksa orang lain untuk selalu bersikap
baik, kecuali kita paksa diri kita sendiri untuk bersikap baik terhadap siapapun. Alangkah
beruntungnya jikalau kita hidup dan bertetangga dengan orang-orang yang baik. Walaupun
rumah sempit, kalau tetangganya baik tentu akan terasa lapang. Dan alangkah ruginya, jika
rumah kita dikelilingi oleh tetangga-tetangga yang busuk hati. Walaupun rumah lapang,

Akhlakul Karimah VIIC Page 1


niscaya akan terasa sempit. Dr Yusuf Qardhawi menyebutkan, “seorang tetangga memiliki
peran sentral dalam memelihara harta dan kehormatan warga sekitarnya”.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa yang dimaksud dengan tetangga ?
2) Apa saja yang termasuk kategori tetangga ?
3) Bagaimana kedudukan tetangga ?
4) Bagaimanakah hak dan kewajiban bertetangga ?
5) Jelaskan problematika hidup bertetangga ?
6) Bagaimanakah akhlak kepada tetangga ?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui yang dimaksud dengan tetangga
2) Untuk mengetahui apa saja kategori tetangga
3) Untuk mengetahui kedudukan tetangga
4) Untuk mengetahui hak dan kewajiban bertetangga
5) Untuk mengetahui problematika hidup bertetangga
6) Untuk mengetahui akhlak kepada tetangga

Akhlakul Karimah VIIC Page 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tetangga


Kata Al Jaar (tetangga) dalam bahasa Arab berarti orang yang bersebelahan
denganmu. Ibnu Mandzur berkata: “‫ ْال ُم َج َاو َرة‬, ‫الج َوار‬ ِ dan ‫ار‬ ُ ‫ ْال َج‬bermakna orang yang
ٌ ‫ أَجْ َو‬dan ‫ان‬
bersebelahan denganmu. Bentuk pluralnya ٌ ‫ ِجي َْرة‬, ‫ار‬ ٌ ‫”جي َْر‬.
ِ Sedang secara istilah syar’i
bermakna orang yang bersebelahan secara syar’i baik dia seorang muslim atau kafir, baik
atau jahat, teman atau musuh, berbuat baik atau jelek, bermanfaat atau merugikan dan
kerabat atau bukan.
Tetangga memiliki tingkatan, sebagiannya lebih tinggi dari sebagian yang lainnya,
bertambah dan berkurang sesuai dengan kedekatan dan kejauhannya, kekerabatan, agama dan
ketakwaannya serta yang sejenisnya. Dengan demikian jelaslah tetangga rumah adalah
bentuk yang paling jelas dari hakikat tetangga, akan tetapi pengertian tetangga tidak hanya
terbatas pada hal itu saja bahkan lebih luas lagi. Karena dianggap tetangga juga tetangga di
pertokoan, pasar, lahan pertanian, tempat belajar dan tempat-tempat yang memungkinkan
terjadinya ketetanggaan. Demikian juga teman perjalanan karena mereka saling bertetanggaan
baik tempat atau badan dan setiap mereka memiliki kewajiban menunaikan hak tetangganya.

2.2 Kategori Tetangga


Dalam islam tetangga itu hanya ada dua kategori, yakni tetangga dekat dan tetangga
jauh. Adapun yang dimaksud dengan tetangga dekat dan jauh disitu ada yang mengaitkannya
dengan tempat hubungan, kekeluargaan, dan berkaitkan dengan muslim dan bukan muslim.
Yang dikaitkan dengan tempat, artinya tentang di mana keberadaan tetangga itu.
Keberadaanya bisa di dekat rumah, satu rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), kompleks
dan kampung. Namun yang dekat rumah pun jika harus memilih kepada tetangga mana yang
harus di dahulukan, lalu dikaitkan dengan hubungan kekeluargaan artinya tetangga yang dekat
itu adalah saudara atau keluarga sendiri.

Sedangkan tetangga jauh berarti yang bukan termasuk saudara atau keluarga. Sebab,
bisa terjadi dalam lingkungan sosial, ada tetangga yang masih ada hubungan keluaraga atau
besan dan ada pula orang lain. Dengan demikian yang lebih dekat adalah yang ada hubungan
keluarga daripada orang lain. Adapun yang dikaitkan dengan orang muslim dan bukan
muslim, artinya, yang dimaksud dengan tetangga yang dekat adalahb sesame muslim.

Akhlakul Karimah VIIC Page 3


Sedangkan tetangga jauh adalah orang- orang yang bukan (non) muslim. Sebab bisa saja
terjadi, dalam satu lingkungan tetangga ada yang seagama, sama-sama
muslim da berlainan agama.

2.3 Kedudukan Tetangga


Tetangga dalam pandangan islam mempunyai kedudukan yang mulia sebagaimana
halnya tamu yang datang ke rumah. Rosulullah saw. bersabda,
“siapa yang percaya kepada hari kemudian, maka jangan mengganggu tetangganya, dan siapa
yang percaya kepada Alloh dan hari kemudian, maka harus
menghormati tamunya….” (HR Bukhori dan Muslim)
Kemuliaan tetangga yang disebutkan dalam sabda Rasulallah saw. ini adalah, mereka tidak
boleh di ganggu, dan berbuat baik kepada mereka sama seperti halnya menghormati tamu.
Semuanya itu menjadi ukuran keimanan seseorang.
Beberapa kemuliaan tetangga antara lain sebagai berikut:
v Sebagai saudara dan keluarga
Ada yang mengatakan bahwa tetangga sama dengan saudara atau keluarga sendiri, apa
lagi bila mereka seiman dan sesama muslim. Sebab, bila ada kesulitan dan musibah, maka
tetanggalah yang lebih dahulu memberikan pertolongan. Oleh karena itulah, sebagai
sesama muslim dan seiman mereka harus semakin memperkuat hubungan
persaudaraannya.
v Sebagai mitra usaha
Tetangga juga dapat menjadi mitra dalam usaha dan pekerjaan sebagai upaya
meningkatkan keadaan ekonomi rumah tangganya. Mereka selalu melakukan kerja sama
dalam mendirikan kegiatan dan jaringan usaha yang
menguntungkan dan mendatangkan pendapatan.

Akhlakul Karimah VIIC Page 4


2.4 Hak dan Kewajiban Bertetangga
Tetangga adalah orang yang tinggal di sekitar rumah kita, tentunya adalah orang, yang
disamping punya kedekatan phisik juga punya kedekatan secara psikhis. Seorang muslim
yang benar-benar sadar dan berada di bawah bimbingan agamanya serta senantiasa berpegang
teguh pada talinya, dia akan selalu berbuat
baik dan memberikan perhatian kepada tetangganya.
Allah SWT secara tegas telah memerintahkan supaya kita berbuat baik kepada
tetangga, seperti yang telah difirmankan dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 36 :
"Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, Dan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian”.
v Hak dan kewajiban yang sama dalam bertetangga ada beberapa hal yang terutama yang
selama ini sudah berjalan, antara lain sebagai berikut :
1. Saling menjaga kehormatan diri dan keluarganya
2. Saling menjaga rasa aman dari gangguan apapun
3. Saling melibatkan dalam musyawarah
4. Saling membantu dalam berbagai kebajikan dan kebaikan lainnya
v Hak dan kewajiban yang berbeda dalam bertetangga, khususnya antara yang seiman dan
sesamamuslim dengan yang bukan muslim, yakni berkaitan dengan masalh akidah dan
ibadah, antara lain sebagai berikut :
Saling mendoakan, Menjadi saksi, Mengurus jenazah, Menikah dan Saling memberi salam.

2.5 Problematika Hidup Bertetangga


Dalam hidup bertetangga banyak pula problemnya. Problematika hidup bertetangga
berkait dengan berapa hal, baik dalam lingkungan kompleks perumahan atau di
perkampungan.problematika bertetangga lebih besar dan menonjol justru di dalam lingkungan
masyarakat heterogen (majemuk) ketimbang dalam masyarakat homogeny yang umumnya
masih diikat oleh hubungan kekeluargaan. Namun dari sekian banyak itu, sekurang-
kurangnya dapatt ditemukan lima hal, yang umumnya terjadi dalam hidup bertetangga selama
ini, terlebih dalam zaman modern seperti yang tengah berlangsung. Kelima hal ini khususnya
jika ditinjau dari hal sikap dan prilaku mereka dalam kehidupan sehari-
hari, antara lain sebagai berikut:
1) Kehidupan individualistis.
2) Persaingan tidak sehat.

Akhlakul Karimah VIIC Page 5


3) Persengketaan.
4) Keamanan.

2.6 Akhlak Kepada Tetangga


Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara fisik paling
dekat jaraknya dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan hidup bermasyarakat, tetangga
merupakan lingkaran kedua setelah rumah tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan
masyarakat sangat diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan,
hubungan antar tetangga sangat kuat hingga melahirkan norma sosial. Demikian juga pada
lapisan masyarakat menengah kebawah dari masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan
masih sekuat masyarakat pedesaan. Hanya pada lapisan menengah keatas, hubungan
pertetanggaan agak longgar karena pada umumnya mereka sangat individualistik.

Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan


norma-norma sosial hidup bertetangga. Adanya lembaga salat berjamaah di masjid atau
mushalla, baik harian lima waktu, mingguan Jum''atan maupun tahunan Idul Fitri dan Idul
Adha cukup efektip dalam membentuk jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi sosial
keagamaan, seperti tahlilan, ratiban, akikah, syukuran, lebaran dan sebagainya sangat efektip
dalam mempertemukan antar tetangga.Tentang betapa besarnya makna tetangga dalam
membangun komunitas tergambar pada hadis Nabi yang memberi petunjuk agar sebelum
memilih tempat tinggal hendaknya lebih dahulu mempertimbangkan siapa yang akan menjadi
tetangganya, al-jaru qabladar, bahwa factor tetanga
itu harus didahulukan sebelum memilih tempat tinggal. Selanjutnya akhlak bertetangga
diajarkan sebagai berikut :
a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik seorang muslim adalah,
orang lain (tetangga) terbebas dari gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari
perbuatan fisik.
b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas pembagian zakat.
c) Memberi salam jika berjumpa.
d) Menghadiri undangannya.
e) Menjenguk tetanggga yang sakit.
f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.
g) Berempati kepada tetangga.
Yang paling penting dari Iman adalah pembuktian secara perilaku (bijawarih). Karena
manusia tidak dianjurkan untuk menilai hati seseorang yang bersifat abstrak, tetapi menilai

Akhlakul Karimah VIIC Page 6


dari sisi lahirnya saja. Kalau seandainya ucapan dan perbuatan diri kita masih menyakiti
tetangga, maka kita tak boleh berharap banyak untuk masuk sorga, karena menyakiti tetangga
sama halnya dengan menyakiti Allah dan Rasulullah, sebagaimana Hadist Nabi
menerangkan:
“Barangsiapa menyakiti tetangganya, maka ia juga menyakiti aku, barangsiapa menyakiti aku,
maka ia juga menyakiti Allah. Barangsiapa menyerang tetangganya, maka sesungguhnya ia
sama juga menyerang aku, dan barangsiapa menyerang aku, maka sesunggunya ia telah
menyerang Allah Azza, Wajalla”.

Akhlakul Karimah VIIC Page 7


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan tertentu yang
dekat atau yang jauh. Tetangga dalam pandangan islam ternyata mempunyai hak dan
kewajiban yang harus terpenuhi dan dilaksanakan.hak dan kewajiban secara umum sama,
namun secara khas adalah berbeda. Hak dan kewajiban tetangga yang masih ada hubungan
keluarga tentunya tidak sama dengan orang lain. Demikian pula hak dan kewajiban tetangga
sesama muslim dan nonmuslim. Hak-kewajiban tetangga yang sama dapat dipenuhi dan
dilaksanakan antara lain, saling hormat-manghormati dan menciptakan rasa aman dan nyaman
selama tinggal bersama dalam suatu lingkungan sosial tertentu.
Ternyata dalam hidup bertetangga tidak sedikit problematika yang ada, terutama
dalam masyarakat yang heterogen, umumx menyangkut masalah persaingan yang tidak sehat,
keamanan dan lingkungan. Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata
memiliki konsepsi dan prinsip-prinsip yang dapat mamberikan solusi yang kongkret dalam
memecahkan problem hidup bertetangga ini. Olah sebab itu, akhlak bertetangga menjadi
penting dalam hidup dan kehidupan manusia dalam pergaulan dengan sesama. Masalah
akhlak bertetangga bagi setiap orang muslim sudah seharusnya menjadi masalah tuntutan
hidup bersama dengan orang lain dalam satu lingkungan sosial. Bila orang-orang bertetangga
mengabaikan akhlak inimaka wajarlah jika yang terjadi adalah malapetaka dalam masyarakat
akhirnya tidak terwujud rasa damai.
Saking pentingnya tetangga dalam kedudukan dalam ajaran Islam, Nabi sampai
menggambarkan seandainya seseorang berzina kepada satu perempuan tetangganya sungguh
itu lebih besar dosanya dibandingkan dengan zina dengan sepuluh wanita yang bukan
tetangganya. Juga seorang pencuri yang mencuri di satu rumah tetangganya, itu dianggap
dosanya lebih besar dibandingkan dengan mencuri di sepuluh rumah yang bukan tetangganya.
Sebagaimana sabda beliau: man aman yang mereka harapkan bersama.

Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya: “apa yang kalian bicarakan


tentang zina?” para sahabat menjawab: “Haram, sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah
dan Rasulnya, maka sampai hari kiamat tetap haram.” Maka Nabi bersabda: “Sesungguhnya
seorang laki-laki berzina kepada sepuluh orang perempuan itu lebih ringan (dosanya)
dibandingan berzina dengan satu wanita tetangganya.”. kemudian Nabi bertanya kepada
sahabatnya: “apa yang kalian bicarakan tentang mencuri?” sahabat menjawab: Allah dan

Akhlakul Karimah VIIC Page 8


Rasulnya telah mengharamkan perbuatan mencuri, maka haram. Nabi bersabda:
“sesungguhnya seorang laki-laki yang mencuri di sepuluh rumah itu lebih ringan (dosanya)
dibandingkan dengan mencuri di satu rumah tetangganya.”
Kita menyadari, bahwa terwujudnya suatu masyarakat tidak dapat dipisahkan dari
unsur tetangga sebagai saudara terdekat keluarga dan kerabat
sendiri. Tetangga sebagai saudara terdekat mempunyai tempat dan perhatian khusus
dalamIslam, sehingga baik buruknya bertetangga merupakan ukuran iman
seseorang. Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrah mengatakan: “ Memelihara hubungan
dengan tetangga termasuk bagian dari kesempurnaan iman”.

3.2 Saran
Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Penulis akan
menerima kritik dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah
ini di kemudian hari. Semoga makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil yang
lebih baik lagi.

Akhlakul Karimah VIIC Page 9

Anda mungkin juga menyukai