Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AKHLAK DALAM BERTETANGGA

Disusun Oleh:
1. Aditia Rohman
2. Muhammad Gian Al Ahyar

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM


RIAU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Akhlak
Bertetangga” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan,bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah ini, yang telah
membimbing kami membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun susunan penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan untuk
langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak
yang telah terkait. Semoga segala bantuan, bimbingan dan arahan yang diberikan mendapat
ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Pekanbaru, 27 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
a) Latar Belakang ...................................................................... 1
b) Rumusan Masalah .................................................................. 2
c) Tujuan Penulisan .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
a) Pengertian tetangga ........................................................................... 3
b) Kategori tetangga .............................................................................. 3
c) Kedudukan tetangga .......................................................................... 4
d) Hak dan kewajiban bertetangga ........................................................ 5
e) Problematika hidup bertetangga ....................................................... 5
f) Akhlak kepada tetangga .................................................................... 6
BAB III PENUTUP
a) Kesimpulan ........................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki konserpsi dan prinsip-
prinsip yang dapat memberikan solusi yang konkret dalam memecahkan problem hidup
bertetangga ini. Konsepsi dan prinsip-prinsip Islam tertuang dalam ajaran akhlaknya. Akhlak
merupakan institusi yang dapat digunakan mendorong manusia bagaimana berbuat baik
kepada Khaliq (Allah) dan makhluk (sesame manusia). Dalam hubungan ini termasuk pula
bagaimana berbuat baik kepada tetangga. Oleh sebab itulah akhlak bertetangga menjadi
penting dalam hidup dan kehidupan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya. Masalah
akhlak bertetangga bagi seorang muslim sudah seharusnya menjadi tuntunan hidup bersama
dengan orang lain dalam satu lingkungan sosisal.
Yang dinamakan tetangga bukan hanya mencakup seorang muslim dan seorang kafir,
tetapi juga seorang ahli ibadah dan seorang fasik, teman dan musuh, orang asing dan orang
senegeri, orang yang bisa memberi manfaat dan orang yang memberi madharat, orang dekat
dan orang jauh serta yang paling dekat dengan rumahnya dan paling jauh. Bertangga adalah
bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa ditolak. Sebab manusia memang tidak
semata-mata makhluk individu, tetapi juga makhluk sosial. Satu sama lain harus bermitra
dalam mencapai kebaikan. Islam memerintahkan segenap manusia untuk senantiasa
berjamaah dan berlomba dalam berbuat kebaikan. Sebaliknya, Islam melarang manusia
bersekutu dalam melakukan dosa dan permusuhan
Setiap orang tentu ingin hidup rukun dan harmonis dengan tetangganya. Hanya orang-
orang yang memiliki penyakit hati saja yang menolak suasana hubungan harmonis itu.
Keharmonisan hubungan bertetangga sebenamya sangat amat penting, sebab kekuatan sendi-
sendi sosial suatu masyarakat sangat ditentukan oleh keharmonisan hubungan antar
anggotanya. Sebaliknya, bila dalam suatu masyarakat terjadi disharmoni (ketidak
harmonisan) hubungan di antara anggotanya, maka akan melemahkan sendi-sendi sosial
masyarakat tersebut.
Kendati demikian kita tidak pernah bisa memaksa orang lain untuk selalu bersikap baik,
kecuali kita paksa diri kita sendiri untuk bersikap baik terhadap siapapun. Alangkah
beruntungnya jikalau kita hidup dan bertetangga dengan orang-orang yang baik. Walaupun
rumah sempit, kalau tetangganya baik tentu akan terasa lapang. Dan alangkah ruginya, jika
rumah kita dikelilingi oleh tetangga-tetangga yang busuk hati. Walaupun rumah lapang,
niscaya akan terasa sempit. Dr Yusuf Qardhawi menyebutkan, “seorang tetangga memiliki
peran sentral dalam memelihara harta dan kehormatan warga sekitarnya”.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan tetangga ?
2) Apa saja yang termasuk kategori tetangga ?
3) Bagaimana kedudukan tetangga ?
4) Bagaimanakah hak dan kewajiban bertetangga ?
5) Jelaskan problematika hidup bertetangga ?
6) Bagaimanakah akhlak kepada tetangga ?

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan tetangga ?
2) Apa saja yang termasuk kategori tetangga ?
3) Bagaimana kedudukan tetangga ?
4) Bagaimanakah hak dan kewajiban bertetangga ?
5) Jelaskan problematika hidup bertetangga ?
6) Bagaimanakah akhlak kepada tetangga ?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui yang dimaksud dengan tetangga
2) Untuk mengetahui apa saja kategori tetangga
3) Untuk mengetahui kedudukan tetangga
4) Untuk mengetahui hak dan kewajiban bertetangga
5) Untuk mengetahui problematika hidup bertetangga
6) Untuk mengetahui akhlak kepada tetangga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tetangga
Tetangga memiliki tingkatan, sebagiannya lebih tinggi dari sebagian yang lainnya,
bertambah dan berkurang sesuai dengan kedekatan dan kejauhannya, kekerabatan, agama
dan ketakwaannya serta yang sejenisnya. Dengan demikian jelaslah tetangga rumah adalah
bentuk yang paling jelas dari hakikat tetangga, akan tetapi pengertian tetangga tidak hanya
terbatas pada hal itu saja bahkan lebih luas lagi. Karena dianggap tetangga juga tetangga di
pertokoan, pasar, lahan pertanian, tempat belajar dan tempat-tempat yang memungkinkan
terjadinya ketetanggaan. Demikian juga teman perjalanan karena mereka saling
bertetanggaan baik tempat atau badan dan setiap mereka memiliki kewajiban menunaikan
hak tetangganya.

B. Kategori Tetangga
Dalam islam tetangga itu hanya ada dua kategori, yakni tetangga dekat dan
tetangga jauh. Adapun yang dimaksud dengan tetangga dekat dan jauh disitu ada
yang mengaitkannya dengan tempat hubungan, kekeluargaan, dan berkaitkan dengan
muslim dan bukan muslim. Yang dikaitkan dengan tempat, artinya tentang di mana
keberadaan tetangga itu. Keberadaanya bisa di dekat rumah, satu rukun tetangga
(RT), rukun warga (RW), kompleks dan kampung. Namun yang dekat rumah pun jika
harus memilih kepada tetangga mana yang harus di dahulukan, lalu dikaitkan dengan
hubungan kekeluargaan artinya tetangga yang dekat itu adalah saudara atau keluarga
sendiri.
Sedangkan tetangga jauh berarti yang bukan termasuk saudara atau keluarga.
Sebab, bisa terjadi dalam lingkungan sosial, ada tetangga yang masih ada hubungan
keluaraga atau besan dan ada pula orang lain. Dengan demikian yang lebih dekat
adalah yang ada hubungan keluarga daripada orang lain. Adapun yang dikaitkan
dengan orang muslim dan bukan muslim, artinya, yang dimaksud dengan tetangga
yang dekat adalahb sesame muslim. Sedangkan tetangga jauh adalah orang- orang
yang bukan (non) muslim. Sebab bisa saja terjadi, dalam satu lingkungan tetangga
ada yang seagama, sama-sama muslim da berlainan agama.

C. Kedudukan Tetangga
Tetangga dalam pandangan islam mempunyai kedudukan yang mulia
sebagaimana halnya tamu yang datang ke rumah. Rosulullah saw. bersabda,
“siapa yang percaya kepada hari kemudian, maka jangan mengganggu tetangganya,
dan siapa yang percaya kepada Alloh dan hari kemudian, maka harus menghormati
tamunya….” (HR Bukhori dan Muslim)
Kemuliaan tetangga yang disebutkan dalam sabda Rasulallah saw. ini adalah,
mereka tidak boleh di ganggu, dan berbuat baik kepada mereka sama seperti halnya
menghormati tamu. Semuanya itu menjadi ukuran keimanan seseorang.
Beberapa kemuliaan tetangga antara lain sebagai berikut:
Sebagai saudara dan keluarga
Ada yang mengatakan bahwa tetangga sama dengan saudara atau keluarga
sendiri, apa lagi bila mereka seiman dan sesama muslim. Sebab, bila ada kesulitan
dan musibah, maka tetanggalah yang lebih dahulu memberikan pertolongan. Oleh
karena itulah, sebagai sesama muslim dan seiman mereka harus semakin memperkuat
hubungan persaudaraannya.
Sebagai mitra usaha
Tetangga juga dapat menjadi mitra dalam usaha dan pekerjaan sebagai upaya
meningkatkan keadaan ekonomi rumah tangganya. Mereka selalu melakukan kerja
sama dalam mendirikan kegiatan dan jaringan usaha yang menguntungkan dan
mendatangkan pendapatan.

D. Hak dan Kewajiban Bertetangga

Tetangga adalah orang yang tinggal di sekitar rumah kita, tentunya adalah orang,
yang disamping punya kedekatan phisik juga punya kedekatan secara psikhis. Seorang
muslim yang benar-benar sadar dan berada di bawah bimbingan agamanya serta
senantiasa berpegang teguh pada talinya, dia akan selalu berbuat baik dan memberikan
perhatian kepada tetangganya.

Allah SWT secara tegas telah memerintahkan supaya kita berbuat baik kepada
tetangga, seperti yang telah difirmankan dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 36 :
"Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, Dan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan
hamba sahaya kalian”.

Hak dan kewajiban yang sama dalam bertetangga ada beberapa hal yang terutama
yang selama ini sudah berjalan, antara lain sebagai berikut :

1. Saling menjaga kehormatan diri dan keluarganya

2. Saling menjaga rasa aman dari gangguan apapun

3. Saling melibatkan dalam musyawarah

4. Saling membantu dalam berbagai kebajikan dan kebaikan lainnya


Hak dan kewajiban yang berbeda dalam bertetangga, khususnya antara yang
seiman dan sesamamuslim dengan yang bukan muslim, yakni berkaitan dengan masalh
akidah dan ibadah, antara lain sebagai berikut :

Saling mendoakan, Menjadi saksi, Mengurus jenazah, Menikah dan Saling memberi
salam.

E. Problematika Hidup Bertetangga

Dalam hidup bertetangga banyak pula problemnya. Problematika hidup


bertetangga berkait dengan berapa hal, baik dalam lingkungan kompleks perumahan atau
di perkampungan.problematika bertetangga lebih besar dan menonjol justru di dalam
lingkungan masyarakat heterogen (majemuk) ketimbang dalam masyarakat homogeny
yang umumnya masih diikat oleh hubungan kekeluargaan. Namun dari sekian banyak itu,
sekurang-kurangnya dapatt ditemukan lima hal, yang umumnya terjadi dalam hidup
bertetangga selama ini, terlebih dalam zaman modern seperti yang tengah berlangsung.
Kelima hal ini khususnya jika ditinjau dari hal sikap dan prilaku mereka dalam kehidupan
sehari-hari, antara lain sebagai berikut:

1) Kehidupan individualistis.

2) Persaingan tidak sehat.

3) Persengketaan.

4) Keamanan.

F. Akhlak Kepada Tetangga

Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara fisik paling
dekat jaraknya dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan hidup bermasyarakat, tetangga
merupakan lingkaran kedua setelah rumah tangga, sehingga corak sosial suatu
lingkungan masyarakat sangat

diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan, hubungan


antar tetangga sangat kuat hingga melahirkan norma sosial. Demikian juga pada lapisan
masyarakat menengah kebawah dari masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan
masih sekuat masyarakat pedesaan. Hanya pada lapisan menengah keatas, hubungan
pertetanggaan agak longgar karena pada umumnya mereka sangat individualistik.

Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan


norma-norma sosial hidup bertetangga. Adanya lembaga salat berjamaah di masjid atau
mushalla, baik harian lima waktu, mingguan Jum''atan maupun tahunan Idul Fitri dan
Idul Adha cukup efektip dalam membentuk jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi
sosial keagamaan, seperti tahlilan, ratiban, akikah, syukuran, lebaran dan sebagainya
sangat efektip dalam mempertemukan antar tetangga.Tentang betapa besarnya makna
tetangga dalam membangun komunitas tergambar pada hadis Nabi yang memberi
petunjuk agar sebelum memilih tempat tinggal hendaknya lebih dahulu
mempertimbangkan siapa yang akan menjadi tetangganya, al jaru qablad dar, bahwa
faktor tetanga itu harus didahulukan sebelum memilih tempat tinggal.Selanjutnya akhlak
bertetangga diajarkan sebagai berikut :

a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik seorang muslim adalah,
orang lain (tetangga) terbebas dari gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun
dari perbuatan fisik.

b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas pembagian zakat.

c) Memberi salam jika berjumpa.

d) Menghadiri undangannya.

e) Menjenguk tetanggga yang sakit.

f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.

g) Berempati kepada tetangga.

Yang paling penting dari Iman adalah pembuktian secara perilaku (bijawarih).
Karena manusia tidak dianjurkan untuk menilai hati seseorang yang bersifat abstrak,
tetapi menilai dari sisi lahirnya saja. Kalau seandainya ucapan dan perbuatan diri kita
masih menyakiti tetangga, maka kita tak boleh berharap banyak untuk masuk sorga,
karena menyakiti tetangga sama halnya dengan menyakiti Allah dan Rasulullah,
sebagaimana Hadist Nabi menerangkan:

“Barangsiapa menyakiti tetangganya, maka ia juga menyakiti aku, barangsiapa


menyakiti aku, maka ia juga menyakiti Allah. Barangsiapa menyerang tetangganya, maka
sesungguhnya ia sama juga menyerang aku, dan barangsiapa menyerang aku, maka
sesunggunya ia telah menyerang Allah Azza, Wajall”.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan


tertentu yang dekat atau yang jauh. Tetangga dalam pandangan islam ternyata
mempunyai hak dan kewajiban yang harus terpenuhi dan dilaksanakan.hak
dan kewajiban secara umum sama, namun secara khas adalah berbeda. Hak
dan kewajiban tetangga yang masih ada hubungan keluarga tentunya tidak
sama dengan orang lain. Demikian pula hak dan kewajiban tetangga sesama
muslim dan nonmuslim. Hak-kewajiban tetangga yang sama dapat dipenuhi
dan dilaksanakan antara lain, saling hormat-manghormati dan menciptakan
rasa aman dan nyaman selama tinggal bersama dalam suatu lingkungan sosial
tertentu.

Ternyata dalam hidup bertetangga tidak sedikit problematika yang ada,


terutama dalam masyarakat yang heterogen, umumx menyangkut masalah
persaingan yang tidak sehat, keamanan dan lingkungan. Islam sebagai agama
yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki konsepsi dan prinsip-prinsip
yang dapat mamberikan solusi yang kongkret dalam memecahkan problem
hidup bertetangga ini. Olah sebab itu, akhlak bertetangga menjadi penting
dalam hidup dan kehidupan manusia dalam pergaulan dengan sesama.
Masalah akhlak bertetangga bagi setiap orang muslim sudah seharusnya
menjadi masalah tuntutan hidup bersama dengan orang lain dalam satu
lingkungan sosial. Bila orang-orang bertetangga mengabaikan akhlak inimaka
wajarlah jika yang terjadi adalah malapetaka dalam masyarakat akhirnya tidak
terwujud rasa damai.

Saking pentingnya tetangga dalam kedudukan dalam ajaran Islam, Nabi


sampai menggambarkan seandainya seseorang berzina kepada satu perempuan
tetangganya sungguh itu lebih besar dosanya dibandingkan dengan zina
dengan sepuluh wanita yang bukan tetangganya. Juga seorang pencuri yang
mencuri di satu rumah tetangganya, itu dianggap dosanya lebih besar
dibandingkan dengan mencuri di sepuluh rumah yang bukan tetangganya.
Sebagaimana sabda beliau:man, aman yang mereka harapkan bersama.

Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya: “apa yang kalian


bicarakan tentang zina?” para sahabat menjawab: “Haram, sesuatu yang telah
diharamkan oleh Allah dan Rasulnya, maka sampai hari kiamat tetap haram.”
Maka Nabi bersabda: “Sesungguhnya seorang laki-laki berzina kepada
sepuluh orang perempuan itu lebih ringan (dosanya) dibandingan berzina
dengan satu wanita tetangganya.”. kemudian Nabi bertanya kepada
sahabatnya: “apa yang kalian bicarakan tentang mencuri?” sahabat menjawab:
Allah dan Rasulnya telah mengharamkan perbuatan mencuri, maka haram.
Nabi bersabda: “sesungguhnya seorang laki-laki yang mencuri di sepuluh
rumah itu lebih ringan (dosanya) dibandingkan dengan mencuri di satu rumah
tetangganya.”

Kita menyadari, bahwa terwujudnya suatu masyarakat tidak dapat


dipisahkan dari unsur tetangga sebagai saudaraterdekat keluarga dan kerabat
sendiri. Tetangga sebagai saudara terdekat mempunyai tempat dan perhatian
khusus dalamIslam, sehingga baik buruknya bertetangga merupakan ukuran
iman seseorang. Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrah mengatakan: “
Memelihara hubungan dengan tetangga termasuk bagian dari kesempurnaan
iman”.

Anda mungkin juga menyukai