Anda di halaman 1dari 7

Makalah Akhlak Bertetangga

Tugas Kelompok
Mata Pelajaran : Akidah Akhlak

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4
Laisa Syahda Herawan
Siti Saidah
Hilham Munggaran
Gina Amelia
Yusnita Aprilia
Desata Rizki
Rifal Fauzi
Ahmad Jajang

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI


(MTsN) 2 SUKABUMI
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”Akhlak Bertetangga” ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah ini, yang telah membimbing kami membuat makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun susunan penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan untuk langkah-langkah
selanjutnya.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang
telah terkait. Semoga segala bantuan, bimbingan dan arahan yang diberikan mendapat ganjaran yang
berlipat ganda dari Allah SWT.

Surade, 14 November 2018


KELOMPOK 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki konserpsi dan prinsip-prinsip yang
dapat memberikan solusi yang konkret dalam memecahkan problem hidup bertetangga ini. Konsepsi
dan prinsip-prinsip Islam tertuang dalam ajaran akhlaknya. Akhlak merupakan institusi yang dapat
digunakan mendorong manusia bagaimana berbuat baik kepada Khaliq (Allah) dan makhluk (sesame
manusia). Dalam hubungan ini termasuk pula bagaimana berbuat baik kepada tetangga. Oleh sebab
itulah akhlak bertetangga menjadi penting dalam hidup dan kehidupan manusia dalam pergaulan
dengan sesamanya. Masalah akhlak bertetangga bagi seorang muslim sudah seharusnya menjadi
tuntunan hidup bersama dengan orang lain dalam satu lingkungan sosisal.
Yang dinamakan tetangga bukan hanya mencakup seorang muslim dan seorang kafir, tetapi juga
seorang ahli ibadah dan seorang fasik, teman dan musuh, orang asing dan orang senegeri, orang yang
bisa memberi manfaat dan orang yang memberi madharat, orang dekat dan orang jauh serta yang
paling dekat dengan rumahnya dan paling jauh. Bertangga adalah bagian dari kehidupan manusia yang
tidak bisa ditolak. Sebab manusia memang tidak semata-mata makhluk individu, tetapi juga makhluk
sosial. Satu sama lain harus bermitra dalam mencapai kebaikan. Islam memerintahkan segenap
manusia untuk senantiasa berjamaah dan berlomba dalam berbuat kebaikan. Sebaliknya, Islam
melarang manusia bersekutu dalam melakukan dosa dan permusuhan.
Setiap orang tentu ingin hidup rukun dan harmonis dengan tetangganya. Hanya orang-orang yang
memiliki penyakit hati saja yang menolak suasana hubungan harmonis itu. Keharmonisan hubungan
bertetangga sebenamya sangat amat penting, sebab kekuatan sendi-sendi sosial suatu masyarakat
sangat ditentukan oleh keharmonisan hubungan antar anggotanya. Sebaliknya, bila dalam suatu
masyarakat terjadi disharmoni (ketidak harmonisan) hubungan di antara anggotanya, maka akan
melemahkan sendi-sendi sosial masyarakat tersebut.
Kendati demikian kita tidak pernah bisa memaksa orang lain untuk selalu bersikap baik, kecuali kita
paksa diri kita sendiri untuk bersikap baik terhadap siapapun. Alangkah beruntungnya jikalau kita hidup
dan bertetangga dengan orang-orang yang baik. Walaupun rumah sempit, kalau tetangganya baik
tentu akan terasa lapang. Dan alangkah ruginya, jika rumah kita dikelilingi oleh tetangga-tetangga yang
busuk hati. Walaupun rumah lapang, niscaya akan terasa sempit. Dr Yusuf Qardhawi menyebutkan,
“seorang tetangga memiliki peran sentral dalam memelihara harta dan kehormatan warga sekitarnya”.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan tetangga ?
2) Apa saja yang termasuk kategori tetangga ?
3) Bagaimana kedudukan tetangga ?
4) Bagaimanakah hak dan kewajiban bertetangga ?
5) Jelaskan problematika hidup bertetangga ?
6) Bagaimanakah akhlak kepada tetangga ?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui yang dimaksud dengan tetangga
2) Untuk mengetahui apa saja kategori tetangga
3) Untuk mengetahui kedudukan tetangga
4) Untuk mengetahui hak dan kewajiban bertetangga
5) Untuk mengetahui problematika hidup bertetangga
6) Untuk mengetahui akhlak kepada tetangga
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tetangga
Kata Al Jaar (tetangga) dalam bahasa Arab berarti orang yang bersebelahan denganmu. Ibnu Mandzur
berkata: “‫الج َوار‬ ِ , ‫ ْال ُم َج َاو َرة‬dan ‫ار‬
ُُ ‫ ْال َج‬bermakna orang yang bersebelahan denganmu. Bentuk pluralnya
ُ‫ أَجْ َوار‬, ُ‫ ِجي َْرة‬dan ُ‫”جي َْران‬.
ِ Sedang secara istilah syar’i bermakna orang yang bersebelahan secara syar’i
baik dia seorang muslim atau kafir, baik atau jahat, teman atau musuh, berbuat baik atau jelek,
bermanfaat atau merugikan dan kerabat atau bukan.
Tetangga memiliki tingkatan, sebagiannya lebih tinggi dari sebagian yang lainnya, bertambah dan
berkurang sesuai dengan kedekatan dan kejauhannya, kekerabatan, agama dan ketakwaannya serta
yang sejenisnya. Dengan demikian jelaslah tetangga rumah adalah bentuk yang paling jelas dari
hakikat tetangga, akan tetapi pengertian tetangga tidak hanya terbatas pada hal itu saja bahkan lebih
luas lagi. Karena dianggap tetangga juga tetangga di pertokoan, pasar, lahan pertanian, tempat belajar
dan tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya ketetanggaan. Demikian juga teman perjalanan
karena mereka saling bertetanggaan baik tempat atau badan dan setiap mereka memiliki kewajiban
menunaikan hak tetangganya.

B. Kategori Tetangga
Dalam islam tetangga itu hanya ada dua kategori, yakni tetangga dekat dan tetangga jauh. Adapun
yang dimaksud dengan tetangga dekat dan jauh disitu ada yang mengaitkannya dengan tempat
hubungan, kekeluargaan, dan berkaitkan dengan muslim dan bukan muslim. Yang dikaitkan dengan
tempat, artinya tentang di mana keberadaan tetangga itu. Keberadaanya bisa di dekat rumah, satu
rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), kompleks dan kampung. Namun yang dekat rumah pun jika
harus memilih kepada tetangga mana yang harus di dahulukan, lalu dikaitkan dengan hubungan
kekeluargaan artinya tetangga yang dekat itu adalah saudara atau keluarga sendiri.
Sedangkan tetangga jauh berarti yang bukan termasuk saudara atau keluarga. Sebab, bisa terjadi
dalam lingkungan sosial, ada tetangga yang masih ada hubungan keluaraga atau besan dan ada pula
orang lain. Dengan demikian yang lebih dekat adalah yang ada hubungan keluarga daripada orang lain.
Adapun yang dikaitkan dengan orang muslim dan bukan muslim, artinya, yang dimaksud dengan
tetangga yang dekat adalahb sesame muslim. Sedangkan tetangga jauh adalah orang- orang yang
bukan (non) muslim. Sebab bisa saja terjadi, dalam satu lingkungan tetangga ada yang seagama, sama-
sama muslim da berlainan agama.

C. Kedudukan Tetangga
Tetangga dalam pandangan islam mempunyai kedudukan yang mulia sebagaimana halnya tamu yang
datang ke rumah. Rosulullah saw. bersabda,
“siapa yang percaya kepada hari kemudian, maka jangan mengganggu tetangganya, dan siapa yang
percaya kepada Alloh dan hari kemudian, maka harus menghormati tamunya….” (HR Bukhori dan
Muslim)
Kemuliaan tetangga yang disebutkan dalam sabda Rasulallah saw. ini adalah, mereka tidak boleh di
ganggu, dan berbuat baik kepada mereka sama seperti halnya menghormati tamu. Semuanya itu
menjadi ukuran keimanan seseorang.
Beberapa kemuliaan tetangga antara lain sebagai berikut:

v Sebagai saudara dan keluarga


Ada yang mengatakan bahwa tetangga sama dengan saudara atau keluarga sendiri, apa lagi bila
mereka seiman dan sesama muslim. Sebab, bila ada kesulitan dan musibah, maka tetanggalah yang
lebih dahulu memberikan pertolongan. Oleh karena itulah, sebagai sesama muslim dan seiman mereka
harus semakin memperkuat hubungan persaudaraannya.
v Sebagai mitra usaha
Tetangga juga dapat menjadi mitra dalam usaha dan pekerjaan sebagai upaya meningkatkan keadaan
ekonomi rumah tangganya. Mereka selalu melakukan kerja sama dalam mendirikan kegiatan dan
jaringan usaha yang menguntungkan dan mendatangkan pendapatan.

D. Hak dan Kewajiban Bertetangga


Tetangga adalah orang yang tinggal di sekitar rumah kita, tentunya adalah orang, yang disamping
punya kedekatan phisik juga punya kedekatan secara psikhis. Seorang muslim yang benar-benar sadar
dan berada di bawah bimbingan agamanya serta senantiasa berpegang teguh pada talinya, dia akan
selalu berbuat baik dan memberikan perhatian kepada tetangganya.
Allah SWT secara tegas telah memerintahkan supaya kita berbuat baik kepada tetangga, seperti yang
telah difirmankan dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 36 : "Sembahlah Allah dan janganlah kalian
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian”.
v Hak dan kewajiban yang sama dalam bertetangga ada beberapa hal yang terutama yang selama ini
sudah berjalan, antara lain sebagai berikut :
1. Saling menjaga kehormatan diri dan keluarganya
2. Saling menjaga rasa aman dari gangguan apapun
3. Saling melibatkan dalam musyawarah
4. Saling membantu dalam berbagai kebajikan dan kebaikan lainnya
v Hak dan kewajiban yang berbeda dalam bertetangga, khususnya antara yang seiman dan
sesamamuslim dengan yang bukan muslim, yakni berkaitan dengan masalh akidah dan ibadah, antara
lain sebagai berikut :
Saling mendoakan, Menjadi saksi, Mengurus jenazah, Menikah dan Saling memberi salam.
E. Problematika Hidup Bertetangga
Dalam hidup bertetangga banyak pula problemnya. Problematika hidup bertetangga berkait dengan
berapa hal, baik dalam lingkungan kompleks perumahan atau di perkampungan.problematika
bertetangga lebih besar dan menonjol justru di dalam lingkungan masyarakat heterogen (majemuk)
ketimbang dalam masyarakat homogeny yang umumnya masih diikat oleh hubungan kekeluargaan.
Namun dari sekian banyak itu, sekurang-kurangnya dapatt ditemukan lima hal, yang umumnya terjadi
dalam hidup bertetangga selama ini, terlebih dalam zaman modern seperti yang tengah berlangsung.
Kelima hal ini khususnya jika ditinjau dari hal sikap dan prilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari,
antara lain sebagai berikut:
1) Kehidupan individualistis.
2) Persaingan tidak sehat.
3) Persengketaan.
4) Keamanan.

F. Akhlak Kepada Tetangga


Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara fisik paling dekat jaraknya
dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan hidup bermasyarakat, tetangga merupakan lingkaran kedua
setelah rumah tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan masyarakat sangat
diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan, hubungan antar tetangga sangat
kuat hingga melahirkan norma sosial. Demikian juga pada lapisan masyarakat menengah kebawah dari
masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan masih sekuat masyarakat pedesaan. Hanya pada
lapisan menengah keatas, hubungan pertetanggaan agak longgar karena pada umumnya mereka
sangat individualistik.
Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan norma-norma sosial
hidup bertetangga. Adanya lembaga salat berjamaah di masjid atau mushalla, baik harian lima waktu,
mingguan Jum''atan maupun tahunan Idul Fitri dan Idul Adha cukup efektip dalam membentuk
jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi sosial keagamaan, seperti tahlilan, ratiban, akikah,
syukuran, lebaran dan sebagainya sangat efektip dalam mempertemukan antar tetangga.Tentang
betapa besarnya makna tetangga dalam membangun komunitas tergambar pada hadis Nabi yang
memberi petunjuk agar sebelum memilih tempat tinggal hendaknya lebih dahulu mempertimbangkan
siapa yang akan menjadi tetangganya, al jaru qablad dar, bahwa faktor tetanga itu harus didahulukan
sebelum memilih tempat tinggal.Selanjutnya akhlak bertetangga diajarkan sebagai berikut :
a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik seorang muslim adalah, orang lain
(tetangga) terbebas dari gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik.
b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas pembagian zakat.
c) Memberi salam jika berjumpa.
d) Menghadiri undangannya.
e) Menjenguk tetanggga yang sakit.
f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.
g) Berempati kepada tetangga.
Yang paling penting dari Iman adalah pembuktian secara perilaku (bijawarih). Karena manusia tidak
dianjurkan untuk menilai hati seseorang yang bersifat abstrak, tetapi menilai dari sisi lahirnya saja.
Kalau seandainya ucapan dan perbuatan diri kita masih menyakiti tetangga, maka kita tak boleh
berharap banyak untuk masuk sorga, karena menyakiti tetangga sama halnya dengan menyakiti Allah
dan Rasulullah, sebagaimana Hadist Nabi menerangkan:
“Barangsiapa menyakiti tetangganya, maka ia juga menyakiti aku, barangsiapa menyakiti aku, maka ia
juga menyakiti Allah. Barangsiapa menyerang tetangganya, maka sesungguhnya ia sama juga
menyerang aku, dan barangsiapa menyerang aku, maka sesunggunya ia telah menyerang Allah Azza,
Wajall”.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bertetangga artinya hidup bersama orang lain dalam suatu lingkungan tertentu yang dekat atau yang
jauh. Tetangga dalam pandangan islam ternyata mempunyai hak dan kewajiban yang harus terpenuhi
dan dilaksanakan.hak dan kewajiban secara umum sama, namun secara khas adalah berbeda. Hak dan
kewajiban tetangga yang masih ada hubungan keluarga tentunya tidak sama dengan orang lain.
Demikian pula hak dan kewajiban tetangga sesama muslim dan nonmuslim. Hak-kewajiban tetangga
yang sama dapat dipenuhi dan dilaksanakan antara lain, saling hormat-manghormati dan menciptakan
rasa aman dan nyaman selama tinggal bersama dalam suatu lingkungan sosial tertentu.
Ternyata dalam hidup bertetangga tidak sedikit problematika yang ada, terutama dalam masyarakat
yang heterogen, umumx menyangkut masalah persaingan yang tidak sehat, keamanan dan lingkungan.
Islam sebagai agama yang lengkap dan sempurna ternyata memiliki konsepsi dan prinsip-prinsip yang
dapat mamberikan solusi yang kongkret dalam memecahkan problem hidup bertetangga ini. Olah
sebab itu, akhlak bertetangga menjadi penting dalam hidup dan kehidupan manusia dalam pergaulan
dengan sesama. Masalah akhlak bertetangga bagi setiap orang muslim sudah seharusnya menjadi
masalah tuntutan hidup bersama dengan orang lain dalam satu lingkungan sosial. Bila orang-orang
bertetangga mengabaikan akhlak inimaka wajarlah jika yang terjadi adalah malapetaka dalam
masyarakat akhirnya tidak terwujud rasa damai.
Saking pentingnya tetangga dalam kedudukan dalam ajaran Islam, Nabi sampai menggambarkan
seandainya seseorang berzina kepada satu perempuan tetangganya sungguh itu lebih besar dosanya
dibandingkan dengan zina dengan sepuluh wanita yang bukan tetangganya. Juga seorang pencuri yang
mencuri di satu rumah tetangganya, itu dianggap dosanya lebih besar dibandingkan dengan mencuri
di sepuluh rumah yang bukan tetangganya. Sebagaimana sabda beliau:man, aman yang mereka
harapkan bersama.
Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya: “apa yang kalian bicarakan tentang zina?” para
sahabat menjawab: “Haram, sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasulnya, maka sampai
hari kiamat tetap haram.” Maka Nabi bersabda: “Sesungguhnya seorang laki-laki berzina kepada
sepuluh orang perempuan itu lebih ringan (dosanya) dibandingan berzina dengan satu wanita
tetangganya.”. kemudian Nabi bertanya kepada sahabatnya: “apa yang kalian bicarakan tentang
mencuri?” sahabat menjawab: Allah dan Rasulnya telah mengharamkan perbuatan mencuri, maka
haram. Nabi bersabda: “sesungguhnya seorang laki-laki yang mencuri di sepuluh rumah itu lebih ringan
(dosanya) dibandingkan dengan mencuri di satu rumah tetangganya.”
Kita menyadari, bahwa terwujudnya suatu masyarakat tidak dapat dipisahkan dari unsur tetangga
sebagai saudaraterdekat keluarga dan kerabat sendiri. Tetangga sebagai saudara terdekat mempunyai
tempat dan perhatian khusus dalamIslam, sehingga baik buruknya bertetangga merupakan ukuran
iman seseorang. Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrah mengatakan: “ Memelihara hubungan dengan
tetangga termasuk bagian dari kesempurnaan iman”.

B. Saran
Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang positif dari pembaca. Penulis akan menerima kritik
dan saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang memperbaiki makalah ini di kemudian hari.
Semoga makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan hasil yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai