Anda di halaman 1dari 8

Menjalin Hubungan Dekat Dengan Tetangga Yang Baik

Maupun Yang Jahat

Khutbah Pertama:

Jamaah sholat jum'at yang Allah rahmati …

Tak dipungkiri, manusia tidak bisa terlepas dari manusia yang lain. Artinya ia mutlak
membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Di sinilah, manusia tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan bertetangga. Islam pun telah menggariskan etika sosial untuk menciptakan
jalinan yang harmonis antar keluarga. Sehingga kehidupan manusia terpenuhi atmosfer
yang penuh dengan spirit tasaamuh (toleransi), ta’awun (tolong menolong) dalam
kebaikan dan taqwa. Penyakit ananiyah (egoisme), su’uzhan (buruk sangka), tajassus
(sikap memata-matai), menggunjing aib orang lain, dan sederet akhlak tercela lainnya
tidak endapatkan tempat. Keamanan, ketentraman dan roda kehidupan yang didasari
saling tepa selira dan menghormati dapat semakin kokoh.

Jamaah sholat jum'at yang Allah rahmati …

Tetangga adalah sosok yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Tak jarang,
tetangga kita lebih tahu keadaan kita ketimbang kerabat kita yang tinggal berjauhan. Saat
kita sakit dan ditimpa musibah, tetanggalah yang pertama membantu kita. Tak heran, jika
Islam begitu menekankan kepada kita untuk berbuat baik kepada terangga, karena
dampak hubungan yang harmonis antar tetangga mendatangkankan maslahat yang
begitu besar. Rasulullah bersabda.

ِ ‫الیو ِم اآلخ ِِر َف ْلیُحْ سِ نْ إلى َج‬


‫ار ِه‬ َ ‫َمنْ َك‬
ْ ‫ان ی ُْؤمِنُ ِباﷲ َو‬

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berbuat baik
kepada terangganya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas mengindikasikan bahwa berbuat ihsan (baik) kepada tetangga merupakan
salah satu simbol kesempurnaan iman seseorang. Sebab antara iman dan ketinggian
akhlak seorang muslim berbanding lurus. Semakin tinggi keimanan seseorang, maka
semakin mulia pula akhlaknya kepada siapapun, termasuk kepada para tetangganya.
Oleh karena itu keluhuran akhlak seseorang bukti kesempurnaan imannya.

1/8
Jamaah sholat jum'at yang Allah rahmati …

Tetangga yang paling berhak mendapatkankan perlakuan baik dari kita adalah tetangga
yang paling dekat rumahnya dengan kita, disusul tetangga selanjutnya yang lebih dekat.
Aisyah pernah bertanya,”Wahai Rasulullah, aku memiliki dua orang tetangga. Maka
kepada siapakah aku memberikan hadiah diantara mereka berdua?”. Beliau menjawab.

‫إلى أ ْق َر َب ُه َما ِم ْنكِ َبابا‬

“Kepada tetangga yang lebih dekat pintu rumahnya denganmu.” (HR. Bukhari).

Jamaah sholat jum'at yang Allah rahmati …

Syaikh Nazhim Sulthan memaparkan tentang kriteria tentang tetangga.

Yang Pertama : Tetangga muslim yang memiliki hubungan kekerabatan. Dia memiliki
tiga hak sekaligus. Yaitu ; hak bertetangga, hak Islam, dan hak kekerabatan.

Yang Kedua : Tetangga muslim (yang tidak memiliki hubungan kekerabatan), maka ia
memiliki dua hak. Yaitu ; hak bertetangga dan hak Islam.

Yang Ketiga : Tetangga yang hanya memiliki satu hak. Yaitu tetangga yang kafir. Dia
hanya memiliki hak sebagai tetangga, dengan dasar keumuman nash-nash yang
memerintahkan berbuat ihsan kepada tetangga, yang mencakup tetangga muslim dan
non-muslim. Seperti yang telah dicontohkan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap tetangga
Beliau yang beragama Yahudi.

Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash bahwa ia menyembelih seekor kambing kemudian
bertanya (kepada keluarganya). “Sudahkah kalian berikan sebagian kambing tersebut
kepada tetangga kita yang Yahudi?. Beliau bertanya sampai tiga kali. kemudian
berkata,”Aku telah mendengar Nabi ‫ ﷺ‬bersabda.

ُ َّ‫ت أ َّن ُه َسیو‬


‫رثه‬ ِ ‫َما َزا َل ِجب ِْر ْی ُل ْیوصِ ْی ِنيْ ِب ْال َج‬
ُ ‫ار َح َّتى َظ َن ْن‬

“Jibril senantiasa berwasiat kepadaku (untuk berbuat baik) terhadap tetangga, hingga aku
yakin ia akan memberikan harta warisan kepadanya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Imam Ibnu Hajar Al Asqalani menyatakan. “Penyebutan (istilah) tetangga mencakup


(tetangga) yang muslim maupun yang kafir, yang ahli ibadah ataupun yang fasik, teman

2/8
ataupun musuh, yang senegara ataupun dari negeri lain, yang bisa memberikan manfaat
ataupun yang akan membahayakan, yang masih kerabat ataupun bukan saudara, yang
dekat rumahnya ataupun yang jauh. Tetangga memiliki (perbedaan derajat) tingkatan
antara satu dengan lainnya. Tetangga yang memiliki derajat tertinggi adalah yang
terhimpun padanya seluruh sifat-sifat istimewa, kemudian (tingkatan selanjutnya adalah)
yang banyak memiliki sifat-sifat luhur, dan (tingkatan yang terakhir) adalah yang paling
sedikit sifat-sifat baiknya.

Ibadallah,

Berikutini beberapa etika pergaulan dengan tetangga yang selayaknya kita perhatikan:

Pertama: Hendaknya kita mencintai kebaikan untuk tetangga kita sebagaimana kita
menyukai kebaikan itu untuk diri kita. Bergembira jika tetangga kita mendapat kebaikan
dan kebahagiaan, serta jauhi sikap dengki ketika itu. Hal ini mencakup pula keharusan
untuk menasehatinya ketika kita melihat tetangga kita melalaikan sebagian perintah
Allah, serta mengajarinya perkara-perkara penting dalam agama yang belum ia ketahui
dengan cara yang baik dan penuh hikmah. Nabi bersabda,

‫ه أَ ْو َقا َل أِل َخِی ِه َما ُیحِب ل َن ْفسِ ِه‬dِ ‫ار‬ َ ‫َوالذِي َن ْفسِ ي بی ِد ِه اَل ی ُْؤمِنُ َع ْب ٌد َح َّتى ُیحِب‬
ِ ‫لج‬
“Dan demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah seseorang beriman
hingga ia mencintai untuk tetangganya, atau beliau berkata, untuk sudaranya apa yang ia
cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Muslim).

Kondisi tetangga berbeda-beda, ditinjau dari tingkat keshalehan mereka. (Prinsip) yang
mencakup seluruhnya adalah keinginan kebaikan untuk tetangga tersebut, dan nasehat
kepadanya dengan cara yang baik, mendoakannya agar mendapatkan petunjuk,
menjauhi sikap yang menyakitinya, dan mencegah tetangga yang tidak shalih dari
perbuatan yang menganggu atau dari kefasikan dengan cara yang bijak, sesuai dengan
tahapan beramar ma’ruf nahi mungkar. Serta mengenalkan kepada tetangga yang kafir
tentang Islam dan menjelaskan kepadanya kebaikan-kebaikan agama Islam dan
memotivasinya untuk masuk Islam dengan cara yang baik pula.

Kedua: Saat musibah melanda tetangga kita dan dia dirundung kesedihan dan terbelit
kesulitan, sebisa mungkin kita membantunya, baik bantuan materi ataupun dukungan
moril. Menghibur dan meringankan beban penderitaannya dengan nasehat, tidak
menampakan wajah gembira tatkala dia dirundung duka. Menjenguknya ketika sakit dan

3/8
mendoakan kesembuhan untuknya serta membantu pengobatannya bila memang dia
membutuhkannya. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ َجائ ٌع إلى َج ْن ِب ِه‬dُ‫ْس الم ُْؤمِنُ ال ِذيْ ی ْشب ُع َو َجا ُره‬


َ ‫َلی‬

“Bukanlah seorang mukmin, orang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan di


sampingnya.” (HR. Bukhari).

Ketiga: Hindari sejauh mungkin sikap yang dapat menyebabkan tetangga kita merasa
tersakiti, baik berupa perbuatan ataupun perkataan. Contohnya, mencela, membeberkan
aibnya di muka umum, memusuhinya, atau melemparkan sampah di muka rumahnya
sehingga menyebabkan ia terpeleset ketika melewatinya, dan jenis gangguan lainnya.
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :

َ ‫ان ْیؤمِنُ ِباﷲ وال َی ْو ِم اآلخِر َفالَ ْیؤ ِذيْ َج‬


ٌ‫اره‬ َ ‫َمنْ َك‬

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka janganlah ia menyakiti
tetangganya.” (HR. Bukhari).

Keempat: Berikanlah toleransi kepada tetangga kita selama bukan dalam perkara
maksiat. Didiklah keluarga kita untuk tidak berkata-kata keras atau berteriak-teriak
sehingga mengganggu tetangga. Janganlah kita mengeraskan suara radio kita hingga
mengusik ketentraman tetangga, terutama pada malam hari. Sebab, mungkin diantara
mereka ada yang sedang sakit, atau lelah, atau tidur atau mungkin ada anak sekolah
yang sedang belajar. Dan ketahuilah, mendengarkan musik adalah perkara haram,
apalagi jika sampai mengganggu tetangga, maka dosanya menjadi berlipat ganda.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

ِ ‫ان َخ ْی ُر ُه ْم ل َِج‬
‫ار ِه‬ َ ‫ب عِ ْندَ اﷲ َخ ْی ُر ُه ْم ل‬
ِ ‫ِصاحِب ِه َو َخ ْی ُر ال ِجی َْر‬ ِ ‫َخ ْی ُر األصْ َحا‬

“Sebaik-baik sahabat adalah yang paling baik terhadap sahabatnya, dan sebaik-baik
tetangga adalah yang paling baik terhadap tetangganya.” (HR. Tirmidzi).

Kelima: Berikanlah hadiah kepada tetangga, walau dengan sesuatu yang mungkin kita
anggap sepele. Karena saling memberi hadiah akan menumbuhkan rasa cinta dan

4/8
ukhuwah yang lebih dalam. Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah menasehati Abu Dzar
radhiyallahu ‘anhu:

ٍ‫ فأصِ ْب ُه ْم ِم ْن َها ب َمعْ رُوف‬، ‫ِك‬


َ ‫ت ِمنْ ِجی َْران‬ ُ ‫ ُّثم ا ْن‬، ُ‫فأك ِثرْ َما َءه‬
ٍ ‫ظرْ أهْ َل ب ْی‬ ْ ‫ت َم َر ًقا‬ ْ ‫َإذا َط‬
َ ‫بخ‬

“Jika suatu kali engkau memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya, kemudian
perhatikanlah tetanggamu, dan berikanlah mereka sebagiannya dengan cara yang
pantas.” (HR. Muslim).

Keenam: Tundukkanlah pandangan kita terhadap aurat tetangga, jangan pula menguping
pembicaraan mereka. Apalagi sampai mengintip ke dalam rumahnya tanpa seizinnya
untuk mengetahui aib mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫ار ِه ْم‬
ِ ‫ْص‬ َ ‫قُ ْل لِّ ْلم ُْؤ ِمن‬
َ ‫ِین َی ُغضوا ِمنْ أب‬

“Dan katakanlah kepada laki-laki beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangan


mereka”.” (QS. An Nur: 30).

Ibadallah,

Ketahuilah wahai akhi muslim … Islam mengajarkan kita untuk menjadi seorang bisa
bermanfaat bagi orang yang lain, atau bila kita tidak bisa memberi manfaat kepada orang
lain, paling tidak kita menahan diri jangan sampai menyakitinya. Apalagi terhadap
tetangga, mereka memiliki hak sangat besar yang wajib kita tunaikan. Bukankah
Rasulullah ‫ ﷺ‬diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia?. Maka berbuat
baik kepada tetangga merupakan cerminan baiknya keimanan seseorang. Dan
sebaliknya, menyakiti tetangga merupakan simbol ahlul jahl (orang yang tidak mengerti
ilmu).

Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat,”Wahai Rasulullah, sesungguhnya


Fulanah rajin shalat malam, rajin pula shaum pada siang hari dan gemar bersedekah, tapi
dia menyakiti tetangganya dengan lisannya! Maka Beliau ‫ ﷺ‬menjawab:

5/8
ْ ُ ‫تصلِّيْ ال َم ْك ُت ْوب َة َوتص‬
َ ‫ َوفُالَ َنة‬: ‫ َقا َل‬.‫ار‬
َ ‫ار م َِن األقِطِ َوالَ ْیؤ ِذي‬
‫ْأح ًدا‬ ِ ‫َّدق ِبأث َو‬ ِ ‫ِي ِمنْ أهْ ِل ال َّن‬
َ ‫الَ َخی َْر فِ ْی َها ه‬

‫الج َّن ِة‬ َ ‫ ه‬:‫؟ َف َقا َل‬


َ ‫ِي ِمنْ أهْ ِل‬

“Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni neraka”. Lalu sahabat itu bertanya
lagi,”Fulanah (wanita) yang lain rajin shalat lima waktu, gemar bersedekah dengan
sepotong keju dan tidak pernah menyakiti seorang pun?” Maka Beliau menjawab,”Dia
termasuk penduduk surge”. (HR. Bukhari).

Ibadallah,

Menyakiti seorang muslim tanpa alasan yang benar adalah perkara yang haram. Akan
tetapi menyakiti tetangga lebih keras lagi keharamannya.

Dari Syuraih bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ َبوائ َقه‬dُ‫ ال ِذيْ الَ یأ َمنُ َجا ُره‬:‫َو اﷲ الَ ی ُْؤمِنُ َواﷲ الَ ی ُْؤمِنُ َواﷲ الَ ی ُْؤمِنُ قِ ْی َل َمنْ یا َرس ُْو َل اﷲ؟ َقا َل‬

“Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman”. Beliau
ditanya, “Siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang tetangganya tidak
merasa aman dari kejahatannya.” (HR. Bukhari).

Dalam hadits ini terdapat penekanan besarnya hak tetangga, karena beliau sampai
bersumpah tentang hal itu. Bahkan beliau mengulangi sumpahnya sampai tiga kali.
Dalam hadits tersebut juga terdapat isyarat penafian iman dari seseorang yang menyakiti
tetangganya, baik dengan ucapan ataupun dengan perbuatan. Maksud (penafian disini)
adalah (penafian) iman yang sempurna, dan tidak diragukan lagi bahwa seorang yang
bermaksiat keimanannya tidak sempurna.

Inilah di antara hak-hak tetangga yang harus kita jaga. Apabila masing-masing orang
menjaga hak-hak ini, tentu akan tercipta kehidupan yang sangat nyaman dan aman. Satu
orang memiliki sifat ini terhadap tetangganya. Kemudian tetangganya berlaku demikian
juga kepada tetangganya. Dan seterusnya.. Maka kita akan benar-benar merasakan
betapa indahnya agama kita. Agama Islam yang mulia.

6/8
Khutbah Kedua:

Ibadallah,

Memiliki tetangga yang baik dan mau hidup rukun dengan kita merupakan satu
kenikmatan hidup. Namun terkadang, kita diuji Allah dengan memiliki tetangga yang tidak
baik akhlaknya dan gemar mengganggu kita. Untuk menghadapi tetangga semacam itu
ada beberapa tips dan nasehat yang perlu dilakukan:

Pertama: Bersabarlah anda dalam menghadapi gangguan tetangga. Atau memilih pindah
rumah jika memang hal itu memungkinkan. Allah berfirman,

‫دَاوةٌ َكأنَّ هُ َولِّي َحمِی ٌم‬ َ ‫َوالَ َتسْ َت ِوي ْال َح َس َن ُة و َال الس ِّی َئ ُة ْاد َفعْ ِبالتي ه‬
َ ‫ِي أحْ َسنُ َف َإذا الذِي َب ْی َن‬
َ ‫ك َو َب ْی َن ُه َع‬

“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara
yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan
seolaholah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fushilat: 34).

Membalas kejahatan tetangga dengan perbuatan baik merupakan salah satu etika
bertetangga yang diajarkan Islam. Yaitu agar kita tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan yang sama, al-Hasan al-Bashri berkata, “Tidaklah berbuat ihsan kepada
tetangga (hanya dengan) menahan diri tidak menyakiti tetangga, akan tetapi berbuat
ihsan kepada tetangga (juga) dengan bersabar dan tabah menghadapi gangguannya”.

Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

ُ ‫ُع َلى َاذاهُ َح َّتى ی َّف‬


ٌ ‫رق َبیْن ُه َما َم ْو‬
‫ت‬ َ ‫ َف َیصْ ِبر‬dُ‫و َّ الر ُج ُل َی ُك ْو َن ل ُه َجا ٌر ْیؤ ِذ ْی ِه َجا ُره‬.……
َ ،‫َثالَ َث ٌة َی ِح ُب ُه ُم اﷲ‬
ُ ‫ْأو‬
ٌ‫ظعُن‬

“Tiga golongan yang dicintai Allah,……..dan laki-laki yang memiliki tetangga yang
menyakitinya, kemudian ia bersabar menghadapi gangguannya hingga ajal memisahkan
mereka.” (HR. Ahmad).

7/8
Kedua: Jika Anda tidak mampu bersabar menghadapi gangguan tetangga, sementara
tidak mungkin bagi Anda untuk pindah rumah, maka terapkan nasehat Rasulullah
‫ ﷺ‬yang dikisahkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

“Seorang laki-laki pernah datang kepada Nabi ‫ ﷺ‬mengeluhkan tetangganya.


Maka
Rasulullah menasehatinya, “Pulanglah dan bersabarlah”. Lelaki itu kemudian mendatangi
Nabi lagi sampai dua atau tiga kali, maka Beliau bersabda padanya, “Pulanglah dan
lemparkanlah barang-barangmu ke jalan”. Maka lelaki itu pun melemparkan barang
barangnya ke jalan, sehingga orang-orang bertanya kepadanya, ia pun menceritakan
keadaannya kepada mereka. Maka orang-orang pun melaknat tetangganya itu. Hingga
tetangganya itu mendatanginya dan berkata,”Kembalikanlah barang-barangmu, engkau
tidak akan melihat lagi sesuatu yang tidak engkau sukai dariku.” (HR. Abu Dawud).

Ibadallah, jamaah Jumat yang semoga diridhai Allah,

Tiada gading yang tak retak.Tidak ada manusia yang sempurna. Ada saja kekurangan
yang melekat pada setiap diri kita. Latar belakang yang berbeda menciptakan pribadi
yang berbeda. Wacana yang perlu kita kembangkan, bagaimana kita dapat meredam
perbedaan yang ada, selama tidak melanggar rambu syariat. Menjalin komunikasi positif
dengan menjungjung tinggi akhlak pergaulan. Selamat menuai pahala dari tetangga
Anda.

8/8

Anda mungkin juga menyukai