\
Saling tolong menolonglah dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah saling tolong menolong
dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Bertaqwalah kepada Allah, sungguh, siksa Allah amatlah
pedih
Uraian
Sebagai manusia, tak luput dari bersosialisasi, maka saling tolong menolonglah dalah hal
yang membawa kepada kebajikan dan taqwa. Berarti, jangan lakukan sebaliknya. Karena tolong
menolong dalam perbuatan dosa, hanya akan menyeret lebih banyak orang ke dalam siksa pedih
Allah.
Asy-Syura :38
38. dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
Uraian
Orang yang menaati Allah, akan mendirikan shalat. Bermusyawarah dan bersedekah. Ayat
ini berisi perintah Allah agar bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah ataupun
memutuskan sesuatu. Agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Al-Hujurat : 10-13
10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran
yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah
iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
[1409] Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana
orang-orang mukmin seperti satu tubuh.
[1410] Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti
panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan
sebagainya.
Uraian
Ayat diatas mengajarkan agar kita menjaga perdamaian dengan sesama manusia. Karena
mereka adalah saudara kita. Dan jadilah penengah diantara orang-orang yang berseteru. Sebagai
wujud tunduk kepada Allah. Terdapat pula larangan untuk memperolok orang lain. Karena
belum tentu kita lebih baik dari mereka. Jika kita memperolok orang lain, berarti kita
memperolok diri sendiri. Karena sebenarnya sesama manusia hanyalah satu jiwa dengan berjuta
raga. Janganlah kita menyebut orang lain dengan sebutan yang buruk, kita pun pasti tidak ingin
disebut dengan panggilan yang buruk. Jangan pula kita berburuksangka apalagi menggunjing
orang lain. Hal iti sama dengan memakan darah dan bangkai saudara sendiri. menjijikan
bukan?Maka bertaubatlah, Allah Maha Penerima Taubat. Kita semua sama. Yang membedakan
di hadapan Allah, hanyalah ketaqwaan. Janganlah kita merasa lebih hebat atau lebih tinggi
dibanding orang lain. Kadar ketaqwaan, hanya Allah yang Maha Mengetahui.
C. Akhlak Baik Terhadap Manusia.
Yang meliputi antar lain:
I. belaskasih atau sayang(al-shafaqah); ialah sikap jiwa selalu ingin berbuat baik dan menyantuni
orang lain.
II.rasa persaudaraan(al-ikha); ialah sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan baik dan bersatu
dengan orang lian, karena ada keteriakan batin dengannya.
III.Memberi nasehat (An- Nasihah); ialah suatu upaya untuk memberi patunjuk-petunjuk yang
baik kepada orang lain dengan menggunakan perkataan; baik ketika orang di nasehati telah
melakukan hal-hal yang buruk,maupun belum.
IV.memberi pertolongan (an-nashru); ialah suatu upaya untuk mebantu orang lain, agar tidak
mengalami suatu kesulitan.
V. menahan amarah (kazmu al- ghaizi); ialah upaya menahan emosi, agar tidak dikuasai oleh
perasaan marah terhadap orang lain.
VI.sopan-santun (al-hilmu); ialah sikap jiwa yang lemah-lembut terhadap orang lain, sehingga
dalam perkataan dan pembuatannya selalu mengandung adap-kesopanan yang mulia.
VII. suka memaafkan (al- `afwu); ialah sikap dan perilaku seseorang yang suka memaafkan
kesalahan orang lain yang pernah di perbuat terhadapnya.
D. Akhlaq Buruk Terhadap Sesama Manusia.
Yang meliputi antara lain:
I.Mudah Marah (Al- Ghodab); ialah kondisi emosi seseorang yang tidak dapat menahan
kesabarannya, sehingga menonjolkan sikap dan perilaku yang tidak menyenangkan orang lain.
II. Iri Hati Atau dengki ( al-hasadu atau al- hiqdu); ialah sikap kejiwaan seseorang yang selalu
menginginkan agar kenikmatan dan kebahagiaan hidup orang lain bisa hilang sama sekali.
III.Mengadu-adu (an-namimah); ialah suatu perilaku yang suka memindahkan perkataan
seseorang kepada orang lain,dengan maksud agar hubungan sosial keduanya rusak.
IV. Mengupat (al-ghibah); ialah suatu perilaku yang suka membicarakan keburukan
seseorang kepada orang lain.
V. Bersikap congkap (al-ashar); ialah suatu sikap dan perilaku yang menampilkan
kesombongan, baik dilihat dari tingkah lakunya, maupun perkataannya.
VI. Sikap kikir (al-bukhlu); ialah suatu sikap yang tidak mau memberikan nilai materi
dan jasa kepada orang lain.
VII. Berbuat aniaya (al-zulmu); ialah suatu perbuatan yang merugikan orang lain, baik
kerugian materiil maupun non materiil.
E. Akhlak Kepada Anggota Masyarakat
Kewajiban muslim terhadap muslim yang lain, yang secara langsung apabila dilakukan
adalah juga merupakan pendidikan bagi yang bersangkutan.
Pada umumnya orang yang berkedudukan yang lebuh rendah mempunyai kekurangan-
kekurangan dan nasib ditentukan oleh orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Dan
sembilan sarana yang telah kami sebutkan diatas dikaji agak mendalam sebagai berikut yang
berkaitan dengan akhlak anggota masyarakat;
I. Tata Cara Berbahasa
Setiap muslim (umat islam) dan semua orang diperintahkan untuk selalu berbahasa
dengan bahasa yang jelas dan yang baik, bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara sesuai
tingkat usia, masyarakat dan tingkat kedudukannya. Didalam islam ada peribahasa yang
menyatakan bahwa Bahasa Menunjukkan Taqwa
II. Tata Cara Salam
Salam adalah penganjuran bagi orang yang hidup dimsyarakat atau dirumah sendiri. Dan
bila dilihat lebih jauh salam meningkatkan kepedulian sosial.
III. Tata Cara Makan Dan Minum
Cara memegang sesuatu (makan dan minum) yang baik adalah dengan tangan kanan. Dimulai
membasuh sebelum makan, membaca basmalah dan diakhiri mengucapkan alhamdulillah.
IV. Tata Cara Majlis Pertemuan
Bagaimana adab kita dimajlis pertemuan? Jawabannya adalah pertama kali baru masuk harus
memberi salam, kemudian baru dapat duduk yang telah disediakan, menyalami tamu yang
mendahului duduk, jangan sekali-kali menggeser tempat duduk milik orang lain.
V. Tatacara Meminta Izin Masuk
Aturan islam bagi seseorang yang ingin masuk rumah orang lain, maka paling awal yang
dilakukan adalah memberi salam.
VI. Tata Cara Memberi Ucapan Selamat
Tujuh rangkaian (munasabah) yang ada dalam islam ketika mengucapkan Ucapan Selamat.
Ketujuh rangkaian tersebut antara lain;
v Dalam rangka acara pernikahan
v Dalam rangka kelahiran seorang bayi kepada ibunya
v Kembalinya seorang musafir (yang berpergian)
v Pulangnya seseorang dari jihat
v Sekembalinya dari haji
v Pada hari raya idul fitri dan idul adha
v Ketika seseorang mendapat kenikmatan tertentu seperti kenaikan pangkat,mendapat hadiah apa
saja yang membuat seseorang merasakan kebahagiaan.
VII. Tata Cara Berkelakar (Bercanda)
Didalam ajaran islam, berkelakar atau bercanda diperbolehkan. Namun hal itu bukan berrti
bebas,, sesuka hati ,sehingga tak ingat norma sosial. Ada tiga syarat diperbolehkan bercanda
yaitu;
v Tidak boleh berlebih-lebihan sehingga menjadikan lupa kepada allah
v Tidak boleh berkelakar sehingga menyakiti baik yang bersikap jasmani atau rohani. Seperti
ucapan hina.
v Tidak bersifat dusta atau penipuan dan kata-kata kotor.
VIII. Tata Cara Menjenguk Orang Sakit
Seseorang yang hidup dimasyarakat, mau mengunjungi orang sakit tetangganya (jamaah) adalah
suatu tindakan terpuji. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan, dalam kunjungan orang sakit
yaitu;
v Segera mungkin setelah ada orang sakit
v Mengucapkan dengan kata-kata yang meringankan beban batinnya orang yang sakit
v Ajaran doa peringan perih pada bagian tubuh
v Mendoakan secara khusus bagi si sakit ketika masuk
v Mintalah ia mendoakan kita
v Bila sudah gawat ajari si sakit dengan kalimat tauhid dan bacaan surat yasin
IX. Tata Cara Taziah
Taziah dilakukan jamaah (masyarakat) dalam rangka meringankan beban lahir batin bagi
keluarga yang ditimpa musibah. Menurut ajaran islam, tata cara taziah antara lain;
a. Mengucapkan perkataan yang pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad Saw dan para
sahabatnya
b. Memberi makan keluarga yang kena musibah
c. Menunjukkan rasa belasungkawa
d. Memberi nasehat yang baik
ETIKA MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari
fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam lingkungan. Kekhalifahan mengandung arti pengayom,
pemeliharaan, dan pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.
Dalam pandangan akhlak islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum
matang atau memetik bunga sebelum mekar. Karena hal ini berati tidak memberi kesempatan
kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk
mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang
sedang terjadi, sehingga ia tidak melakukan pengrusakan atau bahkan dengan kata lain, setiap
perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan suasana
yang baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran, kenyamanan hidup,
tanpa membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
manusia itu sendiri yang menciptanya.
http://abarokah51.blogspot.com/2012/11/akhlak-terhadap-lingkungan-ditinjau.html
Ada beberapa hal yang harus kita pahami sebagai bentuk akhlak yang baik kepada lingkungan
hidup agar kita bisa melaksanakannya.
1. Keharusan Menjaga Lingkungan Hidup.
Menjaga kelestarian lingkungan hidup dan tidak melakukan kerusakan di dalamnya
merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia. Karena itu, siapapun orangnya, melakukan
kerusakan hidup dianggap sebagai sesuatu yang tidak baik sehingga orang munafik sekalipun
tidak mau dituduh telah melakukan kerusakan di muka bumi ini meskipun ia sebenarnya telah
melakukan kerusakan, Allah Swt berfirman yang artinya:
Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
mereka menjawab: Sesungguhnya kami orang yang mengadakan perbaikan. Ingatlah,
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak
menyadari (QS 2: 11-12).
Oleh karena itu, orang-orang yang suka melakukan kerusakan di muka harus diwaspadai,
Allah Swt berfirman:
Dan apabila ia (munafik) berpaling (dari kamu), ia berjalan di muka bumi untuk mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak
menyukai kebinasaan (QS 2: 205).
2. Anjuran Menanam Pohon.
Agar lingkungan hidup yang kita diami tetap asri dan lestari, maka kaum muslimin sangat
dianjurkan untuk menanam pohon, dengan adanya pohon, apalagi pohon yang besar, manusia
akan memperoleh keuntungan seperti penghijauan, air hujan bisa menyerap lebih banyak ke
dalam tanah sebagai cadangan air, udara tidak terlalu panas, buah yang dihasilkan serta kayu
yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Anjuran menanam pohon ini terdapat
dalam hadits Nabi Saw:
Jika hari kiamat datang dan pada tangan seseorang diantara kamu terdapat sebuah bibit tanaman,
jika ia mampu menanamnya sebelum datangnya kiamat itu, maka hendaklah ia menanamnya
(HR. Ahmad dan Bukhari)
Manakala pohon yang ditanam itu menghasilkan buah yang banyak, maka pahala untuk
orang yang menanam pohon itu akan lebih besar lagi, Rasulullah Saw bersabda:
Tidak seorangpun menanam tanaman, kecuali ditulis baginya pahala sesuai dengan buah yang
dihasilkan oleh tanaman itu (HR. Ahmad).
3. Tidak Boleh Buang Air di Jalan, Tempat Bernaung dan dekat sumber air.
Lingkungan hidup yang bersih, indah dan nyaman merupakan dambaan bagi setiap orang,
karena itu harus dicegah adanya usaha untuk mengotori lingkungan, karena itu Rasulullah Saw
melarang siapapun untuk membuang air di jalan, tempat bernaung maupun dekat sumber air,
Rasulullah Saw bersabda:
Takutlah kepada dua hal yang dilaknati. Mereka (sahabat) bertanya: Apakah dua hal yang
dilaknati itu, ya Rasulullah?. Rasulullah Saw menjawab: Orang yang membuang hajat di jalan
umum atau di bawah pohon tempat orang berteduh (HR. Muslim).
4. Tidak Boleh Buang Air di Air Yang Tergenang.
Air merupakan kebutuhan yang sangat utama bagi masusia, dalam kehidupan sekarang,
manusia tidak hanya mengandalkan air dari dalam tanah, tapi justeru sekarang ini banyak orang
yang mengandalkan air sungai yang dibersihkan dan disucikan. Karena itu, manusia jangan
sampai mengotori atau mencemari air sungai. Disamping itu, kebersihan lingkungan juga harus
dijaga dan dipelihara dengan tidak buang air pada air yang tergenang, karena hal itu akan
mendatangkan penyakit dan bau yang tak sedap, Rasulullah Saw bersabda:
Jabir ra berkata: Rasulullah Saw telah melarang kencing dalam air yang berhenti tidak mengalir
(HR. Muslim).
5. Memelihara Tanaman.
Ketika para sahabat telah menanam pohon kurma, mereka ingin agar pohon itu tumbuh
dengan baik dan menghasilkan buah yang banyak, tapi mereka agak bingung bagaimana harus
mengurusnya, karenanya mereka bertanya kepada Nabi tentang hal itu, namun Nabi menjawab:
Kamu lebih tahu tentang urusan duniamu.
Kisah di atas menunjukkan bahwa pohon yang sudah ditanam harus dipelihara dengan
sebaik-baiknya, namun teknisnya diserahkan kepada masing-masing orang sesuai dengan
perkembangannya.
Dalam kaitan dengan memelihara tanaman, penebangan pohonpun sedapat mungkin
dihindari, kecuali bila hal itu memang sangat diperlukan, itupun bila tidak menganggu
lingkungan, ini berarti harus sesuai dengan izin Allah Swt meskipun dalam keadaan perang,
Allah Swt berfirman:
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang kafir) atau yang kamu biarkan
(tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia
hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik (QS 59:5).
6. Boleh Memakan Buah.
Bagi seorang muslim, disadari bahwa Allah Swt telah menganugerahkan buah yang begitu
banyak macamnya, karenanya boleh saja kita memakannya, namun jangan sampai berlebih-
lebihan, setelah itu jangan sampai lupa memanjatkkan rasa syukur dengan menunaikan zakatnya
pada saat panen, Allah berfirman yang artinya:
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon
kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa
(bentuk dan warnanya), dan tidak sama rasanya. Makanlah dari buahnya (yang bermacam-
macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya dari memetik hasilnya (zakat); dan
janganlah kamu berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-
lebihan (QS 6:141).
7. Tidak Menggunakan Air Secara Boros.
Hal yang juga amat penting untuk mendapat perhatian kita adalah menggunakan air secara
hemat, karenanya wudhu itu masing-masing dilakukan maksimal tiga kali, meskipun wudhu
pada air yang banyak, bahkan wudhu di sungai sekalipun, karenanya Rasulullah berwudhu hanya
menggunakan sedikit air, hal ini tergambar dalam hadits:
Adalah Rasulullah Saw berwudhu, dengan satu mud air (HR. Abu Daud dan NasaI).
Datang seorang Badui kepada Nabi Saw, kemudian bertanya kepada beliau tentang wudhu, maka
Nabi Saw memperlihatkan padanya tiga kali, tiga kali, lalu sabda: Inilah wudhu, siapa yang
lebih berarti telah berbuat keburukan dan kezaliman (HR. NasaI, Ahmad dan Ibnu Majah).
8. Meminta Hujan Saat Kemarau.
Musim kemarau apalagi kemarau panjang bisa mengakibatkan kesengsaraan bagi manusia,
karena bisa mengakibatkan kekurangan persediaan air yang pada akhirnya kegagalan dalam
pertanian dan perkebunan. Bahkan musim kemarau bisa mengakibatkan bencana yang lebih
besar lagi seperti mudahnya terjadi kebakaran, termasuk kebakaran hutan. Disamping itu,
kesengsaraan juga dialami oleh binatang yang kesulitan bahan makanan karena daun dan rumput
yang biasa dimakan menjadi kering serta kesengsaraan bagi lingkungan hidup itu sendiri. Oleh
karena itu, sebagai upaya menumbuhkan alam lingkungan yang subur, indah dan nyaman,
menjadi suatu keharusan bagi kaum muslimin untuk berdoa meminta hujan dengan
melaksanakan shalat istisqa.