Anda di halaman 1dari 3

Nama :

Kelas :
No. Absen :

Suku Huaulu

Indonesia terdiri dari ribuan suku dan etnis yang menempati seluruh Nusantara. Suku-
suku ini memiliki keragaman yang tiada duanya, sangat otentik dan memiliki kearifan lokal
di dalam identitas kehidupan mereka. Dari wilayah timur Indonesia, dalam hal ini Pulau
Seram Maluku dan kita akan mengenal satu suku tua yang mendiami wilayah utara pulau,
mereka bernama Suku Huaulu.
Suku Huaulu adalah suku asli Maluku yang sangat dihormati oleh seluruh penduduk
Pulau Seram. Walaupun banyak yang menyebutkan bahwa mereka dahulu adalah kanibal,
namun kenyataannya di masa modern ini mereka adalah pribadi yang ramah, senang
bercanda dan sangat menghormati alam. Suku Huaulu memang tidak terlalu terbuka terhadap
perubahan modern, namun mereka sangat mencintai damai dan berusaha menerima siapapun
yang ingin mengenal mereka lebih dekat lagi.

Budaya
1. Tradisi Pembuatan Cidaku
Masyarakat adat Suku Huaulu yang mendiami Desa Huaulu di bawah kaki Gunung
Binaya, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah, masih mempertahankan tradisi
pembuatan cidaku (cawat) dari kulit kayu untuk digunakan dalam proses inisiasi
pendewasaan anak laki-laki.
Proses pembuatan cidaku ini, lembaran kulit kayu ditumbuk-tumbuk menjadi halus dan tipis,
lalu dijemur selama beberapa hari hingga benar-benar kering, setelah itu disetrika dengan
sebatang kayu khusus lainnya hingga licin seperti kain pada umumnya, dan bisa digunakan
sebagai cawat untuk menutupi kelamin laki-laki.
2. Upacara Cidaku
khusus untuk para anak laki-laki yang dianggap oleh para tua-tua adat, sudah menjadi
lelaki yang dewasa, maka akan diadakan Upacara Cidaku. Persiapan upacara dimulai dengan
mengeringkan kulit kayu harono, yang ditumbuk dan dijemur. Berikutnya, mencari jambul
kuning tua dari burung kakatua. Kedua bahan tersebut harus disiapkan oleh orang tua.

Pada hari yang telah ditentukan oleh Raja Tanah, anak yang akan melakukan upacara
beserta orang tuanya, akan mendatangi rumah orang paling tua di kampung. Pada saat itu,
para tua-tua akan memberikan nasehat kepada anak tersebut mengenai bagaimana menjalani
hidup sebagai lelaki yang dewasa.

Setelah upacara Cidaku, maka anak tersebut dapat menggunakan kain berang dikepala
nya dan tinggal selama 5 hari di rumah. Tidak boleh mandi ataupun terkena air serta benda
tajam. Pada hari keenam baru diperbolehkan mandi dan kembali bekerja sesuai rutinitasnya.
Akan tetapi, hingga hari kesepuluh, masih harus menggunakan kain berang setelah pulang
kerja. Panjang kain yang digunakan sebagai cidaku oleh seorang anak laki-laki dapat
mencapai empat meter karena harus dilingkar hingga beberapa kali di bagian bawah tubuh.
3. Pinamo

Pinamo adalah salah satu tradisi yang berada di Kampung Huaulu, yakni setiap
perempuan yang memasuki masa haid harus keluar dari rumah dan tinggal di liliposo.
Liliposo adalah sebuah bangunan berukuran kecil yang hanya boleh dimasuki oleh kaum
wanita. Apabila, masa haid sudah selesai, perempuan tersebut harus mandi bersih dan
menggunakan konde serta kebaya apabila yang baru pertama kali mendapatkan haid.

Adat Istiadat
1. Pernikahan
Prosesi pernikahan dalam adat Suku Huaulu biasanya dimulai dengan mempelai pria
memasuki rumah mempelai wanita dengan membawa piring antic sebagai mas kawin,
terkadang bersama dengan kain tenun. Kedua mempelai akan mendapat restu dari orangtua
keduabelah pihak. Dapur menjadi tempat dimana prosesi pernikahan dilakukan. Ketua adat
akan memimpin jalannya pernikahan.

Apabila, seorang pria ingin meminang perempuan yang sudah menjadi istri orang lain,
maka pria tersebut harus mempersembahkan piring antic kepada suaminya yang pertama.

2. Kematian

Di Kampung Huaulu, untuk proses upacara kematian terbagi menjadi dua. Pertama,
apabila kematian dikarenakan kecelakaan maka jenazah akan dikubur ditempat kecelekaan
terjadi. Yang kedua, apabila kematian karena sakit atau usia lanjut, maka akan dilangsungkan
ritual di rumah hingga semua keluarga dekat berkumpul. Setelah itu jenazah akan dikeluarkan
melewati pintu samping dan dipikul oleh 2-4 orang dengan dibungkus tikar. Kuburan terletak
1 km dari permukiman.

Satu orang terdekat (harus yang sudah menikah) harus melakukan pamali selama 8 hari,
yakni tidak boleh mandi, menyapu, menjemur pakaian, dan keluar dari rumah). Sedangkan
untuk kerabat lain biasanya akan mengadakan upacara sewa di rumah orang yang berduka 4-
8 hari lamanya. Para tamu akan mendengarkan pantun diiringin oleh tipa yang berisikan
perjalanan hidup yang sudah meninggal.

Ciri Khas
Rumah adat Suku Huaulu disebut dengan Baileo yang merupakan salah satu hal yang
paling menonjol dari kehidupan di pemukiman Huaulu. Untuk mendirikan Baileo, Suku
Huaulu harus mengadakan sebuah upacara adat. Konon, dalam ritual ini sebuah Baileo harus
menggunakan tengkorak manusia yang merupakan musuh-musuh suku Huaulu yang telah
mati, sebagai pondasi utama dari tiang-tiang di seluruh bangunan. Namun, seiring
perkembangan zaman, ritual ini pun diganti dengan sebuah tempurung kelapa pada setiap
tiangnya.
Secara umum, Baileo berbentuk seperti rumah panggung. Baileo memiliki banyak tiang
penyangga yang biasanya diberi hiasan ukiran yang menunjukkan bahwa Baileo merupakan
rumah istimewa dibandingkan rumah lainnya. Dengan menaiki sebuah tangga berukuran
sekitar 1,5 meter, ternyata diatas adalah ruang utama Baileo yang merupakan tempat
berkumpulnya seluruh warga desa. Tempat ini cukup besar dan terbuka tanpa adanya
penyekat jendela atau pintu.
Di salah satu sudut Baileo, terdapat satu ruangan yang biasa dijadikan ruangan privasi
berupa kamar tidur. Uniknya, kamar tidur ini tidak sekedar difungsikan sebagai tempat
istirahat layaknya rumah modern. Suku Huaulu juga menggunakan ruangan ini untuk
memasak dan kegiatan rumah tangga lainnya.

Secara umum, rumah Suku Huaulu hanya terdiri dari dua bagian. Satu bagian yang
terbuka dan bersifat sosial dan bagian lainnya lebih tertutup untuk segala macam kegiatan
privat keluarga. Rumah Huaulu sangat bersahabat dengan alam karena terbentuk dari material
alami seperti kayu, bambu, dan atap rumbia. Bahkan ada beberapa rumah yang sama sekali
tidak menggunakan paku untuk menyatukan satu bagian dengan bagian lainnya.Rumah
Huaulu memberikan satu pelajaran kepada kita tentang bagaimana bersahabat dengan alam
melalui sebuah bangunan.

Anda mungkin juga menyukai