NIM : 1606050002
Kelas : A
Akar adalah bagian pokok di samping batang dan daun bagi tumbuhan yang tumbuh
menuju inti bumi kormus.
Sifat-sifat akar:
1. Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah
tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop),
meninggalkan udara dan cahaya
2. Tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-daun atau
sisik-sisik maupun bagian-bagian lainnya
3. Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan
4. Tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah pesat
jika dibandingkan dengan bagian permukaan tanah
5. Bentuk ujungnya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus
tanah
1. Akar serabut
2. Akar tunggang
Menurut Tjitrosoepomo fungsi utama Akar tunggang untuk menegakan pohon agar tidak
mudah roboh, sedangkan akar serabut merupakan akar yang tumbuh kesamping untuk
mencari air dan unsur hara. Pohon jati merupakan tumbuhan yang menjulang tinggi
hingga 45 meter, sehingga untuk menegakkannya diperlukan akar tunggang. Yang
berperan menyerap zat hara dan air jati mempunyai akar serabut.
2. Mengapa jati menggugurkan daunnya saat musim panas ?
Jawaban :
Jati menggugurkan daunnya dengan tujuan untuk mengurangi penguapan atau
evaporasi. Penguapan terjadi di daun sehingga daun pohon jati perlu digugurkan. Apabila
daun tidak digugurkan, maka pohon jati bisa mati karena penguapan terus berlangsung
sedangkan pasokan air sangat sedikit.
Penguguran daun (absisi) adalah suatu proses lepasnya tangkai daun dari tanaman
yang menyababkan daun gugur dan terjatuh. Proses ini di pengaruhi oleh banyak faktor
baik faktor dari dalam maupun dari luar. Proses awal gugurnya daun di tandai dengan
perubahan warna pada daun kemudian mengering dan akhirnya gugur. Penguguran daun
ini biasanya terjadi pada daun yang sudah tua, terkena penyakit, atau untuk menghadapi
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (kemarau dan musim dingin). Tempat
lepasnya daun pada tumbuhan biasanya terjadi pada bagian pangkal daunya, karena pada
bagian ini terdapat suatu lekukan dan juga terdapat lapisan sel-sel khusus yang memang
sudah di siapkan untuk proses penguguran daun. Sel sel tersebut sering disebut sebagai
zona absisi. Ketika daun sudah terlepas maka ada bagian yang terbuka pada bagian
pelepasan tersebut yang memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan lingkungan.
Namun sebelum pelepasan daun terjadi pada zona ini sudah di siapkan suatu lapisan
pelindung bergabus sehingga terhindar dari kekeringan dan parasit.
Penguapan dalam bahasa ilmiah evaporasi adalah proses perubahan molekul ke
dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan berubah menjadi gas (contohnya uap
air). Umumnya penguapan air bisa terlihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur
pada saat terpapar sinar dengan volume yang cukup signifikan.
http://www.ebiologi.com
Pada 1817, Raffles mencatat jika hutan jati tidak ditemukan di Semenanjung
Malaya atau Sumatera atau pulau-pulau berdekatan. Jati hanya tumbuh subur di Jawa dan
sejumlah pulau kecil di sebelah timurnya, yaitu Madura, Bali, dan Sumbawa. Perbukitan
di bagian timur laut Bima di Sumbawa penuh tertutup oleh jati pada saat itu.
Heyne, pada 1671, mencatat keberadaan jati di Sulawesi, walau hanya di beberapa
titik di bagian timur. Ada sekitar 7.000 ha di Pulau Muna dan 1.000 ha di pedalaman
Pulau Butung di Teluk Sampolawa. Heyne menduga jati sesungguhnya terdapat pula di
Pulau Kabaena, serta di Rumbia dan Poleang, di Sulawesi Tenggara. Analisis DNA
mutakhir memperlihatkan bahwa jati di Sulawesi Tenggara merupakan cabang
perkembangan jati jawa.
Jati yang tumbuh di Sulawesi Selatan baru ditanam pada masa 1960an dan
1970an. Ketika itu, banyak lahan di Billa, Soppeng, Bone, Sidrap, dan Enrekang sedang
dihutankan kembali. Di Billa, pertumbuhan pohon jatinya saat ini tidak kalah dengan
yang ada di Pulau Jawa. Garis tengah batangnya dapat melebihi 30 cm.
Sedini 1927, hutan jati tercatat menyebar di pantai utara Jawa, mulai dari
Kerawang hingga ke ujung timur pulau ini. Namun, hutan jati paling banyak menyebar di
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu sampai ketinggian 650 meter di atas
permukaan laut. Hanya di daerah Besuki jati tumbuh tidak lebih daripada 200 meter di
atas permukaan laut. Di kedua provinsi ini, hutan jati sering terbentuk secara alami akibat
iklim muson yang menimbulkan kebakaran hutan secara berkala. Hutan jati yang cukup
luas di Jawa terpusat di daerah alas roban Rembang, Blora, Groboragan, dan Pati.
Bahkan, jati jawa dengan mutu terbaik dihasilkan di daerah tanah perkapuran Cepu,
Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Saat ini, sebagian besar lahan hutan jati di Jawa dikelola
oleh Perhutani, sebuah perusahaan umum milik negara di bidang kehutanan. Pada 2003,
luas lahan hutan Perhutani mencapai hampir seperempat luas Pulau Jawa. Luas lahan
hutan jati Perhutani di Jawa mencapai sekitar 1,5 juta hektare. Ini nyaris setara dengan
setengah luas lahan hutan Perhutani atau sekitar 11% luas Pulau Jawa dwipa.
18. Apa manfaat lain dari pohon jati ?
Jawab :
Masyarakat desa hutan jati di Jawa juga biasa memelihara ternak seperti
kerbau, sapi, dan kambing. Jenis ternak tersebut memerlukan rumput-rumputan
sebagai pakan. Walaupun para petani kadang akan mudah mendapatkan
rerumputan di sawah atau tegal, mereka lebih banyak memanfaatkan lahan hutan
sebagai sumber penghasil makanan ternak. Dengan melepaskan begitu saja ternak
ke dalam hutan, ternak akan mendapatkan beragam jenis pakan yang diperlukan.
Waktu yang tidak dipergunakan oleh keluarga petani untuk mengumpulkan
rerumputan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya.
Pada 2003, sekitar 76% lahan hutan jati Perhutani di Jawa dikukuhkan
sebagai hutan produksi, yaitu kawasan hutan dengan fungsi pokok memproduksi
hasil hutan (terutama kayu). Hanya kurang dari 24% hutan jati Perhutani
dikukuhkan sebagai hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, dan cagar alam.
Mengingat lahannya yang relatif cukup luas, hutan jati dipandang memiliki
fungsi-fungsi non-ekonomis yang penting. Fungsi-fungsi non-ekonomis tersebut
adalah sebagai berikut:
Tajuk pepohonan dalam hutan jati akan menyerap dan menguraikan zat-zat
pencemar (polutan) dan cahaya yang berlebihan. Tajuk hutan itu pun melakukan
proses fotosintesis yang menyerap karbondioksida dari udara dan melepaskan
kembali oksigen dan uap air ke udara. Semua ini membantu menjaga kestabilan
iklim di dalam dan sekitar hutan. Hutan jati pun ikut mendukung kesuburan tanah.
Ini karena akar pepohonan dalam hutan jati tumbuh melebar dan mendalam.
Pertumbuhan akar ini akan membantu menggemburkan tanah, sehingga
memudahkan air dan udara masuk ke dalamnya. Tajuk (mahkota hijau)
pepohonan dan tumbuhan bawah dalam hutan jati akan menghasilkan serasah,
yaitu jatuhan ranting, buah, dan bunga dari tumbuhan yang menutupi permukaan
tanah hutan. Serasah menjadi bahan dasar untuk menghasilkan humus tanah.
Berbagai mikroorganisme hidup berlindung dan berkembang dalam serasah ini.
Uniknya, mikroorganisme itu juga yang akan memakan dan mengurai serasah
menjadi humus tanah. Serasah pun membantu meredam entakan air hujan
sehingga melindungi tanah dari erosi oleh air.
4. Fungsi biologis
Jika hutan jati berbentuk hutan murni sehingga lebih seperti ‘kebun’ jati
erosi tanah justru akan lebih besar terjadi. Tajuk jati rakus cahaya matahari
sehingga cabang-cabangnya tidak semestinya bersentuhan. Perakaran jati juga
tidak tahan bersaing dengan perakaran tanaman lain. Dengan demikian, serasah
tanah cenderung tidak banyak. Tanpa banyak tutupan tumbuhan pada lantai hutan,
lapisan tanah teratas lebih mudah terbawa oleh aliran air dan tiupan angin.
Daerah Gunung Kidul kini berubah menjadi lahan hijau yang berhawa
lebih sejuk dan memiliki keragaman hayati yang lebih tinggi. Perubahan
lingkungan itu telah mengundang banyak satwa untuk singgah, terutama burung
satwa yang kerap dijadikan penanda kesehatan suatu lingkungan. Selain itu,
kekayaan lahan ini sekaligus menjadi cadangan sumberdaya untuk masa depan.
5. Fungsi sosial
Banyak lahan hutan jati di Jawa, baik yang dikukuhkan sebagai hutan
produksi maupun hutan non-produksi, memberikan layanan sebagai pusat
penelitian dan pendidikan, pusat pemantauan alam, tempat berekreasi dan
pariwisata, serta sumber pengembangan budaya.
20. Mengapa daun jati tumbuh paling banyak dibagian atas sedangkan dibagian bawah
jarang ?
jawab :
Menurut Gembong Tjitrosoepomo karena tumbuhan jati memerlukan cahaya matahari
untuk berfotosintesis, oleh karena itu pada tumbuhan jati daun paling banyak tumbuh
dibagian atas agar bisa mendapatkan asupan cahaya yang cukup.