Anda di halaman 1dari 13

Nama : Susan Apriani Bureni

NIM : 1606050002
Kelas : A

Tema : Pohon jati (Tectona Grandis)


1. Mengapa jati mempunyai dua sistem perakaran (akar tunggang dan akar serabut) ?
Jawaban :

Akar adalah bagian pokok di samping batang dan daun bagi tumbuhan yang tumbuh
menuju inti bumi kormus.

Sifat-sifat akar:

1. Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah
tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop),
meninggalkan udara dan cahaya
2. Tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-daun atau
sisik-sisik maupun bagian-bagian lainnya
3. Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan
4. Tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah pesat
jika dibandingkan dengan bagian permukaan tanah
5. Bentuk ujungnya seringkali meruncing, hingga lebih mudah untuk menembus
tanah

Secara umum, ada dua jenis akar yaitu:

1. Akar serabut
2. Akar tunggang

Menurut Tjitrosoepomo fungsi utama Akar tunggang untuk menegakan pohon agar tidak
mudah roboh, sedangkan akar serabut merupakan akar yang tumbuh kesamping untuk
mencari air dan unsur hara. Pohon jati merupakan tumbuhan yang menjulang tinggi
hingga 45 meter, sehingga untuk menegakkannya diperlukan akar tunggang. Yang
berperan menyerap zat hara dan air jati mempunyai akar serabut.
2. Mengapa jati menggugurkan daunnya saat musim panas ?
Jawaban :
Jati menggugurkan daunnya dengan tujuan untuk mengurangi penguapan atau
evaporasi. Penguapan terjadi di daun sehingga daun pohon jati perlu digugurkan. Apabila
daun tidak digugurkan, maka pohon jati bisa mati karena penguapan terus berlangsung
sedangkan pasokan air sangat sedikit.
Penguguran daun (absisi) adalah suatu proses lepasnya tangkai daun dari tanaman
yang menyababkan daun gugur dan terjatuh. Proses ini di pengaruhi oleh banyak faktor
baik faktor dari dalam maupun dari luar. Proses  awal gugurnya daun di tandai dengan
perubahan warna pada daun kemudian mengering dan akhirnya gugur. Penguguran daun
ini biasanya terjadi pada daun yang sudah tua, terkena penyakit, atau untuk menghadapi
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (kemarau dan musim dingin). Tempat
lepasnya daun pada tumbuhan biasanya terjadi pada bagian pangkal daunya, karena pada
bagian ini terdapat suatu lekukan dan juga terdapat  lapisan sel-sel khusus yang memang
sudah di siapkan untuk proses penguguran daun.  Sel sel tersebut sering disebut sebagai
zona absisi. Ketika daun sudah terlepas maka ada bagian yang terbuka pada bagian
pelepasan tersebut yang memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan lingkungan.
Namun sebelum pelepasan daun terjadi pada zona ini sudah di siapkan suatu lapisan
pelindung bergabus  sehingga terhindar dari kekeringan dan parasit.
Penguapan dalam bahasa ilmiah evaporasi adalah proses perubahan molekul ke
dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan berubah menjadi gas (contohnya uap
air). Umumnya penguapan air bisa terlihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur
pada saat terpapar sinar dengan volume yang cukup signifikan.
http://www.ebiologi.com

3. Mengapa kulit batang Jati seperti terkelupas?


Jawaban :
Menurut Tjitrosoepomo karena adanya aktivitas cambium yang membentuk jaringan
xylem dan floem lebih cepat dari pertumbuhan kulit sekunder, sehingga akan
mengakibatkan jaringan kulit paling luar seperti epidermis dan korteks menjadi rusak
atau pecah-pecah. Pohon jati adalah pohon yang tinggi dan besar maka jenis batangnya
adalah batang berkayu. Adapun batang tumbuhan berkayu tersusun dari jaringan primer,
yaitu :
1. Kulit luar, memiliki dinding luar sel-sel yang menebal dan bermodifikasi menjadi
rambut-rambut halus, duri dan lentisel.
2. Kulit pertama, terletak disebelah dalam epidermis tersusun dari jaringan
penunjang. Jaringan penunjang terdiri dari jaringan kolenkim yang mempunyai
penebalan dinding sel di sudut-sudutnya atau mengandung kloroplas.
3. Kulit dalam, merupakan batas antara korteks dan stele, biasanya disebut flortema,
mengandung amilum sehingga disebut juga sarung tepung.
4. Silinder pusat, yang tersusun dari jaringan parenkim yang membentuk empulur
batang. Terdapat lingkaran kambium dalam berkas pembuluh. Diantara berkas
pembuluh terdapat kelanjutan parenkim empulur yang tampak sebagai roda
berjari-jari dan disebut jari-jari empulur.
4. Mengapa kayu jati digunakan untuk bahan bangunan?
Jawaban :
Menurut Suprapti (2008) Karena kayu jati berwarna coklat dan juga mudah dipotong,
kuat, bergaris lingkar besar,berbatang lurus, dan sedikit cabang. Kayu jati mengandung
semacam minyak dan endapan di dalam sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan
di tempat terbuka meski tanpa divernis; apalagi bila dipakai di bawah naungan atap. Jati
sejak lama digunakan sebagai bahan baku pembuatan kapal laut, termasuk kapal-
kapal VOC yang melayari samudera pada abad ke-17. Juga dalam konstruksi berat seperti
jembatan dan bantalan rel. Di dalam rumah, selain dimanfaatkan sebagai bahan baku
furniture kayu jati digunakan pula dalam struktur bangunan. Rumah-rumah tradisional
Jawa, seperti rumah joglo Jawa Tengah, menggunakan kayu jati di hampir semua
bagiannya: tiang-tiang, rangka atap, hingga ke dinding-dinding berukir. Dalam industri
kayu sekarang, jati diolah menjadi venir (veneer) untuk melapisi wajah kayu lapis mahal;
serta dijadikan keping-keping parket (parquet) penutup lantai. Selain itu juga diekspor ke
mancanegara dalam bentuk furniture luar-rumah. Ranting-ranting jati yang tak lagi dapat
dimanfaatkan untuk mebel, dimanfaatkan sebagai kayu bakar kelas satu. Kayu jati
menghasilkan panas yang tinggi, sehingga dulu digunakan sebagai bahan
bakar lokomotif uap. Sebagian besar kebutuhan kayu jati dunia dipasok oleh Indonesia
dan Myanmar.

5. Mengapa daunnya lebar?


Jawaban:
Karena tumbuhan jati adalah tumbuhan arboreal (pohon) sehingga kebutuhan akan
fotosintesispun tinggi oleh sebab itu daunnya berbentuk lebar agar semakin efektif dan
efisien proses fotosintesis.
6. Bagaimana cara pohon jati mengambil nutrisi dari dalam tanah ?
Jawaban :
Tumbuhan mengabsorbsi energy yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya dari
lingkungan. Energy yang dipergunakan untuk proses sintesis diperlukan berupa energy
cahaya, serta yang berasal dari gas CO 2, mineral dan NO3. Gas CO2 diserap tumbuh-
tumbuhan dari udara bebas, tumbuhan-tumbuhan darat mengambil mineral, H2O dan ion
NO3 (elemen nutrisi) dari agregat tanah melalui akar. Berbagai macam nutrient yang
dibutuhkan tersedia di alam terutama tersimpan relative lebih banyak dalam tanah.
Mekanisme transport garam-garam mineral dan air dari tanah dilakukan oleh akatr
melalui bulu-bulu akar. Bulu-bulu akar merupakan hasil modifikasi dari sel epidermis
akar, bertugas menyerap air dan garam-garam mineral terlarut. Dilihat dari struktur akar,
proses awal penyerapan nutrisi dari dalam tanah adalah oleh bulu-bulu akar, selanjutnya
mengalir melalui ruang antar sel yang renggang dalam korteks dan memasuki pembuluh
xylem dan endodermis akar. Air dan larutan mineral selanutnya dapat masuk ke silinder
pusat akar melalui sel-sel peresap. Kemudian pada akhirnya akar akan mengirimkannya
melalui xylem batang sampai ke daun.
7. Mengapa buah jati nampak seperti terbungkus ?
Jawab :
Biji jati sebenarnya bersifat telanjang atau tidak ditutupi oleh kulit buah, sehingga
ditutupi oleh daun bunga.
8. Mengapa kayu jati kuat dan berat ?
Jawab :
Karena jati memiliki kandungan minyak yang membuat kekuatan jati baik dan juga
dikatakan berat oleh karena kadar airnya banyak. Kayu yang kuatpun disebabkan oleh
serat-serat yang tersusun rapat
9. Mengapa jati tidak bisa hidup di daerah perairan?
Jawab :
Menurut Suprapti (2008) Karena tanaman jati tidak tahan terhadap genangan air, karena
genangan air akan menyebabkan akar jati membusuk. Sehingga tanaman ini cocok hidup
di daerah tropis.
10. Apa keunikan yang dimiliki oleh pohon jati ?
Jawaban :
Karena jati bisa tumbuh pada tanah yang tandus sekalipun, dan bisa bertahan hidup pada
lokasi dengan curah hujan yang sangat rendah.
11. Bagaimana morfologi buah jati ?
Jawaban:
Menurut Gembong Tjitrosoepomo Buah jati keras, terbungkus kulit berdaging dan lunak
dan tidak merata (tipe buah batu) serta ukuran buah antara 5-20 mm. struktur buah terdiri
dari kulit luar tipis yang terbentuk dari kelopak, lapisan tengah (mesokarp) yang tebal,
bagian dalam (endokarp) yang keras dan terbagi menjadi 4 ruang biji.
12. Mengapa batang jati bisa membesar ?
Jawaban :
Karena pohon jati merupakan tumbuhan dikotil yang memiliki cambium. Kambium
termasuk dalam jaringan meristem yng selalu membelah dan menyebabkan pertumbuhan
pada batang. Pertambahan besar pada batang disebut juga pertumbuhan sekunder.
Kambium adalah sebuah lapisan meristematik yang terdapat pada tumbuhan dimana sel-
sel pada kambium tersebut aktif membelah dan bertanggungjawab atas pertumbuhan
sekunder tanaman. Kambium ini bisa diamati pada bagian batang dan juga akar
tumbuhan. Adapun bentuk dari kambium ini berupa lendir yang terdapat pada kulit dan
kayu batang. Secara umum, kambium dijumpai pada tanaman dikotil dengan batang keras
dan berumur panjang. Pada batang berkayu tersebut, fungsi kambium adalah sebagai
medium atau jalur lintas zat hara bergerak dari tanah menuju ke daun. Selain itu,
kambium juga berperan sebagai penyalur makanan yang dihasilkan dari proses
fotosintesis. 
13. Mengapa saat membakar buah jati, biji jati tidak akan rusak atau terbakar ?
Jawab :
Karena buah jati memiliki kulit tebal serta dilindungi tempurung cukup keras sehingga
saat terbakar biji jati tidak akan rusak melainkan tempurungnya.
14. Mengapa Jati memiliki pertumbuhan yang lambat ?
Jawab :
Menurut Gembong Tjitrosoepomo Karena tanaman jati memiliki buah yang tebal serta
dilindungi tempurung cukup keras.. Biji jati yang merupakan pokok pertumbuhan berada
dalam buah yang berkulit tebal. Bila tempurung biji rusak, jati akan mudah betunas saat
hujan tiba. Namun untuk mempercepat pertumbuhan jati perlu adanya aktivitas manusia
yang membantu dalam penghancuran tempurung buah yang tebal.
15. Mengapa kayu jati tahan terhadap jamur, rayap, dan serangga ?
Jawab :
Menurut penelitian para pakar PKSPL (2005) Karena kayu jati mengandung semacam
minyak dan endapan di dalam sel-sel kayunya, sehingga dapat awet digunakan ditempat
terbuka meski tanpa divernis. Kandungan minyak bisa mmbuat permukaan kayu jati
halus dan licin dan juga kandungan minyak yang dimiliki pohon jati kurang disukai oleh
rayap dan juga permukaan yang licin membuat serangga tidak dapat memakan kayu jati.
16. Bagaimana persebaran jati hingga sampai di Indonesia ?
Jawab :
Jati terkenal sebagai kayu komersil brmutu tinggi, termasuk dalam famili
Verbenaceae. Penyebaran alami meliputi negara-negara India, Birma, Kamboja,
Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia terdapat di beberapa daerah seperti jawa,
Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara. Pohon jati cocok tumbuh di daerah bermusim
kering agak panjang yaitu berkisar antara 3-6 bulan pertahun. Besarnya curah hujan yang
dibutuhkan rata-rata tahunan 22-26 derajat celcius. Daerah-daerah yang banyak
ditumbuhi jati umunya tanah berstrektur sedang dengan pH netral dsampai asam.
Menurut T. Alltona, penanaman jati yang pertama dilakukan oleh orang hindu
yang datang ke Jawa. Sehingga terkesan, jati didatangkan oleh orang hindu. Pendapat ini
diperkuat oleh seorang ahli botani, Charceus yang mengatakan bahwa jati di pulau Jawa
berasal dari India yang dibawa sejak tahun 1500 SM sampai abad ke-& Masehi.
Kontreoversi ini kemudian terjawab dengan penilitian marker genetik menggunakan
teknik isoenzyme yang dilakukan oleh Kertadikara pada tahun 1994. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa jati yang tumbuh merupakan jenis asli. Jati ini telah mengalami
mekanisme adaptasi khusus sesuai dengan keadaan iklim dan adaphis yang berkembang
puluhan hingga ratusan ribu tahun sejak zaman quarternari dan pleistocene di Asia
Tenggara.
17. Bagaimana persebaran pohon jati di Indonesia ?
Jawab :

Di Indonesia sendiri, selain di Jawa dan Muna, jati juga dikembangkan


di Bali dan Nusa Tenggara. Dalam beberapa tahun terakhir, ada upaya untuk
mengembangkan jati di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Hasilnya kurang
menggembirakan. Jati mati setelah berusia dua atau tiga tahun. Masalahnya, tanah di
kedua tempat ini sangat asam. Jati sendiri adalah jenis yang membutuhkan zat kalsium
dalam jumlah besar, juga zat fosfor. Selain itu, jati membutuhkan cahaya matahari yang
berlimpah. Sekarang, di luar Jawa, kita dapat menemukan hutan jati secara terbatas di
beberapa tempat di Pulau Sulawesi, Pulau Muna, daerah Bima di Pulau Sumbawa, dan
Pulau Buru. Jati berkembang juga di daerah Lampung di Pulau Sumatera.

Pada 1817, Raffles mencatat jika hutan jati tidak ditemukan di Semenanjung
Malaya atau Sumatera atau pulau-pulau berdekatan. Jati hanya tumbuh subur di Jawa dan
sejumlah pulau kecil di sebelah timurnya, yaitu Madura, Bali, dan Sumbawa. Perbukitan
di bagian timur laut Bima di Sumbawa penuh tertutup oleh jati pada saat itu.

Heyne, pada 1671, mencatat keberadaan jati di Sulawesi, walau hanya di beberapa
titik di bagian timur. Ada sekitar 7.000 ha di Pulau Muna dan 1.000 ha di pedalaman
Pulau Butung di Teluk Sampolawa. Heyne menduga jati sesungguhnya terdapat pula di
Pulau Kabaena, serta di Rumbia dan Poleang, di Sulawesi Tenggara. Analisis DNA
mutakhir memperlihatkan bahwa jati di Sulawesi Tenggara merupakan cabang
perkembangan jati jawa.

Jati yang tumbuh di Sulawesi Selatan baru ditanam pada masa 1960an dan
1970an. Ketika itu, banyak lahan di Billa, Soppeng, Bone, Sidrap, dan Enrekang sedang
dihutankan kembali. Di Billa, pertumbuhan pohon jatinya saat ini tidak kalah dengan
yang ada di Pulau Jawa. Garis tengah batangnya dapat melebihi 30 cm.

Daerah sebaran hutan jati di Jawa

Sedini 1927, hutan jati tercatat menyebar di pantai utara Jawa, mulai dari
Kerawang hingga ke ujung timur pulau ini. Namun, hutan jati paling banyak menyebar di
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu sampai ketinggian 650 meter di atas
permukaan laut. Hanya di daerah Besuki jati tumbuh tidak lebih daripada 200 meter di
atas permukaan laut. Di kedua provinsi ini, hutan jati sering terbentuk secara alami akibat
iklim muson yang menimbulkan kebakaran hutan secara berkala. Hutan jati yang cukup
luas di Jawa terpusat di daerah alas roban Rembang, Blora, Groboragan, dan Pati.
Bahkan, jati jawa dengan mutu terbaik dihasilkan di daerah tanah perkapuran Cepu,
Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Saat ini, sebagian besar lahan hutan jati di Jawa dikelola
oleh Perhutani, sebuah perusahaan umum milik negara di bidang kehutanan. Pada 2003,
luas lahan hutan Perhutani mencapai hampir seperempat luas Pulau Jawa. Luas lahan
hutan jati Perhutani di Jawa mencapai sekitar 1,5 juta hektare. Ini nyaris setara dengan
setengah luas lahan hutan Perhutani atau sekitar 11% luas Pulau Jawa dwipa.
18. Apa manfaat lain dari pohon jati ?
Jawab :

1. Fungsi ekonomis lain dari hutan jati jawa

Jika berkunjung ke hutan-hutan jati di Jawa, kita akan melihat bahwa


kawasan-kawasan itu memiliki fungsi ekonomis lain di samping menghasilkan
kayu jati. Banyak pesanggem (petani) yang hidup di desa hutan jati
memanfaatkan kulit pohon jati sebagai bahan dinding rumah mereka. Daun jati,
yang lebar berbulu dan gugur di musim kemarau itu, mereka pakai sebagai
pembungkus makanan dan barang. Cabang dan ranting jati menjadi bahan bakar
bagi banyak rumah tangga di desa hutan jati. Hutan jati terutama menyediakan
lahan garapan. Di sela-sela pepohonan jati, para petani menanam palawija
berbanjar-banjar. Dari hutan jati sendiri, mereka dapat memperoleh penghasilan
tambahan berupa madu, sejumlah sumber makanan berkarbohidrat, dan obat-
obatan.

Makanan pengganti nasi yang tumbuh di hutan jati misalnya


adalah gadung (Dioscorea hispida) dan uwi (Dioscorea alata). Bahkan,
masyarakat desa hutan jati juga memanfaatkan iles-iles (Ammorphophallus) pada
saat paceklik. Tumbuhan obat-obatan tradisional seperti kencur (Alpina
longa), kunyit (Curcuma domestica), jahe (Zingiber officinale), dan temu
lawak (Curcuma longa) tumbuh di kawasan hutan ini.

Pohon jati juga menghasilkan bergugus-gugus bunga keputihan yang


merekah tak lama setelah fajar. Masa penyerbukan bunga jati yang terbaik terjadi
di sekitar tengah hati setiap bunga hidup hanya sepanjang satu hari. Penyerbukan
bunga dilakukan oleh banyak serangga, tetapi terutama oleh jenis-jenis lebah.
Oleh karena itu, penduduk juga sering dapat memanen madu lebah dari hutan-
hutan jati.

Masyarakat desa hutan jati di Jawa juga biasa memelihara ternak seperti
kerbau, sapi, dan kambing. Jenis ternak tersebut memerlukan rumput-rumputan
sebagai pakan. Walaupun para petani kadang akan mudah mendapatkan
rerumputan di sawah atau tegal, mereka lebih banyak memanfaatkan lahan hutan
sebagai sumber penghasil makanan ternak. Dengan melepaskan begitu saja ternak
ke dalam hutan, ternak akan mendapatkan beragam jenis pakan yang diperlukan.
Waktu yang tidak dipergunakan oleh keluarga petani untuk mengumpulkan
rerumputan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya.

2. Fungsi non-ekonomis hutan jati jawa

Pada 2003, sekitar 76% lahan hutan jati Perhutani di Jawa dikukuhkan
sebagai hutan produksi, yaitu kawasan hutan dengan fungsi pokok memproduksi
hasil hutan (terutama kayu). Hanya kurang dari 24% hutan jati Perhutani
dikukuhkan sebagai hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, dan cagar alam.

Mengingat lahannya yang relatif cukup luas, hutan jati dipandang memiliki
fungsi-fungsi non-ekonomis yang penting. Fungsi-fungsi non-ekonomis tersebut
adalah sebagai berikut:

3. Fungsi penyangga ekosistem

Tajuk pepohonan dalam hutan jati akan menyerap dan menguraikan zat-zat
pencemar (polutan) dan cahaya yang berlebihan. Tajuk hutan itu pun melakukan
proses fotosintesis yang menyerap karbondioksida dari udara dan melepaskan
kembali oksigen dan uap air ke udara. Semua ini membantu menjaga kestabilan
iklim di dalam dan sekitar hutan. Hutan jati pun ikut mendukung kesuburan tanah.
Ini karena akar pepohonan dalam hutan jati tumbuh melebar dan mendalam.
Pertumbuhan akar ini akan membantu menggemburkan tanah, sehingga
memudahkan air dan udara masuk ke dalamnya. Tajuk (mahkota hijau)
pepohonan dan tumbuhan bawah dalam hutan jati akan menghasilkan serasah,
yaitu jatuhan ranting, buah, dan bunga dari tumbuhan yang menutupi permukaan
tanah hutan. Serasah menjadi bahan dasar untuk menghasilkan humus tanah.
Berbagai mikroorganisme hidup berlindung dan berkembang dalam serasah ini.
Uniknya, mikroorganisme itu juga yang akan memakan dan mengurai serasah
menjadi humus tanah. Serasah pun membantu meredam entakan air hujan
sehingga melindungi tanah dari erosi oleh air.

4. Fungsi biologis
Jika hutan jati berbentuk hutan murni sehingga lebih seperti ‘kebun’ jati
erosi tanah justru akan lebih besar terjadi. Tajuk jati rakus cahaya matahari
sehingga cabang-cabangnya tidak semestinya bersentuhan. Perakaran jati juga
tidak tahan bersaing dengan perakaran tanaman lain. Dengan demikian, serasah
tanah cenderung tidak banyak. Tanpa banyak tutupan tumbuhan pada lantai hutan,
lapisan tanah teratas lebih mudah terbawa oleh aliran air dan tiupan angin.

Untunglah, hutan jati berkembang dengan sejumlah tanaman yang lebih


beragam. Di dalam hutan jati, kita dapat menemukan bungur (Lagerstroemia
speciosa), dlingsem (Homalium tomentosum), dluwak (Grewia paniculata),
katamaka (Kleinhovia hospita), kemloko (Phyllanthus emblica), Kepuh (Sterculia
foetida), kesambi (Schleichera oleosa), laban (Vitex pubscens), ploso (Butea
monosperma), serut (Streblus asper), trengguli (Cassia fistula), winong
(Tetrameles nudflora), dan lain-lain. Lamtoro (Leucenia leucocephalla) dan akasia
(Acacia villosa) pun ditanam sebagai tanaman sela untuk menahan erosi tanah dan
menambah kesuburan tanah.

Daerah Gunung Kidul, Yogyakarta, yang gersang dan rusak parah


sebelum 1978, ternyata berhasil diselamatkan dengan pola penanaman campuran
jati dan jenis-jenis lain ini. Dalam selang waktu hampir 30 tahun, lebih dari 60%
lahan rusak dapat diubah menjadi lahan yang menghasilkan. Penduduk setempat
paling banyak memilih menanam jati di lahan mereka karena melihat nilai
manfaatnya, cara tanamnya yang mudah, dan harga jual kayunya yang tinggi.
Mereka mencampurkan penanaman jati di kebun dan pekarangan mereka dengan
mahoni (Swietenia mahogany), akasia (Acacia villosa), dan sonokeling (Dalbergia
latifolia).

Daerah Gunung Kidul kini berubah menjadi lahan hijau yang berhawa
lebih sejuk dan memiliki keragaman hayati yang lebih tinggi. Perubahan
lingkungan itu telah mengundang banyak satwa untuk singgah, terutama burung
satwa yang kerap dijadikan penanda kesehatan suatu lingkungan. Selain itu,
kekayaan lahan ini sekaligus menjadi cadangan sumberdaya untuk masa depan.
5. Fungsi sosial

Banyak lahan hutan jati di Jawa, baik yang dikukuhkan sebagai hutan
produksi maupun hutan non-produksi, memberikan layanan sebagai pusat
penelitian dan pendidikan, pusat pemantauan alam, tempat berekreasi dan
pariwisata, serta sumber pengembangan budaya.

Yang mungkin paling menarik untuk dikunjungi adalah Monumen Gubug


Payung di Cepu, Blora, Jawa Tengah. Tempat ini merupakan museum hidup dari
pepohonan jati yang berusia lebih dari seabad, setinggi rata-rata di atas 39 meter
dan berdiameter rata-rata 89 sentimeter.

Kita dapat menikmati pemandangan hutan dari ketinggian dengan


menumpang loko “Bahagia”. Di sini, kita juga dapat meninjau Arboretum Jati;
hutan buatan dengan koleksi 32 jenis pohon jati yang tumbuh di seluruh
Indonesia. Ada juga Puslitbang Cepu yang mengembangkan bibit jati unggul yang
dikenal sebagai JPP (Jati Plus Perhutani). Pengunjung boleh membeli sapihan jati
dan menanamnya sendiri di sini. Pengelola kemudian akan merawat dan menamai
pohon itu sesuai dengan nama pengunjung bersangkutan.

19. Bagaimana proses pengangkutan hasil fotosintesis pada pohon jati ?


Jawab :
Proses pengangkutan bahan makanan dalam tumbuhan dikenal dengan translokasi.
Translokasi merupakan pemindahan hasil fotosintesis dari daun atau organ tempat
penyimpanannya ke bagian lain tumbuhan yang memerlukannya. Jaringan pembuluh
yang bertugas mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan adalah floem
(pembuluh tapis). Zat terlarut yang paling banyak dalam getah floem adalah gula,
terutama sukrosa. Selain itu, di dalam getah floem juga mengandung mineral, asam
amino,dan hormon, berbeda dengan pengangkutan pada pembuluh xilem yang berjalan
satu arah dari akar ke daun, pengangkutan pada pembuluh xylem yang berjalan satu arah
dari akar kedaun, pengengkutan pada pembuluh floem dapat berlangsung kesegala arah,
yaitu dari sumber gula (tempat penyimpanan hasil fotosintesis) ke organ lain tumbuhan
yang memerlukannya. Satu pembuluh tapis dalam sebuah berkas pembuluh bisa
membawa cairan floem dalam satu arah sementara cairan didalam pipa lain dalam berkas
yang sama dapat mengalir dengan arah yang berlaianan. Untuk masing – masing
pembuluh tapis, arah transport hanya bergantung pada lokasi sumber gula dan tempat
penyimpanan makanan yang dihubungkan oleh pipa tersebut.

20. Mengapa daun jati tumbuh paling banyak dibagian atas sedangkan dibagian bawah
jarang ?
jawab :
Menurut Gembong Tjitrosoepomo karena tumbuhan jati memerlukan cahaya matahari
untuk berfotosintesis, oleh karena itu pada tumbuhan jati daun paling banyak tumbuh
dibagian atas agar bisa mendapatkan asupan cahaya yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai