Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

PERAN DAN KETERLIBATAN MAHASISWA DALAM PENDIDIKAN


BUDAYA ANTI KORUPSI

Disusun Oleh

Kelompok 1 :

1. Cicilia Fransiska
2. Nadhifa Asfan
3. Shinta Fina Setiyani

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN SUTOMO
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu.

Makalah ini merupakan tugas kelompok bagi mahasiswa prodi D3


Kebidanan Sutomo POLTEKKES Kemenkes Surabaya. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Astuti Setiyani, SST., M.Keb., selaku ketua jurusan Kebidanan Sutomo


Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

2. Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb., selaku ketua prodi D3 Kebidanan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

3. Dr. Mamik, SKM., M.Kes., selaku dosen pengajar mata kuliah Pendidikan
Budaya Anti Korupsi prodi D3 Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya

4. Seluruh pihak yang turut membantu dan kerjasama dalam menyelesaikan


makalah yang berjudul Peran dan Keterlibatan Mahasiswa dalam Pendidikan
Budaya Anti Korupsi

Surabaya, 6 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Tujuan.........................................................................................................2

1.3 Manfaat.......................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi/Pengertian Korupsi.......................................................................3

2.2 Pendidikan Budaya Anti Korupsi di Perguruan Tinggi..............................8

2.3 Peran Pendidik Dalam Pengajaran Pendidikan Budaya Anti Korupsi.......9

2.4 Peran Mahasiswa........................................................................................10

2.5 Keterlibatan Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi..............................14

2.6 Kasus dan Soal-soal....................................................................................15

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................23
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Budaya Antikorupsi merupakan mata kuliah kompetensi


institusi atau muatan lokal. Pendidikan antikorupsi bertujuan membentuk
kesadaran akan bahaya korupsi, kemudian bangkit melawannya, mempromosikan
nilai-nilai kejujuran dan tidak mudah menyerah demi kebaikan. Korupsi adalah
perbuatan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri atau orang
lain yang dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara. Pemerintah
Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi korupsi dengan berbagai cara.
Korupsi di pandang sebagai kejahatan luar biasa yang oleh karena itu memerlukan
upaya luar biasa pula untuk memberantasnya.

Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak


pada upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum.
Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan
korupsi dengan ikut membangun budaya anti korupsi di masyarakat. Mahasiswa
diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerak gerakan
anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan aktif mahasiswa perlu dibekali
dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan
pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif
mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai anti korupsi dalam
kehidupan seharihari.
Keterlibatan mahasiswa dalam pemberantasan korupsi dimulai dari
lingkungan rumah/keluarga, lingkungan kampus, lingkungan masyarakat sekitar,
dan di tingkat lokal/nasional. Untuk keberhasilan di dalam keterlibatan
pemberantasan korupsi tersebut mahasiswa perlu dibekali pengetahuan yang
cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya. Di sinilah peran Mata
Kuliah Pendidikan Budaya Antikorupsi dapat diterapkan serta diwujudkan dalam
pembelajaran di Perguruan Tinggi.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang


pendidikan budaya antikorupsi di lingkungn masyarakat, keluarga, dan
perguruan tinggi.

b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari korupsi
2. Mengetahui pendidikan budaya anti korupsi di perguruan tinggi
3. Mengetahui peran pendidik dalam pengajaran pendidikan budaya anti
korupsi
4. Mengetahui peran mahasiswa ( peran di kampus, keluarga,
masyarakat, dan lokal dan tingkat internasional )
5. Mengetahui keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi

1.3 Manfaat

1. Menambah pengetahuan tentang pengertian dari korupsi


2. Menambah pengetahuan mengenai pendidikan budaya anti korupsi
3. Menambah pengetahuan mengenai peran pendidik dalma pengajaran
pendidikan budaya anti korupsi
4. Menambah pengetahuan mengenai peran mahasiswa (peran di
kampus, keluarga, masyarakat, dan lokal dn tingkat internasional )
5. Menambah pengetahuan mengenai keterlibatan mahasiswa dalam
gerakan anti korupsi
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi/Pengertian Korupsi

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea :


1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary : 1960). Selanjutnya,
dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin
yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda).
Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Istilah
korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia, adalah
“kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan
ketidakjujuran”(S.Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya,
“perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya” (WJS Poerwadarminta: 1976).

Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu
yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi
atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau
golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.

Berikut dipaparkan berbagai bentuk korupsi yang diambil dari Buku Saku
yang dikeluarkan oleh KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK: 2006)

No Bentuk Korupsi Perbuatan Korupsi


1 Kerugian  Secara melawan hukum melakukan perbuatan
Keuangan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi,
Negara dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau saran yang ada.
2 Suap Menyuap  Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai
Negeri atau penyelenggara Negara dengan maksud
supaya berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu
dalam jabatannya.
 Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara Negara karena atau berhubungan
dengan kewajiban dilakukan atau tidak dilakukan
dalam jabatannya.
 Memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri
dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang
melekat pada jabatan atau kedudukannya atau oleh
pemberi hadiah/janji dianggap melekat pada jabatan
atau kedudukan tersebut.
 Bagi pegawai negeri atau penyelenggara Negara
yang menerima pemberian atau janji.
 Bagi Pegawai negeri atau penyelenggara Negara
yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk menggerakkan agar melakukan
sesuatu atau tindakan melakukan sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya.
 Bagi pegawai negeri atau penyelenggara Negara
yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan karena telah melakukan sesuatu atau
tindakan melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya.
 Bagi pegawai negeri atau penyelenggara Negara
yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya atau yang menurut
pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan jabatannya.
 Memberi atau menjanjikan sesuatu pada hakim
dengan maksud untuk mempengaruhi putusan
perkara.
 Memberi atau menjanjikan sesuatu pada advokat
untuk menghadiri sidang pengadilan dengan
maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat
yang akan diberikan berhubungan dengan perkara.
 Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan
perkara.
3 Penggelapan  Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
dalam Jabatan yang ditugaskan menjalankan sesuatu jabatan
umum secara terus menerus atau untuk sementara
waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau
surat berharga yang disimpan karena jabatannya
atau uang/surat berharga tersebut diambil atau
digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam
melakukan perbuatan tersebut.
 Pegawai negeri atau orang lain selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalakan jabatan umum
secara terus-menerus atau untuk sementara waktu
dengan sengaja memalsukan buku atau daftar-daftar
yang khusus untuk pemeriksaan administrasi.
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalakan jabatan umum secara
terus menerus atau untuk sementara waktu dengan
sengaja menggelapkan, merusak atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar
yang digunakan untuk meyakinkan atau
membuktikan di muka pejabat yang berwenang
yang dikuasai karena jabatannya.
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalakan jabatan umum secara
terus menerus atau untuk sementara waktu dengan
sengaja membiarkan orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusak atau membuat tidak
dipakai barang akta, surat atau daftar tersebut.
 Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalakan jabatan umum secara
terus menerus atau untuk sementara waktu dengan
sengaja membantu orang lain menghilangkan
menghancurkan, merusak atau membuat tidak
dipakai barang akta, surat atau daftar tersebut.
4 Pemerasan  Pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang
dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan Sesuatu, membayar atau
menerima pembayaran dengan potongan atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
 Pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang
pada waktu menjalakan tugas meminta atau
menerima pekerjaan atau penyerahan barang
seolah-olah merupakan utang kepada dirinya,
padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang.
 Pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang
pada waktu menjalakan tugas, meminta, atau
menerima atau memotong pembayaran kepada
pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang
lain atau kepada kas umum tersebut mempunyai
utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang.
5 Perbuatan  Pembarong ahli bangunan yang pada waktu
Curang membuat bangunan atau penjual bahan bangunan,
melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keamanan orang atau barang atau
keselamatan Negara dalam keadaan perang.
 Setiap orang bertugas mengawasi pembangunan
atau menyerahkan bahan bangunan, sengaja
membiarkan perbuatan curang.
 Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang
keperluan TNI atau Kepolisian Negara RI
melakukan perbuatan curang dengan sengaja
membiarkan perbuatan curang.
6 Benturan  Pegawai negeri atau penyelenggara Negara baik
Kepentingan langsung maupun tidak langsung dengan sengaja
dalam turut serta dalam pemborongan pengadaan atau
Pengadaan persewaan yang pada saat dilakukan perbuatan
untuk keseluruhan atau sebagian ditugaskan untuk
mengurus atau mengawasinya.
7 Gratifikasi  Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggara Negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban tugasnya.

2.2 Pendidikan Budaya Anti Korupsi di Perguruan Tinggi


Sejak dulu gerakan mahasiswa penting dalam meentukan perjalanan
bengsa Indonesia karena diyakini bahwa sosok mahasiswa adalah mereka yang
masih berjiwa bersih karena idealism, semangat muda , dan kemampun intelektual
yang tinggi. Dari pandangan ini kemudian mahasiswa dianggap sebagai agen
perubahan (agen of change) pada suatu masyarakat atau bangsa.

Dalam rangka pemberantasan korupsi sangat diharapkan keterlibatan


mahasiswa yang sifatnya tidak pada upaya penindakan yang merupakan
kewenangan institusi penegak hukum, tetapi mahasiswa berperan aktif dalam
upaya pencegahan. Mahasiswa lebih difokuskan dalam hal ikut membangun
budaya anti korupsi di masyarakat (Dikti, 2011).

Gerakan antikorupsi adalah suatu gerakan memperbaiki perilaku individu


(manusia) dan sebuah system demi mencegah terjadinya perilaku koruptif.
Gerakan ini haruslah merupakan upaya bersama seluruh komponen bangsa.
Gerakan ini memerlukan waktu panjang dan harus melibatkan seluruh pemangku
kepentingan yang terkait, yaitu pemeintah, swasta dan masyarakat yang bertujuan
memperkecil peluang bagi berkembangnya korupsi dinegeri ini (Dikti, 2011).

Upaya pebaikan perilaku manusia dalam rangka gerakan antikorupsi


antara lain dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai yang mendukung
terciptanya perilaku antikorupsi. Nilai-nilai yang dimaksud adalah kejujuran,
kepedulian , kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras,
kesedarhanaan , keberanian dan keadilan.

Penanaman nilai-nilai antikorupsi kepada masyarakat disesuaikan dengan


kebutuhan, sedangkan penanaman nilai-nilai antikorupsi kepada mahasiswa
adalah melalui pendidikan , sosialisasi , seminar, kampanye atau bentuk-bentuk
ekstrakurikular lainnya. Mahasiswa tidak perlu diajak berperan aktif dan nyata
dalam ranah pemberantasan korupsi.

Upaya untuk perbaikan system yang perlu dilakukan , antara lain


menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang berlaku ,memperbaiki tata
kelola pemerintah reformasi birokrasi, menciptakan lingkungan kerja antikorupsi,
menerapkan prinsip-prinsip clean and good vemance , dan pemanfaatan teknologi
transparansi.

Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor


penggerak dalam gerakan antikorupsi dilingkungan keluarga, lingkungan
kampus, serata lingkungan masyarakat sekitar dan tingkat lokl/nasional. Untuk
keberhasilan gerakan tersebut, mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan
yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya. Di sinilah peran
Pendidikan dan Budaya Antikorupsi dapat menerapkan serta diwujudkan dalam
pembelajaran di perguruan tinggi

2.3 Peran Pendidik Dalam Pengajaran Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Peranan guru dalam pendidikan Anti Korupsi pada hakikatnya hampir


sama dengan peranan guru pada umumnya sebagai seorang pendidik. Bedanya,
peranan guru untuk saat ini dipandang jauh lebih berat dan lebih kompleks, yakni
tidak semata peran guru sebagai pengajar di depan kelas. Perubahan peranan guru
seperti ini, dikarenakan oleh adanya perubahan zaman yang melahirkan sejumlah
tantangan baru yang dihadapi oleh guru, sekaligus adanya tugas baru yang
dibebankan oleh masyarakat atau pemerintah kepada para guru, antara lain tugas
pendidikan Anti Korupsi.

Peran guru dalam pemberantasan korupsi, bukan berarti guru berperan


seperti KPK atau polisi. Sangat dibutuhkan peran guru dalam pemberantasan
korupsi, karena dengan pembekalan dan pengkontrolan karakter dari guru-guru
akan tercetak para generasi yang jujur anti korupsi. Para generasi yang jujur dari
hasil guru-guru yang teladan inilah nantinya akan memutus budaya korupsi. Ini
berarti bahwa hasil peran guru dalam pemberantasan korupsi tidak bisa dirasakan
sekarang secara instan, melainkan menunggu ketika siswa-siswa jujur ini menjadi
gubernur, insinyur, kondektur dan profesi yang lainnya.

Mewujudkan peran guru dalam pemberantasan korupsi akan benar-benar


berpengaruh terhadap diri siswa, karena sebagian besar siswa menganggap
gurunya adalah tokoh yang patut dicontoh, guru adalah public figur bagi
siswanya. Semua kegiatan disekolah dan lingkungan pendidikan seharusnya
mengutamakan kejujuran, bukan budaya instan yang terjadi selama ini. Kalau itu,
diakukan oleh seorang guru diberbagai posisinya maka pemberantas korupsi tidak
hanya sebagai slogan belaka di sekolah dan lingkungan pendidikan.

2.4 Peran Mahasiswa

Sejarah perjalanan bangsa indonesia tercatat bahwa mahasiswa


mempunyai peranan yang sangat penting. Peranan tersebut tercatat dalam
peristiwa-peristiwa besar yang dimulai dari Kebangkitan Nasional tahun 1908,
sumpah pemuda tahun 1928, proklamasi kemerdekaan NKRI tahun 1945, lahirnya
Orde Baru tahun 1996, dan reformasi tahun 1998. Tidak dapat di pungkiri bahwa
dalam peristiwa-peristiwa besar tersebut mahasiswa tampil didepan sebagai motor
penggerak dengan berbagai gagasan, semangat dan idealisme yang mereka miliki.

Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik


yang mereka miliki, yaitu: intelektualitas,jiwa muda, dan idealisme. Dengan
kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa pemuda yang penuh semangat, dan
idealisme yang murni telah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran
penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar
perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiwa berperan sangat penting sebagai
agen perubahan. Dalam konteks gerakan anti korupsi mahasiswa juga diharapakan
dapat tampil di depan menjadi motor penggerak.

Mahasiswa didukung oleh kompetensi dasar yang mereka miliki, yaitu:


intelegensi, kemampuan berpikir kritis, dan keberanian untuk menyatakan
kebenaran. Dengan kompetensi yang mereka miliki tersebut mahasiswa
diharapkan mampu menjadi agen perubahan, mampu menyeruakan kepentingan
rakyat, mampu mengkritisi kebijakan-kebijakan yang koruptif, dan mampu
menjadi lembaga-lembaga negara dan penegak hukum.

2.4.1 Peran Mahasiswa dalam Lingkungan Kampus


Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di lingkungan
kampus dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu
mahasiswanya sendiri, dan untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks
individu, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar dirinya
sendiri tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.

Sedangkan untuk konteks komunitas, seorang mahasiswa


diharapkan dapat mencegah agar rekanrekannya sesama mahasiswa dan
organisasi kemahasiswaan di kampus tidak berperilaku koruptif dan tidak
korupsi.

Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk menanamkan


nilai-nilai anti korupsi kepada komunitas mahasiswa dan organisasi
kemahasiswaan. Kegiatan kampanye, sosialisasi, seminar,pelatihan,
kaderisasi, dan lain-lain dapat dilakukan untuk menumbuhkan budaya
anti korupsi. Kegiatan kampanye ujian bersih atau anti mencontek
misalnya, dapat dilakukan untuk menumbuhkan antara lain nilai-nilai
kerja keras, kejujuran, tanggung jawab, dan kemandirian. Kantin
kejujuran adalah contoh lain yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan
nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab.

2.4.2 Peran Mahasiswa dalam Keluarga

Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat


dimulai dari lingkungan keluarga. Di dalam keluarga dapat terlihat
ketaatan tiap-tiap anggota keluarga dalam menjalankan hak dan
kewajibannya secara penuh tanggung jawab. Keluarga dalam hal ini
harus mendukung dan memfasilitasi sistem yang sudah ada sehingga
individu tidak terbiasa untuk melakukan pelanggaran.

Sebaliknya seringnya anggota keluarga melakukan pelanggaran


peraturan yang ada dalam keluarga, bahkan sambil mengambil hak
anggota keluarga yang lain, kondisi ini dapat menjadi jalan tumbuhnya
perilaku korup di dalam keluarga. Kegiatan tersebut dapat berupa
melakukan pengamatan terhadap perilaku keseharian anggota keluarga,
misalnya

1. Apakah dalam mengendarai kendaraan bermotor bersama ayahnya


atau anggota keluarga yang lain, peraturan lalu lintas dipatuhi? Misalnya:
tidak berbelok/berputar di tempat di mana ada tanda larangan
berbelok/berputar, tidak menghentikan kendaraan melewati batas marka
jalan tanda berhenti di saat lampu lalu lintas berwarna merah, tidak
memarkir/menghentikan kendaraan di tempat di mana terdapat tanda
dilarang parkir/berhenti, dsb.

2. Apakah ketika berboncengan motor bersama kakaknya atau anggota


keluarga lainnya, tidak menjalankan motornya di atas pedestrian dan
mengambil hak pejalan kaki. Pengetahuan Budaya Antikorupsi
mengendarai motor berlawanan arah? Tidak mengendarai motor melebihi
kapasitas (misalnya satu motor berpenumpang 3 atau bahkan 4 orang).

3. Apakah penghasilan orang tua tidak berasal dari tindak korupsi?


Apakah orang tua tidak menyalahgunakan fasilitas kantor yang menjadi
haknya

4. Apakah ada diantara anggota keluarga yang menggunakan produk-


produk bajakan (lagu, film, software, tas, sepatu, dsb.)

5. menghargai kejujuran dalam kehidupan

6. penerapan nilai-nilai religius di lingkungan terdekat, termasuk dalam


aktivitas ibadah.

7. pemberian bantuan tanpa pamrih dan atas kesadaran sendiri

8. berani mempertanggungjawabkan perilakunya

9. mempunyai komitmen tinggi termasuk menaati aturan


10. Berani mengatakan yang benar dan jujur.

11. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini adalah
tingkat ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku.
Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib.

2.4.3 Peran Mahasiswa dalam Masyarakat Nasional dan Internasional

Dalam konteks nasional atau internasional, keterlibatan seorang


mahasiswa dalam gerakan anti korupsi bertujuan agar dapat mencegah
terjadinya perilaku koruptif dan tindak korupsi yang masif dan sistematis di
masyarakat. Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi
pemimpin (leader) dalam gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat
nasional maupun internasional. Berawal dari kegiatan-kegiatan yang
terorganisir dari dalam kampus, mahasiswa dapat menyebarkan perilaku anti
korupsi kepada masyarakat luas, dimulai dari masyarakat yang berada di
sekitar kampus kemudian akan meluas ke lingkup yang lebih luas seperti
masyarakat dalam negeri dan luar negeri.

Kegiatan-kegiatan anti korupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara


bersama dan berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai Perguruan
Tinggi akan mampu membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya
korupsi yang terjadi di suatu negara. Hal yang penting adalah dimilikinya
integritas oleh mahasiswa. Integritas adalah salah satu pilar penting sebagai
pembentuk karakter antikorupsi. Secara harfiah, integritas bias diartikan
sebagai selarasnya antara ucapan dan perbuatan. Jika ucapan mengatakan
antikorupsi, perbuatan pun demikian. Dalam bahasa sehari-hari di
masyarakat, integritas bisa pula diartikan sebagai kejujuran.
2.5 Keterlibatan Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi

Dalam sejarah tercatat bahwa mahasiswa mempunyai peran penting dalam


menentukan perjalanan bangsa Indonesia. Dengan idealisme, semangat muda dan
kemampuan intelektual tinggi yang dimilikinya mahasiswa mampu berperan
sebagai agen perubahan (agent of change). Peran mahasiswa tersebut terlihat
menonjol dalam peristiwaperistiwa besar seperti Kebangkitan Nasional tahun
1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945,
lahirnya Orde Baru tahun 1966, dan Reformasi tahun 1998. Maka tidaklah
berlebihan jika mahasiswa diharapkan juga dapat menjadi motor penggerak utama
gerakan anti korupsi di Indonesia.

Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah. Mahasiswa selain


sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol dalam
pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi
jika dirasa kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan
kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat.

Misalnya, dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau


melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.

1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol


sosial terkait dengan kepentingan publik.

2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan


desa hingga ke tingkat pusat/nasional.

4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan


pemerintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan


aktif dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat
luas.
2.6 Kasus dan Soal-soal

 Kasus 1

Wakil Ketua KPK Laode M. Syarief memberikan keterangan tentang kasus


dugaan suap terkait seleksi pengisian jabatan pimpinan tinggi di Kementerian
Agama pada konferensi pers di gedung KPK, Jakarta, Sabtu (16/3/2019).
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/NZ Oleh: Mohammad Bernie - 15 Mei
2019 KPK selama ini menerima banyak laporan soal dugaan korupsi di kampus.
Di antara laporan itu ada yang mengadukan masalah terkait penerimaan
mahasiswa hingga pungutan di fakultas kedokteran. tirto.id - https://tirto.id/dHYn

1. Kasus 1 termasuk bentuk korupsi...


A. Kerugian keuangan negara
B. Suap menyuap
C. Penggelapan dalam jabatan
D. Pemerasan
E. Perbuatan curang

Jawaban : B

2. Ciri ciri korupsi sesuai dengan kasus 1 yaitu...


A. Melibatkan 1 pihak saja
B . Adanya kewajiban bersama
C. Adanya suatu penghianatan
D. Adanya pemberi dan penerima
E. Melalaikan kepentingan umum demi kepentingan pribadi

Jawaban : D
3. Menurut saudara sebagai mahasiswa, dampak jangka panjang yang akan
di terima oleh negara akibat kasus 1 yaitu…..
A.Korupsi menjadi hal biasa di Indonesia
B.Pudarnya nilai-nilai dan norma pancasila
C.Semakin banyaknya korupsi di Indonesia
D.Hilangnya kepercayaan masyarak terhadap pemerintah
E.Terperosoknya negara dalam kemiskinan akibat korupsi tiada henti

Jawaban : A

4. Banyak penyebab korupsi yang terjadi di Indonesia. Pada kasus 1


penyebab yang dapat terjadi di negara Indonesia yaitu...
a.Ingin membantu orang yang benar.
b. Kurang kuatnya hukum di Indonesia
c.Selalu merasa kurang dengan penghasilan yang di dapat
d.Tidak adanya keadilan dari putusan yang sudah di berikan
e.Takut jika apa yang di lakukan di ketahui banyak khalayak

Jawaban B

5. Ciri ciri korupsi sesuai dengan kasus 1 yaitu...


A. Melibatkan 1 pihak saja
B . Adanya kewajiban bersama
C. Adanya suatu penghianatan
D. Adanya pemberi dan penerima
E. Melalaikan kepentingan umum demi kepentingan pribadi

Jawaban : D
 Kasus 2

Kami berharap pendidikan antikorupsi ini dilakukan bersama-sama


seluruh pihak. Serendah-rendahnya sebagai insersi, kemudian sebagai
mata kuliah pilihan dan setinggi-tingginya sebagai mata kuliah wajib," ujar
Wakil Ketua KPK Laode M Syarif di gedung Pusat Edukasi Antikorupsi
KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (15/5/2019). (ibh/jbr ) – detik.com

6. Dampak yang bisa terjadi pada kasus 2 adalah…


a.Demokrasi
b.Demoralisasi
c.Stabilitas negara
d.Melemahnya pertahanan negara
e.Meningkatnya kualitas pendidikan

Jawaban : E

 Kasus 3

Ribuan Gelombang Mahasiswa dan Satu Rasa Ketidakadilan

Elvira Khairunnisa, CNN Indonesia | Selasa, 05/11/2019 11:38 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Aksi mahasiswa memprotes pengesahan


Undang-undang KPK mendominasi perbincangan di ruang publik setelah
gerakan kampus lama tak terdengar gaungnya. Aksi ini kemudian diikuti
oleh anak usia sekolah (STM) dan kalangan buruh. Demonstrasi menuntut
Perppu KPK ini juga terus bergulir usai Joko Widodo dilantik sebagai
presiden untuk kali kedua.(CNN Indonesia )
7. Apabila kasus 3 di pandang sebagai kejahatan luar biasa dan tindakan
melawan hukum maka hal tersebut termasuk korupsi dalam perspektif…..
A.Sosial
B.Agama
C.Budaya
D.Hukum
E.Ekonomi

Jawaban : D

8. Yang termasuk salah satu nilai nilai yang mendukung terciptanya perilaku
antikorupsi
A. Kejujuran
B. Acuh tak acuh
C. Lalai dalam tugas
D. Tidak tepat waktu
E. Mengucilkan

Jawaban : A

9. Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di lingkungan kampus


dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu
A. Untuk dosen
B. Untuk petinggi perguruan tinggi dan staf
C. Untuk diri sendiri dan dosen
D. Untuk masyarakat dan teman
E. Untuk individu mahasiswanya sendiri, dan untuk komunitas mahasiswa.
Jawaban : E
10. Salah satu upaya untuk perbaikan sistem gerakan anti korupsi adalah
A. Menciptakan lingkungan kerja anti korupsi
B. Menentang perundang- undangan yg ada
C. Tidak menerapkan prinsip clean and good vemance
D. Berbuat semaunya
E. Merusak tata kelola pemerintah

Jawaban A

11. Menurut Dikti pengertian gerakan anti korupsi adalah


A. Gerakan antikorupsi adalah suatu gerakan memperbaiki perilaku
individu (manusia)
dan sebuah sistem demi mencegah terjadinya perilaku koruptif
B. Gerakan anti korupsi adalah gerakan politik yang bertujuan untuk
mengumpulkan masa sebanyak banyaknya
C. Gerakan anti korupsi adalah gerakan yang bertujuan untuk memberi
dukungan kepada suatu organisasi tertentu
D. Gerakan anti korupsi adalah gerakan yang akan menghasilkan suatu
kebudayaan yang baru
E. Gerakan anti korupsi adalah gerakan meninjau ulang suatu gerakan
yang ada dalam pemerintahan
Jawaban: A

12. Lemahnya dan tidak tegasnya penegakan hukum merupakan factor


perkembangan tindakan korupsi yaitu faktor...
A.Sosial
B.Politik
C.Hukum
D.Birokrasi
E.Transnasional

Jawaban: C
13. Dipaparka berbagai bentuk korupsi yang diambil dari buku saku yang
dikeluarkan oleh KPK, kecuali
A. Kerugian keuangan negara
B. Suap menyuap
C. Pemerasan
D. Perbuatan curang
E. Kontrovensi

Jawaban: E

14. Dampak yang paling berpengaruh yang terjadi akibat kasus 3 adalah…
a.Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
b.Menghambat investasi warga ke Indonesia
c.Akses bagi masyarakat miskin menjadi semakain terbatas
d.Sarana dan prasarana di fasilitas kesehatan semakin banyak.
e.Tingginya harga obat dan rendahnya kualitas alat kesehatan

Jawaban : A

15. Pada upaya perbaikan perilaku manusia dalam rangka gerakan antikorupsi
antara lain dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai yang mendukung
terciptanya perilaku antikorupsi. Nilai-nilai yang dimaksud kecuali...
a. kejujuran
b. kepedulian
c. kekerasan
d. kemandirian
e. kedisiplinan

jawaban: C
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea :


1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary : 1960). Dengan demikian
arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan
kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral,
sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,
menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan
ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.

Berbagai bentuk korupsi yang diambil dari Buku Saku yang dikeluarkan
oleh KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK: 2006) yaitu: kerugian
keuangan negara, suap menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
pembuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.

Penanaman nilai-nilai antikorupsi kepada masyarakat disesuaikan dengan


kebutuhan, sedangkan penanaman nilai-nilai antikorupsi kepada mahasiswa
adalah melalui pendidikan , sosialisasi , seminar, kampanye atau bentuk-bentuk
ekstrakurikular lainnya. Mahasiswa tidak perlu diajak berperan aktif dan nyata
dalam ranah pemberantasan korupsi.

Peran guru dalam pemberantasan korupsi, bukan berarti guru berperan


seperti KPK atau polisi. Sangat dibutuhkan peran guru dalam pemberantasan
korupsi, karena dengan pembekalan dan pengkontrolan karakter dari guru-guru
akan tercetak para generasi yang jujur anti korupsi.
Para generasi yang jujur dari hasil guru-guru yang teladan inilah nantinya
akan memutus budaya korupsi. Ini berarti bahwa hasil peran guru dalam
pemberantasan korupsi tidak bisa dirasakan sekarang secara instan, melainkan
menunggu ketika siswa-siswa jujur ini menjadi gubernur, insinyur, kondektur dan
profesi yang lainnya. Mahasiswa juga berperan aktif untuk terlibat dalam gerakan
anti korupsi dalam lingkungan kampus, keluarga, masyarakat nasional dan
internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Kurikulum dan Modul Pelatihan TOT. 2014. Tenaga Kependidikan tentang


Budaya Anti Korupsi.

T Puspito, dkk. 2011. Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Kemendikbud RI Dirjend PT.

Trinovalni, Elvi. 2016. Pengetahuan Budaya Anti Korupsi. Jakarta Selatan.


Kementerian kesehatan republik indonesia

Anda mungkin juga menyukai