Anda di halaman 1dari 14

MASALAH DIMENSI SOSIAL WANITA PADA PELECEHAN SEKSUAL

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pelayanan KB dan
Kesehatan Reproduksi

Dosen Pengajar :
Rijanto,SKp,M.Kes.

Disusun Oleh Kelompok 6:

Nadhifa Asfan / P27824119025


Nadia Kesuma Dewi / P27824119026
Nia Agustin / P27824119027

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kelompok dengan judul “Masalah Dimensi Sosial Wanita Pada Pelecehan
Seksual” yang disusun oleh anggota kelompok 6 Program Studi D3 Kebidanan
Jurusan Kebidanan Sutomo Poltekkes Kemenkes Surabaya tahun akademik
2019/2020. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pelayanan KB
dan Kesehatan Reproduksi.

Surabaya, 27 Agustus 2020

Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan, Ketua Kelompok

Rijanto, SKp., M.Kes. Nadhifa Asfan


NIP. 196708051991031001 NIM. P27824119025
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat
waktu.

Makalah ini merupakan tugas kelompok bagi mahasiswa prodi D3


semester 3 Kebidanan kampus Sutomo POLTEKKES Kemenkes Surabaya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Astuti Setiyani, SST., M.Keb., selaku ketua jurusan kebidanan kampus


Surabaya Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
2. Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb., selaku ketua prodi D3 Kebidanan
kampus Surabaya Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Siti Alfiah, S.Kep Ns, M.Kes., selaku koordinator RMK mata kuliah
Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi.
4. Rijanto, S.Kp, M.Kes., selaku dosen pengajar mata kuliah Pelayanan KB
dan Kesehatan Reproduksi.
5. Seluruh pihak yang turut membantu terselesainya makalah ini.

Surabaya, 27 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................


1.2 Tujuan.......................................................................................................
1.3 Manfaat.....................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN MATERI/TEORI

2.1 Pengertian Pelecehan Seksual...................................................................


2.2 Bentuk-Bentuk Pelecehan Seksual............................................................
2.3 Aspek-Aspek Pelecehan Seksual...............................................................

BAB 3 MASALAH DAN PENANGANANNYA

3.1 Masalah-Masalah Dalam Pelecehan Seksual.............................................


3.2 Penanganan Pelecehan Seksual.................................................................

BAB 4 PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................
3.2 Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara biologis wanita dan pria memang tidak sama, akan tetapi sebagai
makhluk jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal budi. Kedua macam
insan itu mempunyai persamaan yang hakiki. Keduanya adalah pribadi yang
mempunyai hak sama untuk berkembang.
Dalam masa transisi menuju kemasyarakat industrial terdapat perubahan
system nilai. Hal ini erat hubungannya dengan pembangunan yang
mendatangkan tekhnologi barat bersama dengan nasihat-nasihatnya. Pengaruh
informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah diakses
justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiaasaan
tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol, penyalahgunaan obat
dan suntikan terlarang, perkelahian antar-remaja atau tawuran (Iskandar, 1997).
Pertemuan antara kebudayaan secara mendadak itu menimbulkan
permasalahan social yang erat hubungannya dengan moralitas. Partisipasi
wanita dalam menangani masalah ini sangat diharapkan karena hal ini sesuai
dengan ketentuan tentang peranan wanita dalam GBHN 1988. Ketentuan itu
menerangkan bahwa peran wanita adalah mewujudkan dan mengembangkan
keluarga sehat, sejahterah dan bahagia, termasuk pengembangan generasi
muda, terutama anak dan remaja dalam rangka pembangunan wanita
seutuhnya.
Di era westernisasi seperti sekarang ini, Perempuan sering dijadikan
komoditas bahkan dilecehkan dan menjadi korban dalam berbagai masalah
kehidupan. Hal tersebut yang mendasari bahwa wanita adalah rendah, lemah
dan paling sering mengalami permasalahan yang berkaitan dengan status
kehidupannya dalam dimensi sosial di masyarakat yang disini fokus pada
pemerkosaan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dimensi sosial wanita pada
pelecehan seksual.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Memahami dan mengetahui
2. Memahami dan mengetahui
3. Memahami dan mengetahui
4. Memahami dan mengetahui

1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menjadi pemahaman bagi mahasiswa
kesehatan terutama mahasiswa kebidanan untuk lebih mengerti tentang
dimensi sosial wanita pada pelecehan seksual.
BAB 2

TINJAUAN MATERI/TEORI

A. Pengertian Pelecehan Seksual

Menurut Winarsunu (2008), pelecehan seksual adalah segala macam bentuk


perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan tidak
dikehendaki oleh korbannya. Bentuknya dapat berupa ucapan, tulisan, simbol,
isyarat dan tindakan yang berkonotasi seksual. Aktifitas yang berkonotasi seksual
bisa dianggap pelecehan seksual jika mengandung unsur-unsur sebagai berikut,
yaitu adanya pemaksaan kehendak secara sepihak oleh pelaku, kejadian
ditentukan oleh motivasi pelaku,kejadian tidak diinginkan korban, dan
mengakibatkan penderitaan pada korban.

B. Bentuk-bentuk Pelecehan Seksual

Secara umum, pelecehan seksual ada 5 bentuk, yaitu :

a. Pelecehan fisik

Sentuhan yang tidak diinginkan mengarah keperbuatan seksual seperti


mencium, menepuk, memeluk, mencubit, mengelus, memijat tengkuk,
menempelkan tubuh atau sentuhan fisik lainnya.

b. Pelecehan lisan

Ucapan verbal/komentar yang tidak diinginkan tentang kehidupan pribadi atau


bagian tubuh atau penampilan seseorang, termasuk lelucon dan komentar
bermuatan seksual.

c. Pelecehan non-verbal/isyarat

Bahasa tubuh dan atau gerakan tubuh bernada seksual, kerlingan yang
dilakukan berulang-ulang, menatap tubuh penuh nafsu, isyarat dengan jari tangan,
menjilat bibir, atau lainnya.

d. Pelecehan visual
Memperlihatkan materi pornografi berupa foto, poster, gambar kartun,
screensaver atau lainnya, atau pelecehan melalui e-mail, SMS dan media lainnya.

e. Pelecehan psikologis/emosional

Permintaan-permintaan dan ajakan-ajakan yang terus menerus dan tidak


diinginkan, ajakan kencan yang tidak diharapkan, penghinaan atau celaan yang
bersifat seksual.

Pelecehan seksual yang dihadapi laki-laki maupun perempuan dalam berbagai


bentuknya, mulai dari komentar yang berkonotasi seksual dan kontak fisik secara
tersembunyi (memegang, sentuhan ke bagian tubuh tertentu) hingga ajakan yang
dilakukan secara terang-terangan dan serangan seksual (Santrock, 2007).

C. Aspek-aspek Pelecehan Seksual

Mayer dkk. (1987) menyatakan secara umum dua aspek penting dalam
pelecehan seksual, yaitu aspek perilaku dan aspek situasional.

a. Aspek Perilaku

Pelecehan seksual sebagai rayuan seksual yang tidak dikehendaki


penerimanya, dimana rayuan tersebut muncul dalam beragam bentuk baik yang
halus, kasar, terbuka, fisik maupun verbal dan bersifat searah. Bentuk umum dari
pelecehan seksual adalah verbal dan godaan secara fisik dimana pelecehan secara
verbal lebih banyak daripada secara fisik. Para ahli tersebut menyebutkan
pelecehan dalam bentuk verbal adalah bujukan seksual yang tidak diharapkan,
gurauan atau pesan seksual yang terus-menerus, mengajak kencan terus menerus
walaupun telah ditolak, pesan yang menghina atau merendahkan, komentar yang
sugestif atau cabul, ungkapan sexist mengenai pakaian, tubuh, pakaian atau
aktivitas seksual perempuan, permintaan pelayanan seksual yang dinyatakan
dengan ancaman tidak langsung maupun terbuka.

b. Aspek situasional

Pelecehan seksual dapat dilakukan dimana saja dan dengan kondisi tertentu.
Perempuan korban pelecehan seksual dapat berasal dari setiap ras, umur,
karakteristik, status perkawinan, kelas sosial, pendidikan, pekerjaan, tempat kerja,
dan pendapatan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek pelecehan


seksual adalah aspek perilaku dan aspek situasional.
BAB 3

MASALAH DAN PENANGANAN

A. Masalah-masalah dalam Pelecehan Seksual

Didalam melakukan pelecehan seksual terhadap korban baik wanita ataupun


anak-anak, biasanya ada tahapan yang dilakukan oleh pelaku. Dalam hal ini,
kemungkinan pelaku mencoba perilaku untuk mengukur kenyamanan korban. Jika
korban menuruti, kekerasan akan berlanjut dan intensif, berupa :

a. Nudity (dilakukan oleh orang dewasa);


b. Disrobing (orang dewasa membuka pakaian di depan anak);
c. Genital exposure (dilakukan oleh orang dewasa);
d. Observation of the child (saat mandi, telanjang, dan saat membuang air);
e. Mencium anak yang memakai pakaian dalam;
f. Fondling (meraba-raba dada korban, alat genital, paha, dan bokong);
g. Masturbasi;
h. Fellatio (stimulasi pada penis, korban atau pelaku sendiri);
i. Cunnilingus (stimulasi pada vulva atau area vagina, pada korban atau
pelaku);
j. Digital penetration (pada anus atau rectum);
k. Penile penetration (pada vagina);
l. Digital penetration (pada vagina);
m. Penile penetration (pada anus atau rectum);
n. Dry intercourse (mengelus-elus penis pelaku atau area genital lainnya,
paha, atau bokong korban)
B. Penanganan Pelecehan Seksual

Banyak sekali korban pelecehan seksual yang merasa takut dan cenderung
menyalahkan dirinya sendiri. Tentunya hal ini tidak baik dan dapat semakin
merugikan korban. Menyalahkan diri sendiri bisa membuat korban merasa
semakin tertekan bahkan hingga merasa depresi. Peran orang-orang di sekitar
memang penting untuk memberikan dukukangan pada korban, tetapi keinginan
untuk memperbaiki situasi juga sangat bergantung pada korban. Berikut adalah
hal-hal yang bisa dilakukan sebagai pencegahan :

a. Selalu waspada dimanapun Anda berada. Usahakan Anda dapat selalu siap
untuk melawan atau kabur jika bertemu orang yang berpotensi melakukan
pelecehan seksual pada Anda.
b. Bersikap tegas pada pelaku. Jika Anda mendapat perlakukan seperti
perilaku seksual, pemaksaan seksual, dan penyuapan seksual, Anda harus
dapat menolak dengan tegas dan sebaiknya langsung meminta bantuan
pada orang lain agar tindakan tersebut dapat dihentikan.
c. Jika Anda melihat berbagai tindakan yang menjurus pada pelecehan
seksual, jangan ragu untuk menyuarakan pendapat Anda. Saat ini sangat
banyak bentuk pelecehan seksual di mana pelaku tidak menyadari bawa
perilaku yang dilakukan sudah termasuk dalam pelecehan seksual.

Jika pelecehan seksual sudah terlanjur terjadi dan tidak dapat lagi dicegah,
berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh korban pelecehan
seksual :

a. Jika Anda menjadi korban pelecehan seksual, jangan ragu untuk bercerita
pada orang terdekat Anda. Banyak korban yang merasa malu dengan
kondisi tersebut, padahal dalam hal ini korban tidak dapat menjadi pihak
yang disalahkan. Jadi Anda tidak perlu malu untuk menceritakan hal
tersebut pada orang lain.
b. Laporkan pada pihak yang berwenang. Jika efek jera tidak diberikan pada
pelaku pelecehan seksual, pelaku tersebut akan terus melakukan tindakan
serupa. Melaporkan kepada pihak berwenang agar pelaku mendapatkan
hukuman adalah tindakan yang tepat.
c. Berbagi cerita dengan orang-orang yang ada di sekitar Anda atau jika ingin
cakupannya lebih luas, Anda bisa berbagi cerita di media sosial atau blog.
Tujuan dari berbagi cerita sangatlah sederhana, Anda bisa membuat orang-
orang di luar sana untuk lebih peka dan juga waspada terhadap pelecehan
seksual.
d. Jika Anda merasa tertekan secara psikologis, sebaiknya konsultasikan pada
psikolog atau terapis profesional untuk memulihkan terlebih dulu kondisi
mental Anda, sebelum Anda dapat bercerita tentang kejadian yang Anda
alami.

Pelecehan seksual bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, juga tanpa melihat
usia dan juga gender dari korban. Saat ini banyak perilaku atau pun komentar
yang menyalahkan korban pelecehan seksual, padahal hal tersebut tidak dapat
dibenarkan karena akan semakin membuat korban semakin merasa bersalah atau
depresi. Jika tidak dapat memberikan dukungan pada korban, ada baiknya diam
dan tidak berkomentar secara langsung pada korban.
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelecehan seksual pada wanita dapat terjadi di mana saja dan kapan saja serta
dapat dilakukan oleh siapa saja, baik itu anggota keluarga, pihak sekolah, maupun
orang lain. Oleh karena itu, kita harus dibekali dengan pengetahuan seksualitas
yang benar agar anak dapat terhindar dari kekerasan seksual.

Kekerasan/pelecehan seksual yang terjadi pada seorang perempuan


dikarenakan sistem tata nilai yang mendudukkan perempuan sebagai makhluk
yang lemah dan lebih rendah dibandingkan laki-laki, perempuan masih
ditempatkan dalam posisi subordinasi dan marginalisasi yang harus dikuasai,
dieksploitasi dan diperbudak laki-laki dan juga karena perempuan masih
dipandang sebagai second class citizens.

Negara harus mengutuk tindakan kekerasan yang dilakukan terhadap


perempuan dan tidak berlindung dibalik pertimbangan adat, tradisi atau
keagamaan, karena perempuan yang mengalami tindak kekerasan harus diberi
akses kepada mekanisme peradilan dan dijamin oleh perundang-undangan
nasional untuk memperoleh kompensasi yang adil dan efektif atas
kerugiankerugian yang diderita. Harusnya para pelaku kekerasan/pelecehan
seksual mendapatkan hukuman yang berat, karena aib yang diderita seorang
perempuan tidak terhapuskan sepanjang hidupnya.

B. Saran

Berdasarkan makalah ini kami menilai bahwa banyak manfaat dan fungsi bagi
para pembacanya dalam mengatasi masalah-masalah seputar pelecehan seksual
terhadap wanita.
DAFTAR PUSTAKA

Kartono, K. (1995). Psikologi Anak: Psikologi Perkembangan. Bandung: Mandar


Maju.

Hurairah, Abu. (2012). Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuasa Press.

Anonim. (2014). Kenali Kekerasan Seksual pada Anak. Diunduh dari


http://www.parenting. co.id/article/mode/kenali.kekerasan.
seksual.pada.anak/001/003/687, diakses pada 21 Mei 2014.

Wahyuni, Dinar. (2014). Kejahatan Seksual Anak dan Gerakan Nasional Anti-
Kejahatan Seksual Terhadap Anak. Info Singkat Kesejahteraan Sosial Vol. VI,
No. 12/II/ P3DI/Juni/2014.

Djama dan Nuzliati Tahir. 2017. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Kesehatan
Poltekkes Ternate. Vol 10 No 1.
http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/967247 (diakses pada tanggal 27
Agustus 2020, 20:00 WIB)

KTI Kebidanan. 2014. Makalah Dimensi Sosial Wanita Dan Permasalahannya.


http://warungbidan.blogspot.com/2016/07/makalah-dimensi-sosial-wanita-
dan.html (diakses pada tanggal 28 Agustus 2020, 05:15 WIB)

http://repository.ump.ac.id/3830/3/SUSI%20WIJI%20UTAMI%20-%20BAB
%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai