3. Memperpanjang Umur
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia yang menjali tali silaturahmi dengan baik adalah
makhluk yang sangat mulia. Keutamaan menjaga silaturahmi lainnya adalah untuk diri
sendiri yaitu akan diperpanjang umurnya oleh Allah SWT. Dan juga, rezeki yang dimiliki
akan dilapangkan sehingga mendapatkan pertolongan di dunia dari Allah SWT. Cara
untuk menjalin silaturahmi bisa dengan mengunjungi anggota keluarga maupun sanak
saudara sehingga tercipta kerukunan serta hubungan yang sangat harmonis. Amalan
silaturahmi memang bisa memperpanjang umur karena hati menjadi tentram, tenang,
serta hati dipenuhi dengan hal-hal kebaikan. Tidak menutup kemungkinan bahwa orang
yang senang menjaga tali silaturahmi akan tetap awet muda dengan wajah yang
berseri-seri. Selain dijaga, silaturahmi juga perlu diperkuat sehingga setiap muslim akan
mendapatkan manfaatnya.Selain manfaat yang didapatkan di dunia, kebaikan lainnya
akan didapatkan di akhirat nantinya.
4. Memperluas Persaudaraan
Seseorang yang mau menjalin silaturahmi maka ikatan persaudaraan akan lebih luas
dibandingkan dengan orang yang jarang bersilaturahmi. Menjalankan silaturahmi
dengan baik pastinya nanti bisa mengenal saudara dan sahabat-sahabat yang lain.
Berbeda dengan orang yang jarang bersilaturahmi maka tidak akan mengenal saudara
dan sahabatnya. Padahal semua umat Islam sudah dianggap saling bersaudara dan
menjadi keutamaan dalam menjalin sebuah silaturahmi.
Adab Bersilaturahim
Tidak dibenarkan ketika kita bersilaturahim dengan tujuan lain. Jangan sampai kita
hanya bersilaturahim kepada kaum kerabat hanya karena kita memiliki misi terselubung,
misalnya ingin meminjam uang atau ingin mencari informasi tertentu dan ketika hajat
kita sudah terpenuhi, kita tak lagi bersilaturahim dengan mereka. Niatkankah hanya
untuk mencari ridho Allah melalui bersilaturahim karena ini adalah perintah Allah.
Allah mengajarkan kita tentang adab ini dalam firman-nya surah An-Nur ayat 27 yang
artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.”
Allah juga mengajarkan kita tentang tiga waktu yang tidak dianjurkan untuk bertamu
dalam firman Allah surah An-Nur ayat 58 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman,
hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang
belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari)
yaitu: sebelum shalat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari
dan sesudah shalat Isya’ (Itulah) tiga (waktu buka) ‘aurat bagi kamu.”
Di luar ketiga waktu itu, kita sebagai orang yang akan bertamu juga harus
memperhatikan kapan tuan rumah istirahat dan bekerja. Jangan sampai kita bertanu di
waktu yang tidak tepat karena hal itu tentu bisa menganggu bagi tuan rumah. Ketika
kita memang sangat butuh untuk berkunjung di waktu-waktu tersebut, ada baiknya kita
harus meminta izin terlebih dahulu sebelum berangkat ke rumahnya.
Rasulullah bersabda dalam haditsnya yang artinya, “Biasakan saling memberi hadiah,
niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)
“Janganlah orang itu duduk di tempat duduk khusus milik tuan rumah, kecuali jika
diizinkan.” (HR. Muslim)
Selain itu, kita dilarang untuk duduk di tempat di mana kita bisa melihat isi rumah.
Larangan ini tentu bertujuan untuk menghindari ketidaknyamanan tuan rumah apabila
ada bagian rumah lainnya yang terlihat oleh orang luar.
Selama bertamu, janganlah kita mengedarkan pandangan kita untuk melihat-lihat hal
yang tak perlu diamati, seperti memperhatikan dengan seksama bangunan dan isi
rumah. Tentunya, tuan rumah juga tak akan nyaman kalau ada orang lain yang
memperhatikan isi rumahnya dengan saksama.
Rasulullah bersabda, “Apabila kalian di undang, hadirilah! Jika sedang puasa, doakanlah!
Dan apabila tidak berpuasa, makanlah!” (HR. Muslim).
Jika kita sedang berpuasa, sampaikanlah jika kita tidak bisa memakannya karena
berkuasa dana sebagai ganti atas kebaikannya, doakanlah tuan rumah dan keluarganya.
Jangan pula kita meminta lebih dari yang dihidangkan dan jangan lupa untuk berterima
kasih atas sajian yang dihidangkan. Tidak dibenarkan pula kita mencela atau mengkritik
makanan yang tuan rumah sajikan. Jika memang makanannya terlalu banyak bumbu,
misalnya terlalu asin, maka sampaikanlah dengan sangat santun dan halus agar tidak
menyakiti dan menyinggung hati tuan rumah.
Segeralah Pulang
Allahh berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 53 yang artinya, “Jika kamu diundang maka
masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang
percakapan…”
Sekalipun kita bertamu di luar ketiga waktu yang telah di bahas sebelumnya, kita harus
tetap memperhatikan kenyamanan dan kebutuhan tuan rumah. Jangan terlalu lama
bertamu di rumah seseorang karena hal itu tentu tidak akan membuat nyaman dan akan
merepotkan tuan rumah.
Jika hendak menginap, sampaikanlah izin kepada tuan rumah dan hendaknya tidak
mendadak memberitahu hendak menginap. Selain ada kemungkinan untuk merepotkan
tuan rumah, bisa jadi tuan rumah sudah ada agenda lain ketika tamu tersebut hendak
menginap. Ketika tuan rumah sudah mengizinkan, kewajiban tuan rumah untuk
menjamu tamu hanya tiga hari. Hak ini sesuai dengan hadits Rasulullah yang artinya,
“Kewajiban menjamu tamu hanya berlaku 3 hari. Lebih dari itu statusnya sedekah untuk
tamu.” (Muttafaq ‘alaih).
Penulis,
(DHQ)