Disusun oleh:
KELAS 5-A5
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat -Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang Etika Dalam Bertamu dan Menerima Tamu ini. Penyusunan makalah
ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Akhlak Mahmudah dan
Madzmumah di Universitas Islam Kadiri.
Dalam penulisan makalah ini kami rasa masih banyak kekurangan baik tulisan maupun
materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari seluruh pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Bapak Dosen Bapak
Gilang Cahya Irawan yang telah memberi tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................................................. i
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Adab Atau Etika Dalam Menerima Tamu Menurut Islam. ............................................ 5
BAB III
PENUTUP
Daftar Pustaka.................................................................................................................................... 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bertamu merupakan tradisi masyarakat yang selalu dilestarikan. Dengan bertamu
seseorang bisa menjalin persaudaraan bahkan dapat menjalin kerja sama untuk meringankan
berbagai masalah yang dialami dalam kehidupan. Adakalanya seorang bertamu karena
adanya urusan yang serius.
Tujuan dalam bertamu kepada orang yang sudah dikenal atau saudara dalah untuk
menjalin silaturahim atau mempererat hubungan yang sudah ada. Sedangkan bertamu
kepada orang yang belum dikenal adalah untuk memperkenalkan diri.
Bertamu merupakan kegiatan yang positif dalam kehidupan bermasyarakat dari
zaman tradisional maupun zaman modern seperti saat ini. Dengan melestarikan kebiasaan
kunjung mengunjungi, maka segala persoalan mudah diselesaikan.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dan memberi batasan pada pembahasan makalah ini maka
penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana Adab atau Etika kita dalam Bertamu menurut Islam?
1.2.2 Bagaimana Adab atau Etika kita dalam Menerima Tamu menurut Islam?
1.3 Tujuan
Tujuan Penulis menulis makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana seharusnya Adab atau Etika dalam Bertamu
menurut Islam.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana seharusnya Adab atau Etika dalam Menerima
Tamu menurut Islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Jika telah tiga kali namun belum ada jawaban dari tuan rumah,
hendaknya pulang dahulu dan datang lain kesempatan.
3
Raulullah bersabda dalam sebuah hadist yang artinya: “Jika seseorang
diantara kamu hendak makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa
menyebut nama Allah pada awalnya, hendaknya membaca: Bismillahi
awwaluhu waakhiruhu.” (HR Abu Daud dan Turmudzi).
2.1.10. Makanlah tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih.
Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dn minumhendaknya
dengan tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan
kanan berhalangan). Cara seperti ini tidak hanya dilakukan saat
bertamu saja, melainkan dalam berbagai suasana baik di rumah
sendiri maupun di rumah orang lain.
2.1.11. Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran.
Sementra ada orang yang merasa malu apabila piring yang habis
digunakan untuk makan tampak bersih, tidak ada makanan yang
tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai teralalu lahap. Islam
memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti
perasaan manusia yang terkadang keliru.
2.1.12. Segeralah pulang setelah selesainya urusan.
Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan berbagai
permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan harus dibatasi
tentang permasalahan yang pentingsaja, sesuai dengan tujjuan
berkunjung. Hendaknya dihindari pembicaraan yang tidak ada ujung
pangkalnya, terlebih membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana
tidak suka memperpanjang waktu kunjungannya, karena tanggap
dengan sikap tuan rumah.
2.1.13. Lama waktu bertamu maksimal tiga hari tiga malam.
Terhadpa tamu yang jauh tempat tunggalnya, islam memberikan
kelonggaran bertamu selama tiga hari tiga malam. Setelah waktu itu
berlalu maka habislah hak untuk bertamu, kecuali tuan rumah
menghendaki.
Bertamu merupakan kebiasaan positif dalam kehidupan bermasyarakat, maka dari itu
bertamu mempunyai banyak hikmah jika dijalankan dengan menerapkan adab-adab dalam
bertamu. Hikmah bertamu diantara adalah sebagai berikut:
4
2.1.1. Bertamu secara baik dapat menumbuhkan sikap toleran terhadap
orang lain dan menjauhkan sikap tekanan, dan intimidasi islam tidak
mengenal tindakan kekerasan.
2.1.2. Dengan bertamu seorang akan mempertemukan persamaan ataupun
kesesuaian sehingga akan terjalin persahabatan dan kerjasama dalam
menjalani kehidupan.
2.1.3. Bertamu dianggap sebagai sarana yang efektif untuk berdakwah dan
menciptakan kehidupan masyarakat yang bermatabat.
2.2 Adab Atau Etika Dalam Menerima Tamu Menurut Islam.
Pengertian menerima tamu dimaknai menyambut tamu dengan maksud yang
menyenangkan atau memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk mendapatkan rahmat dan
ridho dari Allah. Sebagai agama yang sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi umatnya
dalam memerima tamu. Demikian pentingnya masalah ini sehingga Rasulullah menjadikan
sebagai ukuran kesempurnaan iman. Artinya, salah satu tolak ukur kesempurnaan iman
seseorang ialah sikap dalam menerima tamu.
Maka dari itu ketika menerima tamu kita membutuhkan adab atau etika, berikut adab
atau etika yang harus dilakukan ketika menerima tamu:
2.2.1 Berpakaian yang pantas.
Sebagai mana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya
menggunakan pakaian yang pantas pula dalam menerima kedatangan
tamunya. Berpakaian pantas dalam menerima kedatangan tamu berarti
menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada
seorang yang yang berpakaian rapi, bersih, dan sopan. Rasulullah
SAW bersabda yang arinya: “makan dan minumlah kamu,
bersedekahlah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan
sombong dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang
melihat bekas nikmatnya pada hambanya.” (HR Baihaqi).
2.2.2 Menerima tamu dengan sikap yang baik.
Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan tamu dengan sikap
yang baik, misal dengan wajah yang cerah, muka senyum dan
sebagainya. Sekali-kali jangan acuh, apalagi memalingkan muka dan
tidak mau memandang secara wajar. Memalingkan muka atau tidak
melihat kepada tamu berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi
sejauh-jauhnya.
5
2.2.3 Menjamu tamu sesuai dengan kemampuan.
Termasuk salah satu cara menghormati tamu adalah dengan memberi
jamuan kepadanya.
2.2.4 Tidak perlu mengada-adakan.
Kewajiban menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam hanyalah
sebatas kemampuan tuan rumah. Oleh sebab itu, tuan rumah tidak
perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya. Bagi tuan rumah yang
mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan bagi
yang kurang mampu hendaknya menyesuaikan kesanggupannya. Jika
hanya mampu memberi air putih maka air putih itulah yang
disuguhkan. Apabila air putih tidak ada, cukuplah menjamu tamunya
dengan senyum dan sikap yang ramah.
2.2.5 Lama waktu.
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah tiga
hari, termasuk hari istimewanya. Selebihnya dari waktu ke waktu itu
adalah sedekah baginya. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah
sedekah baginya.” (HR Muttafaqu Alaihi).
2.2.6 Antarkan sampai ke pintu halaman jika tamu pulang.
Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu adalah apabila
tuan rumah mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu
akan merasa lebih semangat karena merasa dihormati tuan rumah dan
kehadirannya diterima dengan baik.
Setiap muslim harus membiasakan diri untuk menyambut setiap tamu yang datang
dengan penyambut dengan suka cita, jangan sampai kehadiran tamu disertai dengan
munculnya pikiran negatif. Dengan menerapkan adab dalam menerima tamu adabeberapa
hikmah yang dapat diambil, diantaranya dalah:
2.2.1 Setiap muslim telah diikat oleh suatu tata aturan supaya hidup
bertetangga dan sahabat dengan orang lain, sekalipun perbedaan
agama atau suku.
2.2.2 Memerima tamu sebagai perwujudan keimanan, artinya semakin kuat
iman seseorang, maka semakin ramah dan santun dalam menyambut
6
tamunya karena orang yang beriman meyakini bahwa menyambut
tamu bagian dari perintah Allah.
2.2.3 Menyambut tamu dapat meningkatkan akhlak, mengembangkan
kepribadian, dan tamu juga dijadikan sebagai sarana untuk
mendapatkan kemaslahatan dunia maupun akhirat.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap manusia pasti pernah menerima tamu, baik yang kita suka maupun yang tidak
kita suka. Hal ini wajar saja, karena setiap manusia memiliki sifat-sifat yang berbeda. Tetapi
walau bagaimana pun, tamu harus tetap kita muliakan, seperti dalam sebuah hadist
“Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan
tamunya.” (HR Bukhari dan Muslim)
dari hadist tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa kita harus menyambut tamu dengan
baik.
3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, hendaklah kita sebagai sesama manusia mampu untuk
memerapkan adab-adab atau etika yang seharusnya kita jalankan untuk meraih kehidupan
yang lebih baik dengan mengaplikasikan adab-adab tersebut dalam kehidupan sehari sesuai
dengan ajaran Islam.
8
Daftar Pustaka
http://manabdurrahman.blogspot.com/2017/makalah-adab-bertamu-dan-menerima-
tamu.html
http://erwinmakalah.blogspot.com/2017/10/akhlak-bertamu-dan-akhlak-menerima-
tamu.html