ABSTRAK
Etika Bertamu merupakan tata cara yang harus senantiasa dilakukan jika berkunjung atau
mendatangi rumah orang lain. Dalam arti kata banyak yang harus kita jaga ketika bertamu ke
rumah orang lain,begitupun cara kita jika menerima orang lain atau menerima tamu. Tentu
Etika Bertamu ini tidak hanya ditujukan kepada orang yang datang, melainkan orang yang
menerima juga harus punya etika. Etika Bertamu ini di Era sekarang sudah mulai merosot
banyak orang yang mengikut tradisi modern sehingga lupa akan etika atau sopan santun
terkhusus etika bertamu. Banyak contoh yang telah muncul di hadapan mata kita bersama,
banyak orang yang tidak bisa menghargai tamu dan tamu pun tidak bisa menghargai tuan
rumah. Diberita dan dimajalah-majalah koran atau disosial media pun telah banyak kita
saksikan minimnya etika bertamu itu. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan
tentang apa-apa yang telah disampaikan Nabi tentang tata cara bertamu dan menerima
tamu.Inilah peran artikel ilmiah yang kami buat ini agar dapat merubah sikap tercela tersebut.
PENDAHULUAN
Etika Bertamu adalah sikap atau tata cara dalam bertamu, dalam artian baik itu tamu atau
tuan rumah harus memilciki sikap atau sopan santun yang baik disaat bertamu. Bertamu
merupakan tradisi masyarakat yang selalu dilestarikan. Dengan bertamu seorang bias
menjalin persaudaraan bahkan dapat menjalin kerjasama untuk meringankan berbagai
masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Adakalanya seorang bertamu karena adanya urusan
yang serius, misalnya untuk mencari solusi terhadap problema masyarakat actual, sekedar
bertandang, karena lama tidak ketemu (berjumpa) ataupun sekedar untuk mampir sejenak.
Dengan bertangang ke rumah kerabat atau sahabat, maka kerinduan terhadap kerabat ataupun
sahabat dapat tersalurkan, sehingga jalinan persahabatan menjadi kokoh. Atas dasar inilah
Artikel Hadis Etika tentang Etika Bertamu ini dirumuskan, supaya dapat mengembalikan apa-
apa yang disampaikan Nabi lewat Hadis nya yang semakin merosot dizaman sekarang ini
bisa diangkat dan diterapkan kembali.
PEMBAHASAN
Berbicara tentang Etika Bertamu,tidak luput dari pengertian terlebih dahulu. Menurut kamus
bahasa Indonesia, bertamu diartikan : “datang berkunjung kerumah seorang teman ataupun
kerabat untuk suatu tujuan ataupun maksud (melawat dan sebagainya)”. Secara istilah
bertamu merupakan kegiatan mengunjungi rumah sahabat, kerabat ataupun orang lain, dalam
rangka menciptakan kebersamaan dan kemalahatan bersama. Tujuan bertamu sudah tentu
untuk menjalin persaudaraan ataupun perahabatan. Sedangkan bertamu kepadea orang yang
belum dikenal, memiliki tujuan untuk saling memperkenalkan diri ataupun bermaksud lain
yang belu diketahui kedua belah pihak. Bertamu merupakan kebiasan poitif dalam kehidupan
bermasyarakat dari zaman tradisional sampai zaman modern.
Tentu Etika Bertamu ini ada pada Pengundang atau yang Diundang. Sebagai agama yang
sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi umatnya dalam menerima tamu. Demikian
pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW menjadikannya sebagai
ukuran kesempurnaan iman. Artinya, salah satu tolak ukur kesempurnaan iman seseorang
ialah sikap dalam menerima tamu. Sabda Rasulullah SAW:
(ض ْيفَهُ فَ ْاليُ ْك ِر ْم االَ ِخ ِر َو ْاليَوْ ِم هللاِ بِا يُْؤ ِمنُ َكاَنَ َم ْن )البخارى رواه
َ
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan
tamunya.”(HR Bukhari)
Selain dari Pengundang, ada juga Etika untuk orang yang Diundang atau Tamu, yaitu sebagai
berikut:
1. Hendaknya memenuhi undangan dan tidak terlambat darinya kecuali ada udzur, karena
hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam mengatakan: “Barangsiapa yang diundang
kepada walimah atau yang serupa, hendaklah ia memenuhinya”. (HR. Muslim).
2. Hendaknya tidak membedakan antara undangan orang fakir dengan undangan orang
yang kaya, karena tidak memenuhi undangan orang faqir itu merupakan pukulan
(cambuk) terhadap perasaannya.
3. Jangan tidak hadir sekalipun karena sedang berpuasa, tetapi hadirlah pada waktunya,
karena hadits yang bersumber dari Jabir Shallallaahu alaihi wa Sallam menyebutkan
bahwasanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda:”Barangsiapa yang
diundang untuk jamuan sedangkan ia berpuasa, maka hendaklah ia menghadirinya. Jika
ia suka makanlah dan jika tidak, tidaklah mengapa.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan
oleh Al-Albani).
4. Jangan terlalu lama menunggu di saat bertamu karena ini memberatkan yang punya
rumah juga jangan tergesa-gesa datang karena membuat yang punya rumah kaget
sebelum semuanya siap.
5. Bertamu tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk
tinggal lebih dari itu.
6. Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurang apa saja yang terjadi
pada tuan rumah.
7. Hendaknya mendoakan untuk orang yang mengundangnya seusai menyantap
hidangannya.
KESIMPULAN
Setiap manusia pasti pernah menerima tamu, baik yang kita suka maupun yang kita tidak
suka. Hal ini wajar saja, karena setiap manusia memiliki sifat-sifat yang berbeda. Tapi walau
bagaimana pun, tamu kita tetap harus kita muliakan. Seperti dalam sebuah Hadis yang
artinya:“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan
tamunya” (HR Bukhari dan Muslim)
Dari hadist tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa kita harus menyambut tamu dengan baik
(walaupun kita tidak suka).
DAFTAR PUSTAKA
https://hbis.wordpress.com/2008/12/11/adab-berpakaian-bertamu-dan-berhias/
http://antosure.mwb.im/adab-bertamu-dan-menerima-tamu.xhtml
https://wahdahmakassar.or.id/artikel/etika-bertamu