Anda di halaman 1dari 4

NAMA : FELDA ROSSANA B.

KELAS : XI-MIPA 4

NO. ABSEN : 10

UKBM AA – 3.4/4.4/3/1.1

KEGIATAN BELAJAR 4

Adab Bertamu

 Pengertian :
Bertamu (sillaturrahīm) di samping dianjurkan oleh ajaran agama, juga
merupakan tradisi masyarakat yang perlu dilestarikan. Dengan bertamu,
seseorang bisa menjalin persaudaraan bahkan dapat menjalin kerjasama untuk
meringankan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Adakalanya seseorang bertamu karena adanya urusan yang serius, misalnya
untuk mencari solusi terhadap problema masyarakat yang aktual. Di samping
itu, adakalanya bertamu hanya sekedar bertandang karena lama tidak bertemu
(berjumpa) ataupun sekedar untuk mampir sejenak.

 Dalil Naqli :

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat.” (QS. An-Nur [24] : 27)

 Bentuk Adab Bertamu :


Dalam bertamu, tentu saja ada tata cara dan adabnya. Hal ini bertujuan untuk
menjalin hubungan yang harmonis dan langgeng. Islam mengatur tata cara
tersebut, diantaranya :
a. Memilih waktu yang tepat.
b. Mengetuk pintu atau membunyikan bel.
c. Tamu laki-laki dilarang masuk ke dalam rumah apabila tuan rumah hanya
seorang wanita.
d. Memperkenalkan diri apabila tuan rumah belum kenal.
e. Mengucapkan “assalamu’alaikum” maksimal tiga kali dengan pelan-pelan.
f. Apabila sudah dipersilakan masuk, maka masuklah dengan sopan.
g. Jangan duduk sebelum dipersilahkan.
h. Menempati tempat duduk yang ditunjukkan oleh tuan rumah dengan tenang
dan sopan.
i. Mengutarakan maksud dan tujuan dengan bahasa yang baik dan santun.
j. Apabila disuguhi makanan dan dipersilahkan, maka makanlah dengan
sopan, jangan memakan seperti orang lapar dan rakus.
k. Jangan melirik-lirik.
l. Apabila dirasa sudah cukup, bersegeralah minta ijin untuk pulang dengan
raut muka yang sopan dan ramah.
m. Lama waktu bertamu maksimal tiga hari.
n. Ucapkanlah “assalamu’alaikum” sebagai pertanda pamit.
Menurut Rasulullah Saw., meminta izin maksimal boleh dilakukan tiga kali.
Apabila tidak ada jawaban, seyogyanya yang akan bertamu kembali pulang. Jangan
sekali-kali masuk rumah orang lain tanpa izin, karena di samping tidak
menyenangkan bahkan mengganggu tuan rumah, juga dapat berakibat negatif
kepada tamu itu sendiri.

 Nilai Positif Adab Bertamu :


 Bertamu secara baik dapat menumbuhkan sikap toleran terhadap orang lain
dan menjauhkan sikap paksaan, tekanan, intimidasi dan lain-lain.
 Islam memandang setiap orang mempunyai persamaan dan kesesuaian dalam
berbagai aspek dan kepentingan. Karena itu dengan bertamu ataupun
bertandang, seorang akan mempertemukan persamaan ataupun kesesuaian,
sehingga akan terjalin persahabatan dan kerjasama dalam menjalani
kehidupan. Bertamu juga dapat menjadi solusi yang efektif untuk
mengokohkan kembali sillaturrahīm yang pernah retak.
 Bertamu juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk menjalin komunikasi di
suatu daerah yang terjadi konflik. Dengan bertamu, orang akan terbuka dan
bertegur sapa untuk mencari titik temu terhadap berbagai masalah yang
dihadapi. Dengan bertamu, seseorang akan melakukan diskusi yang baik,
sikap yang sportif dan elegan. Di samping itu, bertamu juga dapat dijadikan
sebagai sarana berdakwah.
 Membiasakan Adab Bertamu :
Apabila kita mengetahui manfaat bertamu, maka kebisaaan bertamu harus
dibiasakan dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan bernegara. Karena
dengan bertamu, akan terjalin ukhuwah yang kokoh. Dalam hal ini, bertamu tidak
hanya menyangkut hubungan antar individu, tetapi juga bisa antar individu dengan
masyarakat, atau bahkan antar masyarakat.

Adab Menerima Tamu

 Pengertian :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menerima tamu (ketamuan)
diartikan; “kedatangan orang yang bertamu, melawat atau berkunjung.”
Secara istilah, menerima tamu dimaknai menyambut tamu dengan berbagai
cara penyambutan yang lazim (wajar) dilakukan menurut adat ataupun agama
dengan maksud untuk menyenangkan atau memuliakan tamu, atas dasar
keyakinan untuk mendapatkan rahmat dan ridho dari Allah Swt. Setiap muslim
wajib hukumnya untuk memuliakan tamunya, tanpa memandang siapapun
orangnya yang bertamu dan apapun tujuannya dalam bertamu.

 Bentuk Adab Menerima Tamu :


 Diantara cara untuk memuliakan tamu adalah dengan menyambut
kedatangannya dengan muka manis dan tutur kata yang lemah lembut,
mempersilahkannya duduk di tempat yang baik. Kalau perlu disediakan
ruangan khusus untuk menerima tamu yang selalu dijaga kerapian dan
keasriannya.
 Ringkasnya, apabila kedatangan tamu, maka hendaklah diperhatikan hal-hal
berikut ini :
a) Berpakaian sopan.
b) Terimalah tamu dengan sopan santun dan ramah-tamah.
c) Jawablah salam dengan ucapan “wa’alaikumussalam” bila memberi salam.
d) Tunjukkan wajah yang berseri-seri, tanpa membedakan siapa tamu yang
hadir.
e) Wanita yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki.
f) Persilahkan masuk dan duduk.
g) Suguhilah hidangan dan minum.
h) Apabila tamu tersebut ingin bertemu orang tua kita, maka segeralah beri
tahu orang tua kita.
i) Ajaklah bicara dengan penuh kehangatan dan keakraban.
j) Jawablah “salam” apabila tamu mengucapkan salam untuk pamit pulang.
k) Antarlah tamu sampai depan rumah atau halaman ketika pulang.

 Membiasakan Adab Menerima Tamu :


Agar dapat menyambut tamu dengan suka cita, maka tuan rumah harus memiliki
pikiran yang positif (husnudzan) terhadap tamu, jangan sampai kehadiran tamu
disertai dengan munculnya pikiran negatif dari tuan rumah (su’udzan). Sebagai
tuan rumah, harus sabar dalam menyambut tamu yang datang apapun keadaannya.
Pada kenyataannya, tamu yang datang tidak selalu sesuai dengan keinginan tuan
rumah, kehadiran tamu sering kali mengganggu aktifitas yang sedang kita seriusi.
Jangan sampai seorang tuan rumah menunjukkan sikap yang kasar ataupun
mengusir tamunya.

Untuk lebih memperkuat pemahaman, silahkan beri komentar / tanggapan atas


pertanyaan dibawah ini!

NO Pertanyaan Komentar / Tanggapan


.
1. Dalam hal adab menerima tamu, Islam memiliki ajaran yang demikian karena
apabila di rumah hanya ada wanita telah dijelaskan bahwa laki-laki dan
atau tidak ada laki-laki, maka dilarang perempuan yang bukan mahramnya dilarang
menerima tamu laki-laki. Mengapa
berduaan karena ditakutkan dapat
Islam mempunyai ajaran yang
demikian? menimbulkan fitnah. Selain itu, hal tersebut
juga merupakan bentuk menjaga diri agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai