Anda di halaman 1dari 3

Kajian Kitab Washaya Rasul Hadis 07

Memuliakan Tamu1

Oleh: H.Asnan Purba,Lc.M.Pd.I

Mukaddimah

Mukmin yang baik adalah Mukmin yang dapat memuliakan orang lain khususnya tamu dalam
kehidupannya sehari-hari. Mari kita perhatikan teks hadis berikut ini:

َ ‫ َم ْنَكان‬:َ‫ىَاَّللَُعل ْي يهَوسلهم‬ ‫ول هي‬


‫َاَّللَصله ه‬ ‫َهريْ رةَر ي‬
ُ ‫َقالَر ُس‬:‫ضيَهللاَُع ْنهَُقال‬ ُ ‫عَ ْنَأيِب‬
ْ ‫َّللَوالْي ْويم‬
َ َُ‫َاْل يخ يرَف لْيُ ْك يرْمَض ْي ف َه‬ ‫َِب هي‬
‫يُ ْؤيم ُن ي‬
Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Barang siapa yang beriman kepada Allah
dan hari kemudian hendaklah memuliakan tamunya2

Tamu adalah orang yang harus dimuliakan. Kata Tamu diambil dari kata “‫ ”ض ْي ًفا‬yang berarti
kecenderungan kepada seseorang dengan menempatkannya kepadanya. Memuliakan tamu
adalah salah satu dari kemuliaan akhlak, sunnah para Nabi dan tanda-tanda keutamaan ornag-
orang saleh.

Hal ini dikisahkan dalam Alquran QS Adz Zariyat ayat 26-27 tentang bagaimana Nabi Ibrahim as
dalam menyambut para tamunya:

.َ‫يَ()َف ق هربهَُإيل ْي يه ْمَقالَأَلََتْ ُكلُون‬ ‫ف راغَإيَلَأ ْهلي يهَفجاءَبي يع ْج ٍل ي‬


ٍَ ‫ََس‬
Maka Dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi
gemuk.. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: "Silahkan anda makan."

Begitu juga dengan QS Hud ayat 69

ٍَ ‫فماَلبيثَأ ْنَجاءَبي يع ْج ٍلَحني‬


‫يذ‬
Maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.

1 Kajian Subuh ini disampaikan pada Pekan Ke-4 pada hari Sabtu 24 Juli 2021 di Mesjid An Nur Perumahan Sinar Dramaga Bogor

2 Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori

1
Berikut ini adab dan tata krama menjadi tamu dan cara merima tamu sebagai tuan rumah:

ADAB MENJADI TAMU:

1. Hendaknya mencari waktu yang tepat dan tidak mengganggu ketenangan ahlu bait/ pemilik
rumah yang akan menerima kita sebagai tamu

2. Hendaknya mengucapkan salam ketika akan masuk kerumahnya dan memastikan apakah tuan
rumah menerima kedatangannya sebagai tamu atau tidak. Hal ini ditegaskan dalam Alquran QS An
Nur ayat 27:

َ‫سواَوتُسلي ُمواَعلىَأ ْهليها‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ً ُ‫َيأيُّهاَاله يذينَآمنُواََلَت ْد ُخلُواَبُي‬


ُ ‫وًتَغ ْْيَبُيُوت ُك ْمَح هَّتَت ْستأْن‬
َ َ‫ذلي ُك ْمَخ ْْيٌَل ُك ْمَلعله ُك ْمَتذ هك ُرون‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum
meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat.

Pada kalimat “” adalah meminta izin dan memastikan bahwa tuan rumah

menerima kedatangannya sebagai tamu

3. Hendaknya tamu duduk berdasarkan apa yang dipersilahkan oleh tuan rumah, karena bisa jadi
tuan rumah tidak ingin tamunya melihat hal-hal yang tidak pantas dirumahnya

4. Hendaknya tamu meridhoi apapun yang dihidangkan oleh tuan rumahnya dan memuji apa yang
telah dihidangkan olehnya meskipun makanan tersebut kurang dari seharusnya. Sebagaimana
sabda Rasulullah saw “ Sebaik-baik makanan adalah makanan yang diberi cuka” (HR Abu Daud dan
Nasa’i)

5. Hendaknya tamu mendoakan tuan rumah tersebut dengan kebaikan, sebagaimana sabda
Rasulullah saw “ Telah berbuka bersama kalian orang-orang yang berpuasa, orang-orang
saleh/baik telah memakan segala makanan kalian, dan para malaikat telah mendoakan kalian
(maksudnya tuan rumah), HR Abu Daud

6. hendaknya tamu tidak menginap lebih dari 3 (tiga) hari agar tidak menyulitkan pemilik rumah
dan merepotkannya. Sebagaimana riwayat dari Abu Syuarih al Khaza’i bahwa Nabi saw bersabda
“Bertamu itu adalah 3 (tiga) hari dan kebolehannya 1 (satu )hari 1 (satu) malam. Tidak dihalalkan
bagi seorang muslim untuk tinggal dirumah saudaranya hingga membuat tuan rumah berdosa.
Lalu para sahabat bertanya “wahai Rasulullah bagaimana mungkin tuan rumah bisa berdosa?
2
Beliau menjawab “ Ia (tamu) menginap (tinggal) bersamanya dan tidak ada sesuatu kebutuhan
atas tamu untuk menginap di tuan rumah tersebut. (HR Muslim)

7. Hendaknya memperhitungkan kapasistas tuan rumah dalam menerima tamunya dalam jumlah
besar dengan memberitahukannya jauh hari sebelumnya

8. Hendaknya tidak berkomentar negatif apalagi menyebarkan fitnah setelah bertamu dari
rumahnya

ADAB MENERIMA TAMU (MENJADI TUAN RUMAH):

1. Menerima dengan baik tamunya dengan menjawab salamnya dan mempersilahkannya dengan
wajah gembira dan bahagia atas kedatangannya sebagaimana sada Rasulullah saw “Sesungguhnya
kalian tidak akan mampu menyenangkan semua manusia dengan harta-harta kalian, maka buatlah
mereka senang dan nyaman dengan senyuman wajah kalian dan kemulian akhlak kalian” HR
Baihaqi dan Hakim dari Abu Hurairah ra

2. Hendaknya tidak membebankan tamu dengan hal-hal yang diluar kemampuannya sehingga
membuatnya akan berfikir ulang untuk bertamu pada kesempatan berikutnya

3. Hendaknya menghidangkan makanan kepada tamu dan mempersilahkannya untuk


mencicipinya. Dan jangan bertanya apakah mau makanan atau tidak sebelum menghidangkannya,
karena hal itu akan membuatnya sungkan untuk menjawabnya padahal ia (tamu) sangat
menginginkannya

4. Hendaknya tidak mendudukkan tamunya ditempat atau berdekatan dengan orang yang tidak
disukainya.

5. Hendaknya tidak membentak atau menghardik pembantunya dihadapan tamunya

6. Hendak mengajaknya bicara hal-hal yang baik dan tidak diam atau membiarkan tamunya
merasa kesepian dan sendiri

7. Hendaknya mengizinkannya pulang ketika tamu hendak izin, karena bisa jadi tamu buru-buru
ada keperluan mendesak

8. Hendaknya tidak menahannya ketika hendak pamitan atau menawarkannya untuk lebih lama
tinggal padahal hatinya tidak menginginkannya atau sekedar basa basi saja

9. Hendaknya mengantarnya hingga ke pintu rumah atau sampai ia menaiki kendaraannya atau
sampai ia benar-benar telah hilang dari pandangannya. Atau sesuai dengan kebiasaaan dan adat
istiadat yang berlaku di daerah tersebut sepanjang tidak bertentangan dengan syariat.

Mudah-mudahan dengan penjelasan sederhana ini dapat memotivasi kita untuk selalu menjadi
mukmin yang amanah,amin... Wallahu A’lam

Anda mungkin juga menyukai