Dinasti Ayyubiyah adalah yang terbesar dari suku Kurdi yang memerintah di dunia Islam.
Umur dinasti ini tercatat selama 2 abad lebih, namun kekuasan efektifnya hanya
berlangsung selama 79 tahun (1175-1254 M) dengan kekuasaan efektif di wilayah Mesir.
Secara berturut ibukota Dinasti Ayyubiyah ini berpindah-pindah dari Kairo (1171–1174 M),
Damaskus (1174–1218 M), kembali ke Kairo (1218–1250 M), terakhir di Aleppo (1250–
1260).
Dinasti ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad sebagai penguasa
di Mesir, Afrika Utara, Nubia, Hijaz, dan Suriah Tengah. Selanjutnya, kekuasaan Ayyubiah
berkembang hingga ke Yaman, Palestina dan Suriah.
z
SEJARAH
Ayyubiyah dinisbatkan kepada Najmuddin Ayyub bin Syadi dari suku Rawadiyah yang beretnis Kurdi.
Najmuddin Ayyub adalah saudara Asasuddin Syirkuh. Meskipun demikan, Dinasti Ayyubiyah didirikan
oleh Salahuddin al Ayyubi pada tahun 1171 M setelah menaklukkan al Adiid (1160-1171 M), khalifah
terakhir Bani Fatimiyah
Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Ayyub dilahirkan di Tikrit, Irak, pada tahun 532 H (1136 M).
Sebagaimana ayahnya yang menjadi pejabat bagi Imaduddin pada masa Dinasti Zanki,.
Salahuddin juga mengikuti jejak ayahnya bersama pamannya Asaduddin Syirkuh untuk mengabdi
pada Nuruddin Zanki. Keluarga Salahuddin berjasa besar pada keberhasilan Nuruddin dalam
menggabungkan Damaskus ke wilayahnya. Pada saat Syawar, wazir bagi Khalifah al-Adid dari Dinasti
Fatimiyah memohon bantuan kepada Nuruddin agar dapat menduduki jabatan wazir, maka Nuruddin
mengirimkan Syirkuh dan Salahuddin ke Mesir. Misi berhasil dilaksanakan dan bahkan Syirkuh
kemudian menggantikan Syawar sebagai wazir. Tapi, tidak seberapa lama, Syirkuh juga meninggal.
Sehingga, jabatan wazir diserahkan kepada Salahuddin.
z
SEJARAH (lanjutan)
Setelah al Adid wafat pada tahun 1171 M, kekuasaan Bani Fatimiyah selesai. Salahuddin
kemudian diangkat menjadi penguasa (Imam) mesir dengan status sebagai wakil
pemerintah Saljuk di Mesir.
Setelah kematian Nuruddin Zanki pada tahun 1174 M, barulah Salahuddin Al Ayyubi
mengumumkan berdirinya Dinasti Ayyubiyah di Mesir sebagai pengganti Dinasti
Fathimiyah yang sudah dihapuskan.
Berhasil mengambil alih Yerusalem dari pasukan Salib pada tanggal 2 Oktober 1187 M,
yang sebelumnya pada masa Imadudin Zanki juga berhasil memukul pasukan Salib dari
Armenia.
Aleppo, Suriah, Mesir dan Palestina berhasil ia satukan dalam penguasaan Dinasti
Ayyubiyah. Kota-kota ini berkembang menjadi basis perlawananan melawan tentara Salib.
Kota-kota tersebut juga dibangun menjadi pusat pengembangan ilmu dan peradaban Islam.
Sistem politik ketatanegaraan Dinasti Ayyubiyah tidak berupa kerajaan yang terpusat.
Sultan sebagai sebutan penguasa dinasti ini hanya mengendalikan wilayah-wilayah
semiotonom. Meskipun para amir di Dinasti Ayyubiyah setia kepada sultan, mereka
memiliki kebebasan tersendiri di wilayahnya.
z
KEAGAMAAN
Menempatkan diri menjadi pelindung bagi umat Nasrani dan Yahudi, terutama
di Yerusalem atau Baitul Maqdis, lokasi yang menjadi sumber persaingan
selama Perang Salib
z
ILMU PENGETAHUAN
Bahasa dan budaya Arab menjadi unsur utama dalam jati diri mereka alih-alih
bahasa dan budaya Kurdi.
Tembok Kota Aleppo yang dibangun Sultan Az-Zahir Ghazi pada tahun 1183.
Tembok kota tergolong arsitektur militer.
Menara Masjid Agung Aleppo yang dibangun oleh Sultan Az-Zahir Ghazi pada
1214 M.
Penyebab dari keruntuhan Dinasti Ayyubiyyah adalah selain dari faktor intern
juga karena faktor ekstern.
Bahkan, dari segi politik Dinasti Ayyubiyah dapat mengisi tugas sebagai symbol
pemersatu dunia Islam yang semestinya pada waktu itu harus diemban oleh
Daulah Bani Abbasiyah.