Danau Fan dan pindah ke daerah Tikrit (Irak). Shalahuddin lahir di benteng Tikrit, Irak
tahun 532 H/1137 M, ketika ayahnya menjadi penguasa Seljuk di Tikrit. Saat itu, baik
ayah maupun pamannya mengabdi kepada 1Imaduddin Zanky, gubernur Seljuk untuk kota
Mousul, Irak. Ketika Imaduddin berhasil merebut wilayah 1Balbek, Lebanon tahun 534
H/1139 M, Najmuddin Ayyub (ayah Shalahuddin) diangkat menjadi gubernur Balbek dan
menjadi pembantu dekat Raja Suriah 1Nuruddin Mahmud. Selama di Balbek inilah,
Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun
politik. Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk
mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Pada
tahun 1169, Shalahudin diangkat menjadi seorang wazir (konselor).
Bersama dengan pamannya, salahuddin melawan tentara perang salib pada tahun 559-
564H (1164-1168M). mereka berhasil mengusirnya dari mesir sejak saat itu asaduddin
syirkuh diangkat menjadi perdana menteri khilafah fathimiyah. Setelah pamannya
meninggal jabatan perdana menteri dipercayakan kepada salahuddin al ayyubi pada tahun
1169M. disana, ia mewarisi peranan sulit yaitu mempertahankan mesir dan melawan
penyerbuan dari kerajaan latin jerrussalem. Pada saat itu tidak ada seorangpun yang
menyangka dia dapat bertahan lama dimesir namun keberhasilan salahuddin dalam
mematahkan serangan tentara dan pasukan romawi bzantium yang melancarkan perang
salib kedua terhadap mesir membuat para tentara mengakuinya sebagai penggganti
pamannya.
Penaklukan mesir oleh salahuddin pada tahun 1171M tersebut membuka jalan bagi
pembentukan mazhab-mazhab hukum sunni dimesir. Salahuddin memberlakukan mazhab
hanafi, sebelumnya mazhab syafiiyah yang berlaku didinasti fatiniyah. Keberhasilan
tersebut mendorongnya untuk menjadi penguasa otonom dimesir. Dalam mengsolidasikan
kekuatannya, ia memanfaatkan keluarganya untuk melakukan ekspansi kewilayah lain.
Saudaranya dikirim untuk menguasai yaman pada tahun 1173M. taqiyuddin,
keponakannya diperintahkan untuk melawan tentara salib di dimyat. Adapun syihabuddin,
pamannya diberi kekuasaan untuk menduduki mesir hulu. Dari mesir, salahuddin juga
dapat menyatukan syiria dan mesofotamiya menjadi sebuah kesatuan negara muslim. Pada
tahun 1174 ia menrebut damaskus kemudian alippo tahun 1185 dan merebut mousul pada
1186.
Peperangan tersebut dinamakan Perang Salib karena tentara Kristen memakai lambang
Salib dalam rangka mempersatukan umat Kristen untuk menghadapi umat Islam.
Sebenarnya Perang Salib ini bukanlah semata-mata perang agama tetapi ada latar belakang
lain yang mempengaruhinya, antara lain
Pertama, Perebutan kekuasaan antara Timur dan Barat yang berlangsung sejak zaman
Rumawi di Barat, dan Persia (Sekarang Iran) di Timur, padahal Persia dahulu dikenal
beragama Majusi.
Kedua, Agama Kristen berkembang pesat di Eropa setelah Paus Paulus mengalihkan
kiblatnya ke Roma dan menjauhkan dari ajaran aslinya di tempat kelahirannya di Timur.
Kemudian datang agama Islam menghancurkan penjajahan Eropa yang bertopeng agama
Kristen di Syiria, Mesir dan Afrika Utara. Islam masuk ke daratan Eropa yaitu dengan
menguasai Andalusia (Spanyol) di Barat dan Konstantinopel di Timur. Dengan masuknya
Islam ke Eropa maka orang Kristen di Eropa menggalang persatuan untuk menghadapi
kekuasaan Islam.
Ketiga, Di bidang perdagangan Eropa ingin sekali menguasai kembali pelabuhan-
pelabuhandi laut Tengah, sehingga mereka dapat menguasai perdagangan antara Timur
dan Barat.
Keempat, Sebagian pembesar Eropa ingin menguasai tanah-tanah yang subur di negara
Timur, untuk itu mereka memberikan peluang kepada budak-budak untuk memerdekakan
diri dengan jalan ikut Perang Salib.
Kelima, Para peziarah dari Eropa sering menbuat kekacauan selama berada di Palestina.
Mereka membawa obor dan pedang serta pasukan pengawal yang bersenjata lengkap,
sering menimbulkan kerusuhan di antara mereka. Untuk lebih menganmankan suasana,
penguasa Islam melarang peziarah membawa senjata serta obor, tetapi larangan itu mereka
anggap sebagai suatu penghinaan terhadap ajaran Kristen, apa lagi sebagian dari peziarah
itu terdiri dari penjahat-penjahat yang ingin menghapus dosanya. Para pemimpin agama
Kristen mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa para penjahat tidak akan
diampuni dosanya kecuali bila mereka melakukan ziarah ke Baitul Maqdis.
Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan Islam yang saat
itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet yang telah diwariskan oleh Nabi
Muhammad saw., maka Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi
Muhammad saw. Melalui media peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria dan
kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui “Siratun Nabawiyah”. Hingga
kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya di kalangan umat Islam.
Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan
sifat perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung
jawab terhadap agama (Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan
tentara ke tanah suci Palestina selama dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan,
keampuhan dan kemampuannya dapat memukul mundur tentara Eropa di bawah pimpinan
Richard Lionheart dari Inggris.
Hendaklah diingat, bahwa Perang Salib adalah peperangan yang paling panjang dan
dahsyat penuh kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat manusia, memakan korban
ratusan ribu jiwa, di mana topan kefanatikan membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu
secara menggebu-gebu ke daerah Asia Barat yang Islam.
Seorang penulis Barat berkata, “Perang Salib merupakan salah satu bagian sejarah yang
paling gila dalam riwayat kemanusiaan. Umat Nasrani menyerbu kaum Muslimin dalam
ekspedisi bergelombang selama hampir tiga ratus tahun sehingga akhirnya berkat
kegigihan umat Islam mereka mengalami kegagalan, berakibat kelelahan dan
keputusasaan. Seluruh Eropa sering kehabisan manusia, daya dan dana serta mengalami
kebangkrutan sosial, bila bukan kehancuran total. Berjuta-juta manusia yang tewas dalam
medan perang, sedangkan bahaya kelaparan, penyakit dan segala bentuk malapetaka yang
dapat dibayangkan berkecamuk sebagai noda yang melekat pada muka tentara Salib.
Dunia Nasrani Barat saat itu memang dirangsang ke arah rasa fanatik agama yang
membabi buta oleh Peter The Hermit dan para pengikutnya guna membebaskan tanah suci
Palestina dari tangan kaum Muslimin