Ayyubiyah adalah sebuah dinasti sunni yang berkuasa dimesir, suriah, sebagian yaman, irak, mekah, hejaz dan
dyarbakir. Dinasti ini didirikan oleh salahuddin alayyubi pada tahun 1174M. nama lengkapnya adalah salahuddin
yusuf ibn ayyub ia berasal dari suku kurdi hadzbani, ia adalah putra najmudin ayyub dan keponakan asaddudin
syirkuh. Najmudin ayub dan asadudin syirkuh hijrah dari kampung halamanya didekat danau fan ke takrit, irak.
Salahuddin lahir dibenteng takrit pada tahun 532H atau 1137M. ketika ayahnya menjadi penguasa seljuk di takrit,
pada saat itu ayah dan pamannya mengabdi kepada imaddudin zanky, seorang gubernur seljuk untuk kota mousul,
irak. Ketika imaduddin berhasil merebut wilayah balbek, libanon pada tahun 534H (1139M). najmudin ayub diangkat
menjadi gubernur balbek dan menjadi abdi raja suryah, yakni nuruddin mahmud. Selama dibalbek inilah salahudin
menekuni teknik dan strategi perang serta politik. Selanjutnya dia mempelajari teologi sunni selama sepuluh tahun
didamaskus, dalam lingkungan istana nuruddin
Rangkuman materi:
1.1 Sejarah Pembentukan Dinasti Al-ayyubuyah (569-650/ 1174-1252 M)
1.1.1 Berdirinya dinasti Al-ayyubiyah
Bani Ayyubiyah merupakan keturunan Ayyub suku Kurdi. Pendiri dinasti ini adalah Salahuddin Yusuf al-
Ayyubi putra dari Najamuddin bin Ayyub. Pada masa Nuruddin Zanki (Gubernur Suriah dari bani
Abbasiyah), Salahuddin diangkat sebagai kepala garnisum di Balbek.
Kehidupan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi penuh dengan perjuangan dan peperangan. Semua itu dilakukan
dalam rangka menunaikan tugas negara untuk memadamkan sebuah pemberontakan dan juga dalam
menghadapi tentara salib.
Perang yang dilakukannya dalam rangka untuk mempertahankan dan membela agama. Selain itu
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi juga seorang yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap umat agama lain, hal
ini terbukti:
a. Ketika beliau menguasai Iskandariyah ia tetap mengunjungi orang-orang kristen
b. Ketika perdamaian tercapai dengan tentara salib, ia mengijinkan orang-orang kristen berziarah ke
Baitul Makdis.
Keberhasilan beliau sebagai tentara mulai terlihat ketika ia mendampingi pamannya Asaduddin Syirkuh
yang mendapat tugas dari Nuruddin Zanki untuk membantu Bani Fatimiyah di Mesir yang perdana
menterinya diserang oleh Dirgam. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi berhasil mengalahkan Dirgam, sehingga
beliau dan pamannya mendapat hadiah dari Perdana Menteri berupa sepertiga pajak tanah Mesir.
Akhirnya Perdana Menteri Syawar berhasil menduduki kembali jabatannya pada tahun 1164 M.
Tiga tahun kemudian, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi kembali menyertai pamannya ke Mesir. Hal ini dilakukan
karena Perdana Menteri Syawar bersekutu/ bekerjasama dengan Amauri yaitu seorang panglima perang
tentara salib yang dulu pernah membantu Dirgam. Maka terjadilah peperangan yang sangat sengit antara
pasukan Salahuddin dan pasukan Syawar yang dibantu oleh Amauri. Dalam. Dalam peperangan tersebut
pasukan Salahuddin berhasil menduduki Iskandariyah, tetapi ia dikepunt dari darat dan laut oleh tentara
salib yang dipimpin oleh Amauri. Akhirnya peperangan ini berakhir dengan perjanjian damai pada bulah
Agustus 1167 M, yang isinya adalah sebagai berikut:
a. Pertukaran tawanan perang
b. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi harus kembali ke Suriah
c. Amauri harus kembali ke Yerusalem
d. Kota Iskandariyah diserahkan kembali kepada Syawar.
Pada tahun 1169, tentara salib yang dipimpin oleh Amauri melanggar perjanjian damai yang disepakati
dahulu yaitu Dia menyerang Mesir dan bermaksud untuk menguasainya. Hal itu tentu saja sangat
membahayakan keadaan umat islam di Mesir, karena:
a. Mereka banyak membunuh rakyat di Mesir
b. Mereka berusaha menurunkan Khalifah al-Adid dari jabatannya
Khalifah al-Addid mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai Perdana Menteri Mesir pada tahun 1169 M. ini
merupakan pertama kalinya keluarga al-Ayyubi menjadi Perdana Menteri, tetapi sayang beliau menjadi
Perdana Menteri hanya dua bulan karena meninggal dunia. Khalifal al-Adid akhirnya mengangkat
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi menjadi Perdana Menteri menggantikan pamannya Asaduddin Syirkuh dalam
usia 32 tahun. Sebagai Perdana Menteri beliau mendapati gelah al-Malik an-Nasir artinya penguasa yang
bijaksana.
Setelah Khalifah al-Adid (Khalifah Dinasti Fatimah) yang terakhir wafat pada tahun 1171 M, Salahuddin
Yusuf al-Ayyubi berkuasa penyh untuk menjalankan peran keagamaan dan politik. Maka sejak saat itulah
Dinasti Ayyubiyah mulai berkuasa hingga sekitar 75 tahun lamanya.
1.1.2 Penguasa-penguasa Dinasti Al-Ayyubiah
Selama lebih kurang 75 tahun dinasti Al-Ayyubiyah berkuasa, terdapat 9 orang penguasa yakni sebagai
berikut:
1. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)
2. Malik Al-Aziz Imaduddin (1193-1198 M)
3. Malik Al-Mansur Nasiruddin (1198-1200 M)
4. Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M)
5. Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)
6. Malik Al-Adil Sifuddin, pemerintahan II (1238-1240 M)
7. Malik As-Saleh Najmuddin (1240-1249 M)
8. Malik Al-Mu’azzam Turansyah (1249-1250 M)
9. Malik Al-Asyraf Muzaffaruddin (1250-1252 M)
Dalam uraian berikut akan dibahas mengenai penguasa-penguasa yang menonjol, yaitu:
1. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1171-1193 M)
2. Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan I (1200-1218 M)
3. Malik Al-Kamil Muhammad (1218-1238 M)
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi dianggap sebagai pembaharu di Mesir karena dapat mengembalikan mazhab
sunni. Melihat keberhasilannya itu Khlaifah al-Mustadi dari Bani Abbasiyah memberi gelar kepadanya al-
Mu’izz li Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah al-Mustadi juga memberikan Mesir, an-Naubah,
Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah kekuasaan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi pada tahun
1175 M. sejak saat itulah Salahuddin dianggap sebagai Sultanul Islam Wal Muslimiin (Pemimpin umat ilam
dan kaum muslimin).
Di antara orang-orang yang iri dan melakukan pemberontakan terhadap Salahuddi Yusuf al-Ayyubi adalah
sebagai berikut:
a. Pemberontakan yang dilakukan Nuruddin Zanki, ia memberontak karena kebesaran namanya
tersaingi oleh Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
b. Pemberontakan yang dilakukan Hijab (Kepala rumah tangga Khalifah al-Adid), ia memberontak karena
merasa hak-haknya banyak dikurangi.
c. Pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Asassin yang dipimpin oleh Syakh Sinan karena merasa
tersaingi.
d. Pemberontakan yang dilakukan Zanki, kelompok ini merupakan permbela Al-Malik as-Salih yang
bersekongkol dengan al-Gazi (penguasa Mosul dan paman Malik as-Salih Ismail) yang beusaha
menjatuhkan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi karena merasa tersaingi.
Perang melawan tentara salib yang pertama adalah melawan Amalric 1, taja Yerusalem, yang kedua
melawan Baldwin IV (putra Amalric 1), yang ketiga melawan Raynald de Chatillon (penguasa benteng Karak
di sebelah tidur laut mati), yang keempat melawan Raja Baldwin V sehingga kota-kota seperti Teberias,
Nasirah, Samaria, Suweida, Beirut, Batrun, Akra, Ramalah, Gaza Hebron dan Baitul Maqdis berhasil dikuasai
oleh Salahuddin Yusuf al-Ayyubi.
Selain Clement III, para penguasa Eropa yang membantu dalam perang melawan Salahuddin Yusuf al-
Ayyubi adalah:
a. Philip II, Raja Prancis
b. Rivhard I, The Lion Heart (Hati Singa), Raja Inggris
c. William, raja Sisilia
d. Frederick Barbafossa, Kaisar Jerman
Setelah perang melawan tentara salib selesai, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi memindahkan pusat
pemerintahannya dari Mesir ke Damaskus, dan dia meninggal di sana pada tahun 1193 M dalam usia 57
tahun.
Dinasti Ayyubiyyah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dinasti Ayyubiyyah
ایوبیان
األيوبيون
1171–13411
Bendera
Wilayah terluas dinasti Ayyubiyyah dibawah Saladin ,tahun 1188
Ibu kota Kairo (1174–1250)
Bahasa Arab
Kurdish3
Coptic
Agama Islam Sunni
Bentuk Pemerintahan Monarki
Sultan
- 1174–1193 Saladin (first)
- 1331–1341 Al-Afdal (last reported)
Sejarah
- Didirikan 1171
- Dibubarkan 13411
Luas
- 1190 est.[1] 2.000.000 km² (772.204 mil²)
Populasi
- Perk. 12th century 7.200.000 (estimate)2
Mata uang Dinar
Pendahulu Pengganti
Fatimiyah
Dinasti Zengid
Kerajaan Yerusalem
Ayyubiyyah atau Dinasti Ayyubiyyah adalah dinasti Muslim dari bangsa Kurdi[2] yang menguasai Mesir,
Suriah, Yaman (kecuali Pegunungan Utara), Diyar Bakr, Makkah, Hijaz dan Irak utara pada abad ke-12 dan
13. Ayyubiyyah juga dikenali sebagai Ayyubid, Ayoubites, Ayyoubites, Ayoubides atau Ayyoubides.
Dinasti Ayubiyyah didirikan oleh Salahuddin Al-Ayubbi yang bersama Shirkuh menaklukan Mesir untuk Raja
Zengiyyah Nuruddin dari Damaskus pada 1169. Nama ini berasal dari ayah Salahuddin, Najm ad-Din Ayyub.
Pada tahun 1171, Salahuddin menggulingkan Khalifah Fatimiyyah terakhir. Ketika Nur ad-Din meninggal
pada 1174, Salahuddin menyatakan perang terhadap anak lelaki muda Nuruddin, As-Salih Ismail, dan
menguasai Damaskus. Ismail melarikan diri ke Aleppo, di mana ia terus berjuang melawan Salahuddin
hingga terbunuh pada 1181. Setelah itu, Salahuddin mengambil alih kawasan pedalaman hingga seluruh
Suriah, dan menakluki Jazirah di Irak Utara. Pencapaian terbesarnya adalah mengalahkan tentara salib
dalam Pertempuran Hattin dan penaklukan Baitulmuqaddis pada 1187. Salahuddin meninggal pada 1193
setelah menandatangani perjanjian dengan Richard I dari Inggris yang memberi kawasan pesisir dari
Ashkelon hingga Antiokhia kepada tentara salib.
Setelah kematian Salahuddin, anak lelakinya berebut pembagian kekaisaran, hingga pada 1200 adik
Salahuddin, Al-Adil, berhasilmengambil alih atas seluruh kekaisaran. Proses yang sama terjadi pada
kematian Al-Adil pada 1218, dan pada anak lelakinya Al-Kamil yang meninggal pada 1238, tetapi Ayubiyyah
tetap kuat. Pada 1250 Turanshah, Sultan Mesir Ayubiyyah terakhir, telah dibunuh dan digantikkan oleh
jenderal-budak Mamluknya Aibek, yang mendirikan Dinasti Bahri.
Ayyubiyyah terus menguasai Damaskus dan Aleppo hingga tahun 1260 ketika mereka dikuasai oleh Mongol
dan setelah kekalahan mongol di Ain Jalut, seluruh Suriah jatuh ke Mamluk.
Sejarah Berdirinya Dinasti Ayyubiyah
BAB I : pendahuluan
allahdulillah, kita oatut bersyukur pada allal yang telah memberi nikmat, sehingga saya bisa menyelesikan
makalah ini Salahuddin Ayyubi (1137–1193) (Salah al Din Yusuf Ibn Ayyub; ( )صاله الدين يوسف ابن ايوب
mendirikan Dinasti Ayyubid bangsa Kurdi di Mesir dan Suriah. Dia juga terkenal di kalangan Nasrani dan
Muslim dengan kemampuannya sebagai pemimpin perang dan keahliannya dalam peperangan yang
disertai juga dengan sifat kesateriaan dan belas kasihannya semasa Perang Salib. Sultan Salahuddin Al
Ayyubi juga adalah seorang ulama. Beliau memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam
kitab hadits Abu Dawud, ini merupakan cerita pendeknya, semoga dengn membaca makalah ini iman kita
akan Bertambah,,, Aaaaaaaaaaaaamiiiiiiin!
BAB II
PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM PADA MASA KEKUASAAN DINASTI AYYUBIYAH DI MESIR (1137 – 1193
M)
Bersama dengan pamannya, salahuddin melawan tentara perang salib pada tahun 559-564H (1164-
1168M). mereka berhasil mengusirnya dari mesir sejak saat itu asaduddin syirkuh diangkat menjadi
perdana menteri khilafah fathimiyah. Setelah pamannya meninggal jabatan perdana menteri dipercayakan
kepada salahuddin al ayyubi pada tahun 1169M. disana, ia mewarisi peranan sulit yaitu mempertahankan
mesir dan melawan penyerbuan dari kerajaan latin jerrussalem. Pada saat itu tidak ada seorangpun yang
menyangka dia dapat bertahan lama dimesir namun keberhasilan salahuddin dalam mematahkan serangan
tentara dan pasukan romawi bzantium yang melancarkan perang salib kedua terhadap mesir membuat
para tentara mengakuinya sebagai penggganti pamannya.
Penaklukan mesir oleh salahuddin pada tahun 1171M tersebut membuka jalan bagi pembentukan mazhab-
mazhab hukum sunni dimesir. Salahuddin memberlakukan mazhab hanafi, sebelumnya mazhab syafiiyah
yang berlaku didinasti fatiniyah. Keberhasilan tersebut mendorongnya untuk menjadi penguasa otonom
dimesir. Dalam mengsolidasikan kekuatannya, ia memanfaatkan keluarganya untuk melakukan ekspansi
kewilayah lain. Saudaranya dikirim untuk menguasai yaman pada tahun 1173M. taqiyuddin, keponakannya
diperintahkan untuk melawan tentara salib di dimyat. Adapun syihabuddin, pamannya diberi kekuasaan
untuk menduduki mesir hulu. Dari mesir, salahuddin juga dapat menyatukan syiria dan mesofotamiya
menjadi sebuah kesatuan negara muslim. Pada tahun 1174 ia menrebut damaskus kemudian alippo tahun
1185 dan merebut mousul pada 1186.
Pada masa pemerintahan salhudidin kekuatan militernya terkenal sangat tangguh pasukannya diperkuat
oleh pasukan Barbar turki, dan afrika ia juga membangun tembok kota diakiro dan bukit muqattam sebagai
benteng pertahanan. Dalam hal perekonomian, ia bekerja sama dengan penguasa muslim diwilayah lain.
Disamping itu, ia juga menggalakan perdaganggan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan hindia dan
menyempurnakan sistem perpajakan atas dasar inilah ia melancarkan gerakan offensif (penyerangan
dengan membabibuta) untuk merebut al quds (jerussalem) dari tangan tentara salib yang dipimpin oleh
guy de lusignan di hittin. Akhirnya pasukannya berhasil menguasai jerussalem pada tahun 1187M. ini
berarti jerussalem dapat dikuasai oleh orang muslim untuk kedua kalinya setelah delapan puluh tahun
dikuasai oleh kaum kristiani. Setelah kejadian itu orang-orang frank tersingkirkan, meskipun hanya untuk
sementara. Usaha besar-besaran telah dilakukan pasukan salib dari inggris, prancis dan jerman pada tahun
1189-1192M namun tidak berhasil mengubah kedudukan salahuddin. Setelah perang berakhir salahuddin
memindahkan pusat pemerintahan ke damaskus.
Perjuangan salahuddin dalam merealisasikan tujuan-tujuan utamanya yaitu mengeluarkan kaum salib dari
baitul makdis dan mengembalikan pada persatuan umat islam, telah menghabiskan kekuatannya dan
mengganggu kesehatannya. Ia meninggal dan dimakamkan di damaskus pada tahun 1193M, setelah dua
puluh lima tahun memerintah sebelum meninggal ia membagikan kekaisaran ayyubiyah kepada para
anggota keluarga. Oleh karena itu, pengendalian dari pusat tetap berada dibawah kekuasaan almalik al adil
(saudaranya) dan keponakannya al kamil mereka membagi imperiumnya menjadi sejumlah kerajaan kecil
mesir, damaskus, alleppo dan kerajaan mousul sesuai dengan gagasan saljuk bahwa negara merupakan
warisan keluarga raja. Meskipun demikian ayyubiyah tidak mengalami perpecahan, karena dengan loyalitas
kekeluargaan mesir di integrasikan dalam berbagai imperium. Mereka menata pemerintahan dengan
sistem birokrasi masa lampau yang telah berkembang dinegara-negara mesir dan siriya melalui distribusi
iqta kepada pejabat-pejabat militer yang berpengaruh.
Ayyubiyah secara khusus enggan melanjutkan pertempuran melawan sisa-sisa kekuatan pasukan salib.
Mereka lebih memprioritaskan untuk mempertahankan mesir, karena kesatuan mulai melemah akhirnya
pada masa pemerintahan al kamil, dinasti ayyubiyah yang bertempat di Diyar bakr dan al jazirah mendapat
tekanan dari dinasti seljuk rum dan dinasti khiwarazim syah. Selanjutnya, al kamil mengembalikan
jerussalem kepada kaisar fredrick II yang membawa kedamaian dan kestabilan ekonomi bagi mesir dan
syiria. Oleh karena itu, pada masa tersebut perdagangan kembali dikuasai oleh kekuatan kristen
mediterrania. Setelah al kamil meninggal yakni pada tahun 1238M, dinasti ayyubiyah dirongrong oleh
pertentangan-pertentangan intern pemerintah.
F. Bidang militer
Pada masa pemerintahan salahuddin, kekuatan militernya terkenal sangat tangguh. Pasukannya diperkuat
oleh pasukan Barbar, turki dan afrika. Ia juga membangun tembok kota di kairo dan muqattam sebagai
benteng pertahanan. Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda pedang dan panah dinasti ini juga
memiliki burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu adanya perang
salib membawa dampak positif, keuntungan dibidang industri, perdagangan dan intelektual misalnya
dengan adanya irigasi.
G. Bidang kebudayaan
Salahuddin al ayyubi menjadi tokoh yang meneladankan satu konsep dan budaya, yaitu perayaan hari lahir
nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud atau maulid. Maulud atau maulid ini
berasal dari kata milad yang berarti tahun dan bermakna seperti pada istilah ulang tahun.
6. Sebab-Sebab Terjadinya Perang Salib
Perang Salib (491 H – 692 H/ 1097 M – 1292 M) ialah suatu peperangan yang dilakukan oleh umat
Kristen Eropa terhadap umat Islam dengan tujuan untuk membebaskan Palestina, khususnya kota suci
Yerusalam dan kekuasaan umaat Islam. Perang Salib ini berlangsung selama kurang ± 200 tahun, terdiri
atas tujuh gelombang yang menyebabkan berjuta-juta orang gugur baik dari pihak Islam maupun pihak
Kristen.
Peperangan tersebut dinamakan Perang Salib karena tentara Kristen memakai lambang Salib dalam rangka
mempersatukan umat Kristen untuk menghadapi umat Islam. Sebenarnya Perang Salib ini bukanlah
semata-mata perang agama tetapi ada latar belakang lain yang mempengaruhinya, antara lain
Pertama, Perebutan kekuasaan antara Timur dan Barat yang berlangsung sejak zaman Rumawi di Barat,
dan Persia (Sekarang Iran) di Timur, padahal Persia dahulu dikenal beragama Majusi.
Kedua, Agama Kristen berkembang pesat di Eropa setelah Paus Paulus mengalihkan kiblatnya ke Roma dan
menjauhkan dari ajaran aslinya di tempat kelahirannya di Timur. Kemudian datang agama Islam
menghancurkan penjajahan Eropa yang bertopeng agama Kristen di Syiria, Mesir dan Afrika Utara. Islam
masuk ke daratan Eropa yaitu dengan menguasai Andalusia (Spanyol) di Barat dan Konstantinopel di Timur.
Dengan masuknya Islam ke Eropa maka orang Kristen di Eropa menggalang persatuan untuk menghadapi
kekuasaan Islam.
Ketiga, Di bidang perdagangan Eropa ingin sekali menguasai kembali pelabuhan-pelabuhandi laut Tengah,
sehingga mereka dapat menguasai perdagangan antara Timur dan Barat.
Keempat, Sebagian pembesar Eropa ingin menguasai tanah-tanah yang subur di negara Timur, untuk itu
mereka memberikan peluang kepada budak-budak untuk memerdekakan diri dengan jalan ikut Perang
Salib.
Kelima, Para peziarah dari Eropa sering menbuat kekacauan selama berada di Palestina. Mereka membawa
obor dan pedang serta pasukan pengawal yang bersenjata lengkap, sering menimbulkan kerusuhan di
antara mereka. Untuk lebih menganmankan suasana, penguasa Islam melarang peziarah membawa
senjata serta obor, tetapi larangan itu mereka anggap sebagai suatu penghinaan terhadap ajaran Kristen,
apa lagi sebagian dari peziarah itu terdiri dari penjahat-penjahat yang ingin menghapus dosanya. Para
pemimpin agama Kristen mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa para penjahat tidak akan
diampuni dosanya kecuali bila mereka melakukan ziarah ke Baitul Maqdis.
7. Meneladani Sipat-Sipat Shalahuddin Al Ayyubi, Pahlawan Islam Dari Seratus Medan Pertempuran
(1137 – 1193 M) SULTAN SALAHUDDIN AL-AYYUBI,
Namanya telah terpateri di hati sanubari pejuang Muslim yang memiliki jiwa patriotik dan heroik, telah
terlanjur terpahat dalam sejarah perjuangan umat Islam karena telah mampu menyapu bersih,
menghancurleburkan tentara salib yang merupakan gabungan pilihan dari seluruh benua Eropa.
Konon guna membangkitkan kembali ruh jihad atau semangat di kalangan Islam yang saat itu telah tidur
nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad saw., maka
Salahuddinlah yang mencetuskan ide dirayakannya kelahiran Nabi Muhammad saw. Melalui media
peringatan itu dibeberkanlah sikap ksatria dan kepahlawanan pantang menyerah yang ditunjukkan melalui
“Siratun Nabawiyah”. Hingga kini peringatan itu menjadi tradisi dan membudaya di kalangan umat Islam.
Jarang sekali dunia menyaksikan sikap patriotik dan heroik bergabung menyatu dengan sifat
perikemanusian seperti yang terdapat dalam diri pejuang besar itu. Rasa tanggung jawab terhadap agama
(Islam) telah ia baktikan dan buktikan dalam menghadapi serbuan tentara ke tanah suci Palestina selama
dua puluh tahun, dan akhirnya dengan kegigihan, keampuhan dan kemampuannya dapat memukul
mundur tentara Eropa di bawah pimpinan Richard Lionheart dari Inggris.
Hendaklah diingat, bahwa Perang Salib adalah peperangan yang paling panjang dan dahsyat penuh
kekejaman dan kebuasan dalam sejarah umat manusia, memakan korban ratusan ribu jiwa, di mana topan
kefanatikan membabi buta dari Kristen Eropa menyerbu secara menggebu-gebu ke daerah Asia Barat yang
Islam.
Seorang penulis Barat berkata, “Perang Salib merupakan salah satu bagian sejarah yang paling gila dalam
riwayat kemanusiaan. Umat Nasrani menyerbu kaum Muslimin dalam ekspedisi bergelombang selama
hampir tiga ratus tahun sehingga akhirnya berkat kegigihan umat Islam mereka mengalami kegagalan,
berakibat kelelahan dan keputusasaan. Seluruh Eropa sering kehabisan manusia, daya dan dana serta
mengalami kebangkrutan sosial, bila bukan kehancuran total. Berjuta-juta manusia yang tewas dalam
medan perang, sedangkan bahaya kelaparan, penyakit dan segala bentuk malapetaka yang dapat
dibayangkan berkecamuk sebagai noda yang melekat pada muka tentara Salib. Dunia Nasrani Barat saat itu
memang dirangsang ke arah rasa fanatik agama yang membabi buta oleh Peter The Hermit dan para
pengikutnya guna membebaskan tanah suci Palestina dari tangan kaum Muslimin.
kesimpulan
dari sejarah ini, banyak yang kita pelajari, mulai dari perjuangan, pengorbanan, harapan, hingga
mengorbankan nyawa untuk memperjuangkan agama islam, dari yahudi dan nasrani.
sungguh tokoh yang harus patut kuta contoh, dari kecil tlah belajar mencintai negara, agama, dan
akidahnya, hingga ia bisa menaklukan beberapa negara, perang salib pun, beliau jadi komandan yang
paling depan untuk memerangi umat yang mau menghancurkan umat islam.
A. Latar Belakang
Beralihnya tampuk kekuasaan dari dinasti Fathimiyyah ke tangan dinasti Ayyubiyyah mengakhiri
berkembang luasnya paham syi’ah di Mesir. Shalahuddin membawa pembaharuan bagi mesir dan
merupakan angin segar bagi para penganut Ahli Sunnah wal Jama’ah.
Perkembangan Dinasti Ayyubiyyah tidak terlepas dari peran besar Shalahudin sendiri. Shalahudin
mempunyai dua tugas utama sebagai khalifah Ayyubiyyah. Pertama, sebagai seorang negarawan yang
berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah. Kedua, sebagai panglima perang salib yang telah berhasil
mengalahkan tentara salib.
Untuk tugas pertama, beliau telah banyak mengadakan pembangunan, membangun administrasi negara,
ekonomi, perdagangan, memajukan ilmu pengetahuan, membangun madrasah dan sekolah,
mengembangkan dalam bidang kegamaan mazhab Ahli Sunnah wal Jama’ah. Dan untuk tugas kedua beliau
telah membangun persatuan bangsa Arab di bawah naungan Abbasiyah di Baghdad untuk menghadapi
agresi tentara salib, membangun benteng pertahanan militer yang terkenal dengan benteng Solahudin.
B. Rumusan Masalah
3. Siapa saja tokoh ilmuwan muslim dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al
Ayyubiyah?
4. Apakah ibrah perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al-Ayyubiyah untuk
masa kini dan yang akan datang?
BAB II
Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M) adalah Shalahudin Yusuf al-Ayyubi putra dari
Najamuddin bin Ayyub lahir di Takriet 532 H/1137 M meninggal 589 H/ 1193 M dimasyurkan oleh bangsa
Eropa dengan nama Saladin pahlawan perang salib dari keluarga Ayyubiyah suku kurdi. Dinasti ini berdiri di
atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syi’i dan ia ingin mengembalikannya ke faham sunni-
Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Pada masa Nuruddin Zanki (gubernur Suriah dari bani Abbasiyah), Shalahuddin
diangkat sebagai panglim tentara di Balbek, kehidupannya penuh dengan perjuangan dan peperangan
karena ditugaskan untuk menghadapi tentara salib dalam merebut kembali Baitul Maqdis (kota
Yerussalem) yang sudah dikuasai selama 92 tahun (perhitungan tahun hijriyah) atau selama 88 tahun
(perhitungan tahun masehi) oleh tentara salib.
Di saat Mesir mengalami krisis di segala bidang maka orang-orang Nasrani memproklamirkan perang Salib
melawan Islam, yang mana Mesir adalah salah satu Negara Islam yang diintai oleh Tentara Salib.
Shalahudin al-Ayyubi seorang panglima tentara Islam tidak menghendaki Mesir jatuh ke tangan tentara
Salib, maka dengan sigapnya Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk segera mengambil alih
Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu mempertahankan diri dari serangan Tentara
Salib. Menyadari kelemahannya Dinasti Fatimiyah tidak banyak memberikan perlawanan, mereka lebih rela
kekuasaannya diserahkan kepada Shalahudin dari pada diperbudak tentara salib yang kafir. Maka sejak
saat itu selesailah kekuasaan Dinasti Fatimiyah di Mesir, berpindah tangan ke Shalahudin al-Ayyubi.
Shalahuddin al Ayyubi yang telah menguasai Halb dan Maushil, menjadikan pasukan salib terkepung di
Baitul Maqdis oleh pasukan Shalahuddin al Ayyubi. Di utara oleh pasukan Shalahuddin al Ayyubi di Suriah,
dari selatan oleh pasukan di Mesir, dan dari timur pasukan di Yordania. Jadi berdirilah negara Ayyubiyah
dengan kepala pemerintahan Shalahuddin al Ayyubi yang wilayahnya mencakup Mesir, Suriah, sebagian
wilayah Irak dan Yaman.
.
Shalahudin panglima perang Muslim yang berhasil merebut Kota Yerusalem pada Perang Salib itu tak
hanya dikenal di dunia Islam, tetapi juga peradaban Barat. Sosoknya begitu mempesona. Ia adalah
pemimpin yang dihormati kawan dan dikagumi lawan. Di era keemasannya, dinasti ini menguasai wilayah
Mesir, Damaskus, Aleppo, Diyarbakr, serta Yaman. Masa dinasti ini pula perkembangan wakaf sangat
menggembirakan, wakaf tidak hanya terbatas pada benda tidak bergerak, tapi juga benda bergerak semisal
wakaf tunai. Tahun 1178 M/572 H, dalam rangka menyejahterakan ulama dan kepentingan misi mazhab
Sunni, Salahuddin Al-Ayyubi menetapkan kebijakan bahwa orang Kristen yang datang dari Iskandar untuk
berdagang wajib membayar bea cukai. Tidak ada penjelasan, orang Kristen yang datang dari Iskandar itu
membayar bea cukai dalam bentuk barang atau uang, namun lazimnya bea cukai dibayar dengan
menggunakan uang. Uang hasil pembayaran bea cukai itu dikumpulkan dan diwakafkan kepada para
fuqaha’ dan para keturunannya.
Sebagaimana dinasti-dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang gemilang dan
mempunyai beberapa peninggalan bersejarah. Kemajuan-kemajuan itu mencakup berbagai bidang,
diantaranya adalah :
Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini ditandai dengan
dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat madzhab hukum
dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga dibangun (1222 M) untuk
mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai madzhab hukum sunni.
Sedangkan dalam bidang arsitek dapat dilihat pada monumen Bangsa Arab, bangunan masjid di Beirut
yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja. Shalahuddin juga membangun
benteng setelah menyadari bahwa ancaman pasukan salib akan terus menghantui, maka tugas utama dia
adalah mengamankan Kairo dan sekitarnya (Fustat). Penasihat militernya saat itu mengatakan bahwa Kairo
dan Fustat masing-masing membutuhkan benteng pertahanan, tapi Shalahuddin memiliki ide brilian,
bahwa dia akan membangun benteng strategis yang melindungi secara total kotanya. Selanjutnya, dia
memerintahkan untuk membangun benteng kokoh dan besar diatas bukit Muqattam yang melindungi dua
kota sekaligus Kairo dan Fustat.
Proyek besar Citadel dimulai pada 1176 M dibawah Amir Bahauddin Qaraqush. Shalahuddin juga
membangun dinding yang memagari Kairo sebagai kota residen bani Fatimiyyah, sekaligus juga memagari
benteng kebesarannya serta Qata’i-al Fustat yang saat itu merupakan pusat ekonomi Kairo terbesar. Selain
itu, juga berdiri masjid agung di Sulaiman yang dimulai pembangunannya sejak dinasti Umayyah pada 717
M, masjid agung Aleppo hingga kini masih menjadi salah satu karya besar arsitektur di dunia muslim. Di
masjid agung Aleppo terdapat makam Nabi Zakaria dan di Damaskus terdapat makam Nabi Yahya. Bentuk
dan konstruksi masjid agung Damaskus dari dulu hingga kini masih terjaga, sementara masjid Aleppo sudah
banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya karena sempat diguncang gempa bumi dan dihancurkan
oleh serangan Bizantium dan tentara Mongol. Meski tak lagi mewarisi struktur masjid peninggalan bani
umayyah, namun masjid agung Aleppo sangat dikenal sebagai masterpiece dalam dunia islam, karena
mewarisi sentuhan beragam dinasti islam yang pernah Berjaya.
3. Bidang Industri
Kemajuan di bidang ini dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih
dibanding buatan orang Barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.
4. Bidang Perdagangan
Bidang ini membawa pengaruh bagi Eropa dan negara–negara yang dikuasai Ayyubiyah. Di Eropa terdapat
perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut,
sejak saat itu Dunia ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit, bank, termasuk Letter of
Credit (LC), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.
5. Bidang Militer
Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan sebagainya, ia juga memiliki burung
elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu, adanya perang Salib telah
membawa dampak positif, keuntungan di bidang industri, perdagangan, dan intelektual, misalnya dengan
adanya irigasi.
C. Tokoh Ilmuwan Muslim dan Perannya dalam Kemajuan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa
Dinasti Al Ayyubiyah
Pada masa dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al Ayyubi beserta keluarga dan pendiri-pendiri dinasti sangat
memperhatikan kelangsungan berbagai bidang termasuk bidang pendidikan dan pengetahuan. Sehingga
bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan yang sangat berpengaruh pada perkembangan kebudayaan atau
peradaban Islam, mereka di antaranya adalah:
1. Abdul Latif al Bagdadi dan Al - Hufi, ahli ilmu mantiq dan bayan (bahasa)
7. Maimoonides, ahli ilmu astronomi, ilmu ke-Tuhanan, tabib, dan terutama sebagai ahli filsafat.
8. Ibn al Baytar (1246 M), dokter hewan dan medikal. Beberapa karyanya yang sampai saat ini masih
terkenal di wilayah Eropa tentang buku ramuan obat Islam “ Management Of The Drug Store”
9. Sejumlah penulis, sastarawan, dan ilmuwan termuka, seperti Abu Firas Al Hamadani dan Thayib al
Mutanabbi.
D. Ibrah Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyah untuk Masa Kini
dan Yang Akan Datang
Shalahuddin al Ayyubi sangat berusaha keras dalam menghadapi perang salib, dan dalam membentengi
umat Islam dari kristenisasi. Misalnya memberi sumber untuk pembangunan masjid, pembuatan sekolah
gratis kepada siswa muslim yang tidak mampu, dan pemberian sandang pangan bekas namun masih layak
pakai. Sikap seorang negarawan yang tegas dan berani sepertinya patut dicontoh apalagi pada saat
sekarang ini yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Seperti sikap
tegas Shalahuddin yang langsung mencopot jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan mereka
justru mengganggu gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur yang melakukan korupsi, dan
yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok. Rasa yang sangat mengutamakan pendidikan dan
pengetahuan juga penting untuk dilanjutkan pada setiap generasi. Karena ilmu dan pendidikan merupakan
modal utama untuk menjaga dan mempertahankan kebudayaan atau peradaban Islam. Ilmu juga
mendapat tempat yang sama pentingnya dengan agama, yaitu untuk mengetahui ajaran-ajaran agama dan
hukum-hukum Islam.
Melihat perjuangan yang sangat heroik dari Shalahuddin al Ayyubi, hendaklah kita berusaha dengan tekad
dan kuat dalam mensyiarkan agama Islam agar upaya kristenisasi tidak akan berkembang lagi, dan Islam
juga tetap konsisten di zaman yang sudah modern sekarang. Sebaliknya, kehidupan umat manusia saat ini
justru hawa nafsu lebih mendonasi ketimbang moral dan akal. Peran dalam bentuk non fisik inilah apalagi
di tengah perkembangan globalisasi saat ini, yang terkadang memperlemah semangat keimanan umat
Islam. Maka dari itu, sebagai langkah awal yang sederhana peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
menjadi sangat penting.
Shalahudin al Ayyubi adalah seorang muslim yang tahu akan agamanya dan kosekuen dengannya. Ia tahu
hak tanah airnya kemudian mempertahankannya. Ia tahu hak-hak saudaranya kaum Muslimin kemudian
menunaikan hak-hak tersebut dengan sebaik-baiknya. Shalahudin al Ayyubi juga merupakan panglima
perang Muslim yang dihormati kawan dan dikagumi lawan karena akhlaknya dan tindakannya yang
tangguh tetapi tetap mengakui hak asasi manusia dalam setiap peperangan yang dilakukannya. Sikap
keperwiraan Shalahudin al Ayyubi lainnya yang baik dicontoh adalah:
2. Memadamkan pemberontakan
Beliau juga sosok yang memiliki toleransi tinggi terhadap umat beragama, seperti contohnya:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Shalahudin Yusuf al-Ayyubi adalah Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M) yang
berdiri di atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syi’i dan ia ingin mengembalikannya ke
faham sunni Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk segera
mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu mempertahankan diri dari
serangan Tentara Salib.
2. Dinasti Ayyubiyah mencapai kemajuan yang gemilang mencakup di berbagai bidang, yaitu: bidang
arsitektur dan pendidikan, bidang filsafat dan keilmuan, bidang industri, perdagangan, dan militer.
4. Sikap tegas Shalahuddin yang langsung mencopot jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan
mereka justru mengganggu gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur yang melakukan
korupsi, dan yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok.
5. Shalahudin al Ayyubi adalah seorang muslim yang tahu akan agamanya dan kosekuen dengannya,
tahu hak-hak saudaranya kaum Muslimin kemudian menunaikannya, dan hak tanah airnya kemudian
mempertahankannya.
B. Saran
Demikianlah makalah yang telah saya susun tentunya dalam hal ini masih banyak kekurangan, saya harap
makalah ini dapat menambah wawasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan untuk perbaikan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Kuraisy.
Sobat sedang membaca artikel tentang Sejarah Dan Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Ayyubiyah dan
sobat bisa menemukan artikel Sejarah Dan Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Ayyubiyah ini dengan
url http://irwan-adab.blogspot.com/2013/08/sejarah-dan-perkembangan-islam-pada.html, sobat boleh
menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Sejarah Dan Perkembangan Islam Pada Masa
Dinasti Ayyubiyah ini sangat bermanfaat bagi teman-teman sobat, namun jangan lupa untuk meletakkan
link Sejarah Dan Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Ayyubiyah sebagai sumbernya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beralihnya tampuk kekuasaan dari dinasti Fathimiyyah ke tangan dinasti Ayyubiyyah mengakhiri
berkembang luasnya paham syi’ah di Mesir. Shalahuddin membawa pembaharuan bagi mesir dan
merupakan angin segar bagi para penganut Ahli Sunnah wal Jama’ah.
Perkembangan Dinasti Ayyubiyyah tidak terlepas dari peran besar Shalahudin sendiri. Shalahudin
mempunyai dua tugas utama sebagai khalifah Ayyubiyyah. Pertama, sebagai seorang negarawan yang
berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah. Kedua, sebagai panglima perang salib yang telah berhasil
mengalahkan tentara salib.
Untuk tugas pertama, beliau telah banyak mengadakan pembangunan, membangun administrasi negara,
ekonomi, perdagangan, memajukan ilmu pengetahuan, membangun madrasah dan sekolah,
mengembangkan dalam bidang kegamaan mazhab Ahli Sunnah wal Jama’ah. Dan untuk tugas kedua beliau
telah membangun persatuan bangsa Arab di bawah naungan Abbasiyah di Baghdad untuk menghadapi
agresi tentara salib, membangun benteng pertahanan militer yang terkenal dengan benteng Solahudin.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya dinasti Al-Ayyubiyah?
2. Apa saja perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al-Ayyubiyah?
3. Siapa saja tokoh ilmuwan muslim dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al
Ayyubiyah?
4. Apakah ibrah perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa dinasti Al-Ayyubiyah untuk
masa kini dan yang akan datang?
5. Seperti apakah caranya meneladani sikap keperwiraan Shalahuddin al-Ayyubi?
BAB II
PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI AL AYYUBIYAH
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Al-Ayyubiyah
Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M) adalah Shalahudin Yusuf al-Ayyubi putra dari
Najamuddin bin Ayyub lahir di Takriet 532 H/1137 M meninggal 589 H/ 1193 M dimasyurkan oleh bangsa
Eropa dengan nama Saladin pahlawan perang salib dari keluarga Ayyubiyah suku kurdi. Dinasti ini berdiri di
atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syi’i dan ia ingin mengembalikannya ke faham sunni-
Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Pada masa Nuruddin Zanki (gubernur Suriah dari bani Abbasiyah), Shalahuddin
diangkat sebagai panglim tentara di Balbek, kehidupannya penuh dengan perjuangan dan peperangan
karena ditugaskan untuk menghadapi tentara salib dalam merebut kembali Baitul Maqdis (kota
Yerussalem) yang sudah dikuasai selama 92 tahun (perhitungan tahun hijriyah) atau selama 88 tahun
(perhitungan tahun masehi) oleh tentara salib.
Di saat Mesir mengalami krisis di segala bidang maka orang-orang Nasrani memproklamirkan perang Salib
melawan Islam, yang mana Mesir adalah salah satu Negara Islam yang diintai oleh Tentara Salib.
Shalahudin al-Ayyubi seorang panglima tentara Islam tidak menghendaki Mesir jatuh ke tangan tentara
Salib, maka dengan sigapnya Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk segera mengambil alih
Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu mempertahankan diri dari serangan Tentara
Salib. Menyadari kelemahannya Dinasti Fatimiyah tidak banyak memberikan perlawanan, mereka lebih rela
kekuasaannya diserahkan kepada Shalahudin dari pada diperbudak tentara salib yang kafir. Maka sejak
saat itu selesailah kekuasaan Dinasti Fatimiyah di Mesir, berpindah tangan ke Shalahudin al-Ayyubi.
Shalahuddin al Ayyubi yang telah menguasai Halb dan Maushil, menjadikan pasukan salib terkepung di
Baitul Maqdis oleh pasukan Shalahuddin al Ayyubi. Di utara oleh pasukan Shalahuddin al Ayyubi di Suriah,
dari selatan oleh pasukan di Mesir, dan dari timur pasukan di Yordania. Jadi berdirilah negara Ayyubiyah
dengan kepala pemerintahan Shalahuddin al Ayyubi yang wilayahnya mencakup Mesir, Suriah, sebagian
wilayah Irak dan Yaman.
.
B. Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyah
Shalahudin panglima perang Muslim yang berhasil merebut Kota Yerusalem pada Perang Salib itu tak
hanya dikenal di dunia Islam, tetapi juga peradaban Barat. Sosoknya begitu mempesona. Ia adalah
pemimpin yang dihormati kawan dan dikagumi lawan. Di era keemasannya, dinasti ini menguasai wilayah
Mesir, Damaskus, Aleppo, Diyarbakr, serta Yaman. Masa dinasti ini pula perkembangan wakaf sangat
menggembirakan, wakaf tidak hanya terbatas pada benda tidak bergerak, tapi juga benda bergerak semisal
wakaf tunai. Tahun 1178 M/572 H, dalam rangka menyejahterakan ulama dan kepentingan misi mazhab
Sunni, Salahuddin Al-Ayyubi menetapkan kebijakan bahwa orang Kristen yang datang dari Iskandar untuk
berdagang wajib membayar bea cukai. Tidak ada penjelasan, orang Kristen yang datang dari Iskandar itu
membayar bea cukai dalam bentuk barang atau uang, namun lazimnya bea cukai dibayar dengan
menggunakan uang. Uang hasil pembayaran bea cukai itu dikumpulkan dan diwakafkan kepada para
fuqaha’ dan para keturunannya.
Sebagaimana dinasti-dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai kemajuan yang gemilang dan
mempunyai beberapa peninggalan bersejarah. Kemajuan-kemajuan itu mencakup berbagai bidang,
diantaranya adalah :
1. Bidang Arsitektur dan Pendidikan
Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota pendidikan. Ini ditandai dengan
dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat madzhab hukum
dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga dibangun (1222 M) untuk
mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat diberbagai madzhab hukum sunni.
Sedangkan dalam bidang arsitek dapat dilihat pada monumen Bangsa Arab, bangunan masjid di Beirut
yang mirip gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja. Shalahuddin juga membangun
benteng setelah menyadari bahwa ancaman pasukan salib akan terus menghantui, maka tugas utama dia
adalah mengamankan Kairo dan sekitarnya (Fustat). Penasihat militernya saat itu mengatakan bahwa Kairo
dan Fustat masing-masing membutuhkan benteng pertahanan, tapi Shalahuddin memiliki ide brilian,
bahwa dia akan membangun benteng strategis yang melindungi secara total kotanya. Selanjutnya, dia
memerintahkan untuk membangun benteng kokoh dan besar diatas bukit Muqattam yang melindungi dua
kota sekaligus Kairo dan Fustat.
Proyek besar Citadel dimulai pada 1176 M dibawah Amir Bahauddin Qaraqush. Shalahuddin juga
membangun dinding yang memagari Kairo sebagai kota residen bani Fatimiyyah, sekaligus juga memagari
benteng kebesarannya serta Qata’i-al Fustat yang saat itu merupakan pusat ekonomi Kairo terbesar. Selain
itu, juga berdiri masjid agung di Sulaiman yang dimulai pembangunannya sejak dinasti Umayyah pada 717
M, masjid agung Aleppo hingga kini masih menjadi salah satu karya besar arsitektur di dunia muslim. Di
masjid agung Aleppo terdapat makam Nabi Zakaria dan di Damaskus terdapat makam Nabi Yahya. Bentuk
dan konstruksi masjid agung Damaskus dari dulu hingga kini masih terjaga, sementara masjid Aleppo sudah
banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya karena sempat diguncang gempa bumi dan dihancurkan
oleh serangan Bizantium dan tentara Mongol. Meski tak lagi mewarisi struktur masjid peninggalan bani
umayyah, namun masjid agung Aleppo sangat dikenal sebagai masterpiece dalam dunia islam, karena
mewarisi sentuhan beragam dinasti islam yang pernah Berjaya.
2. Bidang Filsafat dan Keilmuan
Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab tentang
astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang kedokteran ini telah didirikan
sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.
3. Bidang Industri
Kemajuan di bidang ini dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih
dibanding buatan orang Barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.
4. Bidang Perdagangan
Bidang ini membawa pengaruh bagi Eropa dan negara–negara yang dikuasai Ayyubiyah. Di Eropa terdapat
perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut,
sejak saat itu Dunia ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem kredit, bank, termasuk Letter of
Credit (LC), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.
5. Bidang Militer
Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan sebagainya, ia juga memiliki burung
elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu, adanya perang Salib telah
membawa dampak positif, keuntungan di bidang industri, perdagangan, dan intelektual, misalnya dengan
adanya irigasi.
C. Tokoh Ilmuwan Muslim dan Perannya dalam Kemajuan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa
Dinasti Al Ayyubiyah
Pada masa dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al Ayyubi beserta keluarga dan pendiri-pendiri dinasti sangat
memperhatikan kelangsungan berbagai bidang termasuk bidang pendidikan dan pengetahuan. Sehingga
bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan yang sangat berpengaruh pada perkembangan kebudayaan atau
peradaban Islam, mereka di antaranya adalah:
1. Abdul Latif al Bagdadi dan Al - Hufi, ahli ilmu mantiq dan bayan (bahasa)
2. Syekh Abul Qasim al Manfalubi, ahli Fiqih
3. Syamsudin Khalikan, ahli sejarah
4. Abu Abdullah al Quda’i, ahli Fiqih, Hadits dan Sejarah
5. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli nahwu
6. Hasan bin Khatir al Farisi, ahli Fiqih dan Tafsir
7. Maimoonides, ahli ilmu astronomi, ilmu ke-Tuhanan, tabib, dan terutama sebagai ahli filsafat.
8. Ibn al Baytar (1246 M), dokter hewan dan medikal. Beberapa karyanya yang sampai saat ini masih
terkenal di wilayah Eropa tentang buku ramuan obat Islam “ Management Of The Drug Store”
9. Sejumlah penulis, sastarawan, dan ilmuwan termuka, seperti Abu Firas Al Hamadani dan Thayib al
Mutanabbi.
D. Ibrah Perkembangan Kebudayaan/Peradaban Islam pada Masa Dinasti Al-Ayyubiyah untuk Masa Kini
dan Yang Akan Datang
Shalahuddin al Ayyubi sangat berusaha keras dalam menghadapi perang salib, dan dalam membentengi
umat Islam dari kristenisasi. Misalnya memberi sumber untuk pembangunan masjid, pembuatan sekolah
gratis kepada siswa muslim yang tidak mampu, dan pemberian sandang pangan bekas namun masih layak
pakai. Sikap seorang negarawan yang tegas dan berani sepertinya patut dicontoh apalagi pada saat
sekarang ini yang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Seperti sikap
tegas Shalahuddin yang langsung mencopot jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan mereka
justru mengganggu gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur yang melakukan korupsi, dan
yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok. Rasa yang sangat mengutamakan pendidikan dan
pengetahuan juga penting untuk dilanjutkan pada setiap generasi. Karena ilmu dan pendidikan merupakan
modal utama untuk menjaga dan mempertahankan kebudayaan atau peradaban Islam. Ilmu juga
mendapat tempat yang sama pentingnya dengan agama, yaitu untuk mengetahui ajaran-ajaran agama dan
hukum-hukum Islam.
Melihat perjuangan yang sangat heroik dari Shalahuddin al Ayyubi, hendaklah kita berusaha dengan tekad
dan kuat dalam mensyiarkan agama Islam agar upaya kristenisasi tidak akan berkembang lagi, dan Islam
juga tetap konsisten di zaman yang sudah modern sekarang. Sebaliknya, kehidupan umat manusia saat ini
justru hawa nafsu lebih mendonasi ketimbang moral dan akal. Peran dalam bentuk non fisik inilah apalagi
di tengah perkembangan globalisasi saat ini, yang terkadang memperlemah semangat keimanan umat
Islam. Maka dari itu, sebagai langkah awal yang sederhana peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
menjadi sangat penting.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Shalahudin Yusuf al-Ayyubi adalah Pendiri Dinasti Ayyubiyah (567 – 648 H / 1171 – 1250 M) yang
berdiri di atas sisa-sisa Dinasti Fatimiyah di Mesir yang bercorak Syi’i dan ia ingin mengembalikannya ke
faham sunni Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Shalahudin mengadakan serangan ke Mesir untuk segera
mengambil alih Mesir dari kekuasaan Fatimiyah yang jelas tidak akan mampu mempertahankan diri dari
serangan Tentara Salib.
2. Dinasti Ayyubiyah mencapai kemajuan yang gemilang mencakup di berbagai bidang, yaitu: bidang
arsitektur dan pendidikan, bidang filsafat dan keilmuan, bidang industri, perdagangan, dan militer.
3. Shalahudin al-Ayyubi sangat memperhatikan pendidikan dan pengetahuan. Sehingga bermunculan
tokoh-tokoh ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu Fiqih, kedokteran, filsafat, bahasa, sejarah,
dan lain-lain.
4. Sikap tegas Shalahuddin yang langsung mencopot jabatan para amir yang lemah di mana keberadaan
mereka justru mengganggu gerakan jihad yang mulai digelar olehnya, para aparatur yang melakukan
korupsi, dan yang bersekongkol dengan penjahat dan perampok.
5. Shalahudin al Ayyubi adalah seorang muslim yang tahu akan agamanya dan kosekuen dengannya,
tahu hak-hak saudaranya kaum Muslimin kemudian menunaikannya, dan hak tanah airnya kemudian
mempertahankannya.