Anda di halaman 1dari 13

MAGMA

Magma
larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, Bersifat mobile,
bersuhu tinggi (900-1200ºC atau lebih) dan berasal dari kerak bumi
bagian bawah atau selubung bagian atas.

Menurut Bunsen (1951), ada 2 jenis magma primer yaitu basaltis dan
granitis, dan batuan beku merupakan campuran dari dua magma ini yang
kemudian mempunyai komposisi lain.

Daily (1933) dan Winkler (1962) berpendapat bahwa magma asli (primer)
bersifat basa dan selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi
menjadi magma bersifat lain

Magma basa : encer (viskositas rendah), kandungan unsur kimia berat,


kadar H, OH dan gas tinggi sedangkan magma asam sebaliknya

EVOLUSI MAGMA

Magma dapat berubah sifatnya oleh proses dibawah ini :


1. Hibridisasi : Pembentukan magma baru karena percampuran 2 magma
yang berlainan jenisnya
2. Sinteksis : Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan
batuan samping
3. Anateksis : Proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada
kedalaman yang sangat besar

Diferensiasi magma
Merupakan semua proses yang mengubah magma dari keadaan awal yang
homogen dalam skala besar menjadi massa batuan beku dengan komposisi yang
bervariasi
Proses diferensiasi magma meliputi :
1. Fragsinasi
Pemisahan kristal dari larutan magma karena proses kristalisasi berjalan
tidak seimbang akibat perubahan temperatur dan tekanan yang menyolok
dan tiba-tiba.
2. Crystal Settling/Gravitational Settling
Pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristal-kristal berat Ca, Mg, Fe
yang akan memperkaya magma pada bagian dasar waduk .
3. Liquid Immisibility
Larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan pecah menjadi larutan
yang masing-masing akan membeku membentuk bahan yang heterogen
4. Crystal Flotation
Pengembangan kristal ringan dari sodium dan potasium yang akan
memperkaya magma pada bagian atas waduk
5. Vesiculation
Magma yang mengandung komponen CO2, SO2, S2,CL2 dan H2O sewaktu
naik ke permukaan membentuk gelembung-gelembung gas dan membawa
serta komponen volatil Sodium (Na) dan Potasium (K)
6. Diffusion
Bercampurnya batuan-batuan dinding dengan magma didalam waduk
magma secara lateral

Gambar 1. Melting batuan yang merupakan salah satu sumber magma


Pembentukan Batuan
Batuan merupakan suatu bentuk padatan alami yang disusun oleh satu atau

lebih mineral, dan kadang-kadang oleh material non-kristalin.

Kebanyakan batuan merupakan heterogen (terbentuk dari beberapa

tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa yang merupakan homogen

(disusun oleh satu mineral atau monomineral).

Tekstur batuan memperlihatkan karakteristik komponen penyusun

batuan,

Struktur batuan memperlihatkan proses pembentukannya (dekat atau

jauh dari permukaan).

Batuan kristalin terbentuk dari tiga proses (fisika-kimia) dasar :

1. kristalisasi dari suatu larutan panas (magma)

2. presipitasi dari larutan

3. rekristalisasi dari suatu bentuk padatan.

Berdasarkan proses pembentukannya batuan dapat dikelompokkan sebagai

batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.


BATUAN BEKU
Batuan Beku
Batuan yang terbentuk akibat adanya pembekuan magma didalam
bumi atau pembekuan lava di atas permukaan bumi.

Kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat hasil magma


yang mendingin (WT. Huang, 1962)

Gambar 2. Lokasi-lokasi pembentukan batuan beku


Pengklasifikasian batuan beku dapat dilakukan dengan berbagai macam cara.
Cara yang paling umum adalah berdasarkan lokasi pembentukkannya dan
berdasarkan komposisi mineralnya.

A. Berdasarkan tempat pembekuan :


a. Batuan Beku Dalam (Abysis/Plutonis)

b. Batuan Beku Gang

c. Batuan Beku Luar

Tabel 2. klasifikasi batuan beku berdasarkan tempat pembekuan


Tempat Nama Batuan
Pembekuan
Batuan Beku Granit Diorit Syenit Gabro
Dalam
Batuan Beku Gang Porfir Porfirit Porfir Porfir
Granit Syenit Gabro
Batuan Beku Luar Rhyolit Andesit Trachit Basalt
A
Struktur Amorf
- Rhyolit
- Andesit
- Trachit/Liparit
B - Basalt
Struktur Porfirik
- Porfir Granit
- Porfirit
- Porfir Syenit
- Porfir Gabro

C
Struktur Holokristalin
- Granit
- Diorit
- Syenit
- Gabro

Gambar 18. Pembagian batuan berdasarkan tempat pembekuan


B. Berdasarkan komposisi mineralnya
1. Batuan beku asam SiO2 > 66% (granit, monzonit).
2. Batuan beku intermediet SiO2 52 - 66 % (granodiorit, diorit, andesit).

3. Batuan beku basa SiO2 45 - 52 % (basalt, gabro).


4. Batuan beku ultra basa SiO2 < 45 % (peridotit, hazburgit).
Gambar 19. Klasifikasi berdasarkan komposisi mineral

Gambar 20. Klasifikasi berdasarkan komposisi mineral dan tekstur batuan


Tabel 1. Deskripsi Batuan Beku

RELASI JENIS BATUAN ASAM INETRMEDIATE BASA

TEKSTUR

EQUI GELAS OBSIDIAN


holohyalin
GRANULAR AFANITIK ANDESIT LAVA BASALT LAVA
hipokristalin hipokristalin
FANERIK HALUS ANDESIT BASALT
hipokristalin hipokristalin
INEQUI FANERIK KASAR DACITE DIORIT GABRO
Hipokristalin holokristalin Holokristalin
GRANULAR
GRANIT DIABAS
Holokristalin holokristalin

GRANODIORIT
holokristalin

KLASIFIKASI DI LABORATORIUM

Klasifikasi WT Huang

Klasifikasi dengan menggunakan tabel

1. Pemerian batuan dilakukan dengan mengamati kehadiran mineral kuarsa


bebas serta menghitung proporsi secara relatif dalam batuan.
2. Kuarsa > 10% atau lebih maka batuannya beku asam
3. Kuarsa < 10% dengan mineral orthoklas dan plagioklas asam melimpah
termasuk dalam batuan beku intermediate (hornblende > olivin dan piroksen)
4. Kuarsa < 10% dan plagioklas basa (warna lebih gelap)melimpah termasuk
dalam batuan beku basa (olivin dan piroksen > hornblende)
BATUAN PIROKLASTIK
Merupakan batuan vulkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh
serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api dengan
material penyusun dari asal yang berbeda. Material tersebut
terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi
(reworked) oleh air maupun es.

Material gunung api yg berupa lelehan sudah dibahas dalam batuan beku.

A. Komposisi Mineral Batuan Piroklastik

Menurut Fisher (1984) dan Williams (1982) material penyusun batuan


piroklastik adalah sbb :

1. Kelompok juvenil (essential)

material penyusun dikeluarkan langsung dari magma, terdiri dari padatan atau
partikel tertekan dari suatu cairan yang mendingin dan kristal.

2. Kelompok Cognate (Accessory)

Material penyusunnya dari material hamburan yang berasal dari letusan


sebelumnya dari gunung api yang sama atau tubuh vulkanik yg lebih tua dari
dinding kawah.

3. Kelompok Accidental (bahan asing)

Material penyusunnya merupakan bahan hamburan yg berasal dari batuan


gunung api atau batuan dasar berupa batuan beku, sedimen maupun metamorf
sehingga mempunyai komposisi yg beragam.

B. Komposisi Mineral
1. Mineral sialis

- Kuarsa (SiO2) yg hanya ditemukan pd batuan gunungapi kaya silika dan


bersifat asam
- Feldspar (K-Feldspar, Na- Feldspar, Ca- Feldspar)
- Feldspatoid, Merupakan kelompok mineral yg terjadi jika kondisi larutan
magma dalam keadaan tidak/kurang jenuh silika.

2. Mineral feromagnesia

Mineral kaya ikatan Fe-Mg silikat, kadang disusul Ca-silikat , mineral tersebut
hadir berupa kelompok mineral :

- Piroksen
- Olivin, kaya akan besi dan mg dan miskin silika

3. Mineral tambahan

Mineral tambahan yg sering hadir : Hornblende, biotit, magnetit, ilmenit

c. Mekanisme Pembentukan Endapan piroklastik

1. jatuhan (Pyroklastic Fall)

Diendapkan melalui udara. Umumnya berlapis baik dan pada lapisannya akan
menunjukkan struktur butiran bersusun. (cth : aglomerat, breksi piroklastik,
tuff, lapilli)

1. Aliran (Pyroklastic Flow)

Material langsung hasil erupsi kemudian teronggok di suatu tempat. Aliran


umumnya bersuhu tinggi 500-650˚C. (cth : wedus gembel)

2. Surge (Pyroklastic Surge)


Suatu awan campuran dari bahan padat dan gas (uap air) yg mpy rapat massa
rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara turbulent diatas
permukaan. Umumnya terpilah baik, berbutir halus dan berlapis dengan
struktur primer laminasi, silang siur.

C. Klasifikasi Batuan Piroklastik

Berdasarkan ukuran (Schnid, 1981)

Ukuran Butir Sebutan Endapan Piroklastik


Tak terkonsolidasi terkonsolidasi
(mm) (piroklastik)
Bomb, block Bomb, block, Aglomerat, breksi
64 Tephra piroklastik
Lapillus Tephra lapilli Batu lapilli

2
Debu kasar (coarse Debu kasar Tuff, Debu kasar
1/16 ash grain)
Debu halus Debu halus Tuff, debu halus

 Endapan Piroklastik tak terkonsolidasi

1. Bomb G. Api

Gumpalan2 lava yg mpy ukuran > 64


mm, sebagian atau semuanya plastis
pada waktu tererupsi.

2. Block G. Api

Dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari


fragmen batuan yg sudah memadat
lebih dahulu dengan ukuran > 64 mm.
Bentuknya menyudut.

3. Lapilli

Hasil erupsi eksplosif yg berukuran 2-


64 mm. Bentuk khusus lapilli yg terdiri
dari jatuhan lava diinjeksi dlm
keadaan sgt cair dan membeku di
udara, mempunyai bentuk membola
atau memanjang dan berakhir dengan
meruncing.

4. Debu G. Api

Dihasilkan oleh pelemparan magma


akibat erupsi eksplosif, berukuran
1/256 – 2 mm

 Endapan piroklastik terkonsolidasi

1. Breksi piroklastik

Batuan yg disusun oleh block2 gunung api yg telah mengalami


konsolidasi dlm jmlh >50% dan mengandung 25% lapilli dan abu.

2. Aglomerat

Dibentuk oleh konsolidasi material2 dgn kandungan didominasi oleh

bomb dan lapilli <25%

3. Batu lapilli
Batuan yg didominasi fragmen lapilli (2-64mm)

4. Tuff

Endapan g. Api yg terkonsolidasi dengan kandungan abu 75%.

Anda mungkin juga menyukai