Kelompok 3:
Lusi Marsela. P
Vina Mahaliza
Anisya Nurwahidiah
01
Batuan Beku
Pengertian
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang
terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat
pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa
dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan
antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya.
Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma
yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya
relatif besar. Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk
dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan
gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
Struktur Batuan
Pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah :
● Masif.
● Jointing.
● Vesikuler.
Struktur ini dibagi lagi menjadi yaitu :
a.Skoriaan
b.Pumisan
c.Aliran
d.Amigdaloidal
e.Xenolit
Tekstur Batuan
a. Fanerik granular
Bila kristal mineral dapat dibedakan dengan mata
telanjang dan berukuran seragam.
Kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-
ukuran :
i. Halus, apabila ukuran diameter
rata-rata kristal individu @ 1 mm.
ii. Sedang, apabila ukuran
diameterkristal-kristal antara 1
mm – 5 mm.
iii. Kasar, apabila ukurannya
berkisar antara 5 mm – 30 mm.
iv. Sangat kasar apabila ukurannya
A 30 mm.
b. Afanitik.
Apabila ukuran kristal-kristal mineral
sangat halus, sehingga tidak dapat
dibedakan dengan mata telanjang.
Batuan yang bertekstur afanitik
dapat tersusun atas kristal, gelas
atau keduanya. Selain itu dikenal
pula istilah Mikrokristalin dan
Kriptokristalin. Disebut
mikrokristalin apabila kristal
individu dapat dikenal/dilihat
dengan menggunakan mikroskop,
sedangkan Kriptokristalin apabila
tidak dapat dikenal dengan
mikroskop.
Inequigranular
Disebut memiliki tekstur
inequigranular apabila ukuran
kristal pembentuknya tidak
seragam.
Tekstur ini dibagi menjadi :
a. faneroporfiritik.
Bila kristal mineral yang besar
(fenokris) dikelilingi kristal mineral
yang lebih kecil (massa dasar) dan
dapat dikenal dengan mata
telanjang.
b. Pirfiroafanitik
Bila fenokris dikelilingi oleh
massa dasar yang afanitik.
c. gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memiliki
tekstur gelasan apabila
semuanya tersusun atas gelas.
Bentuk Butir
Untuk kristal – kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat
dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan
gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk
batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi :
a.kelompok Granit – Riolit: berasal dari magma yang bersifat asam, terutama
tersusun oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, kadang terdapat
hornblende biotit muskovit dalam jumlah kecil.
b.Kelompok Diorit – andesit; berasal dari magma yang bersifat intermediet,
terutama tersusun atas mineral-mineral plagioklas, hornblende, piroksen dan
kuarsa biotit ortoklas dalam jumlah kecil.
c.kelompok Gabro – Basalt; tersusun dari magma asal yang bersifat basa dan
terdiri dari mineral-mineral olivine plagioklas Ca, piroksen dan hornblende.
d.kelompok Ultra basa; terutama tersusun oleh olivine, piroksen. Mineral lain
yang mungkin adalah plagioklas Ca dalam jumlah sangat kecil.
Klasifikasi Batuan Beku
1) Klasifikasi batuan beku berdasarkan Ganesanya
Klasifikasi batuan beku secara genetika didasarkan pada tempat terbentuknya. Batuan beku
berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi:
a. Batuan beku dalam (Pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Proses pendinginan
sangat lambat sehingga batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal (struktur holohialin). Contoh:
Granit, Diorit, Gabro, Sienit dan Granodiorit.
• Granit
Proses terbentuk : Batuan ini terbentuk dari hasil
pembekuan magma berkomposisi
asam yang membeku di dalam dapur
magma, sehingga batu ini merupakan
jenis batu beku dalam.
Basalt
Warna cokelat
Kristanilitas Hipokristalin
Granularitas Afantik
b. Batuan beku intermediet (menengah), bila batuan beku tersebut 52%-66% SiO2. Contoh batuan ini: Diorit,
Andesit
c. Batuan beku, bila batuan beku tersebut mengandung 45%-52% SiO2. Contoh batuan
ini: Gabro dan Basalt
d. Batuan beku ultra basa, bila batuan beku tersebut mengandung <45% SiO2. Contoh batuan ini adalah
Peredotit dan Dunit.
3) Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi
1.bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat volkanik langsung jatuh ke darat melalui
medium udara. Jika bahan tersebut jatuh pada lereng vulkan yang curam maka dapat
terjadi gerakan yang disebabkan gravitasi. Tumpukan jatuhan piroklastik (tepra) tersebut
bila mengalami litifikasi akan menjadi batuan beku fragmental.
2.bahan – bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi diangkut ke tempat
pengendapan dalam mediu gas yang keluar bersama dengan mekanisme glowing avalance.
Bahan yang terendapkan mengalami litifikaso menjadi batuan beku fragmental. Pada jenis
ini sering ditemukan struktur mirip dengan struktur yang ada pada batuan sediment
misalnya silang – siur, laminasi atau gradasi.
3.bahan – bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi yang berada di darat
ataupun di bawah permukaan laut kemudian diendapkan pada kondisi air yang tenang.
Bahan piroklastik tersebut tidak mengalami reworking dan tidak tercampur dengan bahan
piroklastik. Pada jenis ini tidak didapatkan struktur – struktur sediment internal dan
komposisi seluruhnya adalah bahan piroklastik. Bila dilihat dari paleoenvirontment maka
jenis ini termasuk batuan sedimen dengan provenance piroklastik.
4.bahan – bahan piroklastik setelah dikeluarkan dari pusat erupsi jatuh pada air
yang aktif ( mengalir atau bergelombang ). Sebelum mengalami litifikasi bahan
– bahan tersebut mengalami reworking dan bias juga bercampur dengan bahan
– bahan yangbukan piroklastik. Bahan – bahan tersebut kemudian terendapkan
pada suatu tempat dan mengalami litifikasi. Pada jenis ini batuan
menunjukkan adanya strukturstruktur sediment. Apabila klasifikasi bersifat
genetic maka batuan sediment dengan provenance piroklastik.