Anda di halaman 1dari 5

Batuan Beku Basa Gabro

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda
(1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara
alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.500 °C dan bersifat mobile (dapat bergerak)
serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan
yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses
kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah
cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses
pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan
tekanan, atau perubahan komposisi. Batuan Beku adalah merupakan kumpulan interlocking
agregat mineral mineral silikat hasil pendinginan magma (Walter T. Huang , 1962).

Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan mineral penyusunnya. Sebagaimana


diketahui, mineral penyusun batuan beku terdiri atas 3 jenis mineral, mineral utama (primer),
mineral sekunder dan mineral asosiasi (tambahan). Mineral utama merupakan mineral yang
keterdapatannya mendominasi pada batuan beku tersebut, misalnya kuarsa, olivine,
plagioklas, ortoklas, piroksin, ampibol, mineral utama biasanya menentukan penamaan pada
batuan beku. Mineral sekunder merupakan mineral yang terbentuk yang berasal dari mineral
utama yang diakibatkan oleh pelapukan atau dari sisa-sisa magma, contohnya klorit, kalsit
dan kaolin. Mineral asesori atau mineral tambahan merupakan mineral yang keterdapatannya
hanya sedikit, bersifat ikutan pada mineral utama dan tidak mempengaruhi penamaan batuan
beku, misalnya magnetit, hematit dan rutil. Klasifikasi batuan beku berdasarkan mineral
pembentuknya yaitu dibagi menjadi 4 golongan, batuan beku asam, batuan beku basa, batuan
beku intermediet dan batuan beku ultra basa.

Menurut (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:

 Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah riolit,
granit dan dasit.
 Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52%–66%. Contohnya
adalah andesit dan diorit.
 Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45%–52%. Contohnya adalah
basalt dan gabro.
 Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah
peridotit, dunit, dan komatiit.

Batuan Beku Basa

Batuan beku basa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung 45%-52%
SiO2 dalam komposisinya. Kandungan mineral penyusunnya di dominasi oleh mineral-
mineral gelap (mafic). Batuan beku basa dapat terbentuk secara plutonik maupun vulkanik.
Yang terbentuk secara plutonik umumnya adalah batuan dari kerak samudra yang terbentuk
dari jalur tektonik divergen, terbentuk dari magma yang membeku jauh di dalam bumi dan
hanya terdiri dari kristal saja. sedangkan yang terbentuk secara vulkanik adalah dari gunung
api atau intrusian yang ketebalan kerak buminya tidak terlalu tebal. Batuan beku basa yang
terbentuk secara intrusif yaitu gabro, sedangkan yang terbentuk secara ekstrusif yaitu basalt.
Kehadiran mineral-mineralnya seperti Olivin, Piroksin, Hornblende, Biotit, Plagiolas dan
sedikit Kuarsa. Warna pada batuan beku basa ini umumnya gelap karena kandungan
mineralnya yang dominan gelap (Williams, 1954).

Gabro adalah batuan beku intrusif, berwarna gelap kehijauan, menunjukkan


kandungan silika rendah sehingga magma asal bersifat basa. Kaitan antara kandungan silika
dengan sifat magma , bahwa magma yang mengandung cukup banyak silika sehingga mampu
mengikat semua logam basa dan masih menyisakan silika, disebut sebagai kelewat jenuh,
sehingga kelebihan silika tersebut membentuk kristal silika seperti kuarsa.Struktur batuan ini
adalah massive, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan. Batuan ini
masih segar dan tidak pernah terkena gaya endogen yang dapat meninggalkan retakan pada
batuan.Batuan ini memeiliki tekstur fanerik karena mineral- mineralnya dapat dilihat
langsung secara kasat mata dan mineral yang besar menunjukkan bahwa mineral tersebut
terbentuk pada suhu pembekuan yang realtif lambat sehingga bentuk mineralnya besar-besar.
Derajat kristalisasi sempurna, bahwa batuan ini secara keseluruhan tersusun atas kristal
sehingga disebut holocrystalline. Tekstur seperti ini menunjukkan proses pembentukan
magma yang lambat. Ion-ion penyusun mineral pada batuan, dalam lingkungan bertekanan
tinggi dan temperatur yang luar biasa tinggi dapat bergerak sangat cepat dan menyusun
dirinya sedemikian rupa sehingga membentuk suatu bentuk yang teratur dan semakin
berukuran besar. Faktor waktu sangat penting bagi ion-ion untuk membentuk orientasi yang
tepat untuk mengkristal. Dengan demikian, maka seharusnya tekstur holokrsitalin terbentuk
di bawah permukaan bumi dimana terdapat tekanan yang sangat tinggi yang dapat
mempertahankan suhu yang tinggi.

Deskripsi Megaskopis :

Warna               : Hitam

Struktur            : masif

Tekstur

Derajat Kristalisasi : Holokristalin

Granularitas : Fanerik

Bentuk Kristal : Euhedral

Hubungan Antar Kristal : Equigranular, panidiomorf granular

Komposisi : olivine, piroksen, plagioklas

Proses Terbentuknya Gabro

Gabro terbentuk ketika batuan cair mengalami pembekuan dengan sangat pelan
selama periode yang panjang jauh di bawah permukaan Bumi. Proses ini dialami oleh batuan
magmatik intrusif dan posisinya dekat dengan sumber magma/sumber panasnya sehingga
menyebabkan proses pendinginan berlangsung sangat lama. Hal yang sama juga
menyebabkan gabro terlihat sangat berbeda dengan basalt. Gabro memiliki kristal yang
sangat besar dan mudah diamati dengan mata telanjang, kristalnya bertekstur sangat kasar.
Tekstur kasar ini disebut porfirik, yakni suatu gabungan antara kristal-kristal berukuran besar
dan halus. Waktu yang dibutuhkan bagi batuan cair untuk membeku akan menentukan jenis
teksturnya kemudian.
Pemanfaatan Gabro

Gabro dapat dipoles hingga berwarna hitam terang mengkilap sehingga kerap
digunakan sebagai batu hias atau pelapis pada dapur, lantai, batu fasad dsb. Pada industri
batuan, gabro kerap dijual dengan nama dagang black granit (granit hitam). Pemanfaatan
gabro yang paling utama adalah sebagai crushed stone atau agregat. Agregat gabro digunakan
sebagai suatu material dasar dalam proyek konstruksi, seperti agregat untuk konstruksi jalan,
balas jalur kereta api atau sebagai pengisi dimana agregat batuan yang resisten dibutuhkan.

Sumber : Djauhari Noor, Pengantar Geologi (2009)


Daftar Pustaka

Noor, Djauhari . 2009. Pengantar Geologi, Edisi Pertama. Universitas Pakuan Bogor

Sukandarrumidi. 2007. Geologi Mineral Logam. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai