Anda di halaman 1dari 38

MODUL PRAKTIKUM

PETROLOGI (GL-2242)

ASISTEN: ENOS PEBRIAN S, JANANDA NURALAM I, TABEGRA DISANDO

LABORATORIUM PETROLOGI DAN ENDAPAN MINERAL


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016
BATUAN BEKU

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk akibat membekunya magma pada waktu
perjalanannya ke permukaan bumi.

Magma adalah cairan silikat yang panas dan pijar yang terdiri dari unsur O, Si, Al, Fe,
Mg, Ca, Na, K dan sebagainya.

Hasil dari rekristalisasi magma tersebut membentuk berbagai macam jenis mineral dan
mengikuti aturan tingkat kristalisasi dari magma.

Bowen menyusun urutan kristalisasi dari mineral-mineral utama pembentuk batuan beku
yang dikenal sebagai Seri Reaksi Bowen :

Deret Diskontinu Deret Kontinu Batuan


Olivin Plagioklas Ultramafik
(Mg-Fe Silikat)
Anortit
(Ca-Al Silikat)

Piroksen Bitownit
(Ca-Mg-Fe-Na-Al-Ti Silikat) (Ca-Na-Al Silikat)

Labradorit
(Ca-Na-Al Silikat)
Hornblenda
(Ca-Na-Mg-Fe-Al-OH Silikat) Andesin
(Na-Ca-Al Silikat)

Oligoklas
Biotit (Na-Ca-Al Silikat)
(K-Mg-Fe-Al-F-OH Silikat)
Albit
(Na-Al Silikat)

K-Felspar
(K-Al Silikat)

Muskovit
(K-Al-Cr Silikat)

Kuarsa Batuan
(SiO2) Granitoid

Ciri-ciri mineral seri bowen dan mineral-mineral pembentuk batuan beku, selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Ciri-ciri mineral pembentuk batuan beku
Pengelompokan batuan beku berdasarkan kelompok mineralnya :

Kelompok Mineral Kelompok Batuan Beku


Olivin
Piroksen Ultramafik
Plagioklas
Olivin, piroksen
Olivin, piroksen, plagioklas
Olivin, plagioklas Gabroid dan Basaltoid
Piroksen, plagioklas
Piroksen, hornblenda, plagioklas
Hornblenda, plagioklas Dioritoid dan Andesitoid
Hornblenda, biotit, plagioklas, <<< kuarsa
Hornblenda, biotit, muskovit, kuarsa
Biotit, muskovit, k-felspar, kuarsa Granitoid dan Dasitoid
Biotit, muskovit, k-felspar

MINERAL PEMBENTUK BATUAN


Mineral pembentuk batuan dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :
 Mineral utama (essential minerals) : mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma,
yang biasanya hadir dalam jumlah yang cukup banyak dan menentukan nama/sifat
batuan.
Contoh : olivin, piroksen, hornblenda, biotit, plagioklas, k-felspar, muskovit, kuarsa,
felspathoid.
 Mineral tambahan (accessory minerals) : mineral yang terbentuk dari kristalisasi
magma, tetapi kehadirannya relatif sedikit (< 5%), dan tidak menentukan nama/sifat
batuan.
Contoh : apatit, zirkon, magnetit, hematit, rutil, dll.
 Mineral sekunder (secondary minerals) : mineral hasil ubahan dari mineral-mineral
primer karena pelapukan, alterasi hidrotermal atau metamorfosa.
Contoh : klorit, epidot, serisit, kaolin, aktinolit, dll.

TEKSTUR BATUAN BEKU


Tekstur adalah kenampakan dari batuan yang dapat merefleksikan sejarah kejadiannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tekstur batuan beku adalah derajat
kristalisasi, granulitas/besar butir dan kemas/fabric.

Derajat Kristalisasi
Tekstur batuan beku berdasarkan derajat kristalisasinya :
 Holokristalin : terdiri dari kristal seluruhnya
 Hipokristalin : terdiri dari sebagian kristal dan sebagian gelas
 Holohyalin : terdiri dari gelas seluruhnya
Granulitas/Besar Butir
Tekstur batuan beku berdasarkan granulitas/besar butirnya :
 Fanerik : kristal-kristalnya dapat dilihat dengan mata biasa
Khusus untuk batuan bertekstur fanerik, ukuran butirnya dapat ditentukan sbb :
 Halus : besar butir < 1 mm
 Sedang : besar butir 1 mm - 5 mm
 Kasar : besar butir 5 mm - 3 cm
 Sangat kasar : besar butir > 3 cm
 Afanitik : kristal-kristalnya sangat halus atau amorf, hanya dapat dilihat dengan
mikroskop.
Jika batuan bertekstur porfiritik maka ukuran fenokris dan masa dasar dipisahkan.

Kemas/fabric
Tekstur batuan beku berdasarkan keseragaman butir/kristalnya :
 Equigranular : ukuran besar butir relatif sama
 Inequigranular : ukuran besar butir tidak sama
Khusus untuk inequigranular dapat dibedakan menjadi tekstur :
 Porfiritik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar
(matriks) yang lebih halus.
 Vitrofirik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar
(matriks) gelas/amorf.

Tekstur batuan beku berdasarkan bentuk geometri kristalnya :


 Tabular (plagioklas, k-felspar)
 Prismatik (piroksen, hornblenda)
 Berlembar (mika)
 Poligonal (kuarsa, olivin)

Gambar 1. Sketsa bentuk butir (kristal/mineral) a. euhedral, b. subhedral, c. anhedral.

Gambar 2. Beberapa contoh tekstur pada batuan fanerik,

STRUKTUR BATUAN BEKU


Struktur yang dimaksud adalah struktur primer, yang terjadi saat terbentuknya batuan
beku tersebut. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan
(dimensinya sangat besar), tetapi kadang-kadang dapat dilihat juga dalam hand specimen.
Struktur yang berhubungan dengan aliran magma :
 Schlieren : struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih atau
memanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma.
 Segregasi : struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik) yang
mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan induknya.
 Lava bantal : struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat interaksi dengan
lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di mana bagian atas cembung dan
bagian bawah cekung.

Struktur yang berhubungan dengan pendinginan magma :


 Vesikuler : lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava)
 Amigdaloidal : lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang telah diisi oleh
mineral sekunder, seperti zeolit, kalsit, kuarsa.
 Kekar kolom : kekar berbentuk tiang dimana sumbunya tegak lurus arah aliran
 Kekar berlembar : kekar berbentuk lembaran, biasanya pada tepi/atap intrusi besar
akibat hilangnya beban.

KLASIFIKASI BATUAN BEKU SECARA MEGASKOPIS

A. Berdasarkan Klasifikasi IUGS (1973)


Secara megaskopik batuan beku dapat dibagi atas 2 kelompok besar yaitu :

1. Golongan Fanerik
Batuan bertekstur fanerik, dapat teramati secara megaskopik (mata biasa), berbutir
sedang-kasar (lebih besar dari 1 mm).
Golongan fanerik dapat dibagi atas beberapa jenis batuan, seperti terlihat pada diagram
segitiga 4a, 4b, 4c. Dasar pembagiannya adalah kandungan mineral kuarsa (Q), atau
mineral felspatoid (F), Felsfar alkali (A), serta kandungan mineral plagioklas (P).
Cara menentukan nama batuan dihitung dengan menganggap jumlah ketiga mineral utama
(Q+A+P atau F+A+P) adalah 100%.

Contoh : suatu batuan beku diketahui Q = 50%, A = 30%, P = 10% dan mineral mika =
10%. Jadi jumlah masing-masing mineral Q, A, dan P yang dihitung kembali untuk diplot
di diagram adalah sebagai berikut :
Jumlah mineral Q + A + P = 50% + 30% + 10% = 100% – 10% (jumlah mineral mika) =
90%, maka :
Mineral Q = 50/90 x 100% = 55,55%
Mineral A = 30/90 x 100% = 33,33%
Mineral P = 100% - (Q + A) = 100% - 88,88% = 11,12%
Bila diplot pada diagram 4a, hasilnya adalah batuan granitoid.

2. Golongan Afanitik
Batuan beku bertekstur afanitik, mineral-mineralnya tidak dapat dibedakan dengan mata
biasa atau menggunakan loupe, umumnya berbutir halus (< 1 mm), sehingga batuan beku
jenis ini tidak dapat ditentukan prosentase mineraloginya secara megaskopik. Salah satu
cara terbaik untuk memperkirakan komposisi mineralnya adalah didasarkan atas warna
batuan, karena warna batuan umumnya mencerminkan proporsi mineral yang dikandung,
dalam hal ini proporsi mineral felsik (berwarna terang) dan mineral mafik (berwarna
gelap). Semakin banyak mineral mafik, semakin gelap warna batuannya.

Penentuan nama/jenis batuan beku afanitik masih dapat dilakukan bagi batuan yang
bertekstur porfiritik atau vitrofirik, dimana fenokrisnya masih dapat terlihat dan dapat
dibedakan, sehingga dapat ditentukan jenis batuannya. Dengan menghitung prosentase
mineral yang hadir sebagai fenokris, serta didasarkan pada warna batuan /mineral, maka
dapat diperkirakan prosentase masing-masing mineral Q/F,A P, maka nama batuan dapat
ditentukan. (Gambar 5).

Gambar 4. Diagram Klasifikasi Batuan Beku Fanerik (IUGS, 1973)


a. Klasifikasi umum, b. Batuan ultramafik, gabroik & anortosit, c. Batuan ultramafik
I. Granitoid; II. Syenitoid; III. Dioritoid; IV. Gabroid; V. Foid Syenitoid; VI. Foid
Dioritoid & Gabroid; VII. Foidolit; VIII. Anortosit; IX. Peridotit; X. Piroksenit;
XI. Hornblendit; II-IV. The Qualifier ‘Foid-Bearing’, digunakan bila feldspatoid hadir;
IX-XI. Batuan Ultramafik.

Gambar 5. Diagram Klasifikasi Batuan Beku Afanitik


Q. Kuarsa; A. Alkali Felspar (termasuk ortoklas, sanidin, pertit dan anortoklas);
P. Plagioklas; F. Felspatoid; Mel. Melilit; Ol. Olivin; Px. Piroksen; M. Mineral mafik.
I. Rhyolitoid; II. Dacitoid; III. Trachytoid; IV. Andesitoid, Basaltoid;
V. Phonolitoid; VI. Tephritoid; VII. Foiditoid; VIII. Ultramafitit
B. Klasifikasi umum berdasarkan pada urut-urutan kristalisasi mineral Seri Bowen
(mineralogi) serta komposisi SiO2 batuan beku (Tabel 2).
Klasifikasi ini bukan klasifikasi resmi yang dibakukan, tetapi dibuat khusus digunakan
dalam praktikum di Laboratorium Petrologi - Geologi ITB.

Tabel 2. Pembagian batuan beku berdasarkan komposisi SiO2 dan mineralogi.

Keterangan : x : selalu hadir;


- : tidak hadir;
x/- : biasanya hadir/kadangkala tidak hadir;
-/x : biasanya tidak hadir/kadangkala hadir.
Catatan : untuk batuan yang mengandung mineral felspatoid (leusit, nefelin, dll.) dapat
dipergunakan nama batuan misalnya : nephelinite, leucitite, phonolite, felspathoid syenite,
leucite basalt, dll.

Tabel 3. Tabel untuk determinasi batuan beku.


Hal-hal utama yang perlu dicatat dalam deskripsi batuan beku :
1. Warna, sebagai petunjuk awal untuk memperkirakan komposisi kimia dan mineral
dari batuan.
2. Tekstur, besar butir dan kemas, yang mana berhubungan dengan sejarah dan cara
kejadian batuan, serta kecepatan dan urutan pertumbuhan kristal.
3. Mineralogi, sebagai petunjuk untuk identifikasi batuan, biasanya di dalam batuan beku
terdapat antara 2 dan 4 mineral utama.
4. Inklusi material asing (sebagai tambahan dalam membantu indentifikasi batuan).
Inklusi ini kadang ditemukan dalam batuan beku dan harus dideskripsikan terpisah,
inklusi penting ketika kita ingin menilai cara kejadian dan asal tubuh batuan beku.
DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

No. Batuan :
BB-01/BB-02, dll.

Warna :
Hitam bintik-bintik putih/putih kemerahan, dll (warna yang representatif)

Struktur :
Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll.

Tekstur

Granulitas/Besar butir

Sangat kasar > 3 cm, Kasar 5 mm - 3 cm, Sedang 1 - 5 mm Halus < 1 mm

Fanerik Afanitik

Derajat Kristalisasi

Holokristalin Hipokristalin / Hipohyalin Holohyalin

Keseragaman Butir/Kristal

Equigranular Inequigranular Porfiritik/Vitrofirik

Panidiomorfik Granular Hipidiomorfik Granular Alotriomorfik Granular Fenokris


(Euhedral) (Subhedral) (Anhedral)

Komposisi Mineral :
Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara visual)

Nama Batuan :
Granitoid/Syenitoid/ Dioritoid, dll. (Gunakan diagram dari IUSGS)

BATUAN PIROKLASTIK
Batuan piroklastik :
 Batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan oleh letusan gunung api
 Dicirikan oleh kehadiran material piroklas yang dominan (gelas, kristal, batuan
vulkanik), butiran yang menyudut, porositas yang relatif tinggi.

Batuan Epiklastik :
 Batuan hasil rombakan batuan vulkanik maupun batuan lainnya.
 Terdiri dari material hasil rombakan batuan vulkanik (kristal, fragmen batuan) dan
material non vulkanik.

Berdasarkan klasifikasi genetik, batuan piroklastik terdiri dari 3 jenis endapan


piroklastik yaitu :
 Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari letusan eksploif
material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh kembali ke bawah dan
terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini umumnya menipis dan ukuran butir
menghalus secara sistimatis menjauhi pusat erupsi, pemilahannya baik, menunjukan
grading normal pumis dan fragmen litik, mungkin menunjukan stratifikasi internal
dalam ukuran butir atau komposisi, komposisi pumis lebih besar daripada litik.
 Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari pergerakan
lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik yang tertransport dalam
matrik fluida (gas atau cairan), material vulkanik ini tertransportasi jauh dari gunung
api. Endapan ini umumnya pemilahannya buruk, mungkin menunjukan grading
normal fragmen litik, dan butiran litik yang padat semakin berkurang menjauhi pusat
erupsi.
Contoh : lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus antara aliran temperatur
tinggi (> 1000C) di mana material piroklastik ditransportasikan oleh fase gas dan
aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur dengan air.
 Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), termasuk pergerakan lateral
fragmen piroklatik sebagai campuran padatan/gas konsentrasi rendah yang panas.
Karekteristiknya, endapan ini menunjukan stratifikasi bersilang, struktur dunes,
laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and swell, endapan sedikit menebal di
bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi.

Tiga jenis fagmen yang ditemukan dalam endapan piroklastik :


 Fragmen dari lava baru atau disebut fragmen juvenil, berupa material padat tidak
mempunyai vesikuler sampai fragmen lava yang banyak vesikulernya.
 Kristal individu, yang dihasilkan dari fenokris yang lepas dalam lava juvenil sebagai
hasil fragmentasi.
 Fragmen litik, termasuk batuan yang lebih tua dalam endapan piroklastik, tetapi sering
terdiri dari lava yang lebih tua.
Tabel 4. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan besar butir/ukuran klast
(modifikasi dari klasifikasi Schmid, 1981, op.cit Fisher, et. al, 1984)

Ukuran Piroklast Endapan Piroklastik Endapan Piroklastik


Klast Non-konsolidasi : Konsolidasi :
(pecahan) Tefra Batuan Piroklastik

Blok (menyudut) Aglomerat, Aglomerat,


Bom (membundar) lapisan blok/bom atau Breksi Piroklastik
blok/bom tefra
64 mm
Lapili Lapisan Lapili atau Batuan Lapili
Tefra Lapili
2 mm
Butiran debu Debu (Ash) Kasar Tuf Kasar
(ash) kasar
1/16 mm
Butiran debu Debu (Ash) Halus Tuf Halus
(ash) halus

Tabel 5. Penamaan untuk batuan campuran piroklastik-epiklastik (Schmid, 1981)

Gambar 7. Penamaan batuan piroklatik berdasarkan fragmen piroklastik


(Fisher, 1966; Schmid, 1981, op.cit. Fisher, et.al, 1984).
Gambar 8. Penamaan tuf berdasarkan komposisi penyusun bahan piroklastiknya
Hal-hal yang perlu dideskripsi dalam deskripsi batuan piroklastik :
1. Warna, deskripsikan warna batuan yang representatif.
2. Besar butir, deskripsikan mengunakan besar butir/ukuran klast batuan piroklastik
(Table 4).
3. Komponen, deskripsikan komponen batuan piroklastik :
 Kristal, fragmen kristal
 Fragmen litik : vulkanik atau non vulkanik, polimik atau monomik
 Pumice atau scoria
 Shards, lapili akresionari, vitriklas
 Semen : siliseous, karbonat atau zeolit
4. Litofasies :
 Masif (tidak berlapis) atau berlapis
 Berlapis : Laminasi : < 1 cm
Berlapis sangat tipis : 1-3 cm
Berlapis tipis : 3-10 cm
Berlapis sedang : 10-30 cm
Berlapis tebal : 30-100 cm
Berlapis sangat tebal : > 100 cm
 Masif (tidak bergradasi) atau bergradasi :
normal  ; reverse  ; normal-reverse  ; reverse-normal 
 
 Kemas : clast-supported atau matrix-supported
terpilah baik, terpilah sedang, terpilah buruk
 Kekar : blocky, prismatik, columnar, platy
 Ketebalan seragam atau tidak seragam
 Ketebalan lateral rata atau tidak rata
 Secara lateral menerus atau tidak menerus
 Cross-bedded, cross-laminated
5. Alterasi :
 Mineralogi : klorit, serisit, silika, pirit, karbonat, felspar, hematit
 Distribusi : disseminated, nodular, spotted, pervasive, patchy.
BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen : batuan yang terbentuk dalam suatu siklus sedimentasi (pelapukan –
transportasi – sedimentasi – diagenesa).
Media transportasi : air, angin, es, dll.
Terbentuk di permukaan bumi, di bawah kondisi tekanan dan temperatur rendah.

Komposisi sedimen :
 Fragmen mineral/batuan hasil rombakan (terigen)
 Material hasil proses kimiawi (material autigenik) : karbonat, fosfat, dll.
 Material allochem (rombakan hasil presipitasi terdahulu) : fosil, material organik.

Mineral-mineral dalam batuan sedimen :


 Mineral Autigenic :
 Terbentuk di daerah sedimentasi dan langsung diendapkan
 Contoh : gipsum, kalsit, anhidrit, oksida besi, halit, glaukonit.
 Mineral Allogenik :
 Terbentuk di luar daerah sedimentasi
 Telah mengalami transportasi dan kemudian diendapkan di daerah sedimentasi
 Harus tahan pelapukan dan tahan terhadap pengikisan selama tranportasi sampai pengendapan.

Tekstur dan mineralogi batuan sedimen dapat merefleksikan lingkungan pengendapan batuan sedimen.

Hal-hal yang mempengaruhi pembentukan batuan sedimen :


 Litologi batuan (batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorfosa, batuan piroklastik).
 Stabilitas dari mineral-mineral yang ada
 Kecepatan erosi, banyaknya mineral sedimen yang dapat ditransport turut menentukan berapa banyak
material yang dapat/akan diendapkan.

Transportasi pada pembentukan batuan sedimen akan menghasilkan sorting/pemilahan dan


roudness/kebundaran.

Pembagian batuan sedimen berdasarkan tekstur :


 Batuan sedimen bertekstur klastik
 Batuan sedimen bertekstur non klastik (kristalin)

Batuan sedimen bertekstur non klastik (kristalin) :


 Umumnya terdiri dari mineral autigenik
 Pada P dan T tertentu seringkali memperlihatkan gejala diagenesa, akibatnya porositas
batuan menjadi sangat rendah atau hilang.
 Porositas primer rendah dan memperlihatkan tekstur mozaik (contoh : batugamping).
 Kadang-kadang terdapat butiran yang amorf (seperti kalsedon & opal) sebagai semen.

Besar butiran/kristal batuan sedimen non klastik (kristal) :


Ukuran Besar Butir (mm) Nama Besar Butir
1-2 Very coarsely crystalline
0,5 – 1 Coarsely crystalline
0,25 – 0,5 Medium crystalline
0,125 – 0,25 Finely crystalline
0,063 – 0,125 Very finely crystalline
0,004 – 0,063 Microcrystalline
< 0,004 Cryptocrystalline

Batuan sedimen bertekstur klastik :


 Terdiri dari material detritus (hasil rombakan : pecahan), memperlihatkan tekstur
klastik (butiran berukuran lempung sampai bongkah)
 Memperlihatkan berbagai struktur sedimen
 Proses : pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi
 Dapat dipelajari tentang sumber material (provenance), lingkungan
pengendapan/fasies, diagenesa
Besar butir (grain size) : unsur utama dari tekstur klastik, yang berhubungan dengan tingkat enersi pada
saat transportasi dan pengendapan.

Besar butir menggunakan skala Wentworth :

Ukuran Besar Butir (mm) Nama Besar Butir


> 256 Boulder / bongkah
64 – 256 Couble / berangkal
4 – 64 Pebble / kerakal
2–4 Granule / kerikil
1–2 Very coarse sand / pasir sangat kasar
1/2 - 1 Coarse sand / pasir kasar
1/4 – 1/2 Medium sand / pasir sedang
1/8 – 1/4 Fine sand / pasir halus
1/16 – 1/8 Very fine sand / pasir sangat halus
1/256 – 1/16 Silt / lanau
< 1/256 Clay / lempung

Gambar 9. Komparator besar butir

Besar butir ditentukan oleh :


 Jenis pelapukan : kimia ------------- butiran halus
mekanis ------------- butiran kasar
 Macam transportasi
 Waktu/jarak transportasi

Unsur-unsur tekstur batuan sedimen klastik :


 Butiran (grain) : butiran klastik (yang tertransport) disebut sebagai fragmen.
 Masa dasar (matrix) : lebih halus dari butiran/fragmen, diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
 Semen (cement) : berukuran halus, mengikat butiran/fragmen dan matrik, diendapkan setelah fragmen
dan matrik .
Pemilahan/sorting : derajat kesamaan atau keseragaman antar butir.

Gambar 2. Pemilahan dan tingkat penamaan keseragaman butir.

Kebundaran/roundness : menyatakan kebundaran atau ketajaman sudut butiran, yang


mencerminkan tingkat abrasi selama transportasi.
 Merupakan sifat permukaan dari butiran
 Disebabkan oleh pengaruh transport terhadap butiran

Gambar 3. Derajat Kebundaran

Kemas/fabric : merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi orientasi butir dan packing, secara
umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran dalam sedimentasi serta keadaan porositas dan
permeabilitas batuan.
Kemas : - terbuka : kontak antar butiran tidak bersentuhan
- tertutup : kontak antar butiran bersentuhan

Struktur batuan sedimen :


 Perlapisan : - Lapisan : tebal > 1 cm
- Laminasi : tebal < 1 cm
Jenis perlapisan : Perlapisan masif
Paralel lamination
Cross lamination/cross beds
Convolute lamination
Gradded bedding
Injection structures (sandstones dykes)
 Struktur di bidang perlapisan :
Di bagian bawah : load cast, flute cast
Di bagian atas : ripple marks, mud cracks, organic marks (tracks & trails, burrow)

Hal-hal lain yang juga perlu dideskripsi :


 Pencampuran batuan :
- karbonatan : bila pencampurnya material karbonat
- karbonan : bila pencampurnya karbon
 Fragmen pembentuk batuan : kuarsa, felspar (k-felspar dan plagioklas), fragmen batuan (batuan beku,
batuan sedimen, batuan metamorf, batuan piroklastik)
 Semen dan matrik :
- semen karbonat, silika, oksida besi, anhidrit, glaukonit
- matrik pasir, lanau, lempung
 Warna/kilap : deskripsikan warna batuan yang representatif (misalnya : abu-abu dengan garis-garis
hitam, abu-abu, hitam mengkilat, dll.)
 Mineral sedikit : glaukonit, pirit, hematit, piroksen, olivin, biotit, muskovit, karbon, dll.
 Kandungan fosil (bila ada dan sebutkan jenisnya, misalnya foraminifera, dll.)
 Struktur sedimen yang ada : perlapisan, graded bedding, laminasi sejajar, dll.
 Porositas : - baik : bila menyerap air
- buruk : bila tidak menyerap air
- sedang : diantara porositas baik dan buruk
 Kekompakan : mudah diremas, getas, kompak, lunak, padat, keras, dll. (deskripsikan kekompakan yang
representatif).

Tabel 6. Urutan deskripsi sifat-sifat litologi batuan sedimen/piroklastik

Keterangan : x : sifat yang selalu dimiliki


- : sifat yang tidak dimiliki
x/- : sifat yang bisa dimiliki atau tidak dimiliki
x* : yang dideskripsi adalah pembentuk batuan tersebut.
Penggolongan Batuan Sedimen berdasarkan proses-proses pembentukan
(Koesoemadinata, 1985) :
 Sedimentasi mekanis : batulanau, batulempung, serpih, napal, batupasir, konglomerat, breksi,
kalkarenit, batugamping klastik, batugamping bioklastik, batugamping oolit.
 Sedimentasi Organis : batubara, batugamping terumbu, batugamping bioklastik, radiolarit, diatome.
 Sedimentasi Kimiawi : batugamping kristalin, dolomit, batugamping oolit, gips, anhidrit, batugaram,
napal, flint, chert, fosforit.

Penggolongan Batuan Sedimen Berdasarkan asal-usulnya :


Klastik Terigenous Endapan biokimia – biogenik - Pengendapan Kimia Volkaniklastik
organik
Batupasir, mudrock, Batugamping, dolomit, rijang, Ironstones, evaporite Tufa, aglomerat
konglomerat, breksi fosfat, batubara

Gambar 4. Golongan batuan sedimen utama serta proses-proses pembentukannya


(Koesoemadinata, 1985).
Penamaannya secara umum dapat menggunakan klasifikasi seperti pada tabel 7.

Macam-macam batuan sedimen silisiklastik :


 Berbutir sedang-kasar : batupasir, konglomerat, breksi
 Berbutir halus : mudrock

BATUPASIR
Klasifikasi Batupasir
1. Batupasir Silisiklastik (butiran terigen)
 Batupasir Epiklastik : endapan yang berasal dari rombakan batuan terdahulu akibat pelapukan dan
erosi, termasuk batuan volkanik dan non-volkanik
 Batupasir Volkaniklastik : terdiri dari material volkanik (hasil rombakan maupun yang tidak),
termasuk endapan piroklastik dan endapan epiklastik.
2. Batupasir Non-Silisiklastik (butiran karbonat dan evaporit)

Batupasir
 Tekstur : ukuran butiran (pasir 0.125 - 2.00 mm), bentuk butiran (menyudut, membundar, dll.), sorting,
kemas butiran (mencakup orientasi, grain packing, grain contact, hubungan butiran dan matriks),
textural maturity, porositas, permeabilitas, struktur sedimen.
 Textural maturity :
o Texturally immature sediment : matriks dominan, sortasi buruk, butiran menyudut.
o Texturally mature sediment : matriks sedikit,, sortasi sedang-baik, butiran membundar tanggung-
membundar.
 Komposisi : butiran (fragmen batuan/litik, kuarsa, felspar, dan mineral-mineral lainnya), matrik dan
semen.

 Klasifikasi batupasir
Parameter : butiran (stabil dan tak stabil) : kuarsa, felspar, fragmen litik
matriks lempung (hasil rombakan atau alterasi batuan)
kehadiran matriks lempung : arenit (matriks < 15%)
wacke (matriks > 15%)
Pembagian secara umum (Gilbert, 1982; Pettjohn, 1987; dan Folk, 1974) : batupasir
kuarsa, batupasir arkose, batupasir litik, batupasir greywacke.
Batupasir kuarsa (Quartz Arenites) : berasosiasi dengan sedimen eolian, beach, shelf (lingkungan kerak
yang stabil), tingkat maturity : mature hingga supermature, interbedded dengan shallow marine limestones,
umumnya struktur sedimennya lapisan bersilang, mineralogi kuarsa, rijang kuarsit lebih besar dari 90%,
semen silika, karbonat, hematit.

Batupasir arkose (Arkoses) : butiran felspar prosentasenya tinggi, warnanya merah atau pink, lingkungan
non marin sering fluviatil pada iklim semi-arid, tingkat maturity : immature atau submature, mineralogi :
kuarsa <90% (rata-rata 50-60%), felsfar > fragmen litik 10-75% (rata-rata 20-40%), semen karbonat, silika
felsfar, hematit, mineral sulfat (barit, pirit, mineral lempung).

Batupasir Litik (Litharenites) : penamaan tergantung dari jenis fragmen batuan yang hadir, lingkungan
deltaik atau fluviatil, mineralogi fragmen litik 10-80%, felsfar, kuarsa, semen karbonat, silika, mineral
lempung, oksida besi, pirit, matrik lempung/klorit (kalau ada).
Batupasir wacke (Greywackes) : sebagian besar keras dan berwarna abu-abu gelap dengan matriks
melimpah, felspar dan butiran litik umumnya hadir, diendapkan oleh arus turbidit pada cekungan air dalam,
menunjukan struktur sedimen turbidit.

Gambar 5. Klasifikasi batupasir (Gilbert, 1982).


Gambar 6a. Klasifikasi batupasir (Pettijohn, 1987).

Gambar 6b. Klasifikasi batupasir (Folk, 1974).


KONGLOMERAT DAN BREKSI
Kenampakan yang penting untuk mendiskripsi batuan ini adalah jenis klastik yang hadir dan tekstur batuan
tersebut.
Berdasarkan asal-usul klastik penyusun konglomerat dan breksi :
 Klastik intraformasi, berasal dari dalam cekungan pengendapan, banyak fragmen mudrock atau
batugamping mikritik yang dilepaskan oleh erosi atau pengawetan sepanjang garis pantai.
 Klastik ekstraformasi, berasal dari luar cekungan pengendapan dan lebih tua dari pada sedimen yang
melingkupi cekungan tsb.

Jenis konglomerat berdasarkan macam klastik :


 Konglomerat polimiktik : terdiri dari bermacam-macam jenis klastik yang berbeda.
 Konglomerat monomitik/oligomiktik : terdiri dari satu jenis klastik.

Untuk interpretasi mekanisme pengendapan konglomerat harus dideskripsikan teksturnya (apakah


teksturnya clast-supported conglomerates atau matrix-supported conglomerates), bentuk, ukuran dan
orientasi fragmen batuan, ketebalan dan geometri lapisan dan struktur sedimen.

Konglomerat dan breksi terutama diendapkan pada lingkungan glasial, alivial fan dan braided stream.
Konglomerat yang re-sedimen diendapkan dalam lingkungan deep water biasanya berasosiasi dengan
turbidit.

MUDROCK
Mudrock adalah istilah umum untuk batuan sedimen yang disusun terutama oleh partikel berukuran lanau-
lempung, mineral lain mungkin juga hadir.

Mudrock diendapkan terutama dalam lingkungan river floodplain, lake, low energy shoreline, delta, outer
marine shelf dan deep ocean basin.

Gambar 7. Skema untuk mendeskripsi batuan berukuran pasir-lanau-lempung.

BATUAN KARBONAT (BATUGAMPING DAN DOLOMIT)


Batuan karbonat : semua batuan yang terdiri dari garam karbonat, dalam prakteknya
terutama berupa batugamping dan dolomit.
Komponen pembentuk batuan karbonat :
1. Butiran karbonat (allochems) :
 Butiran skeletal : fragmen bagian yang keras dari organisme yang kalkareous dan cangkang yang
tidak pecah seperti moluska, echinoid, ostrakoda, dan foraminifera.
 Ooid : berbentuk speroidal, butiran berukuran pasir terdiri dari korteks (kulit luar) aragonit atau
kalsit yang dibentuk oleh akresi kimia di sekitar inti partikel.
 Pellets : berbentuk speroidal atau elipsoid, berukuran pasir, terdiri dari mikrit, tidak punya struktur
dalam.
 Litoklas : fragmen batuan karbonat
- Intraklas : fragmen batuan karbonat yang terbentuk lebih awal (berasal dari cekungan yang sama)
- Ekstraklas : fragmen batuan karbonat dari umur yang berbeda atau berasal dari cekungan yang
berbeda
2. Matrik lumpur karbonat (mikrit) : agregat (kumpulan) kalsit mikrogranular.
3. Semen spar : kalsit granular yang terekristalisasi dalam ruang kosong dalam endapan karbonat atau
batugamping, terutama dalam ruang kosong antar butir dan dalam rongga fosil.

Komposisi kimia/mineral :
 Aragonit CaCO3 (ortorombik) : hasil presipitasi langsung dari air laut, bentuk serabut, tidak stabil
 Kalsit CaCO3 (heksagonal) : mineral lebih stabil, berbentuk hablur yaang baik/spar, kalsit bila diberi
alizarin red menjadi merah
 Dolomit CaMg(CO3)2 : berbentuk belah ketupat, tidak bereaksi dengan alizarin red, kebanyak hasil
dolomitisasi dari kalsit
 High Magnesium Calcite : larutan padat MgCO3 dalam kalsit
 Magnesit MgCO3 : biasanya berasosiasi dengan evaporit
 Siderit FeCO3

Tekstur batuan karbonat :


1. Tekstur primer, menyangkut :
Kerangka organik (organic framework texture)
Klastik (clastic texture)
Masa dasar (matrix texture)
2. Tekstur sekunder / Tekstur Diagenesa, menyangkut kehabluran / crystalinity yang diperlihatkan oleh :
Semen yang mengisi rongga-rongga antar butir
Rekristalisasi sebagian atau seluruh masa dasar maupun kerangka/butiran

KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT


Klasifikasi Grabau
berdasarkan ukuran butir : - kalsirudit (> 2mm)
- kalkarenit (62 m – 2 mm)
- kalsilutit (< 62 m)

Klasifikasi Folk
berdasarkan komposisi : allochem, matiks dan semen
Bio (butiran skeletal), oo (ooid), pel (peloid), intra (intraklas)
macam-macam : Biosparit (komponen bioklas, dominan kalsit spar); pelsparit, oosparit, intrasparit, biolithit
(berasal dari terumbu)

Klasifikasi Dunham
berdasarkan tekstur  proporsi dari butiran vs. matriks
Mudstone : lumpur karbonat>>>butiran (mud supported), butiran < 10%
Wackestone : lumpur karbonat>butiran (grain-mud supported), butiran> 10%
Packestone : butiran>lumpur karbonat (mud-grain supported)
Grainstone : butiran>>>lumpur karbonat (grain supported)
Boundstone : terdiri dari kerangka
Crystalline carbonate : terdiri dari kristal, tekstur pengendapan tidak diketahui
Klasifikasi Embry & Klovan
Berdasarkan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau pecahan-pecahan kerangka
Framestone : terdiri seluruhnya dari kerangka organik seperti koral, bryozoa, ganggang, matriks <10%
Bindstone : terdiri dari kerangka/pecahan kerangka organik seperti koral, yang telah diikat kembali oleh
kerak lapisan-lapisan (encrusting) gamping yang dikeluarkan oleh ganggang merah
Bafflestone : terdiri dari kerangka organik seperti koral dalam posisi tumbuh dan diselimuti oleh lumpur
gamping
Rudstone : hasil rombakan suatu terumbu dan terkumpul setempat atau ditransport oleh gaya berat, tanpa
adanya lumpur gamping diantara fragmen-fragmennya
Floatstone : terdiri dari potongan-potongan kerangka organik yang mengambang dalam lumpur gamping

Porositas adalah perbandingan jumlah rongga terhadap volume total batuan (%)
Macam-macam porositas berdasarkan waktu terbentuknya :
 Porositas Primer : terbentuk pada saat diendapkan-diagenesis awal, contoh interkristalin, intrakristalin,
intergranular, intagranular
 Porositas Sekunder : terbentuk selama diagenesis lanjut mesogenesis-telogenesis, contoh porositas yang
terbentuk akibat retakan/fracturing, pengkerutan/shrinkage, dan pelarutan (butiran, semen, matriks)

Choquete and Pray (1970) mengklasifikasikan porositas batuan karbonat berdasarkan tiga kelompok yaitu
tipe fabric selective, tipe not fabric selective dan tipe fabric selective or not (gambar 17).

Proses-proses diagenesa :
sementasi, mikritisasi (oleh organik), disolusi, kompaksi, dolomitisasi, neomorfisme (adalah proses
penggantian mineral yang sejenis (polimorf); biasanya lebih kasar)

Mineralogi : aragonit, kalsit, dolomit (karbonat), lain-lain (kuarsa, felspar, mineral lempung, fosfat, oksida
besi, sulfida, evaporit)

Tiga lingkungan diagenesis (utama) :


 marine (dibawah lantai samudera/sea floor); shallow & deep water & zone intertidal - supratidal
 near-surface meteoric : terjadi setelah deposisi, atau pada kedaan uplifted setelah burial
 lingkungan burial : 10-ratusan meter : rekristalisasi, metamorfosis

Sementasi
isopachous , gravity (stalactitic) & meniscus, fibrous, syntaxial (semen spar kalsit melingkupi butiran, dan
optis kontinu), equent spar – drusty mosaic, poikilotopic (seperti syntaxial, tetapi tidak optis kontinu).

Gambar 15. Klasifikasi batugamping menurut Folk (1962).


Gambar 16. Klasifikasi batugamping menurut Dunham (1962), Embry & Klovan (1971)
Gambar 17. Tipe-tipe porositas (Choquete and Pray, 1970)
BATUAN METAMORF

Batuan metamorfosa : batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan (P),
temperatur (T) atau keduanya dimana batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya
perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat),
dengan temperatur berkisar antara 200-8000C.

Perubahan yang terjadi pada proses metamorfosa :


 Tekstur dan struktur, yang merefleksikan sejarah pembentukannya
 Asosiasi mineral

Tipe-tipe metamorfosa :
 Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan (kenaikan) temperatur (T),
biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas daerah kontak bisa beberapa
meter sampai beberapa kilometer, tergantung dari komposisi batuan intrusi dan batuan
yang diintrusi, dimensi dan kedalaman intrusi.
 Metamorfosa regional/dinamo termal : terjadi akibat perubahan (kenaikan) tekanan
(P) dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di jalur orogen yang
meliputi daerah yang luas, perubahan secara progresiv dari P & T rendah ke P & T
tinggi..
 Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi : terjadi akibat sesar yang
menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar (dangkal), milonit,
filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi.
 Metamorfosa burial : terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di cekungan
sedimentasi, perubahan mineralogi ditandai munculnya zeolit.
 Metamorfosa lantai samudera : terjadi akibat pembukaan lantai samudera (ocean
floor spreading) di punggungan tengah samudera, tempat dimana lempeng (litosfer)
terbentuk.

Struktur batuan metamorfosa :


 Struktur Foliasi (Schistosity) : struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral pipih/
mineral prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan metamorfosa
kataklastik.
 Struktur Non Foliasi : struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang
equidimensional, seringkali terjadi pada metamorfosa termal.

Beberapa struktur yang bersifat foliasi :


Slaty cleavage :
 struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu sabak/slate
 mineral mika mulai hadir.
Filitik :
 Rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage
 Batuan lebih mengkilap daripada batusabak (mulai banyak mineral mika)
 Mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan mineral granular meskipun belum begitu
jelas/belum sempurna.
Schistose :
 Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular.
 Mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus
 Sering disebut dengan close schistosity.
Gneisose :
 Struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular.
 Mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus
 Sering disebut dengan open schistosity.
Milonitik :
 Menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat.
Filonitik :
 Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonitik butirannya halus)
 Sudah terjadi rekristalisasi
 Menunjukan kilap silky

Beberapa struktur yang bersifat non foliasi :


Granulose :
 Terdiri dari mineral granular
Hornfelsik :
 Identik dengan granoblastik namun mineral equidimensional, tidak terorientasi,
khusus akibat metamorfosa termal.

Tekstur batuan metamorfosa (tekstur kristaloblastik) :


 Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika
(muskovit, biotit)
 Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral plagioklas,
k-felspar, piroksen
 Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan batas-
batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
 Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya lepidoblastik saja.
 Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya lepidoblastik
dan granoblastik.

Tekstur khas lainnya :


 Tekstur relic (sisa) : tekstur sisa yang terbentuk sebelum metamorfosa (dapat
menunjukan batuan asal sebelum mengalami proses metamorfosa). Penamaannya
dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur sisa),
misalnya :
 Tekstur blastoporfiritik (batuan asal bertekstur porfiritik)
 Tekstur blastoofitik (batuan asal bertekstur ofitik)
 Tekstur kristaloblastik : setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa.
Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai untuk memberikan nama
tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorfosis, misal tekstur
porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik
pada batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
 Awalan “meta” untuk memberikan nama batuan metamorf bila masih dikenali sifat
dari batuan asalnya, misalnya metasedimen, metaklastik, metagraywacke,
metavolkanik, dsb.
Gambar 14. Beberapa tekstur batuan metamorfik, A. Granoblastik, B. Granoblastik (butir
tak teratur), C. Schistose dengan porfiroblast, D. Schistose dengan granoblastik lentikuler,
E. Filitik, F. Gneissose, G. Milonitik, H. Milonitik, I. Granoblastik dalam milonit.
Beberapa bentuk mineral karakteristik batuan metamorf
Bentuk Kristal Mineral
Euhedral Staurolit, silimanit, kianit, rutil, klorit, ilmenit, turmalin, pirit, lawsonit
Andalusit, garnet, sfen, epidot, zoisit, magnetit, spinel, ankerit, idokras
Subhedral Mika & klorit (memipih), amfibol & piroksen (prismatik), wolastonit,
dolomit & apatit
Anhedral Kuarsa, felsfar, kalsit, aragonit, olivin, kordierit, scapolit, humites

Bentuk-bentuk individu kristal pada batuan metamorfosa :


 Idioblastik : mineralnya berbentuk euhedral
 Hypidioblastik : mineralnya berbentuk subhedral
 Xenoblastik/alotrioblastik : mineralnya berbentuk anhedral

Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia batuan asal :


 Batuan metamorf pelitik, berasal dari batuan lempungan (batulempung, serpih,
batulumpur); komposisinya banyak mengandung Al O2 , K 3 O, 2dan SiO ; batuannya
2
kebanyakan bertekstur skistosa contohnya sekis, batusabak, dll.; mineralogi :
muskovit, biotit, kianit, silimanit, kordierit, garnet, stauroeit; secara umum batuan
pelitik akan berubah menjadi batuan metamorfosis dengan meningkatnya T, akan
terbentuk berturut-turut : batusabakfilitsekisgenes.
 Batuan metamorf kuarsa-felspatik, berasal dari batupasir atau batuan beku felsik
(misalnya granit, riolit), dicirikan kandungan SiO tinggi
2 dan MgO serta FeO rendah,
hasilnya batuannya bertekstur bukan skistosa.
 Batuan metamorf karbonatan, berasal dari batuan yang berkomposisi CaCO 3
(batugamping, dolomit), hasil metamorfosa berupa marmer, bila batuan asal
(batugamping) mengandung MgO dan SiO2 diharapkan terbentuk mineral tremolit,
diopsid, wolastonit dan mineral karbonatan yang lain, bila batuan asal mengandung
cukup Al2 O 3 diharapkan terbentuk mineral plagioklas, epidot, hornblenda yang
hampir mirip dengan mineralogi batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa.
 Batuan metamorf basa, berasal dari batuan beku basa (SiO sekitar 2 50%), batuan
metamorfnya disebut metabasite, batuan asal banyak mengandung MgO, FeO, CaO
dan Al2 O3 maka mineral metamorfosanya berupa klorit, aktinolit, epidot (fasies sekis
hijau) dan hornblenda (fasies amfibolit), untuk T lebih tinggi akan muncul klino dan
ortopiroksen dan plagioklas.
 Batuan metamorf ultra basa, berasal dari batuan beku ultra basa, batuan hasil
metamorfosa berupa serpentinit, sering dijumpai pada daerah metamorf yang
mengandung glaukofan.

Penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur dan mineraloginya :


Tekstur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan batuan metamorf,
secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf akan mencerminkan tekstur,
misalnya melimpahnya mika akan memberikan tekstur sekistosa pada batuannya.

Batusabak
 Mineral utama : seringkali masih berupa mineral lempung; mineral tambahan :
muskovit, biotit, kordierit, andalusit.
 Warna : abu-abu gelap yang mengkilap.
 Struktur : foliasi (sekistose) mulai tampak namun belum jelas (slaty cleavage).
 Tekstur : lepidoblastik dan granoblastik tetapi tanpa selang-seling mineral pipih dan
mineral granular dengan butiran yang halus.
 Metamorfosa : regional.

Filit
 Mineral utama : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan : plagioklas, mineral bijih.
 Warna : terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap daripada batu
sabak.
 Struktur : foliasi (sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batu sabak (tekstur
filitik).
 Tekstur : mulai granoblastik sampai lepidoblastik dengan mulai terlihat perselingan
antara mineral pipih dan mineral granular, butiran mulai lebih kasar daripada batu
sabak.
 Metamorfosa : kataklastik.

Sekis
 Mineral utama : biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit (sekis klorit), talk (sekis
talk) dll.
 Warna : tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika umumnya putih, hitam,
mengkilap.
 Struktur : foliasi (sekistose tertutup).
 Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara mineral pipih dan mineral
granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar.
 Metamorfosa : regional.

Geneis
 Mineral utama : k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa.
 Warna : sesuai dengan batuan asalnya, misalnya dari granit atau batupasir arkose.
 Struktur : foliasi (sekistose terbuka/gneisose).
 Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral granular.
 Metamorfosa : regional.

Migmatit
 Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering memperlihatkan
sifat yang heterogen dan terlihat seperti percampuran antara metasedimen dan batuan
granitis, batuan yang demikian ini lazim disebut migmatit, material granitis
diperkirakan berasal dari luar, hasil dari insitu partial melting atau dapat juga dari
segregasi akibat proses metamorfosis.
 Struktur : foliasi (sekistose terbuka/gneisose).
 Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral granular.
 Metamorfosa : regional, pada zona T tinggi, dan selalu dijumpai berasosiasi dengan
batuan granit.

Milonit
 Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami metamorfosa kataklastik.
 Struktur dan tekstur : terlihat seperti adanya foliasi dengan lensa-lensa dari batuan
yang tidak hancur berbentuk mata, butiran umumnya halus.
 Tekstur : granoblastik, poikiloblastik, dengan tekstur mosaik.
 Metamorfosa : kataklastik.

Filonit
 Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus), sudah
terjadi rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit
 Matriks terdiri dari mika berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-alur sangat
halus), menunjukan kilap silky, butiran halus sekali.
 Metamorfosa : kataklastik.

Kuarsit
 Mineral utama : kuarsa, mineral tambahan : muskovit, biotit, k-felsfar, mineral bijih.
 Warna : putih terang, warna lainnya tergantung warna mineral tambahannya.
 Struktur : masif, kadang-kadang berfoliasi.
 Tekstur : granoblastik tipe mosaik, kadang-kadang sacaroidal.
 Metamorfosa : regional dan termal

Serpentinit
 Mineral utama : serpentin, mineral tambahan : mineral bijih, mineral sisa : olivin,
piroksen.
 Warna : hijau terang – hijau kekuningan
 Struktur : masif, kadang-kadang terdapat struktur sisa dari peridotit.
 Tekstur : lamelar, selular, tekstur sisa dari piroksen (bastit).
 Metamorfosa : regional

Amfibolit
 Mineral utama : amfibol, plagioklas, mineral tambahan : kuarsa, epidot, klorit, biotit,
garnet, mineral bijih.
 Warna : hijau/hitam bintik-bintik putih atau kuning.
 Struktur : masif atau berfoliasi, kadang-kadang ada struktur sisa dari metagabro atau
meta lava basal.
 Tekstur : idioblastik/nematoblastik, kadang-kadang poikiloblastik (plagio-klas),
lepidoblastik (biotit), porfiroblastik (garnet), berukuran sedang-kasar.
 Metamorfosa : regional

Granulit
 Mineral utama : kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen, sedikit mika.
 Warna : bervariasi dari terang sampai gelap, tergantung mineralnya.
 Struktur : masif dengan besar butir bervariasi.
 Tekstur : granoblastik, gneisosa seringkali mineral kuarsa berbentuk pipih, berukuran
sedang-kasar.
 Metamorfosa : regional
Eklogit
 Batuan metamorf berkomposisi basik, mineral utama : ompasit (klinopiroksen),
garnet, kuarsa.
 Warna : hijau-merah dengan bintik-bintik.
 Struktur : masif dengan besar butir bervariasi.
 Tekstur : granoblastik seringkali porfiroblastik, berukuran sedang-kasar.
 Metamorfosa : regional

Marmer
 Mineral utama : kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol, flogopit, ada
mineral bijih atau oksida besi.
 Warna : putih dengan garis-garis hijau, abu-abu, coklat dan merah.
 Struktur : masif dengan besar butir bervariasi.
 Tekstur : granoblastik dengan tekstur sacaroidal.
 Metamorfosa : kontak dan regional

Hornfels
 Mineral utama : andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar.
 Warna : terang, merah, coklat, ungu dan hijau.
 Struktur : masif kadang-kadang dengan sisa foliasi.
 Tekstur : hornfelsik, granoblastik, poikiloblastik, kadang-kadang porfiro-blastik,
dengan tekstur mosaik, butiran ekuidimensional, tidak berorientasi, butiran halus.
 Metamorfosa : kontak.

Tabel 9. Tabel untuk determinasi batuan metamorf


DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN METAMORF

No. Batuan :
BB-01/BB-02, dll.

Warna :
Hitam bintik-bintik putih/putih kemerahan, dll (warna yang representatif)

Struktur :

Struktur foliasi : Struktur non foliasi :


sose
Slaty cleavage/filitik/sekistose/gne Granulose/h rnfelsik

Tekst r :

Homeoblastik : Heteroblastik :
Lepidoblastik atau nematoblastik atau Lepidoblastik dan atau nematoblastik dan atau
granoblastik atau granuloblastik granoblastik dan atau granuloblastik

Komposisi Mineral :
Kuarsa (%), ciri-cirinya, dll. (untuk % digunakan diagram perbandingan secara visual)

Nama Batuan :
Hornfels/Sekis/Gneis/Marmer, dll.

Anda mungkin juga menyukai